Anda di halaman 1dari 11

DISKUSI KASUS II

KAIDAH DASAR BIOETIKA


AUTONOMY dan JUSTICE

DISUSUN OLEH:
JOSHUA ROBERT MARTIN WANGGAI
202170018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA
Prinsip-prinsip Bioetika
Kaidah dasar bioetika adalah suatu karakteristik yang unik dari prinsip yang dapat
digunakan untuk menganalisis lebih tajam suatu standar, untuk membenarkan peraturan dan
dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan klinis yang etis dalam praktik sehari-hari
(Afandi, 2017). Berbicara mengenai etika maka yang dipikirkan setiap orang adalah menyangkut
akhlak manusia. Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan
filsafat atau pemikiran kristis dan mendasar tentang ajaran-ajaran moral. Etika adalah pedoman
manusia untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu. Alasan tersebut haruslah merupakan
alasan yang dapat dibenarkan. Etika penting karena masyarakat selalu berubah, sehingga kita
perlu menyadari dan memilih norma yang sesuai dengan keadaan masyarakat.
Prinsip-prinsip bioetika pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-prinsip etika dalam
bidang kedokteran dan ilmu kesehatan. Beauchamp dan Childress (2001) menguraikan mengenai
empat kaidah dasar antara lain Respect for Autonomy, Beneficence, Non-maleficence, dan
Justice.
Kasus I: AUTONOMY
Pak Didik bekerja sebagai apoteker di Apotik”Obat Murah”. Hari itu ia melayani seorang pasien
yang datang membawa resep dari dokter ahli penyakit dalam. Pasien meminta Pak Didik untuk
menghitung terlebih dahulu biaya yang harus ia keluarkan untuk menebus keseluruhan obat.
Setelah memberikan hitungan, pak Didik menanyakan apakah pasien akan menebus keseluruhan
obatnya. Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang diberikan adalah obat paten dan
bukan obat generik. Pasien kemudian menanyakan berapa biaya yang perlu ia bayarkan apabila
membeli obat generik. Ia juga menanyakan perbedaan dan persamaan obat paten dengan generik.
Setelah memberitahukan hasil penghitungan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan obat
paten dan generik, Pak Didik menanyakan pada pasien, obat jenis apa yang ingin ditebus oleh
pasien.
Check List Autonomy
No Kriteria Ada Tidak Bertent
Ada angan
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan (pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menjaga rahasia pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten
mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
. membuat keputusan, termasuk keluarga pasien
sendiri
11 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil
. pasien pada kasus non emergensi
12 Tidak berbohong ke pasien meskipun demi
. kebaikan pasien
Alasan-alasan memilih jawaban

1. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, Pak Didik selaku apoteker menghargai hak pasien untuk
mendapatkan obat yang pasien inginkan.
2. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, terlihat bahwa Pak Didik tidak berusaha untuk
memengaruhi pasien dalam menentukan obat yang hendak dibeli oleh pasien.
3. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, Pak Didik menjelaskan persamaan dan perbedaan
mengenai obat paten dan obat generic serta biayanya.
4. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut tidak dijelaskan secara detail mengenai hal tersebut, namun
sudah semestinya setiap tenaga medis menghargai privasi pasiennya.
5. Pilihan : Tidak Ada
Dalam kasus tersebut tidak dijelaskan secara detail tentang adanya rahasia-rahasia
pasien yang perlu dijaga oleh Pak Didik, karena kasus tersebut juga hanya lah kasus biasa
bukan kasus emergency, dimana seorang pasien yang menanyakan obat ke apoteker.
6. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut dapat terlihat bahwa Pak Didik sangat menghargai dan
menjunjung tinggi pola pikir pasien nya, dengan cara menjelaskan kepada pasien
mengenai obat paten dan obat generic, serta membiarkan pasien tersebut untuk
menentukan pilihannya sendiri.
7. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, terdapat informed consent yang terletak pada percakapan
antara pasien dan Pak Didik mengenai obat yang hendak dibeli. Penjelasan mengenai
perbedaan obat paten dan obat generic serta biayanya.
8. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, Pak Didik membiarkan pasien tersebut untuk menentukan
jenis obat yang hendak dibeli.
9. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, Pak Didik tidak berusaha untuk mengintervensi atau
membatasi hak-hak Pasien tersebut dalam meenentukan dan mendapatkan obat.
10. Pilihan : Tidak Ada
Dalam kasus tersebut tidak terdapat intervensi dari pihak keluarga pasien karena
pasien diceritakan datang seorang diri.
11. Pilihan : Ada
Kasus tersebut termasuk kasus non-emergency yang menjelaskan tentang seorang
pasien yang hendak membeli obat dan bertanya kepada seorang apoteker yaitu Pak Didik.
Dalam kasus tersebut, terlihat bahwa Pak Didik sabar dalam menunggu keputusan pasien
dalam membeli obat.
12. Pilihan : Ada
"Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang diberikan adalah obat paten
dan bukan obat generik. Ia juga menanyakan perbedaan dan persamaan obat paten
dengan generik."
Dalam dua kalimat tersebut menunjukkan bahwa adanya keterbukaan informasi yang
disampaikan oleh Pak Didik, artinya disini Pak Didik tidak berbohong atau menutupi
mengenai obat paten dan obat generic. Sebaliknya, Ia berusaha untuk menjelaskan
kepada pasien agar dapat dipahami.
Kasus II: JUSTICE
Drg. Adi adalah dokter gigi umum yang berpraktek di daerah Elit di Menteng. Pasiennya banyak
dan sebagian besar dari kalangan menengah keatas, pasien-pasienny banyak namun teratur
karena dilayani sesuai urutan. Ketika sedang memeriksa pasiennya, tiba-tiba datang seorang ibu
bersama anaknya, Tino yang jatuh sehingga giginya patah dan gusinya berdarah. Petugas loket
melaporkan kondisi tersebut pada drg. Ady. Atas petunjuk drg Ady petugas diminta untuk
menginformasikan kondisi tersebut pada pasien yang lain sebelum ibu tersebut dilayani. Pasien
yang tengah menunggu tersebut menyetujuinya. Setelah dirawat dokter memberi obat yang
menurut drg Ady bisa dibeli di apotik mana saja.
Check List Justice
No Kriteria Ada Tidak Bertentangan
Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang
telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan
kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang
tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa
alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dll
Alasan-alasan memilih jawaban
1. Pilihan : Ada
Universal, yaitu umum. Artinya dr.Adi telah memberlakukan pasien-pasien nya dengan
adil dan tanpa adanya diskriminasi. Terlihat pada kasus diatas, bahwa pelayanan nya
sangat teratur karena menggunakan nomor urut atau antrian. Kecuali adanya pasien
emergency yang harus ditolong dengan secepatnya.
2. Pilihan : Ada
Dokter meminta persetujuan dari para pasien yang sudah terlebih dahulu mengantri untuk
melakukan perawatan terlebih dahulu kepada pasien emergency.
3. Pilihan : Ada
drg. Adi memberi semua pasien kesempatan untuk menerima perawatan yaitu dengan
membuat nomor urut untuk diperiksa.
4. Pilihan : Ada
Affordability adalah keterjangkauan, equality adalah kesetaraan perlakuan
terhadap pasien, accessibility adalah kemudahan tercapainya pelayanan Kesehatan pada
pasien, availability adalah ketersediaan, dan quality adalah kualitas dari pelayanan. Jika
dilihat kembali pada kasus, kriteria ini telah tercapai. Untuk equality sudah dilakukan
dengan melayani setiap pasiennya sesuai urutan, terkecuali ada pasien dengan keadaan
emergency yang butuh pertolongan dini. Untuk accessibility dapat dilihat pada tindakan
drg. Ady yang melayani setiap pasiennya secara berurutan dan mendapatkan pelayanan
sesuai standar operasional medis.
5. Pilihan : Ada
Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 29 Tahun Republik Indonesia Praktik Kedokteran,
Pasal 52-54, Menjelaskan Hak dan Kewajiban Menjadi pasien, salah satu hak pasien
adalah mendapatkan pelayanan tergantung pada pelayanan medis. Dalam kasus tersebut,
terlihat bahwa drg. Ady telah memperhatikan hak hukum pasien nya.
6. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, drg.Ady telah menghormati hak orang lain yaitu hak pasien-pasien
nya.
7. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, terlihat bahwa drg.Ady telah menunjukkan kriteria menjaga
kelompok yang paling rentan, yaitu terlihat pada saat drg.Ady mengutamakan pasien
emergency yang datang karena kondisi yang merugikan.
8. Pilihan : Ada
Kriteria sesuai dengan tindakan drg. Ady yaitu merawat pasien-pasien nya dengan teratur
dan mengutamakan pasien emergency yang datang.
9. Pilihan : Tidak Ada
Makro alokasi disini dapat diartikan sebagai penyediaan alat-alat dan kebutuhan medis
dalam jumlah besar/banyak. Pada table tersebut di ceklist pada kolom “tidak ada” karena
point Bijak dalam makro alokasi tidak bertentangan dengan prinsip bioetik, namun point
tersebut tidak di bahas pada kasus drg. Adi.
10. Pilihan : Ada
Dalam kasus tersebut, drg.Ady sudah menujukkan kriteria ini dalam memberikan
pelayanan. Saat ada pasien emergency yang datang, ia tetap mencari pengertian dan
persetujuan dari pasien-pasien lain yang telah mengantre.
11. Pilihan : Ada
Drg. Ady tetap meminta persetujuan terlebih dahulu dari pasien lain yang telah lebih dulu
mengantri sesuai dengan kemampuan pasien-pasien nya. Artinya, drg.Ady juga
mengkhawatirkan pasien yang telah lama menunggu, karena ditakutkan jika ternyata
pasien-pasien nya sudah tidak kuat mengantre maka dapat berubah menjadi pasien
emergency juga.
12. Pilihan : Tidak Ada
Kewajiban mendistribusi atau memberlakukan keuntungan dan kerugian yang
mencakup biaya, beban, sanksi secara adil terhadap semua pasien, merupakan point yang
tidak bertentangan dengan prinsip bioetika, namun point tersebut tidak dibahas di kasus
drg. Ady.
13. Pilihan : Ada
Setelah melakukan perawatan pasien yang dianggap gawat darurat selesai, maka drg.Ady
tetap melanjutkan pelayanan sesuai dengan urutan pasien tersebut.
14. Pilihan : Ada
Drg. Ady tidak akan membebani pasien yang telah mengantri lebih dulu jika tidak ada
pasien emergency, jadi alasan mengapa drg. Ady melayani pasien tidak sesuai antrian
karena adanya alasan/sebab yang jelas yakni pasien tersebut bersifat emergency.
15. Pilihan : Ada
Dalam kasus diatas, kriteria ini ditunjukkan dengan sikap drg.Ady yang langsung
berinisiatif mengarahkan petugas loket untuk menginformasikan kepada pasien lain yang
telah menunggu bahwa ada pasien emergency yang butuh perawatan secepatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa drg.Ady menghormati hak pasien lain dalam hal
kerentanan/gangguan penyakit yang mungkin juga perlu segera ditangani.
16. Pilihan : Ada
Kriteria ini ditunjukkan dengan adanya nomor urut yang diberlakukan kepada pasien-
pasien drg.Ady tanpa membeda-bedakan, kecuali untuk pasien yang bersifat gawat
darurat dan butuh pertolongan dini.
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil daripada kasus-kasus diats adalah kita sebagai tenaga kesehatan
hasus memegang teguh prinsip bioetika dalam hal ini yaitu kaidah Autonomy dan Justice. Tenga
kesehatan harus memetingkan hak pasien-pasien dan menghormati segala keputusan yang
diberikan oleh pasien. Kita juga sebagai tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab, kita harus selalu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan pasien kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afandi, D. (2017). Prinsip-prinsip Etika dan Hukum Dalam Profesi Kedokteran. Kaidah Dasar
Bioetika dalam Pengambilan Keputusan Klinis yang Etis, 111-121.[cited 8 Maret 2022]. Available
at https//jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/issue/view/31

2. Beauchamp TL & Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford University
Press. 1994

Anda mungkin juga menyukai