Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI DIRI

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

OLEH:
JOSHUA ROBERT MARTIN WANGGAI
202170018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PAPUA

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 2

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………. 3

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………………

1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………

1.3. TUJUAN PENELITIAN…………………………………………………….

1.4. MANFAAT PENELITIAN……………………………………………………

BAB II: ISI……………………………………………………………………… 4

2.1 PENGERTIAN ANDRAGOGI……………………………………………… 4

2.2 REFLEKSI DIRI……………………………………………………………... 5

BAB III: KESIMPULAN……………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 8

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Proses pembelajaran untuk orang dewasa dan anak-anak tentu saja berbeda. Demikian pula
dengan orientasi belajarnya. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik yang dimiliki. Untuk
proses pembelajaran dewasa, sangat perlu memperhatikan karakter-karakter yang ada dalam diri
seorang yang sudah dewasa. Orang yang dewasa tentunya memilki pola pikir yang lebih matang
ketimbang anak-anak. Metode dan teknik yang digunakan juga tentunya berbeda.

Orang dewasa sangat perlu dilibatkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri dan
motivasi belajar. Konsep diri memberikan pemahaman kepada orang dewasa untuk mengerti dan
memahami pribadi masing-masing. Motivasi belajar membuat orang dewasa semakin kritis
dalam pembelajaran-pembelajaran.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang daripada penyusunan makalah ini, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran dewasa atau Andragogi?


2. Apa yang dimaksud dengan refleksi diri? Mengapa refleksi diri diperlukan dalam
pembelajaran dewasa?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca terkait pengetahuan akan pembelajaran dewasa atau andragogi, serta memaparkan
mengenai salah satu teknik yang dipakai dalam pembelajaran dewasa ini yakni refleksi diri.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis dan para pembacanya. Penulis dan
pembaca sama-sama mendapat pengetahuan mengenai ilmu pembelajaran dewasa atau
andragogi, serta pemahaman mengenai maksud dari refleksi diri.

3
BAB II
ISI

2.1. PENGERTIAN ANDRAGOGI


Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari
segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya
orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak (Knowles, 1977:38). Knowles
menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar anak-anak
dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka.

Empat konsep yang menggambarkan andragogi, menurut Malcolm Knowles yaitu:

1. Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan pembelajaran.
Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian hasilnya.
2. Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab peserta didik
menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
3. Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara -perkara yang berkaitan secara
langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
4. Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem -centered) dan membutuhkan
dorongan dan motivasi.
Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang diperlukan oleh
orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam proses belajar. Dalam konteks pendidikan
orang dewasa, andragogi merupakan seperangkat konsep atau prinsip tentang bagaimana
membantu orang dewasa dapat belajar secara efektif dalam menambah atau memperjelas,
memperdalam, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehingga meningkatkan mutu kehidupan.

4
2.2. REFLEKSI DIRI
Refleksi merupakan aktivitas manusia untuk menangkap kembali pengalamannya,
memikirkannya, dan mengevaluasinya. Proses ini harus dilakukan dalam keadaan sadar atau
conscious. Proses unconscious reflection sering terjadi secara alamiah, namun proses tersebut
tidak fokus dan tidak sistematis, sehingga bukan suatu proses belajar yang efektif. Ide-ide atau
pemikiran harus dibawa ke dalam kesadaran sehingga membuat pembelajar mampu
mengevaluasi dan membangun pemahaman baru. Refleksi dalam konteks belajar merupakan
aktivitas intelektual dan afektif seorang individu yang terlibat untuk mengeksplorasi pengalaman
dalam rangka membentuk suatu pemahaman baru (Boud, 2013). Refleksi sendiri adalah suatu
pengalaman yang bertujuan untuk membuat kita siap menghadapi pengalaman baru selanjutnya
juga mereview hal-hal apa yang telah dilakukannya dalam suatu kegiatan, untuk menyusun
rencana atau menggunakan pengalamannya tersebut pada kegiatan yang akan datang
(Schon,1983).

Refleksi dapat diukur dengan melakukan penilaian melalui kuesioner yang dimodifikasi
dari kuesioner Metacognitive Awareness Inventory (MAI) (Schraw, 1994). Menurut teori David
Boud (2013) ada 3 tahapan yang akan diukur, meliputi:

1. Returning to experience
Proses refleksi dimulai dengan mengingat kembali, mengumpulkan data tentang pengalaman,
atau memutar kembali pengalaman tersebut dalam pikiran. Akan lebih baik jika proses ini
dijelaskan secara tertulis maupun secara lisan kepada orang lain.

2. Attending to feelings
Proses yang melibatkan perasaan yang terjadi dengan memaksimalkan perasaan positif dan
membuang perasaan negatif sehingga membuat kita lebih fokus terhadap pengalaman tersebut.
Perasaaan positif ini penting karena mendorong kita untuk bertahan dalam situasi yang sulit,
membuat kita lebih tajam dalam melihat atau menganalisis sesuatu. Perasaan positif dapat
ditingkatkan dengan mengingat kembali situasi ketika kita merasa baik, mampu, sukses dalam
melakukan sesuatu.

5
3. Re-evaluating experience
Merupakan proses yang dapat dilakukan dengan melalui beberapa hal, yaitu proses asosiasi,
yaitu mengkaitkan data baru dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Proses
integrasi, melihat hubungan antar data. Proses validasi, yaitu menentukan otentisitas dan
kebenaran ide atau pemikiran yang dihasilkan. Proses appropriation, atau penyesuaian yang
membuat pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan yang ditanamkan dalam pikiran kita.

Refleksi diri dalam pembelajaran orang dewasa sangat diperlukan. Refleksi diri merupakan
salah satu teknik dan strategi yang dipakai dalam pembelajaran dewasa. Teori Knowles pada
postulat nya yang pertama dengan bunyi: “Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan
dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi
untuk belajar). Motivasi pada orang dewasa akan meningkat karena adanya refleksi diri. Dengan
adanya refleksi diri, orang dewasa akan memilki motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik
lagi kedepannya sesuai dengan pengalaman-pengalamnnya. Jadi semakin banyak pengalaman
yang orang dewasa peroleh, maka makin banyak juga motivasi yang timbul untuk perubahan-
perubahan kedepannya.

6
BAB III
KESIMPULAN

Pembelajaran Dewasa atau Andragogi merupakan salah satu ilmu atau pendekatan yang
diperuntukkan khusus untuk orang dewasa. Dengan adanya Andragogi inilah, para peserta didik
diharapkan mampu melahirkan sasaran pembelajaran yang dapat mengarahkan dirinya sendiri
dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Proses Pendidikan membantu orang dewasa untuk
menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan daripada bidang-bidang pengetahuan yang
berhubungan dengan latar sosial dan situasi Pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan
kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

J, A. (2009). Adult Learning Thories and Medical Education. Malta Medical, 12-9.
Knowles, M. (1977). Adult Learning Theory Andragogy .
Lestari, S. M. (Ilmu Kedokteran). PERBEDAAN TINGKAT REFLEKSI DIRI DALAM
PEMBELAJARAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI TAHUN 2019.
Lisiswanti, R. (2013). Refleksi: Pentingkah bagi Dosen Pendidikan Kedokteran? .
Sujarwo. (n.d.). STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai