Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

TENTANG PENGANTAR
EKONOMI MIKRO

Pemakalah:

BAMBANG ENDRA SUKINO


(NIM : 2015020002)
Program Studi: Introduction Intro
Micro Finance

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
KOTA BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi

Makro. Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai

Kebijakan Makro Ekonomi di Indonesia.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan

pihak yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah

ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang perkembangan

kebijakan-kebijakan ekonomi makro di negara kita dan masalah ekonomi yang

sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis mengharapkan

saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya dapat

lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu

pengetahuan kita semua, terima kasih.

Banda Aceh, Maret 2022

Bambang Endra Sukino


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang................................................................................ 1

1.2. Permasalahan................................................................................. 1

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia ........................................... 3

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makro Ekonomi ................ 4

2.3. Kebijakan & Masalah Makro Ekonomi Di Indonesia ............... 5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................... 8

3.2. Saran ..........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara

keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi

banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat

digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target

kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan

pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat

(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional,

kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi,

pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Sementara ilmu

ekonomi mikro mempelajari variabel- variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya

perusahaan, rumah tangga.

Masalah-masalah makro ekonomi terjadi di setiap negara, baik Negara maju

dan juga negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan kebijakan-

kebijakan makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik.

Makalah ini akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan makro ekomoni yang

ada di Indonesia dan masalah ekonomi yang terjadi.


1.2. Permasalahan

Indonesia adalah negara berkembang yang masih memiliki masalah

khususnya masalah ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam

makalah ini akan membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana

kebijakan-kebijan ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan dengan

baik?.

1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi

makro ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang

ada masalah makro ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Ekonomi Makro Indonesia

Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk

menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada

1997. Jika dilihat dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini

memang sama seperti yang terjadi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan

(IHSG) yang mencapai indeks 2000 merupakan angka tertinggi dalam sejarah

Indonesia. Meski demikian, konstelasi perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari

2007. Hal itu ditandai dengan kuatnya cadangan devisa saat ini yang mencapai 49

miliar dolar AS, sedangkan pada 1997 cadangan devisa diserbu para

spekulan.Indikasi kuatnya perekonomian tersebut adalah nilai ekspor yang menguat,

selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah.

Namun, tidak ada buruknya jika dilakukan langkah pencegahan terhadap

munculnya krisis ekonomi Asia, sehingga negara-negara di ASEAN lebih siap

menghadapinya. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama ekonomi

secara internasional untuk menggalang kekuatan ekonomi bersama. Kuatnya

perekonomian juga ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana modal yang

masuk lebih besar dari pada modal yang ke luar. Kondisi tersebut berbeda jauh

dibanding pada 2007 di mana investasi yang datang banyak yang hengkang.Karena

itu, modal yang masuk saat ini harus dipertahankan agar tidak ke luar sehingga

dapat memperkuat perekonomian disamping cadangan devisa yang besar harus

dipertahankan.
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor

riil. Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana

jangka pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi

properti.

2.2. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia

Krisis Subprime mortgage dan Pelemahan US Dollar.

Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya

bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika

Serikat yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu

Bank Sentral (Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan

menyuntikan dana segar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan

investor setelah pasar modal di Amerika Serikat anjlok.

Kenaikan Harga Minyak

Kemelut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika Serikat

juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai

komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun komoditi

yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga minyak.

Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak dunia

sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga pasar

terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai

barang sudah mulai merangkak naik.

Kenaikan Harga Komoditi Primer

Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua sisi

yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang

seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis

seperti Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor
Indonesia meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada

kenaikan harga barang-barang dipasar

dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang kedelai, batubara, dll

yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung masyarakat.

Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya inflasi.

Kenaikan harga bahan Makanan

Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksi

dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini

didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok

seperti beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.

Proyeksi menurut Bank Dunia

Dengan melambatnya ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga

akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada

ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi sehingga

permintaan terhadap produk impor menurun.

2.3. Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia

Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu

tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada

kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku

bank sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau memang sengaja untuk tidak

menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dengan

maksud untuk mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya

agar nilai tukar rupiah menguat untuk menekan tingkat inflasi.


Kebijakan ini berdampak pada tingkat pengangguran menjadi tinggi dan tidak

bangkitnya sektor riil. Pengangguran yang tinggi dan tersendatnya sektor riil inilah

yang merupakan masalah dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian

Keuangan dan Bank Indonesia.

Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga keseimbangan pada

perdagangan luar negeri. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga

kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak

dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan

impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor

terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan

untuk memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai

tukar rupiah tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal

sementara harga barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang

semakin kuat. Inilah kepincangan yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor

dan impor) menjadi tidak seimbang dan ini tidak menyehatkan perekonomian

Indonesia dalam jangka panjang.

Kepincangan ini akan mempengaruhi (mengurangi) penerimaan cadangan devisa

dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja

yang menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin

turunnya kegiatan ekspor. Bank Indonesia selalu mengumumkan bahwa jumlah

cadangan devisa Indonesia terus bertambah sehingga mereka sangat optimis

dengan kekuatan ekonomi makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan

bahwa naiknya jumlah cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari

masuknya modal luar negeri (capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal

hasil yang diberikan perekonomian Indonesia relatif tinggi.

Tapi bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow akan

berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai tukar
rupiah akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan

devisa Indonesia cukup kuat sifatnya adalah sementara (kondisional), yang di

dasarkan pada kondisi ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi

Indonesia. Kekuatan inti ekonomi Indonesia saat ini adalah kegiatan agraria dan

ekspor (pertanian dan industri), bukan pada sektor keuangan seperti yang

dibanggakan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

Dengan demikian terjawablah sudah mengapa perekonomian makro yang semakin

kuat tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian

terjawablah sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan

pemerintah, justru tingkat pengangguran semakin tinggi. Sehingga sebagian orang

mengatakan bahwa ekonomi Indonesia saat ini adalah ekonomi baying-bayang,

cukup indah tapi tidak mempunyai kekuatan apapun bagi mendorong pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Kebijakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada

keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang

rendah dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa

nilai tukar rupiah dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan

oleh sebab itu perlu dikawal.

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat inflasi

yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya

seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan sebagainya.

Itu berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada di sektor riil.

Mereka lebih senang bermain dalam hitungan angka angka yang tidak membumi

pada perekonomian Indonesia daripada bagaimana mendorong perekonomian riil,

meningkatkan produksi dan meningkatkan kesempatan kerja.


Berdasarkan pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan

intervensi dikala nilai tukar rupiah menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh

Bank of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya

mata uang Yen karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan

ekonomi Jepang ada pada ekspor barang barang industri. Jepang sangat kuat

menjaga kestabilan nilai tukar mata uang Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank

Indonesia segera melakukan intervensi dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank

Indonesia sangat berkepentingan dengan penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya

mengejar target inflasi. Kebijakan Bank Indonesia tidak memihak pada

pengembangan sektor riil, khususnya kegiatan ekspor.

Kita juga melihat bagaimana kebijakan Kementerian Perdagangan tidak diperhatikan

dikala Kementerian Keuangan menetapkan sebuah kebijakan. Kebijakan ekonomi

makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia betul-betul

hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka

panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali

sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu

kebijakan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu

dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah suatu

kebijakan ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan

sektor riil secara bersama sama agar perekonomian Indonesia bisa bangkit.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak

rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat

ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan

kondisi ekonomi pada 2022.

Kebijakan makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga

kestabilan perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak

hanya sekadar mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki kondisi

keuangan negara. Seharusnya tidak demikian karena kebijakan ekonomi makro

menyangkut pada banyak hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana

memperbesar kesempatan kerja, bagaimana menjaga kestabilan nilai tukar rupiah

(bukan penguatan nilai tukar) dan bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan

luar negeri (ekspor dan impor). Makro ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas

dan tidak hanya dengan memperhatikan satu elemen saja.

3.2. Saran

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-

pihak yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang

yang akan terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang baik

seharusnya memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai