Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

FUNGSI DAN PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT

PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN SECARA SISTEMIKPendekatan sistemik


terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di manamasyarakat tradisional
sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakatsebagai pelaksana
proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yangdicita-
citakan.Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungansekolah, dan lingkungan masyarakat.Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwapendidikan itu merupakan tanggung jawab
bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.Dari dua penjelasan tersebut di atas maka
bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikanformal, pendidikan informal dan
pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang SistemPendidikan
Nasional).Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga,
lembagakeagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga keluarga menyelenggarakan pendidikan
informal,lembaga pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan yang lain
menyelenggarakan pendidikanformal maupun pendidikan nonfonnal. Bentuk-bentuk pendidikan
nonformal cukup banyak jenisnya,seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang
mempersiapkan tenaga terampil. Seperti kursusmenjahit, kursus komputer, kursus montir, kursus
bahasa-bahasa asing dan sebagainya. Bentukpendidikan formal yang beçjalan ini terdiri dari empat
jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan PerguruanTinggi. Menurut Undang Undang Nomor : 2/1989,
tentang jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga jenjangyaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Dasar terdiri dariSekolah Dasar dan Sekolab
Menengah Tingkat Pertama.Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh
sistem politik dan ekonomi.(Muhammad Dimyati, 1988 p, 163). Dengan adanya bermacam-macam
jenis politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan bermacam-
macam untuk masing-masingbentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah,
lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.

PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT Sebagian besar masyarakat modern memandang


lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kuncidalam mencapai tujuan sosial Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikanyang diperlukan sceara besar-besaran
untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untukmempertahankan nilai-nilai tradisional yang
berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasahormat kepada orang tua, kepada
pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-normayang berlaku, jiwa
patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwakepada Tuhan
Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi,sosial dan
pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkanwawasan
anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secaratepat dan
benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapaitujuan
pembangunan nasional. Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat ada
bermacam-macam pendapat, dibawah ini disajikan tiga pendapat tentang fungsi pendidikan dalam
masyaraka.
Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-
fungsisebagai berikut: (1) Fungsi sosialisasi, (2) Fungsi kontrol sosial, (3) Fungsi pelestarian
budayaMasyarakat, (4) Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja, (5) Fungsi seleksi dan
alokasi, (6)Fungsi pendidikan dan perubahan sosial, (7) Fungsi reproduksi budaya, (8) Fungsi difusi
kultural, (9)Fungsi peningkatan sosial, dan (10) Fungsi modifikasi sosial. ( Wuradji, 1988, p. 31-
42).Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu
sebagai berikut:(1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi, (3) fungsi inovasi dan
perubahan sosial, (4)fungsi pengembangan pribadi dan sosial (Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-
7).Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat
itusebagai berikut: (1) memindahkan nilai-nilai budaya, (2) nilai-nilai pengajaran, (3) peningkatan
mobilitassosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) latihan jabatan, (6) mengembangkan dan memantapkan
hubunganhubungan sosial (7) membentuk semangat kebangsaan, (8) pengasuh bayi. Dari tiga
pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi antara pendapat yangsatu
dengan pendapat yang lain.1) Fungsi Sosialisasi.Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru
belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnyatidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti
sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anakbelajar dengan jalan mengikuti atau
melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa.Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar denganberbuat atau melakukan
sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untukkeperluan tersebut
anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada generasi tua,menyesuai kan diri
dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperolehketerampilan-
keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalamsituasi
seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat di mana anak-anak meniru,
mengikuti danberbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari
permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua.
Hal itu merupakanbagian dari perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna
dan berefek langsungbagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena budaya
yang berlaku di dalammasyarakat, di mana anak menjadi anggotanya, adalah bersifat stabil, tidak
berubah dan waktu ke waktu,dan statis. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi
lebih kompleks dan memiliki diferensiasiantara kelompok masyarakat yang satu dengan yang
lain, antara yang dianut oleh individu yang satudengan individu yang lain. Dengan perkataan lain
masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk
berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini sebelumnya,
mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasike generasi berikutnya selalu
menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakatsekolah telah melembaga
demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upayamenciptakan/melahirkan nilai-
nilai budaya baru

(cultural reproduction).

 Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak


untukmencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan adalah
menjadi tugasdari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah
keluarga, lembagakeagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di
dalam permulaan masa-masapendidikannya, merupakan masa yang sangat penting
bagi pembentukan dan pengembanganpengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan
pembangunan upaya pengadopsian inidilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan
kritik dan evaluasi secara rasional. Sekolah-sekolah menjanjikan kepada anak-anak gambaran
tentang apa yang dicita-citakan olehlembaga-lembaga sosialnya. Anak-anak didorong, dibimbing
dan diarahkan untuk mengikuti pola-pola.

prilaku orang-orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu, melalui drama, tarian, nyanyian
dansebagainya, yang semuanya itu merupakan ujud nyata dari budaya masyarakat yang berlaku.
Melaluicara-cara seperti itu anak. anak dibiasakan untuk berlaku sopan terhadap orang tua, hormat
dan patuhterhadap norma-norma yang berlaku. Lembaga-lembaga agama mengajarkan bagaimana
penganutnyaberbakti kepada Tuhannya berdasarkan tata cara tertentu. Lembaga-lembaga
pemerintahan mengajarkan bagaimana anak kelak apabila telah menjadi warganegara penuh,
memenuhi kewajiban-kewajiban negara, memiliki jiwa patriotik dan memiliki kesadaranberwarga
negara. Semua ajaran dan pembiasaan tersebut pada permulaannya berlangsung melaluiproses
emosional, bukan proses kognitif. Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan
masyarakat yang telah mapan danmelembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-
nilai tradisional di mana institusitradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-
anak belajar mengikuti pola-pola dannilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harusbeijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita semua
mengetahui betapa pentingnya masa-masapermulaan proses sosialisasi. Orang tua dan
keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan prosessosialisasi tersebut dengan baik. Dalam
lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagaimodel dan dianggap dapat
mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak-memahami dan kemudian
mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Willard Waller dalam hubunganini menganggap
sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan sebagai museum yang menyimpantentang nilai-nilai
kebajikan

(mnuseum of virture)

(Pardius and Parelius, 1978; p. 24). Dengan anggapantersebut, masyarakat menginginkan sekolah


beserta staf pengajarnya harus mampu mengajarkan nilai-nilai kebajikan dari masyarakatnya

(the old viture),

atau keseluruhan nilai-nilai yang diyakini dan menjadianutan dan pandangan masyarakatnya. Untuk
memberikan pendidikan mengenai kedisiplinan, rasahormat dan patuh kepada pemimpin, kemauan
kerja keras, kehidupan bernegara dan kehidupandemokrasi, menghormati, nilai-nilai perjuangan
bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturanhukum dan perundang-undangan dan
sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling berkompetenadalah lembaga pendidikan. Sekolah
mengemban tugas untuk melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-nilai budaya
masyarakatdengan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi
way of life

masyarakat dan bangsanya. Untuk memenuhifungsi dan tugasnya tersebut sekolah menetapkan
program dan kurikulum pendidikan, beserta metodedan tekniknya secara paedagogis, agar proses
transmisi nilai-nilai tersebut berjalan lancar dan mulus. Dalam hubungannya dengan transmisi nilai-
nilai, terdapat beragam budaya antara masyarakat yang satudengan masyarakat yang lain, dan
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Sebagai contohsekolah-sekolah keguruan di Uni
Soviet dan Amerika. Di Uni Soviet guru-guru harus mengajarkan rasasolidaritas dan rasa tanggung
jawab untuk menyatu dengan kelompoknya dengan mengembangkansistem kompetisi di antara
mereka. Sementara di Amerika Serikat guru harus mengembangkankemampuan untuk hidup
mandiri dan kemampuan bersaing dengan melakukan upaya-upaya kompetisipenuh di antara siswa-
siswa. 2) Fungsi kontrol sosial Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan
tradisional masyarakat harus jugaberfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan
mekanisme kontrol sosial. Durheimmenjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk
menahan atau mengurangi sifat-sifategoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan
bagian masyarakat yang integral di manaanak harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial.
(Jeane H. Bellatine, 1983, p.8). Melaluipendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial
dan melakukan interaksi nilai-niiai tersebutdalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai
individu sebagai anggota masyarakat ia jugadituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk
mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk
mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanansosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka.

ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi
sebagiaimasyarakat. Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik
yang beraneka ragammenjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwasekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan
hidup yang dianut oleh parasiswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan
nilai-nilai Pancasila yang dianutoleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah. 3)
Fungsi pelestarian budaya masyarakat. Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu
budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang
masih layak dipertahankan seperti bahasadaerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya
mendayagunakan sumber daya lokal bagikepentingan sekolah dan sebagainya. Fungsi sekolah
berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitupertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-
nilaitradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di
JawaTengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa
Barat untukmempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk
mempertahankan nilai-nilaibudaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai
tugas untuk mempertahankannilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada
yang beragam demi kepentingannasional. Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun
kurikulum yang baku yang berlaku untuk semuadaerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan
kondisi dan nilai-nilai daerah tertentu. Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang
dapat menjadikan anak itu menjadi yangmencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah
airnya.4) Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Jika kita amati apa yang
terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu,
maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu jabatan
danpengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini terjadi di segala bidang baik mau masuk
sekolah maupun mau masuk pada jabatantertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti
ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentuharus mengikuti testing kecakapan tertentu.
Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolahmenengah tertentu harus menyerahkan nllai
EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilaiNEM yang tinggi dari nilai tertentu sampai
nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratanyang ketat tetapi biaya sekolah
yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu. Oleh karena itu anakyang nilainya rendah dan
ekonominya lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pulauntuk memangku
jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi denganberbagai cara
yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap dan terampil sesuai dengan jabatan
yang akan dipangkunya. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan
tenaga kerja mempunyai duahal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera
profesional dalam bidang spesialisasitertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka
untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampildan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua
dapat digunakan untuk memotivasi parapekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan
pekerjaan yang dipangkunya.

Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu,


patuhterhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai
dengan aturan.

yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan
martabatmanusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat
yangdimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya. Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan
dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkantenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang
ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenagayang terampil sesuai dengan bidangnya,
sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadiyang baik untuk menjadi seorang
pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan inimerupakan pengembangan pribadi
sosial. 5) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan
perubahan sosial mempunyai fungsi (1) melakukanreproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3)
mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, (4) melakukan
perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosialtradisional, dan (5) melakukan
perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusitradisional yang telah
ketinggalan. Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian danpengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada
sekolah-sekolahyang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pada
masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai
sertakebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme
kompetisi sehat,sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai
tersebut semuanya sangatdiperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usaha-usaha
sekolah untuk mengajarkansistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-
nilai dan pandangan hidup lama,pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan
keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkanoleh sekolah sekolah sejak proses
modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-caraberpikir ilmiah, cara-cara analisis
dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasiyang kritis orang akan
cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya. Lembaga-lembaga
pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru jugaberfungsi penghasil
nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya

(cultural diffission)

.Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya
dandifusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan
dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup
baru yangsemuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan
bagi terjadinyaperubahan sosial yang berkelanjutan. Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial
dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritisberperan untuk menanamkan keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia.Pendidikan dalam era abad modern
telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dankemampuan berpikir kritis, sikap
tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikapyang tanggap terhadap
perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dariketergantungan
dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa.Pendidikan ini
terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, sepertiyang
diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah
maju,pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan
kritis initelah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka
matamasyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran
penemuanbaru lainnya. Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan
modifikasi (perubahan) hierarkisosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan
saja efektif dalam pengembanganpnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap
penghargaan masyarakat akan nilai-nilai.

manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila
dalammasyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum
bangsawan dangolongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi
tatanan-tatanansosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-
penalaran yang rasional.Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang
berasaskan keadilan,pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi
sepanjang diperoleh melalui cara-caraobjektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk
mobilitas vertikal yang kompetitif. 6) Fungsi Sekolah dalam Masyarakat DI muka telah dibicarakan
tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikaninformal dan pendidikan
nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolahbukan satu-satunya
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembagalain yang juga
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyaidua fungsi
yaitu (1) sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Sekolah sebagaipartner
masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkunganmasyarakat.
Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas
lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh
sekolah.Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam
masyarakat.Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan,
penyediaanforum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat.
Sebaliknya partisipasisadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit
banyak juga dipengaruhi olehtugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di
sekolah. Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit
banyaknya sertafungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan,
museum, surat kabar, majalahdan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan
fungsi pendidikan. Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat
memiliki ikatan hubunganrasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi
pendidikan yang dimainkan olehsekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan
sasaran atau target pendidikanyang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh
kejelasan perumusan kontrakantara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan.
Ketiga, keberhasilan penunaianfungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian,
penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya
yang memberikan makna penting eksistensi dan produk sekolahan.

A. PENDIDIKAN DALAM ANALISIS TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONAL


B. Fenomena perubahan sosial kehidupan masyarakat cukup kompleks. Fenomena sosial yang
ada seringkali mengacu pada adanya indikasi-indikasi yang rentan sekali melahirkan
perbedaan dan bahkan perselisihan dalam hal persepsi dan interpretasi. Hal ini dikarenakan
persoalan kemanusiaan sangat erat hubungannya dengan perubahan dan perkembangan
sosial.
C. Manusia senantiasa membutuhkan satu sama lain untuk kelangsungan hidup dan
mempertahankan predikatnya sebagai manusia. Wujud dari itu akan melahirkan
ketergantungan yang pada akhirnya mendatangkan sebuah bentuk kerjasama, berlangsung
dalam rentang waktu yang tak terbatas. Dari interaksi-interaksi tersebut pada akhirnya akan
melahirkan sebuah bentuk masyarakat yang beraneka ragam, baik dari segi struktur, politik
maupun sosialnya. Ini adalah sebuah keniscayaan, karena sejak kehadirannya, mereka telah
dianugerahi gelar sebagai makhluk social.
D. Dalam kerangka premis tersebut, berbagai usaha telah dilakukan, bahkan ada sebagian yang
terkesan berlebihan dalam mengkaji dan mengadakan penelitian social. Akan tetapi, sejalan
dengan perkembangan waktu, sampai saat ini belum selesai perjalanan menemukan sebuah
teori kehidupan sosial yang mapan dan jitu, kendati telah banyak teori yang kita telah
pelajari.
E. Berangkat dari asumsi diatas, penulis mencoba memberikan informasi melalaui bahasan
berikut yang akan menganalisis tentang teori struktural fungsional dan mencoba
mengangkat sisi pendidikan dari teori tersebut.
F. Istilah Struktural Fungsional dalam teorinya menekankan pada keteraturan (orde). Dalam
teori ini, masyarakat dipandang sebagai suatu system social (social system) yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Teori ini
mempunyai asumsi bahwa setiap tatanan (struktur) dalam sistem sosial akan berfungsi pada
yang lain, sehingga bila fungsional yang tidak ada, maka struktur itu tidak akan ada atau akan
hilang dengan sendirinya. Semua tatanan adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Dalam
arti demikian, maka teori ini cenderung memusatkan kajiannya pada fungsi dari suatu fakta
sosial (social fact) terhadap fakta sosial lain.
G. Dari ulasan diatas, jelas bahwa teori struktural fungsional berpandangan terhadap segala
pranata sosial yang ada dalam masyarakat serba fungsional, baik yang dinilai positif maupun
negatif. Misalkan kasus kemiskinan, adalah gejala sosial dalam suatu sistem sosial yang
fungsional bagi si kaya, karena dengan si miskin mereka dapat memanfaatkan tenaganya.
H. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teori struktural fungsional mempunyai
premis sebagai berikut:
I. • Masyarakat adalah suatu system yang secara keseluruhan terdiri dari bagian-bagian yang
saling tergantung. Keseluruhan system yang utuh menentukan bagian-bagian. Artinya,
bagian yang satu tidak dipahami secara parsial dan terpisah kecuali dengan
mempertahankan hubungan dengan system keseluruhan yang lebih luas.
J. • Bagian-bagian harus dipahami dalam kaitannya dengan fungsinya terhadap keseimbangan
sistem keseluruhan, sehingga bagian-bagian tersebut menunjukkan gejala saling tergantung
dan saling mendukung untuk memelihara keutuhan system.
K. • Tiap-tiap masyarakat merupakan struktur yang terdiri dari unsur-unsur yang relatif kuat
dan mantap, berintegrasi satu sama lain dengan baik. Orang lebih banyak bekerja sama dari
pada menentang, biarpun telah terjadi pergantian dari pemerintah yang lama ke yang baru.
L. • Tiap-tiap masyarakat mempunyai fungsi dalam rangka mewujudkan ketahanan dan
kelestarian sistem. Hal ini karena dilatarbelakangi oleh suatu kesesuaian faham (consensus)
diantara anggotanya mengenai nilai-nilai tertentu.
M. Comte berpendapat bahwa sosiologi adalah studi tentang strata sosial (struktur) dan
dinamika sosial (proses/fungsi). Didalam membahas struktur masyarakat disebutkan bahwa
masyarakat adalah organisme hidup.
N. Pendidikan Dalam Teori Struktural Fungsional
O. Sebagaimana telah dijelaskan diawal , bahwa teori struktural fungsional tidak bisa
terpisahkan. Stratifikasi yang ada dalam masyarakat mempunyai peran atau fungsi.
Ekstrimisme toeri ini adalah mendarah dagingnya asumsi bahwa semua even dalam tatanan
adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Berbicara tentang masyarakat maka hal tersebut
tidak bisa dipisahkan dengan “integrasi” (satu kesatuan yang utuh, padu) seperti
dikemukakan Parson, yang berarti bahwa struktur dalam masyarakat mempunyai
keterkaitan atau hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan khususnya, tidak bisa
dipisahkan dari struktur yang terbentuk dalam masyarakat. Kita tidak bisa pungkiri bahwa
terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat salah satunya dibentuk oleh pendidikan itu
sendiri. Demikian sebaliknya Durkheim(1858-1917) berpendapat bahwa masyarakat secara
keseluruhan dan lingkungannya akan menentukan tipe-tipe pendidikan yang
diselenggarakan. Demikian pula, pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri dan kesadaran sosial.
P. Fungsionalisme Struktural tidak hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu tentang
keteraturan masyarakat, tetapi juga memantulkan asumsi-asumsi tertentu tantang hakikat
manusia. Didalam fungsionalisme, manusia diperlakukan sebagai abstraksi yang menduduki
status dan peranan yang membentuk lembaga-lembaga atau struktur-struktur sosial.
Didalam perwujudannya yang ekstrim, fungsionalisme struktural secara implisit
memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah
dirancang sebelumnya, sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan masyarakat.
Didalam tradisi pemikiran Durkheim untuk menghindari reduksionisme (fenomena alamiah
yang diciutkan dalam suatu hal yang lebih kecil)
Q. psikologis, para anggota masyarakat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh norma-
norma dan lembaga-lembaga yang memelihara norma-norma itu.
R. Parsons melihat masyarakat adalah sistem sosial yang dilihat secara total. Bilamana sistem
sosial sebagai sebuah sistem parsial, maka masyarakat itu dapat berupa setiap jumlah dari
sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga, sistem pendidikan, dan lembaga-
lembaga keagamaan.
S. Kita dapat menghubungkan individu dengan sistem sosial dan menganalisanya melalui
konsep status (struktur) dan peranan (fungsi). Status adalah kedudukan dalam sistem sosial,
seperti guru, ibu , atau presiden, dan peranan adalah perilaku yang diharapkan atau perilaku
normatif yang melekat pada status guru, ibu, atau presiden itu. Dengan kata lain dalam
sistem sosial, individu menduduki suatu tempat (status), dan bertindak (peranan) sesuai
dengan norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh sistem. Misalnya, status sebagai seorang
suami mengandung peranan normatif yakni mencari nafkah yang baik. Peranan sebagai
suami adalah statusnya sebagai suami dari istri.
T. Ilustrasi diatas mengisyaratkan betapa urgensinya status (sturktur) sebagai seorang suami
dan peranannya (fungsi) terhadap istri. Dalam status dan perananan tersebut disamping
sebagai tanggungjawab suami namun sinyalement pendidikan senantiasa terlihat didalam
peranan-peranan tersebut. Bagaimana misalnya fungsi seorang suami mendidik istri dan
anak-anaknya selalu membangun integritas (keutuhan) sebuah keluarga dan bagaimana
seorang suami menjadi sosok panutan baik secara langsung ataupun tidak langsung dan
menjadi teladan bagi istri dan anak-anaknya
U. 1. Pendidikan dalam peranan masyarakat dapat dilihat pada ketentuan berikut;
V. a. Bagaimana seharusnya melangkah dan bertindak sebagai seorang yang mengemban tugas
dan pemeran sehubungan dengan beberapa kemungkinan, prestise atau kepemimpinannya;
W. b. Bagaimana ia berbuat sebagai seorang anggota suatu bagian dari status kelembagaan dan
perkumpulan-perkumpulan.
X. Peranan-peranan anggota masyarakat yang demikian akan membatasi peranan (fungsi):
sebagai penduduk, konsumen, anggota militer, usahawan, pembentuk serikat sekerja, dan
sebagai orang tua. Kesemuanya sangat bermamfaat dalam pengendalian masyarakat,
masing-masing akan mengetahui batas-batas kewenangannya, sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat tidak terjadi benturan-benturan antara peranan yang satu dengan peranan
yang lainnya.
Y. 2. Pendidikan dalam peranan-peranan kelompok
Z. Suatu kelompok dan peranan yang ada, agar dapat memuaskan atau memenuhi seseorang,
tentunya akan membiasakan kepentingan-kepentingan, kebutuhan-kebutuhan atau
mendekatkan harapan-harapan pada para anggotanya. Hal ini dapat menjadikan suatu klik,
asosiasi, kelas atau strata (lapisan/sturktur) masyarakat, suku atau golongan kedaerahan,
kasta, dan lain-lain sejenisnya dalam lingkungan masyarakat. Kelompok-kelompok sosial
seperti ini dalam menciptakan suatu lingkungan masyarakat yang stabil, lancar, dan tertib,
para pemimpin dan masing-masing anggotanya darus dapat bertindak memainkan peranan-
peranan antara lain:
AA. a) Memainkan peranan kelompok sepenuhnya dalam kelompok masing-masing, tanpa
kehendak untuk memaksakan peranan-peranan itu kepada para anggota kelompok lainnya;
BB. b) Dapat memainkan peran kelompoknya bersama-sama kelompok lain, apabila diantara
kelompok-kelompok itu telah terjadi kesepakatan bersama atau penyilangan kultur,
biasanya dalam rangka penggabungan menjadi kelompok besar yang menghendaki
perkembangan;
CC. c) Sama sekali membatasi peranan-peranan kelompoknya dan menyusuaikan dengan
pernanan sosial dalam mengadakan interelasi atau hubungan-hubungan antar kelompok
dalam lingkungan masyarakat, mencegah benturan-benturan dengan cara lebih menghargai
atau menghormati peranan sosial.
DD. 
EE. 3. Pendidikan dalam status kelompok dalam struktur sosial
FF. Dalam status kelompok-kelompok masyarakat, struktur masyarakatnya cenderung untuk
membentuk tiga kelompok yang lebih besar ditinjau dari persilangan-persilangan yang
terjadi, yaitu;
GG. (a) Kesukuan kedaerahan,
HH. (b) Kelas social strata (struktur/lapisan) masyarakat,
II. (c) Status pekerjaan jenjang jabatan dalam bagian masyarakat.
JJ. Dalam suatu masyarakat kerap hidup beberapa suku, karena masing-masing merasakan
adanya ikatan kebudayaan dan geografis atau kebudayaan yang mirip yang berlaku secara
turun temurun serta para anggotanya dilahirkan, dikembangkan dan bertahan dalam
kelangsungan hidupnya (viabilitas) persilangan-persilangan yang terjadi akan mewujudkan
rasa kedaerahan. Demikian pula kelas-kelas sosial karena merasakan adanya keterikatan
(kesamaan jenjang, gerakan, tuntutan dan tujuan), mereka akan mengadakan persilangan
antara masing-masing kelas dan terwujudlah segmentasi atau pembentukan bagian yang
lebih besar, dalam hal ini berbentuk lapisan masyakat. Lapisan masyarakat (strata) banyak
berpengaruh pula dalam kelansungan hidup masyarakat.
KK. Orang-orang dalam mempertahankan hidupnya dalam masyarakat haruslah bekerja. Adanya
interelasi antara mereka yang mempunyai status pekerjaan yang sama atau mirip akan
terjadi pertukaran pendapat, pengalaman, pikiran dan gagasan. Persilangan-persilangan
status pekerja/pekerjaan akan melahirkan jenjang pekerjaan yang lebih besar dalam
masyarakat.
LL. 
MM. 4. Pendidikan Terintegrasi dalam Fungsi-fungsi Lembaga dalam Masyarakat
NN.Adalah tak perlu diperkirakan bahwa suatu lembaga hanya menyelenggarakan satu fungsi.
Kita perhatikan sekarang yang sederhana saja, seperti keluarga;
OO.a. Memperhatikan anak-anaknya,
PP. b. Para anggota keluarga satu dan lainnya saling membantu dan memberikan rasa kasih
sayang serta perlindungan bersama,
QQ.c. Menyelenggarakan fungsi-fungsi ekonomi serta membawasertakan pada upacara
keagamaan dan anggota keluarganya (ayah-ibu-kakak) sering bertindak sebagai pengganti
guru dirumah,
RR. d. Menyehatkan anak-anak, memberi gizi dan obat-obatan dan pelayanan-pelayanan sosial
lainnya.
SS. Lembaga-lembaga itupun mempunyai fungsi-fungsi lainnya yang tidak jauh berbeda dengan
fungsi-fungsi keluarga terhadap para anggotanya. Dalam lembaga, fungsi-fungsi itu dipisah-
pisah-dibagi-bagi. Tidak dapat diperkirakan bahwa suatu fungsi sosial tertentu
diselenggarakan secara eksklusif oleh suatu lembaga. Jika kita memahami pendidikan
dengan seluruh kegiatan-kegiatannya, dimana anak-anak belajar dan dipelajari teknik-teknik,
kebiasaan-kebiasaan serta perasaan-perasaan pada masyarakat dimana mereka hidup,
adalah nyata bahwa sekolah tidak melakukan monopoli atas pendidikan.
TT. Yang dimaksud dengan pendidikan dalam lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat
umumnya adalah bagaimana lembaga itu memberikan keteladanan, profesionalisme, jauh
dari kolusi-korupsi-nepotisme (KKN) serta mejalankan birokrasi sesuai prosedur dan
proporsional. Fungsionaris yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsinya
sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada sehingga akan melahirkan strukturisasi
dan fungsionaris yang istiqamah serta citra lembaga sebagai institusi yang intelek dan
berakhlak.
UU. 5. Penerapan Teori Struktural-Fungsional dalam Pendidikan di Sekolah
VV. Dalam buku Manajemen Pendidikan Mutu berbasis Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas (1999:6-7) diungkapkan
beberapa indikator yang menjadi karesteristik dari konsep MPBS sekaligus mereflaksikan
peran dan tanggung jawab masing-masing pihak antara lain; (1) lingkungan sekolah yang
aman dan tertib, (2) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (3) sekolah
memiliki kepemimpinan yang kuat, (4) adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah
(kepala sekolah, guru, dan staf lainnya, termasuk siswa) untuk berprestasi, (5) adanya
pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (6) adanya
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan dan atau perbaikan mutu,
(7) adanya komunikasi dan dukungan insentif dar orang tua siswa dan masyarakat lainnya.
WW. Oleh karenanya penulis dapat menyimpulkan bahwa praktek teori struktural-
fungsional yang mengedepankan integrasi, maka tanggung jawab dan peran masing-masing
pihak harus selalu menjadi prioritas dalam rangka membangun intergrasi solid di sekolah
terutama yang erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan .
XX. Anilisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk membantu sekolah mengungkapkan dan mengidentifikasi
permasalahan. Pentingnya analisis SWOT dilakukan agar dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan yang melekat dalam lingkungan internal system itu sendiri, serta peluang dan
tantangan yang dating dari lingkungan eksternal system tersebut. Berbagai hasil studi
empirik menunjukkan bahwa suatu manajemen itu akan berhasil jika mampu
mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan peluang yang dimilikinya
serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh factor kelemahan dan hambatan disertai
upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya (syamsuddin, 2000:5).
YY. Penulis perlu menjelaskan juga bahwa untuk membahas lebih rinci sejauh mana sosiologi
mambahas tentang kependidikan dan begitu juga sebaliknya, maka dalam paper ini saya
sebagai penulis sedikit akan memberikan informasi mengenai pendidikan dalam sosiologi.
Namun ruang lingkup bahasannya terbatas pada lembaga pendidikan itu sendiri.
ZZ. Menurut Stalcup:
AAA. 1. Educational sociology; yakni merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan
penemuan-penemuan sosiologi bagi pengadministrasian dan/atau proses pendidikan.
Pendekatan ini berupaya untuk menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada lembaga
pendidikan sebagai suatu unit sosial tersendiri.
BBB. 2. Sociology educational, merupakan analisis terhadap proses-proses sosiologi yang
berlangsung dalam lembaga pendidikan. Takanan dan wilayah telaahnya pada lembaga
pendidikan itu sendiri.
CCC. Berikut defenisi sosiologi pendidikan menurut pakar sosilogi;
DDD. a. Fairchild, sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
EEE. b. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
stuktur dan dinamika proses pendidikan.
FFF.c. Ellwood, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk
melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial. [15]
GGG. Defenisi diatas menurut analisis penulis mengisyaratkan adanya kajian khusus yang
lebih spesifik untuk mengangkat isu-isu sosial dalam pendidikan atau sebaliknya. Lembaga
sekolah misalnya, sebagai struktur sekolah berperan menciptakan hubungan dengan
lembaga-lembaga lain yang ada didalam masyarakat sehingga melahirkan integrasi yang
solid. Ketika terjadi masalah sosial yang melibatkan fungsionaris yang ada pada lembaga
sekolah maka akan dengan mudah diselesaikan. Contoh kasus, misalnya seorang siswa
melanggar peraturan lalu lintas (tidak memakai helm dan tanpa SIM), maka lembaga
kepolisian yang berwenang akan memberikan sanksi berat dengan “tilang” yakni hukuman
dengan mengharuskan siswa membuat “SIM” yang tentunya dengan biaya mahal. Dengan
hubungan komunikasi dan kerjasama yang baik maka biaya yang mesti dibayar mahal
menjadi agak terjangkau dengan terjalinnya hubungan antara lembaga-lembaga tersebut.
HHH. Penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa Teori Struktural fungsional
adalah teori yang membahas tentang stratifikasi dan peranan (fungsi) yang ada didalam
masyarakat. Teori ini menjelaskan bagaimana struktur yang ada itu berinteraksi dan
berfungsi sesuai dengan peranan masing-masing lembaga tersebut dengan mengedepankan
integrasi, Sehigga jika terjadi konflik sosial maka akan dengan mudah diselesaikan.
III. Pendidikan dalam teori ini bisa dilihat pada penjelasan singkat ini, bahwa setiap sturkturisasi
jika berfungsi sesuai dengan stratifikasi yang diperankan maka akan membentuk lembaga-
lembaga yang paradigmatis untuk mendidik masyarakat istiqama dan menjadi panutan.
Artinya, fungionaris yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi serta
peranannya yang sesuai oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Fungsionaris yang
ada di birokrasi menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, fungsionaris yang ada
dalam lembaga adat, kultur dan budaya bahkan agama juga menjalankan perannya sesuai
dengan amanah leluhur, pemuka agama dan lain-lain sebagainya.
JJJ. Lebih jauh penulis memaparkan bahwa sistem sosial mempunyai bagian yang saling
berhubungan, misalnya, status suami, istri, dan anak yang saling berhubungan sehingga
membentuk lembaga yang kita kenal sebagai keluarga. Pendidikan dalam lembaga keluarga
sangat kental dan jelas yang menjadikan suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab
penuh dan menjadi panutan keluarganya dengan peranannya mencari nafkah buat keluarga.

DAPTAR PUSTAKA

Kartasapoetra,G. Kreimers,L.J.B. Sosiologi Umum, Penerbit, Bina Aksara, Jakarta, 1984

Muhyi, Batubara, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Press, 2004,

Partanto Pius A, Dahlan,M, Kamus Ilmiah Populer, Penerbit; Arkola, Surabaya, 2001

Anda mungkin juga menyukai