(cultural reproduction).
prilaku orang-orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu, melalui drama, tarian, nyanyian
dansebagainya, yang semuanya itu merupakan ujud nyata dari budaya masyarakat yang berlaku.
Melaluicara-cara seperti itu anak. anak dibiasakan untuk berlaku sopan terhadap orang tua, hormat
dan patuhterhadap norma-norma yang berlaku. Lembaga-lembaga agama mengajarkan bagaimana
penganutnyaberbakti kepada Tuhannya berdasarkan tata cara tertentu. Lembaga-lembaga
pemerintahan mengajarkan bagaimana anak kelak apabila telah menjadi warganegara penuh,
memenuhi kewajiban-kewajiban negara, memiliki jiwa patriotik dan memiliki kesadaranberwarga
negara. Semua ajaran dan pembiasaan tersebut pada permulaannya berlangsung melaluiproses
emosional, bukan proses kognitif. Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan
masyarakat yang telah mapan danmelembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-
nilai tradisional di mana institusitradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-
anak belajar mengikuti pola-pola dannilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harusbeijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita semua
mengetahui betapa pentingnya masa-masapermulaan proses sosialisasi. Orang tua dan
keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan prosessosialisasi tersebut dengan baik. Dalam
lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagaimodel dan dianggap dapat
mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak-memahami dan kemudian
mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Willard Waller dalam hubunganini menganggap
sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan sebagai museum yang menyimpantentang nilai-nilai
kebajikan
(mnuseum of virture)
atau keseluruhan nilai-nilai yang diyakini dan menjadianutan dan pandangan masyarakatnya. Untuk
memberikan pendidikan mengenai kedisiplinan, rasahormat dan patuh kepada pemimpin, kemauan
kerja keras, kehidupan bernegara dan kehidupandemokrasi, menghormati, nilai-nilai perjuangan
bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturanhukum dan perundang-undangan dan
sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling berkompetenadalah lembaga pendidikan. Sekolah
mengemban tugas untuk melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-nilai budaya
masyarakatdengan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi
way of life
masyarakat dan bangsanya. Untuk memenuhifungsi dan tugasnya tersebut sekolah menetapkan
program dan kurikulum pendidikan, beserta metodedan tekniknya secara paedagogis, agar proses
transmisi nilai-nilai tersebut berjalan lancar dan mulus. Dalam hubungannya dengan transmisi nilai-
nilai, terdapat beragam budaya antara masyarakat yang satudengan masyarakat yang lain, dan
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Sebagai contohsekolah-sekolah keguruan di Uni
Soviet dan Amerika. Di Uni Soviet guru-guru harus mengajarkan rasasolidaritas dan rasa tanggung
jawab untuk menyatu dengan kelompoknya dengan mengembangkansistem kompetisi di antara
mereka. Sementara di Amerika Serikat guru harus mengembangkankemampuan untuk hidup
mandiri dan kemampuan bersaing dengan melakukan upaya-upaya kompetisipenuh di antara siswa-
siswa. 2) Fungsi kontrol sosial Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan
tradisional masyarakat harus jugaberfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan
mekanisme kontrol sosial. Durheimmenjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk
menahan atau mengurangi sifat-sifategoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan
bagian masyarakat yang integral di manaanak harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial.
(Jeane H. Bellatine, 1983, p.8). Melaluipendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial
dan melakukan interaksi nilai-niiai tersebutdalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai
individu sebagai anggota masyarakat ia jugadituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk
mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk
mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanansosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka.
ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi
sebagiaimasyarakat. Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik
yang beraneka ragammenjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwasekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan
hidup yang dianut oleh parasiswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan
nilai-nilai Pancasila yang dianutoleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah. 3)
Fungsi pelestarian budaya masyarakat. Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu
budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang
masih layak dipertahankan seperti bahasadaerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya
mendayagunakan sumber daya lokal bagikepentingan sekolah dan sebagainya. Fungsi sekolah
berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitupertama
sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-
nilaitradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di
JawaTengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa
Barat untukmempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk
mempertahankan nilai-nilaibudaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai
tugas untuk mempertahankannilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada
yang beragam demi kepentingannasional. Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun
kurikulum yang baku yang berlaku untuk semuadaerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan
kondisi dan nilai-nilai daerah tertentu. Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang
dapat menjadikan anak itu menjadi yangmencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah
airnya.4) Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Jika kita amati apa yang
terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu,
maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu jabatan
danpengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini terjadi di segala bidang baik mau masuk
sekolah maupun mau masuk pada jabatantertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti
ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentuharus mengikuti testing kecakapan tertentu.
Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolahmenengah tertentu harus menyerahkan nllai
EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilaiNEM yang tinggi dari nilai tertentu sampai
nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratanyang ketat tetapi biaya sekolah
yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu. Oleh karena itu anakyang nilainya rendah dan
ekonominya lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pulauntuk memangku
jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi denganberbagai cara
yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap dan terampil sesuai dengan jabatan
yang akan dipangkunya. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan
tenaga kerja mempunyai duahal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera
profesional dalam bidang spesialisasitertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka
untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampildan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua
dapat digunakan untuk memotivasi parapekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan
pekerjaan yang dipangkunya.
yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan
martabatmanusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat
yangdimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya. Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan
dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkantenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang
ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenagayang terampil sesuai dengan bidangnya,
sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadiyang baik untuk menjadi seorang
pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan inimerupakan pengembangan pribadi
sosial. 5) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan
perubahan sosial mempunyai fungsi (1) melakukanreproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3)
mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional, (4) melakukan
perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosialtradisional, dan (5) melakukan
perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusitradisional yang telah
ketinggalan. Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian danpengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada
sekolah-sekolahyang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pada
masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai
sertakebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme
kompetisi sehat,sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai
tersebut semuanya sangatdiperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usaha-usaha
sekolah untuk mengajarkansistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-
nilai dan pandangan hidup lama,pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan
keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkanoleh sekolah sekolah sejak proses
modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-caraberpikir ilmiah, cara-cara analisis
dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasiyang kritis orang akan
cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya. Lembaga-lembaga
pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru jugaberfungsi penghasil
nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya
(cultural diffission)
.Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya
dandifusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan
dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup
baru yangsemuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan
bagi terjadinyaperubahan sosial yang berkelanjutan. Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial
dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritisberperan untuk menanamkan keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia.Pendidikan dalam era abad modern
telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dankemampuan berpikir kritis, sikap
tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikapyang tanggap terhadap
perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dariketergantungan
dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa.Pendidikan ini
terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, sepertiyang
diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah
maju,pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan
kritis initelah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka
matamasyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran
penemuanbaru lainnya. Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan
modifikasi (perubahan) hierarkisosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan
saja efektif dalam pengembanganpnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap
penghargaan masyarakat akan nilai-nilai.
manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila
dalammasyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum
bangsawan dangolongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi
tatanan-tatanansosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-
penalaran yang rasional.Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang
berasaskan keadilan,pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi
sepanjang diperoleh melalui cara-caraobjektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk
mobilitas vertikal yang kompetitif. 6) Fungsi Sekolah dalam Masyarakat DI muka telah dibicarakan
tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikaninformal dan pendidikan
nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolahbukan satu-satunya
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembagalain yang juga
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyaidua fungsi
yaitu (1) sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Sekolah sebagaipartner
masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkunganmasyarakat.
Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas
lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh
sekolah.Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam
masyarakat.Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan,
penyediaanforum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat.
Sebaliknya partisipasisadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit
banyak juga dipengaruhi olehtugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di
sekolah. Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit
banyaknya sertafungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan,
museum, surat kabar, majalahdan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan
fungsi pendidikan. Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat
memiliki ikatan hubunganrasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi
pendidikan yang dimainkan olehsekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan
sasaran atau target pendidikanyang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh
kejelasan perumusan kontrakantara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan.
Ketiga, keberhasilan penunaianfungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian,
penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya
yang memberikan makna penting eksistensi dan produk sekolahan.
DAPTAR PUSTAKA
Partanto Pius A, Dahlan,M, Kamus Ilmiah Populer, Penerbit; Arkola, Surabaya, 2001