Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN KASUS LEMAH SEPARUH BADAN LO KIKI

a. Penatalaksanaan umum

1. Posisi kepala 20° - 30° bila kesadaran menurun/ posisi lateral dekubitus kiri bila disertai muntah. Posisi
baring diubah setiap 2 jam yaitu terlentang/miring kanan/miring kiri silih berganti.

2. Bebaskan jalan napas dan ventilasi diusahakan adekuat. Bila ada indikasi berikan oksigen 1 – 2 liter
per menit sampai hasil analisis gas darah menunjukkan Pa O2 > 90 mmHg dan Pa CO2 28 – 34 mmHg.

3. Kandungan kemih dikosongkan dengan kateterisasi intermitten steril (bila ada gangguan buang air
kecil) atau pemasangan kateter kondom pada laki-laki atau kateter tetap yang steril maksimal 5 – 7 hari
diganti, disertai latihan buli-buli.

4. Tekanan darah yang tinggi jangan segera diturunkan dengan cepat, kecuali pada kondisi khusus dan
kelainan jantung (aritmia, infark miokard akut, dan gagal jantung akut).

5. Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi

6. Suhu badan yang tinggi harus segera dikoreksi

7. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila idak baik atau pasien
tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.

8. Keseimbangan cairan dan elektrolit :


a. Hindari cairan intravena yang mengandung glukosa
b. Koreksi gangguan elektrolit

9. Klisma / pencahar diberikan bila obstipasi/retensia alvi, menurut kondisi pasien.

10. Rehabilitasi dini dan mobilisasi dini bila tidak ada kontraindikasi.

b. Penatalaksanaan komplikasi

1. Kejang harus diatasi segera dengan Diazepam/Phenitoin IV sesuai protokol yang ada. Profilaksis
kejang tidak direkomendasikan secara rutin.
2. Ulkus stres : diatasi dengan antagonis reseptor H2
3. Pneumonia : tindakanrehabilitasi khusus dengan fisioterapi dada dan antibiotik berspektrum luas.
4. tekanan intrakranial yang meninggi diturunkan dengan salah satu atau gabungan berikut ini :
a. Mannitol bolus : 1 g/kgBB dalam 20 – 30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25 – 0,5
g/kgBB setiap 6 jam selama maksimal 48 jam, lalu diturunkan perlahanlahan (tappering off).
b. Osmolalitas 300 – 320 mOsmol/lt.
c. Gliserol 50% oral : 0,25 – 1 g/kgBB setiap 4 – 6 jam atau Gliserol 10% dalam 0,9% NaCl, perinfus
dengan dosis 10 ml/kgBB dalam 3 – 4 jam.
d. Intubasi dan hiperventilasi mekanis sampai PaCO2 + 25 – 35 mmHg
e. Steroid tidak digunakan secara rutin
f. Bila diperlukan (hipoalbuminemia) : dapat digunakan albumin 20 – 50% (Human albumin).

c. Penatalaksanaan kondisi khusus :


1. Hipertensi
a. Penurunan tekanan darah pada strok fase akut hanya bila terdapat salah satu hal di bawah ini :
1. Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit
2. Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit
3. Tekanan darah arterial rata-rata (MABP) > 130 – 140 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit
4. Disertai infark miokard akut/gagal jantung atau gagal ginjal akut/diseksi aorta
torakalis/retinopati/edema papil
b. Penurunan tekanan darah maksimal 20% kecuali pada kondisi ke 4, diturunkan sampai batas
hipertensi ringan/sebelum strok.
c. Obat yang direkomendasikan : golongan alfa bloker (labetolol), ACE inhibitor, dan antagonis kalsium.
d. Bila diastolik lebih dari 140 mmHg pada dua kali pengukura selang 5 menit, dapat diturunkan dengan
nitrogliserin drips dengan pemantauan tekanan darah secara kontinyu.

2. Hipotensi harus dikoreksi sampai normal/hipertensi ringan dengan dopamin drips dan diobati
penyebabnya (gangguan fuingsi jantung/emboli paru/hipovolemia), dan kerjasama bagian penyakit
dalam.

3. Hiperglikemia harus diturunkan hingga GDS : 100 – 150 mg% dengan insulin iv secara sliding scale
setiap 6 jam (5 unit/kenaikan 50 mg%) selama 2 – 3 hari pertama. Selanjutnya diobati bersama sub
bagian endokrin.

4. Hipoglikemia harus diatasi segera dengan dekstrose 40% iv sampai normal dan penyebabnya diobati.
5. Hiponatremia dikoreksi dengan larutan natrium, misalnya NaCl 20%.
d. Penatalaksanaan Spesifik
1. Perdarahan intraserebral
a. Konservatif
- Memperbaiki faal hemostasis :
 Asam traneksamat : 1 gram per 6 jam interval (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan :
 Nimodipine
b. Operatif Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan :
 Volume perdarahan lebih dari 50 cc atau diameter > 2 cm
 Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan ancaman herniasi otak
 Perdarahan serebellum
 Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum
 GCS > 7
2. Perdarahan subarakhnoidal ;
 Nimodipine
 Sama dengan pada perdarahan intraserebral
 Operatif : Kipling aneurisme sakular (Berry) yang pecah bila sarana tersedia
3. Iskemik serebral :
a. Pada fase akut (12 jam pertama) dapat diberikan :
 Pentoksifilin infus dalam cairan Ringer Lactat dosis 8 mg/kgBB/hari
 Aspirin 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama setelah onset
 Dapat dipakai neuroprotektor :
- Piracetam
- Citicholin : bila ksadaran menurun
- Nimodipine
b. Pasca fase akut :
* Pentoksifilin tablet : 2 x 400 mg
* ASA dosis rendah 80 – 325 mg/hari
* Neuroprotektor
c. Pencegahan sekunder :
* ASA dosis rendah 80 – 324 mg/hari
* Ticlopidine : 2 x 250 mg
* Kombinasi ASA dan Ticlopidine
* Pengobatan faktor resiko strok yang ada

PROGNOSIS KASUS LO KIKI

Prognosis

Prognosis pada stroke iskemik dipengaruhi oleh umur, penyakit sebelumnya, dan komplikasi.
Sebuah penelitian oleh Framingham dan Roschester menunjukkan adanya angka kematian pada
30 hari setelah stroke adalah 28%, pada stroke iskemik sebesar 19%, dan angka sintasan 1
tahun pada stroke iskemik adalah 77%. Sebuah penelitian menemukan skor National Institute
of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan prediktor terbaik pada risiko kematian awal.
Pemeriksaan The National Institute of Health Stroke Scale dapat menunjukkan letak kerusakan
di otak.

Penelitian oleh Yoo, et al. tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan prediksi keluaran
dengan kombinasi National Institute of Health Stroke Scale dan Magnetic Resonance Imaging.
Penelitian Appelros, et al. menunjukkan bahwa 75% pasien yang dihitung keluaran dalam satu
tahun dengan skor NIHSS 4 atau kurang dapat mandiri secara fungsional dalam 1 tahun.
Penelitian lainnya oleh Adams, et al. menunjukkan bahwa peningkatan 1 poin dari NIHSS
mengurangi 17% kemungkinan keluaran yang baik.

Skor NIHSS
The National Institute of Health Stroke Scale harus dilakukan oleh pasien tanpa bantuan
pemeriksa. Pemeriksa menilai usaha pertama pasien, pengulangan tidak dapat masuk ke dalam
penilaian, kecuali pada pemeriksaan bahasa. The National Institute of Health Stroke
Scale menilai berbagai aspek yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Komponen dan skor dari The National Institute of Health Stroke Scale
Komponen Hasil Tes Skor

1a. Tingkat Kesadaran – Responsif Sadar, responsif 0

Tidak responsif, respon jika


dipanggil 1

Tidak responsif, respon pada


stimulus yang kuat dan menyakitkan 2

Tidak responsif sama sekali. Hanya 3


terdapat refleks

Menjawab 2 pertanyaan dengan


benar 0

Menjawab 1 pertanyaan dengan


benar 1
1b. Tingkat Kesadaran – Pertanyaan
Pertanyaan pertama: usia, kedua: tanggal. Tidak menjawab dengan benar 2

Melakukan 2 perintah dengan benar 0

1c. Tingkat Kesadaran - Perintah Melakukan 1 perintah dengan benar 1


Perintah pertama: buka-tutup mata, kedua: kepal- Tidak melakukan perintah dengan
lepas tangan. benar 2

Normal, dapat mengikuti jari atau


pulpen ke dua arah 0

Lirikan dapat sampai ke letak


hemisfer yang rusak, akan tetapi
tidak bisa melewati garis tengah 1
2. Gerakan Mata Horizontal
Pasien mengikuti pulpen atau jari ke kanan dan kiri. Lirikan hanya pada satu arah 2

Tidak ada kehilangan penglihatan 0


3. Tes Lapang Pandang Hemianopia parsial atau
Mata pasien dengan mata pemeriksa bertemu, mata kuadrantanopia sempurna 1
yang tidak diperiksa ditutup. Pasien menentukan
Hemianopia sempurna 2
jumlah jari yang dikeluarkan pemeriksa pada kuadran
atas dan bawah. Kebutaan pada kedua mata 3

Normal, gerakan simetris 0

Paralisis minor (senyum asimetris


minor, lipatan nasolabial yang rata) 1
4. Lumpuh Wajah
Pasien diminta menyeringai, menaikkan alis, dan Paralisis sebagian (biasanya wajah
bagian bawah) 2
menutup mata dengan kuat untuk menahan
pemeriksa yang menarik dahi pasien ke atas. Hemiparesis wajah sempurna 3

5. Motorik Lengan Tidak ada pergerakan lengan, 0


Telapak tangan menghadap bawah dan diangkat 90o, tangan tetap pada posisinya selama
10 detik
Pergerakan lengan pada akhir detik
ke 10; tanpa bantuan 1

Pergerakan lengan pada akhir detik


ke 10; dengan bantuan fisik 2

Lengan langsung jatuh begitu


diangkat; masih dapat bergerak
sedikit 3

selama 10 detik. Tidak ada gerakan sama sekali 4

Tidak ada pergerakan kaki selama 5


detik 0

Pergerakan kaki pada akhir detik ke


5; tanpa bantuan 1

Pergerakan kaki pada akhir detik ke


5; dengan bantuan fisik 2

Kaki langsung jatuh begitu diangkat;


masih dapat bergerak sedikit 3
6. Motorik Kaki
Kaki diangkat 30o, selama 5 detik. Tidak ada gerakan sama sekali 4

Koordinasi normal 0
7. Ataksia Tungkai
Ataksia pada 1 tungkai 1
Tunjuk jari pemeriksa, tunjuk hidung sendiri. kaki
digerakkan dari tumit ke lutut. Ataksia pada 2 atau lebih tungai 2

Tidak terdapat kehilangan sensorik 0

Kehilangan sensorik ringan-sedang 1


8. Sensori
Pemeriksaan sensori dengan menggunakan tusuk gigi. Kehilangan sensorik berat-total 2

Normal 0

Afasia ringan-sedang 1
9. Bahasa
Pasien dapat menjelaskan skenario pada suatu bagan, Afasia berat 2
dapat membaca kalimat, dan memberitahu nama Tidak dapat berbicara atau mengerti
seluruh gambar suatu pembicaraan 3

10. Bicara Normal; bicara dengan jelas 0


Mengatakan beberapa kata. Pemeriksa memeriksa Disartria ringan-sedang 1
Disartia berat 2
artikulasi dan kejelasan bicara.
Normal 0

Inatensi pada 1 sisi pada 1


modalitas: visual, taktil,auditori,
11. Inatensi spasial 1
Pasien menutup mata, pemeriksa menyentuh pasien Hemi-inatensi; tidak dapat
pada wajah, lengan, dan kaki, pasien beri tahu mengidentifikasi stimuli lebih dari 1
disentuh di sebelah mana. modalitas pada sisi yang sama 2
Sumber: dr. Rainey, 2018.

Perhitungan skor dilakukan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing komponen. Hasil
yang didapat menunjukkan tingkat keparahan stroke. Jumlah skor dan tingkat keparahan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Total skor dan interpretasinya
Skor Keparahan Stroke

0 Tidak ada tanda-tanda stroke

1-4 Stroke ringan

5-15 Stroke sedang

16-20 Stroke sedang-berat

21-42 Stroke berat


Sumber: dr. Rainey, 2018.

Ukuran perdarahan, lokasi perdarahan, dan Glasgow coma scale (GCS) menentukan prognosis


dari stroke hemorrhagik. Semakin besar volume darah yang ditemukan, semakin rendah GCS,
menunjukkan keluaran yang lebih buruk sehingga meningkatkan mortalitas. Selain hal tersebut,
lokasi perdarahan di ventrikel juga berujung pada keluaran yang buruk.
Skor Perdarahan Intraserebral
Selain NIHSS, skor perdarahan intraserebral biasa digunakan untuk menghitung kemungkinan
hidup pasien, yaitu dengan menghitung:
Tabel 5. Skor perdarahan intraserebral
Komponen Skor Perdarahan Intraserebral Skor

GCS Skor 3-4 2

Skor 5-12 1

Skor 13-15 0

Umur >80 tahun 1

<80 tahun 0

Berawal dari infratentorial Ya 1

Tidak 0

Volume perdarahan > 30 cm3 1

< 30 cm3 0

Perdarahan intraventrikular Ya 1

Tidak 0
Sumber: dr. Rainey, 2018.

Tabel 6. Interpretasi hasil skor perdarahan intraserebral


Total skor perdarahan Tingkat mortalitas dalam Kemungkinan berjalan secara mandiri
intraserebral 30 hari dalam 12 bulan

0 0% 70%

1 13% 60%

2 26% 33%

3 72% 3%

4 97% 8%

5-6 100% -
DAPUS

Malani PN. Harrison’s principles of internal medicine. JAMA. 2012 Nov 7;308(17):1813-4.

McGuire JR, Harvey RL. The prevention and management of complications after stroke.
Physical Medicine and Rehabilitation Clinics. 1999 Nov 1;10(4):857-74.

Raaijmakers TW, Kappelle LJ. Early complications of ischemic stroke. Current treatment
options in neurology. 2008 Nov;10(6):440-9.

Kumar S, Selim MH, Caplan LR. Medical complications after stroke. The Lancet Neurology.
2010 Jan 1;9(1):105-18.

Adams HP, Davis PH, Leira EC, Chang KC, Bendixen BH, Clarke WR, Woolson RF, Hansen
MD. Baseline NIH Stroke Scale score strongly predicts outcome after stroke: a report of the Trial
of Org 10172 in Acute Stroke Treatment (TOAST). Neurology. 1999 Jul 1;53(1):126-.

Yoo AJ, Barak ER, Copen WA, Kamalian S, Gharai LR, Pervez MA, Schwamm LH, González
RG, Schaefer PW. Combining acute diffusion-weighted imaging and mean transmit time lesion
volumes with National Institutes of Health Stroke Scale Score improves the prediction of acute
stroke outcome. Stroke. 2010 Aug 1;41(8):1728.

Anda mungkin juga menyukai