Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tingkat Stres

2.1.1 Definisi

Stres merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika

seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan

kemampuan untuk mengatasi tuntutan tersebut. Stres dapat dikatakan adalah

gejala penyakit masa kini yang erat kaitannya dengan adanya kemajuan pesat dan

perubahan yang menuntut adaptasi seseorang terhadap perubahan tersebut dengan

sama pesatnya. Usaha, kesulitan, hambatan, dan kegagalan dalam mengikuti derap

kemajuan dan perubahannya menimbulkan beraneka ragam keluhan (Rahman,

2016). Menurut Sondang P. Siagian (2014) stres merupakan kondisi ketegangan

yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.

Sedangkan di dalam Al-Qur,an, untuk stres telah menggunakan pemisalan yang

memakai prinsip mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi

manusia secara keseluruhan (surat Al-Insyarah ayat 1-8)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan tekanan atau tuntutan

pada organisme untuk beradaptasi atau menyelaraskan diri dengan lingkungan

sehingga memiliki efek fisik dan psikis serta dapat menimbulkan perasaan positif

maupun negatif. Pada batasan tertentu, stres sehat untuk diri kita. Stres membantu

kita untuk tetap aktif dan waspada . Akan tetapi, stres yang sangat kuat atau

berlangsung sangat lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasi (coping

6
7

ability) dan menyebabkan distres emosional seperti depresi atau kecemasan, atau

keluhan fisik seperti kelelahan dan sakit kepala.

Istilah stres perlu dibedakan dengan distres. Istilah distres mengacu pada

penderitaan fisik atau mental. Jadi, distres adalah suatu keadaan kesakitan atau

penderitaan secara fisik atau psikologis.

2.1.2 Penyebab stres

Sumber stres terdiri dari tiga aspek antara lain :

1. Diri sendiri

Umumnya diri sendiri menjadi penyebab stres karena adanya konflik

yang terjadi antara keinginan dan kenyatan yang tidak seimbang dengan

kehidupan dan kemampuan pribadi seseorang sehingga memunculkan berbagai

permasalahan yang tidak mampu diatasi.

2. Keluarga

Salah satu penyebab stres adalah Masalah dalam keluarga yang ditandai

dengan adanya perselisihan antara keluarga, serta visi dan tujuan yang berbeda

diantara keluarga.

3. Masyarakat dan lingkungan

Pengakuan yang kurang dari lingkungan dan masyarakat menyebabkan

seseorang jadi tertekan dan stres, lingkungan pekerjaan secara umum dan

permasalahan dalam dunia kerja tak luput dari penyebab stres pekerja serta

kurangnya hubungan interpersonal menyebabkan seseorang merasa sendirian

sehingga memunculkan rasa stres.


8

2.1.3 Gejala-gejala stres

gejala stres yang sering terjadi :

1. Fisik

Otot tegang, sakit kepala, napas yang cepat, mulut dan kerongkongan

kering, tangan lembab hingga tubuh merasa panas dan gerah menjadi ciri

pertama fisik saat menunjukan respon stres

2. Perilaku

Hilangnya gairah dalam penampilan dan minat terhadap orang lain, hingga

memunculkan perasaan cemas, sedih, mudah emosi tanpa sebab, gampang

tersinggung, kehilangan semangat, menarik diri terhadap kehidupan bersosial.

3. Watak dan kepribadian

Cermat yang berlebihan disertai sikap cemas dan mudah panik, kurangnya

percaya diri dan mudah meledak-ledak dalam melampiaskan emosi menjadi

watak dan kepribadian seseorang yang mengalami stres.

2.1.4 Tingkatan Stres

Tingkat stres dibagi menjadi tuga tingkatan yaitu :

1. Stres ringan

Situasi pada tingkat ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam,

stressor dihadapi secara teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu

lintas dan kritikan dari atasan.

2. Stres sedang

Perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja yang berlangsung

lebih lama biasanya dari beberapa jam sampai beberapa hari hingga

mengganggu pikiran karena merasa terbebani.


9

3. Stres berat

Perselisihan dalam pernikahan terus menerus dan kesulitan finansial yang

berkepanjangan, rasa tidak dihargai dalam lingkungan menyebabkan situasi

menjadi kronis sebab hal ini biasanya berlangsung beberapa minggu sampai

hitungan tahun.

2.1.5 Tahapan Stres

Stres terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap kesatu adalah saat semangat seseorang meningkat, penglihatan lebih

tajam, peningkatan energi, rasa puas dan senang, muncul rasa gugup tapi

mudah diatasi.

2. Tahap kedua stres akan memunculkan ketegangan otot hingga efek yang

menunjukkan keletihan.

3. Memasuki tahap ketiga akan mengalami gejala seperti, sulit tidur, badan

terasa lesu dan lemas.

4. Pada tahap keempat hingga lima konsentrasi akan menurun bahkan akan

mengalami insomnia, pada tahap ini seseorang akan mengalami permasalahan

karena ketidakmampuan dalam menanggapi situasi dan kondisi yang sedang

dihadapi.

5. Tahap keenam pada beberapa kasus seseorang bahkan dapat mengalami

ketidaksadaran diri atau pingsan sebab detak jantung dalam dirinya

meningkat hingga menyebabkan tubuhnya tertekan hingga pingsan.


10

2.1.6 Mekanisme Stres

Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus Peran

hipothalamus sendiri terhadap stres meliputi empat fungsi spesifik yaitu :

1. Merangsang kelenjar tiroid untuk produksi hormon tiroksin.

2. Menginisiasi aktivitas sistem persarafan otonom.

3. ADH atau vasopressin diproduksi.

4. Merangsang hipofise anterior memproduksi hormone ACTH.

tiga hormon utama yang keluar dan meningkat ketika tubuh berada dalam

tekanan yaitu Adrenalin, tiroksin, dan kortisol yang secara signifikan berpengaruh

pada sistem homeostasis. Selain itu ada dua sistem neuro endokrin yang akan aktif

ketika tubuh mengalami stres yaitu sistem simpatik dan sistem neuro endokrin,

sistem ini aktif melalui aktvasi hipotalamus ketika tubuh mengalami tekanan.

Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu

dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya, seperti meningkatkan kecepatan denyut jantung. Sistem saraf

simpatik juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan

norepinefrin ke aliran darah. Tiroksin akan meningkatkan Basal Metabolism Rate

(BMR),denyut jantung dan frekuensi nafas. Pada stres ringan tidak menyebabkan

penyakit parah dan hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses

homeostasis karena 3 hormon stres yang telah meningkat produksinya.

2.2 Konsep Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi

Kualitas hidup merupakan suatu konsep multidimensional yang luas

meliputi domain fungsi sehari-hari dan pengalaman subjektif, seperti fungsi fisik,
11

sensasi somatik, pemahaman terhadap kesehatan, fungsi sosial dan peran serta

kesejahteraan subjektif (Putri dan Permana, 2011). Kualitas hidup sebagai

konstruksi yang dinamis merupakan fungsi dari sejumlah variabel seperti stress,

depresi, penilaian dan cara mengatasi (Sutikno, 2011).

Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah

persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya

dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar dan

perhatian (Yuliati dkk, 2014). Kualitas hidup adalah memberikan kesempatan

untuk dapat hidup nyaman, mempertahankan keadaan fisiologis sejalan dengan

imbangan psikologis didalam kehidupan sehari-hari (Ratmini dan Arifin, 2010).

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia

berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka

bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan

berkualitas (Sutikno, 2011). Kualitas hidup lansia lebih menekankan pada

persepsi terkait dengan kepuasan terhadap posisi dan keadaan lansia di dalam

hidupnya dan cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana tercapainya kebutuhan

ekonomi dan sosial serta perkembangan lansia dalam kehidupannya (Yuliati dkk,

2014).

Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks,

mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan

mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat

tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial (Sutikno, 2011).

Hidup yang berkualitas adalah hidup dengan kondisi yang relatif sehat,

dapat merawat diri dengan mandiri dan berkesempatan untuk dapat produktif
12

dalam skala tertentu. Kualitas hidup lansia yang baik tersebut akan meningkatkan

keadaan mereka sehingga tercapai kesan di dalam diri pribadi yang

membahagiakan (Saputra, 2013).

Kualitas hidup sangat penting untuk mendapatkan perhatian serius, karena

kualitas hidup ini merupakan sesuatu hal yang berhubungan erat dengan

morbiditas dan mortalitas, hal yang bertanggung jawab terhadap kondisi

kesehatan seseorang, berat ringannya penyakit, lama penyembuhan bahkan

sampai dapat memperparah kondisi penyakit hingga kematian apabila seseorang

tersebut memiliki kualitas hidup yang kurang baik.

2.2.2 Faktor-faktor penentu kualitas hidup

Raebun dan Rootman (Angriyani, 2008) mengemukakan bahwa terdapat

delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu:

1. kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang dilakukan oleh

seseorang, seperti pembahasan terhadap kegiatan untuk menjaga kondisi

tubuh.

2. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besarseseorang dapat

melihat peluang yang dimilikinya.

3. Keterampilan, berkaian dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat mengembangkan dirinya,

seperti mengikuti suatu kegiatan atau kursus tertentu.

4. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari

lingkungan keluarga, masyarakat maupun sarana-sarana fisik seperti tempat

tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang memadai sehinga

dapat menunjang kehidupan.


13

5. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan stress

yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup sangat

berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang harus dijalani, dan

terkadang kemampuan seseorang untuk menjalani tugas tersebut

mengakibatkan tekanan tersendiri.

6. Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang.

Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai

individu.

7. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.

8. Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti krisi moneter

sehingga menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata pencaharian.

Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya, mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan pasienan orang lain,

perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis, mengembangkan sikap empati.

2.2.3 Aspek-aspek kualitas hidup

Menurut Hardywinoto dalam Purwanti (2009). Komponen komponen yang

mendukung kualitas hidup lansia, antara lain:

1. Aspek Demografi yaitu jenis kelamin, umur, harapan hidup, pekerjaan,

penghasilan dan lain-lain.

2. Aspek Biologis meliputi sistem kekebalan tubuh, kerusakan sel dan jaringan

akibat radikal bebas.

3. Aspek sosial dan budaya yaitu kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi

kesehatan, kesempatan kerja, bantuan sosial.


14

4. Aspek ekonomi yang mencakup kondisi sosial ekonomi lanjut usia.

5. Aspek hukum dan etika yaitu mencakup keterbatasan sumber daya manusia

dan hubungan lansia dengan keluarga.

6. Aspek psikologi dan perilaku dipengaruhi oleh hal-hal yang disadari dan

tidak disadari bagi lansia.

7. Aspek agama dan rohani yaitu upaya bagi lansia mengatasi kesulitan hidup

dan percaya bahwa diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

8. Aspek kesehatan mempengaruhi kehidupan lanjut usia seperti kesehatan fisik

dan mental.

9. Aspek pembinaan kesehatan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu

kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna.

10. Aspek pelayanan kesehatan: untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan bagi perawatan lansia.

11. Aspek keperawatan lansia: bertujuan mempertahankan kesehatan dan

semangat hidup lansia dengan meningkatkan perawatan secara promotif,

preventif, dan kuratif

2.2.4 Alat Ukur Kualitas hidup

Beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup

antara lain: (1) Child Perceptions Qustionnaire (CPQ); (2) World Health

Organization Quality of Life - Biomedical Research and Education Facility

(WHOQoL-BREF); (3) Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI);

(4) Oral Health Impact Profile-49 (OHIP49); (5) Oral Health Impact Profile-

14 (OHIP-14).
15

Child Perceptions Qustionnaire merupakan salah satu instrumen untuk

mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dengan kelompok

usia tertentu, sehingga untuk menentukan kualitas hidup digunakan nilai median =

kurang berkualitas <50, berkualitas baik >50.

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Definisi

Seseorang apabila usianya 60 tahun ke atas dapat disebut lanjut usia (Ayu,

2018). Lansia merupakan proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha

Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan

masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seorang mengalami kemunduran

fisik, mental dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2015). Usia lanjut (old age)

merupakan istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. (Suadirman,

2016)

2.3.2 Klasifikasi lansia

World Health Organisation (WHO) membagi golongan kategori lansia

menjadi empat batasan umur yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) anta usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Lansia adalah kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran

fisik dan mental (WHO,2015).

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan


16

Faktor-faktor penuaan: faktor genetik, faktor endogenik, dan faktor

eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup) yanhg akan mempengaruhi

kecepatanproses penuaan.

A. Faktor genetik

1. Penuaan diri

2. Resiko penyakit

3. Intelegensia

4. Pharmacogenetik

5. Warna kulit

6. Tipe atau kepribadian seseorang

B. Faktor endogenik

1. Perubahan struktural dan perubahan fungsional

2. Kemampuan/skill

3. Daya adaptasi

4. Kapasitas kulit untuk mensimesis vitamin D

C. Faktor lingkungan dan gaya hidup

1. Diet asupan zat gizi

2. Merokok

3. Tingkat polusi

4. Pendidikan

5. Obat

6. Penyinaran sinar ultraviolet


17

2.3.4 Upaya memperlambat penuaan

Penuaan diri dapat diperlambat sebagai berikut:

1. Olahraga teratur

2. Mengatur pola makan

3. Penggunaan obat dan suplemen

4. Bahagia dan hidup sehat

5. Cukup tidur

6. Kebiasaan makan, ,makanan yang sehat

2.3.5 Mengendalikan proses penuaan

Penuaan diri dapat dikendalikan dengan cara berikut :

1. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah,

mengontrol, menunda, dan memperbaiki apa yang dapat dicegah.

2. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasi diet, aktifitas fisik, terapi

medis dan farmakologis.

Kecanggihan tekhnologi kedokteran dalam mengendalikan proses penuan

seperti bedah kosmetik,terapi hormon rekayasa genetika mempunyai nilai positif

dan negatif yang harus dipertimbangkan rahasia tetap muda dengan kesehatan

fisik dan mental yang prima hanya dapat dengan menerapkan gaya hidup sehat

sedini mungkin.

2.3.6 Perubahan Fisiologis Lansia

Lanjut usia biasanya terjadi kemunduran anatomik dan fungsional. Lanjut usia

dapat ditandai menua apabila berasal dari organisme atau organ yang penyesuaian

terhadap stres luar bukan pada saat istirahat. Pada lanjut usia terjadi perubahan
18

yang menghasilkan fungsional dapat dilihat normal. Adapun perubahan-

perubahan yang terjadi pada lansia (Utama, 2015).

1. Perubahan Panca Indra

Perubahan lansia adalah perubahan degenerative yang berdasarkan

anatomi dan fungsional yang mana dapat memberikan manifestasi berbagai

sistem panca indera secara fungsi mendengar, perabaan, melihat,

keseimbangan maupun perasa. Pada perubahan patologi seperti terjadinya

ulkus, kornea, entropin/ektropin, glukoma, katarak dan biasanya sampai

terjadi konfusio yang disebabkan dari penglihatan yang kurang baik dan pada

telinga biasanya terjadi gangguan keseimbangan (sindroma meniera) serta tuli

yang kondusif.

2. Perubahan Gastro Intestinal

Perubahan degenerative dapat disebabkan dari gigi sampai anus pada

manusia, diantaranya peradangan pada rahang yang berubah, maka gigi

sangat mudah untuk lepas. Perubahan ini sama terjadi dengan kelenjar mulai

dari otot penyerapan sampai mukosa. Pada perubahan-perubahan ini

disebabkan dari beberapa penyakit yang masuk dan nafsu makan yang

berubah-rubah.

3. Perubahan Respirasi

Perubahan ini akibat dari menurunnya rasio ventilasi perfusi di paru dan

terjadi pelebaran alveolar arteri untuk oksigen yang berawal dari kekuatan

otot dada yang menurun, kekuan dinding dada meningkat dan elastisitas paru

menurun. Di dinding sistem respirasi terjadi penurunan gerak silia, penurunan

refleks fisiologi lain dan refleks batuk, menyebabkan peningkatan infeksi


19

akut pada saluran nafas bawah dan keadaan tersebut bukan merupakan

penyakit paru.

4. Perubahan Kardiovaskuler

Pada lanjut usia jantung menyatakan kecepatan kontraksi dan penurunan

kekuatan kontraksi, sehingga terjadi perubahan yang banyak dari berupaya

untuk menaikkan tenaga jalannya jantung, seperti saat melakukan suatu

latihan.

5. Perubahan Persendian

Sistem persendian terjadi perubahan pada sinovial sendi yaitu fibrilasi,

pembentukan celah dan tidak ratanya permukaan sendi. Semua perubahan

serupa dengan yang terdapat pada osteoartrosis. Penurunan ini ibarat

Perubahan tersebut dianggap proses dari penyakit, maka stres akan semakin

tinggi contohnya menyebabkan trauma di sendi yang banyak menanggung

beban sehari-hari.

6. Perubahan Tekanan Darah dan Urogenital

Pada lanjut usia sistem ginjal terjadi berbagai penurunan, yaitu gangguan

permeabilitas dan penebalan kapsula bouwmen. Fungsi ginjal secara

keseluruhan tidak terlihat menurun pada keadaan istirahat, barulah apabila

terjadi stres fisik (infeksi, gagal jantung dan latihan berat). Pada pembuluh

darah yang sedang dan besar pada lanjut usia terjadi macam-macam

perubahan. Mengalami tunika media (penyebab dari sistem menua) atau


20

penebalan intima (akibat proses ateroskleorosis) akibat elastisitas pembuluh

darah tepi akan bertambah dan tekanan darah akan bertambah.

7. Perubahan Saraf Pusat Serta Otonom

Perubahan bersifat patologis yaitu adanya kekusutan neurofibriler,

pembentukan badan-badan hirano dan degenerasi pigmen substansia nigra. Di

pembuluh darah menyebabkan penguatan intim akibat tunika media serta

ateroskelerosis dari penyebab dari seseorang mengalami penuaan, akibatnya

terjadi gangguan pada vaskularisasi otak yang menurun yaitu didaerah

hipotalamus akan menyebabkan terjadinya gangguan syaraf otonom dan

pengaruh berkurangnya berbagai neurotransmiter.

8. Perubahan Kulit dan Integumen

Perubahan mengalami pemendekan dari folikel rambut, epidermis,

kelenjar keringat, dan pigmentasi akibat penipisan kulit. Perubahan warna

kulit terjadi pigmentasi tidak merata. Rambut rontok sampai terjadi

kebotakan, kuku menipis dan mudah patah. Akibat dari menurunnya bagian

bantalan kulit terdapat pertahanan terhadap perubahan suhu serta tekanan

yang terjadi pengurangan yang terdapat di lemak paling dalam, sehingga

mudah terjadi hipertermia atau hipotermia.

9. Perubahan Otot dan Tulang

Pemendekan otot yang terjadi akibat menurunnya gerakan, denervasi syaraf

atau masalah metabolik. Akibat kurang beraktivitas otot dapat diatasi dengan

mengubah pola hidup misal berolahraga atau kegiatan yang rutin, maka

keadaan otot yang mengganggu inervasi syaraf akibat penyakit metabolik

biasanya sudah ireversibel, walaupun sudah diperbaiki abnormalitas


21

metaboliknya. Bertambahnya usia terjadi pembentukan tulang melambat,

akibat menurunnya hormon estrogen pada wanita, vitamin D (kurangnya

terkena sinar matahari), hormon lain seperti kalsitonin dan parathormon dan

menurunnya aktivitas tubuh.

10. Perubahan Kognitif

Seiring bertambahnya umur kemampuan berpikir juga semakin menurun,

padalansia perubahan kognitif yang dapat kita temukan adalah sebagai

berikut, Azizah (2010) :

a. IQ (Intellegent Quocient)

b. Memory (Daya ingat, Ingatan)

c. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

d. Kemampuan Belajar (Learning)

e. Pengambilan Keputusan (Decission Making)

f. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

g. Kinerja (Performance)

h. Kebijaksanaan (Wisdom)

i. Motivasi

2.4 Konsep Hipertensi

2.4.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

seseorang berada diatas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Maksudnya, bila

tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan

darah diastoliknya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi. Secara umum
22

hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas batas

tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg (Susilo, 2011).

Shanty (2011), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang

umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada

arteri utama dalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai

pada orang lanjut usia. Berdasarkan beberapa pengertian hipertensi maka dapat

disimpulkan bahwa hipertensi adalah salah satu penyakit yang biasanya gangguan

terjadi pada system peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan

darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg.

2.4.2 Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar

yaitu:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer

terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan

beberapa faktor sekunder yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor terjadinya hipertensi yang bisa dikendalikan antara lain yaitu:


23

a. Gaya hidup modern

Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini

menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit

seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya

hidup modern cenderung membuat aktivitas fisik berkurang. Konsumsi

alkohol yang tinggi, minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut

merupakan pemicu naiknya tekanan darah.

b. Pola makan tidak sehat

Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan

mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah

akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume

darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan

instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup

serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi

makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet

seperti natrium benzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate

(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi

secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah

karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.

c. Obesitas

Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya

melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air

putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi

maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat


24

aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras

untuk memompa darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa

tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status

gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang

dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,

anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012)

d. Stress

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau

ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khusus

hipertensi, stress dianggap sebagai faktor psikologis yang dapat

meningkatkan tekanan darah

e. Merokok

Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal

secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah.

Kerja jantung yamg lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

yang tidak bisa dikendalikan antara lain:

a. Ras

Suku yang berkulit hitam lebih cenderung terkena hipertensi

b. Genetik

Hipertensi merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu orang tuanya

hipertensi maka keturunannya memiliki resiko 25% terkena hipertensi,


25

tetapi bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka 60%

keturunannya menderita hipertensi.

c. Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia

seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab

hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –

perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal

dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa

darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,

kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer.

d. Jenis kelamin

Laki-laki cenderung lebih sering terkena penyakit hipertensi. Penyebab

hipertensi sekunder adalah:

1. Ginjal (Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis Tubular Akut, Tumor)

2. Vaskular (Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli

Kolesterol, Vaskulitis)

3. Kelainan endokrin (Diabetik Melitus, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme)

4. Obat – obatan (Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid)

2.4.3 Patofisiologi
26

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi


27

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural

dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

2.4.4 Klasifikasi

Table 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut The Joint National Committee on the
Detectionand Treatment of Hipertension (Ward, 2014)
No. Diastolik Keterangan
1 < 85 mmHg Tekanan darah normal
2 85 - 89 mmHg Tekanan darah normal tinggi
3 100 - 104 mmHg Hipertrnsi ringan
4 105 - 114 mmHg Hipertensi sedang
5 >115 mmHg Hipertensi berat

No. Sistolik Keterangan


1 <140 mmHg Tekanan darah normal
2 140 – 159 mmHg Hipertensi sistolik perbatasan
terisolasi
3 >160 mmHg Hipertensi sistolik terisolasi

Keterangan:

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg

dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg


28

2. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan

diastolik 91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya

tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

1. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat

antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau

progresif target akut atau progresif. Kenaikan tekanan darah mendadak yang

disertai kerusakan organ target yang progresif dan diperlukan tindakan

penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit atau jam.

2. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna

tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan

tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan tekanan

darah harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24 - 48 jam (penurunan tekanan

darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

2.4.5 Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala


29

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah.

2. Gejala yang lazim

Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Hal ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan

pasien yang mencari pertolongan medis.

2.4.6 Penatalaksanaan Hipertensi

1 penatalaksanaan Non Farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi pada penderita hipertensi menurut

Wijaya & Putri (2013), bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi

dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

a. Diet Hipertensi

Diet hipertensi adalah salah satu cara mengatasi hipertensi tanpa

efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami.

Penatalaksanaan diet hipertensi yaitu untuk menurunkan tekanan darah,

menurunkan berat badan, menurunkan kadar kolesterol dan asam urat. Diet

hipertensi untuk menanggulangi atau mempertahankan tekanan darah

yaitu: Diet rendah garam, diet rendah kolesterol, diet tinggi serat, dan diet

rendah kalori.

b. Batasi minum alkohol

Mengkonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari dapat

meningkatkan tekanan darah sehingga dengan membatasi atau berhenti

minum alkohol dapat menyebabkan tekanan darah menurun.

c. Penurunan Stress melalui senam yoga


30

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau

ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khusus

hipertensi, stress dianggap sebagai faktor psikologis yang dapat

meningkatkan tekanan darah oleh karena itu dapat dilakukan dengan cara

relaksasi otot, senam yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem

saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi.

d. Mengurangi merokok

Kandungan utama rokok adalah tembakau di dalam tembakau juga

terdapat nikotin sehingga merokok menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal

secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah.

Kerja jantung yamg lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah.

e. Aromatherapi

Salah satu teknik penyembuhan menggunakan minyak esensial untuk

memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah aromaterapi

digunakan akan membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan

aktivitas vasokontriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan

menurunkan tekanan darah

f. Terapi message

Message atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energy dalam

tubuh sehingga meminimalsir gangguan hipertensi. Saat semua jalur energi

terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko

hipertensi dapat diminimalisir

g. Olah raga.
31

Olah raga atau latihan fisik untuk penderita hipertensi antara lain:

1. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, senam,

bersepeda, berenang.

2. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80%, dari kapasitas aerobik atau

72 - 87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

3. Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu atau 5x perminggu Jika hal

ini dilakukan dengan benar dapat menolong penurunan tekanan darah.

Contoh olahraga yang mudah dilakukan adalah senam ergonomik

disamping itu senam ini bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah,

mencegah osteoporosis, mengontrol kadar gula darah.

2 Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Wijaya & Putri (2013), dengan

terapi obat tujuan pengobatan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi dengan cara-cara

seminimal mungkin mengganggu kualitas hidup pasien. Hal ini dicapai

dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90

mmHg, berikut jenis jenis obat hipertensi:

a. Diuretik

Mengobati hipertensi dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air

melalui ginjal. Hal ini mengurangi volume dan aliran balik vena, sehingga

mengurangi curah jantung. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan

mengurangi volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer

mungkin meningkat. Setelah 6-8 minggu curah jantung kembali ke normal

dan vaskuler perifer. Diuretik efektif menurunkan tekanan darah sebesar


32

10-15 mmHg pada sebagian besar pasien dan diuritik sendiri sering

memberikan hasil pengobatan yang memadai bagi hipertensi esensial

ringan dan sedang.

b. Angiotensin Converting Enzim (ACE inhibitor)

Pada ACE inhibitor contohnya adalah enapril, captopril, lisinopril dan obat

lain di golongan ini menurunkan pembentukan angiotensin II. Dengan

ekskresi ACE inhibitor akan mengurangi retensi natrium dan air,

mengurangi volume darah, terjadi vasodilatasi terutama di otak, jantung

dan ginjal serta menurunkan TPR. Antagonis reseptor angiotensin II,

losartan dan candesartan memiliki efek fisiologis mirip dengan ACE

inhibitor, obat ini dibutuhkan karena ACE inhibitor memblokade hormon

angiotensin II yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah.

c. Calcium channel bloker

Efek dari kalsium ekstra selular adalah pada kontraksi otot polos jantung

dan pembuluh darah. Obat yang menghalangi masuknya kalsium ke dalam

otototot polos akan mengurangi kontraksi dan juga sistem konduksi

jantung. Obat calsium channel bloker adalah paling efektif dalam

mengurangi variabilitas pada tekanan darah. Calcium channel bloker dapat

dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu: bekerja terutama pada

miokardium misalnya verapamil, bekerja pada otot polos pembuluh darah

misalnya nifedipine, felodipine dan amlodipine serta yang bekerja pada

myocardium dan otot polos pembuluh darah misalnya ditializem.

d. Beta bloker
33

Beta bloker bertindak dengan menghalangi ikatan noradrenalin dengan

reseptor pada sel, miokardium, saluran pernafasan dan pembuluh darah

perifer. Efek pada jantung adalah mengurangi denyut jantung dan

kontraktilitas terutama saat saraf simpatik terstimulasi seperti seperti pada

saat olah raga dan stres. Penurunan curah jantung mengakibatkan

penurunan tekanan darah, selain itu obat ini juga mengurangi efek

noradrenalin, mengurangi pelepasan rennin dari ginjal dan dapat

menyebabkan vasodilatasi dari arteriol yang mengurangi TPR.

e. Alpha-I-Adrenegic bloker

Stimulasi dari reseptor Apha-I oleh noradrenalin menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan saluran pernafasan, relaksasi pada

saluran gastrointestinal dan kontraksi sfingter kandung kemih. Dalam

sirkulasi, alpha-I reseptor ditemukan terutama di kulit, otot rangka, ginjal

dan saluran pencernaan. Obat obatan seperti prazosin, dan terazosin

doxasoxin digunakan untuk mengobati hipertensi karena mereka

menginduksi vasodilatasi perifer, yang menyebabkan penurunan TPR.

Efek samping dari obat jenis ini dapat menyebabkan hipotensi postural,

impotensi dan inkonentinensia urine meningkat pada wanita.


34

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Stres Kualitas hidup lansia


1. Ringan yang mengalami
2. Sedang hipertensi
3. Berat

1. Demografi
2. Biologis
3. Ekonomi
4. Sosial dan budaya
5. hukum dan etika
6. Psikologi dan perilaku
7. agama

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak diteliti
: Pengaruh
Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan
Kualitas Hidup Lansia Hipertensi
35

2.6 Hipotesis Penulisan

Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan), yaitu suatu

pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan

apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau

data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian (Aziz, 2010). Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

H1: Ada hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup lansia hipertensi

Anda mungkin juga menyukai