TENTANG PENGANTAR
EKONOMI MIKRO
Pemakalah:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
KOTA BANDA ACEH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Makro. Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan
pihak yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah
sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya dapat
lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang................................................................................ 1
1.2. Permasalahan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat
kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi,
ekonomi mikro mempelajari variabel- variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya
dan juga negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan kebijakan-
kebijakan makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik.
khususnya masalah ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam
makalah ini akan membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana
baik?.
PEMBAHASAN
Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk
1997. Jika dilihat dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini
memang sama seperti yang terjadi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan
(IHSG) yang mencapai indeks 2000 merupakan angka tertinggi dalam sejarah
Indonesia. Meski demikian, konstelasi perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari
2007. Hal itu ditandai dengan kuatnya cadangan devisa saat ini yang mencapai 49
miliar dolar AS, sedangkan pada 1997 cadangan devisa diserbu para
perekonomian juga ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana modal yang
masuk lebih besar dari pada modal yang ke luar. Kondisi tersebut berbeda jauh
dibanding pada 2007 di mana investasi yang datang banyak yang hengkang.Karena
itu, modal yang masuk saat ini harus dipertahankan agar tidak ke luar sehingga
dipertahankan.
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor
riil. Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana
jangka pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi
properti.
Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya
bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika
Serikat yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu
Bank Sentral (Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan
Kemelut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika Serikat
juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai
komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun komoditi
yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga minyak.
Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak dunia
sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga pasar
terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai
Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua sisi
yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang
seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis
seperti Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor
Indonesia meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada
dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang kedelai, batubara, dll
Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksi
dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini
akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada
ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi sehingga
Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu
tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada
kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku
bank sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau memang sengaja untuk tidak
maksud untuk mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya
bangkitnya sektor riil. Pengangguran yang tinggi dan tersendatnya sektor riil inilah
kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak
dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan
impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor
terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan
untuk memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai
tukar rupiah tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal
sementara harga barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang
semakin kuat. Inilah kepincangan yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor
dan impor) menjadi tidak seimbang dan ini tidak menyehatkan perekonomian
dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja
yang menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin
dengan kekuatan ekonomi makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan
bahwa naiknya jumlah cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari
masuknya modal luar negeri (capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal
Tapi bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow akan
berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai tukar
rupiah akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan
dasarkan pada kondisi ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi
Indonesia. Kekuatan inti ekonomi Indonesia saat ini adalah kegiatan agraria dan
ekspor (pertanian dan industri), bukan pada sektor keuangan seperti yang
kuat tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian
terjawablah sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan
cukup indah tapi tidak mempunyai kekuatan apapun bagi mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang
rendah dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa
nilai tukar rupiah dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan
yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya
seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan sebagainya.
Itu berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada di sektor riil.
Mereka lebih senang bermain dalam hitungan angka angka yang tidak membumi
intervensi dikala nilai tukar rupiah menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh
Bank of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya
mata uang Yen karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan
ekonomi Jepang ada pada ekspor barang barang industri. Jepang sangat kuat
menjaga kestabilan nilai tukar mata uang Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank
Indonesia segera melakukan intervensi dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank
Indonesia sangat berkepentingan dengan penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya
makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia betul-betul
hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka
panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali
sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu
kebijakan ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan
sektor riil secara bersama sama agar perekonomian Indonesia bisa bangkit.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat
ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan
hanya sekadar mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki kondisi
menyangkut pada banyak hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana
luar negeri (ekspor dan impor). Makro ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas
3.2. Saran
pihak yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang