Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Yunita Mayasari (12403193131)
2. Santi (12403193139)
3. Imtikanah Putri Khofifah (12403193154)
4. Hanik Zumaroh (12403193157)
SEMESTER 6
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 6D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2022
PEMBAHASAN
1
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 60
2
Farida Nugrahani, “Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Solo: Cakra Books,
2014), hal. 209-210
2. Ciri-Ciri Kerangka Berpikir
a. Merupakan pemikiran dari susunan instruksi logika yang sudah diatur dalam rangka
menjelaskan variable yang diteliti
b. Dibuat untuk menjelaskan intruksi secara sistematis
c. Untuk memperjelas variable data yang diteliti
d. Mencakup beberapa pertanyaan seperi mengapa penelitian dilakukan, bagaimana
penelitian dilakukan, apa yang diperoleh dari hasil penelitian, dan untuk apa
penelitian dilakukan.
3
Hardani, Nur Hikmatul Auliya, Helmina Andriani, dkk, “Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif”,
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), hal 322-323
4
Ibid, hal 327-328
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka
perlu dikemukakan kerangka berfikir.
Variabel X Variabel Y
Kerangka Berpikir
Perumusan
Hipotesis
Permasalahan yang akan diteliti harus dirumuskan dengan benar agar dapat
dicarikan jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Pada tahap tahap penemuan
masalah ini perlu dipahami bagaimana cara menyederhanakan masalah untuk dapat
dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah awal merupakan
panduan yang akan mengarahkan peneliti dalam mengamati tindakan
tertentu,mengamati tempat berlangsungnya peristiwa, menganalisis dokumen, dan
mewawancarai informan.
Rumusan masalah akan membimbing peneliti terfokus pada penelitiannya. Selain
itu, cara peneliti mengajukan pertanyan penelitian sangat penting untuk memandu
langkah dalam melakukan penelitian,sekaligus menentukan metode penelitian yang
digunakan. Seorang peneliti dapat memilih metode penelitiannya terlebih dahulu karena
cakupan masalah dan rumusannya mengarah pada penentuan metode yang harus
digunakan. Jawaban atas pertanyaan bagaimana memilih metode penelitian yang tepat
tidak sederhana, walaupun rumusan masalah penelitian sudah secara otomatis mengacu
dan menyiratkan pada pendekatan, metode, dan bahkan model tertentu daripenelitian
yang dilakukan.
Atas berbagai alasan peneliti yang cukup pribadi, seperti orientasi peneliti,
pelatihan yang diikuti, ataupun kemantapan pribadi, beberapa peneliti cenderung
melihat masalah dari sudut pandang kualitatif. Meskipun ada kemungkinan, seorang
peneliti mengajukan rumusan masalah yang sesuai dengan landasan kualitatif hanya
karena tidak sanggup mengamati masalah-masalah tersebut dari sudut pandang
kuantitatif.
Aspek lain yang penting diperhatikan dalam melakukan penelitian adalah ruang
lingkup masalah. Mustahil apabila peneliti dapat mengungkap segala permasalahan
yang ditemukan dalam kehidupan. Untuk itu perlu identifikasi masalah, agar dapat
dilakukan pembatasan masalah dengan lebih mudah, dan rumusan masalah yang
spesifik. Rumusan masalah yang benar dapat menuntun peneliti menentukan metode
6
Jonathan Suwanto, “ Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” Edisi Pertama, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2006), hal. 52
penelitian dengan benar, sehingga memungkinkan pelaksanaan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.7
2. Identifikasi Masalah
Dalam rangka proses penemuan masalah penilitian, sebelum masalah dapat
dirumuskan dengan spesifik dan terfokus, perlu dilakukan idenfikasi terlebih dahulu
terhadap masalah yang akan dikaji. Menurut Bungin (2011:63), langkah-langkah dalam
identifikasi masalah, antara lain sebagai berikut.
a. Menguraikan berbagai pertanyaan tentang tema tertentu. Uraiannya dapat
memberikan gambaran secara utuh tentang suatu masalah, dan jawabannya.
b. Menguraikan indikasi terjadinya masalah. Uraian ini dapat mempermudah peneliti
dalam mengenali dan menemukan variabel-variabel beserta indikator yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian. Selain itu juga membantu peneliti dalam
menguraikan parameter yang akan diukur dalam penelitian.
c. Menginfentarisir berbagai masalah. Melalui infentarisir berbagai masalah yang ada,
peneliti dapat memilih salah satu atau beberapa masalah dalam identifikasi, yang
dipandang penting dan mendesak untuk diteliti, sebagai fokus yang akan dikaji
dalam penelitiannya. Pada langkah ini, peneliti dapat melakukan kategorisasi
masalah berdasarkan domain dari substansi masing-masing masalah.
7
Farida Nugrahani, “Metode Peneltian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Surakarta, 2014), hal.
93
pemikiran manajerial saat ini dan y.a.d
masalah manajerial
masalah
peneliti
an
8
Jonathan Suwanto, “ Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” Edisi Pertama, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2006), hal. 205
3) Menghentikan mencari informasi jika informasi yang diperoleh sudah cukup dan tidak
diperlukan informasi baru lagi.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, penelitian kualitatif fokus pada teknik
pengambilan sampel berbasis kriteria untuk mencapai kelompok sasaran. Berikut macam-
macam teknik sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif: 9
1) Extreme or deviant case sampling
Teknik ini digunakan untuk memilih partisipan yang mewakili minat. Misalnya jika peneliti
sedang meneliti pengalaman “rasa sakit” dia akan cenderung memilih partisipan yang
mengalami gejala yang sama, dan bukan partisipan yang menderita gejala kronis, kasus-
kasus yang sama, sehingga mengklarifikasi faktor-faktor itu penting.
2) Insensity sampling
Teknik ini kurang memperoleh penekanan fokus dibandingkan dengan teknik sampling
extrim di atas. Dengan demikian teknik ini, seorang peneliti bisa memilih partisipan yang
sudah akrab dan berpengalaman dengan kejadian dan peristiwa tertentu. Misalnya, ketika
meneliti akan cenderung mamilih pasien-pasien yang sudah lama tinggal di rumah sakit dan
memiliki kedekatan emosional dengan para perawat, serta pihak-pihak yang telah banyak
mengetahui pola kedekatan dengan pasien lain.
3) Maximum variety sampling
Teknik ini adalah sebuah proses pemilihan beragam sampel secara sadar dan mengobservasi
gejala-gejala umum dalam pengalaman mereka. Teknik ini adalah metode sampling yang
paling bagus untuk mengeksplorasi konsep-konsep abstrak, seperti harapan-harapan, angan-
angan sekaligus untuk memilih, misalnya, para partisipan yang memiliki latar belakang
beragam dengan tetap fokus pada harapan dan angan-angan mereka sebagai tema
terpentingnya. Patton (dalam Denzin & Lincoln, 2009:290) menerangkan dua tipe data yang
dapat diperoleh jika penelitian menggunakan teknik ini;
a. Deskripsi kasus berkualitas tinggi yang sangat berguna dalam proses pendokumentasian
keunikan-keunikan data
b. Pola-pola kemiripan yang sama-sama penting yang mencakup semua partisipan yang
dipilih.
4) Critical case sampling
Teknik ini adalah pemilihan contoh-contoh signifikan bagi proses identifikasi berbagai
kejadian-kejadian kritis yang dapat digeneralisasikan untuk situasi-situasi lain. Analisis
yang dilakukan terfokus pada contoh- contoh, atribut-atribut, atau factor-faktor kunci yang
secara otomatis data akan diperkaya dengan pilihan kasus-kasus pendukung dan penolakan
9
Adhi Kusuma dan Ahmad Mustamil Khoiron, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Semarang:Lembaga Pendidikan
Sukarno Pressindo, 2019) hal 57
(confirming and disconfirming cases) secara bertujuan.
5) Purposive sample
Teknik ini merupakan strategi pengambilan sampel yang paling umum. Dalam jenis
pengambilan sampel ini, para peserta dipilih atau dicari berdasarkan kriteria yang dipilih
sebelumnya berdasarkan pertanyaan penelitian. Sebagai contoh, penelitian ini mungkin
berusaha untuk mengumpulkan data dari pasien limfoma di kota atau daerah tertentu.
Ukuran sampel dapat ditentukan sebelumnya atau didasarkan pada kejenuhan teoretis, yang
merupakan titik di mana yang baru dikumpulkan tidak lagi memberikan wawasan tambahan.
6) Quota sampling
Pengambilan Sampel Kuota adalah teknik pengambilan sampel di mana kuota peserta
ditetapkan sebelum pengambilan sampel. Biasanya, peneliti berusaha untuk mengumpulkan
data dari sejumlah peserta tertentu yang memenuhi karakteristik tertentu yang dapat
mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin, kelas, status perkawinan, status HIV, dll.
7) Snowball sampling
Dalam metode ini, para peserta merujuk peneliti ke orang lain yang mungkin dapat
berkontribusi atau berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode ini sering membantu peneliti
menemukan dan merekrut peserta yang mungkin sulit dijangkau. 10
Ketika menentukan ukuran sampel untuk studi kualitatif, penting untuk diingat bahwa
tidak ada aturan yang benar-benar pasti. Namun demikian, setidaknya ada dua pertimbangan:
- Berapa ukuran sampel yang akan mencapai saturasi atau redundansi? Yaitu, seberapa besar
sampel perlu untuk memungkinkan identifikasi pola yang konsisten? Beberapa peneliti
mengatakan ukuran sampel harus cukup besar sehingga tidak ada yang tersisa untuk
dipelajari. Dengan kata lain, kita dapat melakukan wawancara, dan setelah yang
kesepuluh, sadari bahwa tidak ada konsep baru yang muncul. Artinya, konsep, tema, dan
lain-lain mulai menjadi berlebihan.
- Seberapa besar sampel yang dibutuhkan untuk mewakili variasi dalam populasi target?
Artinya, seberapa besar seharusnya sampel untuk menilai jumlah keragaman atau variasi
yang sesuai yang terwakili dalam populasi yang diminati?
2. Pembatasan Masalah
Penentuan masalah atau fokus penelitian pada umumnya akan dapat dipastikan pada
waktu peneliti berada di lapangan. Maksudnya, meskipun masalah sudah dirumuskan
berdasarkan telaah pustaka dan ditunjang oleh pengalaman tertentu, dapat saja terjadi ketika
masalah tidak memungkinkan untuk dikaji lebih lanjut oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka
10
Ibid, hal 61
perumusan masalah penelitian kualitatif itu bersifat tentatif, artinya perumusan fokus atau
masalah penelitian masih dilakukan ketika peneliti sudah berada di lapangan atau latar
penelitian.11
Tentatif ini mengandung pengertian bahwa rumusan masalah dapat diubah atau
disesuaikan dengan latar penelitian. Namun jika perubahannya cukup besar, dan memerlukan
orientasi baru dalam dasar pemikirannya, peneliti perlu mengkaji kembali kepustakaan yang
relevan dengan masalah yang baru tersebut.
Dengan harapan fokus penelitian tidak mudah berubah arah, seorang peneliti perlu
membatasi masalahnya. Bebagai alasan yang mendasari pentingnya pembatasan masalah dalam
penelitian kualitatif antara lain adalah sebagai berikut:
Penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, sehingga peneliti perlu membatasi
masalah sebagai tumpuan bagi fokus kajiannya.
Dengan adanya pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian, lebih mudah bagi peneliti
untuk mencari acuan teori yang diperlukan sebagai penunjang dalam pembahasan.
Dengan adanya pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian, lebih mudah bagi peneliti
untuk mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun di lapangan.
Dengan adanya pembatasan masalahyang dikaji dalam penelitian, peneliti mudah
mengetahui macam-macam data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dengan adanya pembatasan masalah dalam penelitian, akan terpenuhi kriteria bidang inkuiri
kriteria inklusi eksklusi.
Dengan adanya pembatasan masalahyang dikaji, akan membantu kesiapan mental peneliti
untuk melakukan penelitiannya di lapangan.
11
Farida Nugrahani, “Metode Peneltian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Surakarta, 2014), hal.
79
DAFTAR PUSTAKA
Hardani dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu
Kusuma, Adhi, dan Ahmad Mustamil Khoiron (2019). Metode Penelitian Kualitatif.
Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Presindo
Nugrahani, Farida (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Solo: Cakra Books
Sugyono (2013). Metode Penelitian Kualiitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suwanto, Jonathan (2006). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu