Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAHAP-TAHAP PENELITIAN/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu:
Firda Zulfa Fahriani, M.Sy.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Yunita Mayasari (12403193131)
2. Santi (12403193139)
3. Imtikanah Putri Khofifah (12403193154)
4. Hanik Zumaroh (12403193157)

SEMESTER 6
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 6D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2022
PEMBAHASAN

A. MENYUSUN KERANGKA PERFIKIR


1. Pengertian Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan model atau gambaran berupa konsep yang
menjelaskan hubungan antar variable satu dengan variable lainnya. Biasanya kerangka
berpikir dibuat dalam bentuk diagram, yang bertujuan untuk mempermudah dipahami
variabel yang akan dipelajari selanjutnya. Kerangka berpikir dapat juga dikatakan
sebagai rumusan masalah yang telah dibuat berdasarkan proses deduktif dalam rangka
menghasilkan konsep danjuga proposisi untuk memudahkan peneliti merumuskan
hipotesis.
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian
harus didasarkan pada kerangka berfikir.1
Kerangka berpikir perlu memuat hal-hal berikut:
1. Penjelasan faktor-faktor yang diteliti serta hubungan antar factor sehingga konstelasi
permasalahan dan usaha pemecahannya jelas
2. Cerminan dari keruntutan pemikiran yang dikembangkan
3. Chart, skema, began, atau gambar yang mengabstraksikan narasinya
4. Tanda arah anak panah dalam chart, skema, began atau gambar sebagai petunjuk
alur pemikiran yang runtut dalam penelitian.2

1
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 60
2
Farida Nugrahani, “Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Solo: Cakra Books,
2014), hal. 209-210
2. Ciri-Ciri Kerangka Berpikir
a. Merupakan pemikiran dari susunan instruksi logika yang sudah diatur dalam rangka
menjelaskan variable yang diteliti
b. Dibuat untuk menjelaskan intruksi secara sistematis
c. Untuk memperjelas variable data yang diteliti
d. Mencakup beberapa pertanyaan seperi mengapa penelitian dilakukan, bagaimana
penelitian dilakukan, apa yang diperoleh dari hasil penelitian, dan untuk apa
penelitian dilakukan.

3. Kriteria Kerangka Berpikir


a. Teori yang digunakan untuk berargumentasi sebaiknya yang sudah dikuasai
sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang terkini.
b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan pada cara berpikir
keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat
semua asumsi, prinsip yang mendasarinya.3

4. Jenis-Jenis Kerangka Berpikir


1. Kerangka Teoritis, Kerangka yang menegaskan tentang teori yang dijadikan
landasan serta digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti
2. Kerangka Operasional, Kerangka yang menjelaskan tentang variable yang diperoleh
dari konsep-konsep yang telah dipilih dan juga menunjukkan adanya hubungan
anatar variable data tersebut serta menjelaskan hal apa saja bisa dijadikan sebagai
indicator yang digunakan untuk mengukur variable yang berhubungan
3. Kerangka Konseptual, Kerangka yang menjelaskan konsep yang terdapat pada
asumsi teoritis, yang kemudian digunakan untuk mengistilahkan unsur yang terdapat
dalam objek yang akan diteliti serta menunjukkan adanya hubungan antara konsep
tersebut.4

c. Langkah-langkah Menyusun Kerangka Pemikiran Menjadi Hipotesis


Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka

3
Hardani, Nur Hikmatul Auliya, Helmina Andriani, dkk, “Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif”,
(Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020), hal 322-323
4
Ibid, hal 327-328
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka
perlu dikemukakan kerangka berfikir.

Variabel X Variabel Y

Membaca Buku & Membaca Buku & Membaca Buku &


Membaca Buku &
Hasil Penelitian Hasil Penelitian Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
(HP) (HP) (HP)
(HP)

Deskripsi Teori dan Deskripsi Teori dan Deskripsi Teori dan


Deskripsi Teori dan
HP HP HP
HP

Analisis Kritis Analisis Kritis Analisis Kritis


Analisis Kritis
terhadap teori dan terhadap teori dan terhadap teori dan
terhadap teori dan
HP HP HP
HP

Analisis Komparatif Analisis Komparatif Analisis Komparatif Analisis Komparatif


terhadap teori- terhadap teori- terhadap teori- terhadap teori-
teori dan HP yang teori dan HP yang teori dan HP yang teori dan HP yang
diambil diambil diambil diambil

Sintesa/ kesimpulan teori dan Sintesa/ kesimpulan teori dan


HP HP

Kerangka Berpikir

Perumusan
Hipotesis

Gambar 1. Proses penyusunan kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis.


Berikut ini penjelasan dari gambar skema diatas.
1. Menetapkan variabel yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasll Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku
dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku
teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat . dibaca adalah, laporan
penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan,
deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang
diteliti, uraian rinei tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-
betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori
yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan peneiitian yang lain.
Melalui analisis komparatif ini peneiiti dapat memadukan antara teori satu dengan
teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
rnelakukan sintesa atau kesirnpulan sernentara. Perpaduan sintesa antara variabel
satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang
selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka Berfikir
Setelah sintesa atau kesimpulan semen tara dapat dirumuskan maka selanjutnya
disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa
kerangka berfikir yang assosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan.
Kerangka berfikir assosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan
begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula
atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran
akan berkurang (negatij).
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila
kerangka berfikir berbunyi "jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas
lembaga akan tinggi", maka hipotesisnya berbunyi "ada hubungan yang positif
dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja" Bila kerangka
berfikir berbunyi "Karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka
produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang
teknologi kerjanya rendah," maka hipotesisnya berbunyi "Terdapat perbedaan
produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas
kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B".5

B. MENENTUKAN PERMASALAHAN PENELITIAN


1. Penentuan Masalah
Menentukan masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting dalam
melakukan penelitian, karena semua proses penelitian yang dijalankan adalah untuk
menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga
merupakan hal yang tidak mudah karena tidak adanya panduan yang baku.
Bagaimana peneliti mencari masalah yang akan dikaji,beberapa panduan pokok di
bawah ini akan mempermudah bagi kita menemukan masalah :
a. Masalah sebaiknya merumuskan setidak tidaknya hubungan antar dua variabel atau
lebih
b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada
umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat Tanya.
5
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 61-63
c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris,yaitu dimungkinkan
adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab
masalah yang di kaji.
d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dn etika.6

Permasalahan yang akan diteliti harus dirumuskan dengan benar agar dapat
dicarikan jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Pada tahap tahap penemuan
masalah ini perlu dipahami bagaimana cara menyederhanakan masalah untuk dapat
dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah awal merupakan
panduan yang akan mengarahkan peneliti dalam mengamati tindakan
tertentu,mengamati tempat berlangsungnya peristiwa, menganalisis dokumen, dan
mewawancarai informan.
Rumusan masalah akan membimbing peneliti terfokus pada penelitiannya. Selain
itu, cara peneliti mengajukan pertanyan penelitian sangat penting untuk memandu
langkah dalam melakukan penelitian,sekaligus menentukan metode penelitian yang
digunakan. Seorang peneliti dapat memilih metode penelitiannya terlebih dahulu karena
cakupan masalah dan rumusannya mengarah pada penentuan metode yang harus
digunakan. Jawaban atas pertanyaan bagaimana memilih metode penelitian yang tepat
tidak sederhana, walaupun rumusan masalah penelitian sudah secara otomatis mengacu
dan menyiratkan pada pendekatan, metode, dan bahkan model tertentu daripenelitian
yang dilakukan.
Atas berbagai alasan peneliti yang cukup pribadi, seperti orientasi peneliti,
pelatihan yang diikuti, ataupun kemantapan pribadi, beberapa peneliti cenderung
melihat masalah dari sudut pandang kualitatif. Meskipun ada kemungkinan, seorang
peneliti mengajukan rumusan masalah yang sesuai dengan landasan kualitatif hanya
karena tidak sanggup mengamati masalah-masalah tersebut dari sudut pandang
kuantitatif.
Aspek lain yang penting diperhatikan dalam melakukan penelitian adalah ruang
lingkup masalah. Mustahil apabila peneliti dapat mengungkap segala permasalahan
yang ditemukan dalam kehidupan. Untuk itu perlu identifikasi masalah, agar dapat
dilakukan pembatasan masalah dengan lebih mudah, dan rumusan masalah yang
spesifik. Rumusan masalah yang benar dapat menuntun peneliti menentukan metode

6
Jonathan Suwanto, “ Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” Edisi Pertama, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2006), hal. 52
penelitian dengan benar, sehingga memungkinkan pelaksanaan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.7

2. Identifikasi Masalah
Dalam rangka proses penemuan masalah penilitian, sebelum masalah dapat
dirumuskan dengan spesifik dan terfokus, perlu dilakukan idenfikasi terlebih dahulu
terhadap masalah yang akan dikaji. Menurut Bungin (2011:63), langkah-langkah dalam
identifikasi masalah, antara lain sebagai berikut.
a. Menguraikan berbagai pertanyaan tentang tema tertentu. Uraiannya dapat
memberikan gambaran secara utuh tentang suatu masalah, dan jawabannya.
b. Menguraikan indikasi terjadinya masalah. Uraian ini dapat mempermudah peneliti
dalam mengenali dan menemukan variabel-variabel beserta indikator yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian. Selain itu juga membantu peneliti dalam
menguraikan parameter yang akan diukur dalam penelitian.
c. Menginfentarisir berbagai masalah. Melalui infentarisir berbagai masalah yang ada,
peneliti dapat memilih salah satu atau beberapa masalah dalam identifikasi, yang
dipandang penting dan mendesak untuk diteliti, sebagai fokus yang akan dikaji
dalam penelitiannya. Pada langkah ini, peneliti dapat melakukan kategorisasi
masalah berdasarkan domain dari substansi masing-masing masalah.

3. Strategi Penentuan Masalah


Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan
proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada
akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.

7
Farida Nugrahani, “Metode Peneltian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Surakarta, 2014), hal.
93
pemikiran manajerial saat ini dan y.a.d

masalah manajerial

masalah
peneliti
an

Gambar diatas mengilustrasikan peranan identifikasi masalah dalam proses


pengembangan perumusan masalah, yaitu proses penyaringan mulai dari yang umum
sampai masalah yang khusus.

C. PEMILIHAN SAMPEL DAN PEMBATASAN MASALAH


1. Pemilihan Sampel
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis
sebagaimana penelitian kuantitatif, sekalipun dalam pemilihan sampel tidak seketat dan serumit
penelitian kuantitatif.8 Dalam memilih sampel penelitian kualitatif menggunakan teknik non-
probabilitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada rumusan
statistic tetapi lebih pada pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan
dan kedalaman masalah yang ditelitinya.
Lebih lanjut pada penelitian kualitatif tidak digunakan untuk menarik kesimpulan suatu
populasi melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu orang maupun
keleompok sehingga keberlakuan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau sutu
kelompok yang diteliti tersebut. Konsekuensi dari dasar pemikiran tersebut ialah pemilihan
sampel tidak bergantung pada kuantitas tetapi lebih pada kualitas orang yang akan diteliti yang
biasa disebut dengan informan. Banyak sedikitnya orang yang akan digunakan untuk menjadi
informan dalam penelitian bergantung pada cakupan maslaahan penelitian yang akan
dilakukan.
Adapun cara pemilihan sampel sebagai informan dapat dibagi menjadi tiga bagian, antara
lain:
1) Mencari informan untuk diwawancarai atau diobservasi
2) Menetukan informan untuk diteliti atau dimintai keterangan sesuai dengan masalah yang
diteliti.

8
Jonathan Suwanto, “ Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” Edisi Pertama, (Yogyakarta:Graha Ilmu,
2006), hal. 205
3) Menghentikan mencari informasi jika informasi yang diperoleh sudah cukup dan tidak
diperlukan informasi baru lagi.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, penelitian kualitatif fokus pada teknik
pengambilan sampel berbasis kriteria untuk mencapai kelompok sasaran. Berikut macam-
macam teknik sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif: 9
1) Extreme or deviant case sampling
Teknik ini digunakan untuk memilih partisipan yang mewakili minat. Misalnya jika peneliti
sedang meneliti pengalaman “rasa sakit” dia akan cenderung memilih partisipan yang
mengalami gejala yang sama, dan bukan partisipan yang menderita gejala kronis, kasus-
kasus yang sama, sehingga mengklarifikasi faktor-faktor itu penting.
2) Insensity sampling
Teknik ini kurang memperoleh penekanan fokus dibandingkan dengan teknik sampling
extrim di atas. Dengan demikian teknik ini, seorang peneliti bisa memilih partisipan yang
sudah akrab dan berpengalaman dengan kejadian dan peristiwa tertentu. Misalnya, ketika
meneliti akan cenderung mamilih pasien-pasien yang sudah lama tinggal di rumah sakit dan
memiliki kedekatan emosional dengan para perawat, serta pihak-pihak yang telah banyak
mengetahui pola kedekatan dengan pasien lain.
3) Maximum variety sampling
Teknik ini adalah sebuah proses pemilihan beragam sampel secara sadar dan mengobservasi
gejala-gejala umum dalam pengalaman mereka. Teknik ini adalah metode sampling yang
paling bagus untuk mengeksplorasi konsep-konsep abstrak, seperti harapan-harapan, angan-
angan sekaligus untuk memilih, misalnya, para partisipan yang memiliki latar belakang
beragam dengan tetap fokus pada harapan dan angan-angan mereka sebagai tema
terpentingnya. Patton (dalam Denzin & Lincoln, 2009:290) menerangkan dua tipe data yang
dapat diperoleh jika penelitian menggunakan teknik ini;
a. Deskripsi kasus berkualitas tinggi yang sangat berguna dalam proses pendokumentasian
keunikan-keunikan data
b. Pola-pola kemiripan yang sama-sama penting yang mencakup semua partisipan yang
dipilih.
4) Critical case sampling
Teknik ini adalah pemilihan contoh-contoh signifikan bagi proses identifikasi berbagai
kejadian-kejadian kritis yang dapat digeneralisasikan untuk situasi-situasi lain. Analisis
yang dilakukan terfokus pada contoh- contoh, atribut-atribut, atau factor-faktor kunci yang
secara otomatis data akan diperkaya dengan pilihan kasus-kasus pendukung dan penolakan
9
Adhi Kusuma dan Ahmad Mustamil Khoiron, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Semarang:Lembaga Pendidikan
Sukarno Pressindo, 2019) hal 57
(confirming and disconfirming cases) secara bertujuan.
5) Purposive sample
Teknik ini merupakan strategi pengambilan sampel yang paling umum. Dalam jenis
pengambilan sampel ini, para peserta dipilih atau dicari berdasarkan kriteria yang dipilih
sebelumnya berdasarkan pertanyaan penelitian. Sebagai contoh, penelitian ini mungkin
berusaha untuk mengumpulkan data dari pasien limfoma di kota atau daerah tertentu.
Ukuran sampel dapat ditentukan sebelumnya atau didasarkan pada kejenuhan teoretis, yang
merupakan titik di mana yang baru dikumpulkan tidak lagi memberikan wawasan tambahan.
6) Quota sampling
Pengambilan Sampel Kuota adalah teknik pengambilan sampel di mana kuota peserta
ditetapkan sebelum pengambilan sampel. Biasanya, peneliti berusaha untuk mengumpulkan
data dari sejumlah peserta tertentu yang memenuhi karakteristik tertentu yang dapat
mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin, kelas, status perkawinan, status HIV, dll.
7) Snowball sampling
Dalam metode ini, para peserta merujuk peneliti ke orang lain yang mungkin dapat
berkontribusi atau berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode ini sering membantu peneliti
menemukan dan merekrut peserta yang mungkin sulit dijangkau. 10

Ketika menentukan ukuran sampel untuk studi kualitatif, penting untuk diingat bahwa
tidak ada aturan yang benar-benar pasti. Namun demikian, setidaknya ada dua pertimbangan:
- Berapa ukuran sampel yang akan mencapai saturasi atau redundansi? Yaitu, seberapa besar
sampel perlu untuk memungkinkan identifikasi pola yang konsisten? Beberapa peneliti
mengatakan ukuran sampel harus cukup besar sehingga tidak ada yang tersisa untuk
dipelajari. Dengan kata lain, kita dapat melakukan wawancara, dan setelah yang
kesepuluh, sadari bahwa tidak ada konsep baru yang muncul. Artinya, konsep, tema, dan
lain-lain mulai menjadi berlebihan.
- Seberapa besar sampel yang dibutuhkan untuk mewakili variasi dalam populasi target?
Artinya, seberapa besar seharusnya sampel untuk menilai jumlah keragaman atau variasi
yang sesuai yang terwakili dalam populasi yang diminati?

2. Pembatasan Masalah
Penentuan masalah atau fokus penelitian pada umumnya akan dapat dipastikan pada
waktu peneliti berada di lapangan. Maksudnya, meskipun masalah sudah dirumuskan
berdasarkan telaah pustaka dan ditunjang oleh pengalaman tertentu, dapat saja terjadi ketika
masalah tidak memungkinkan untuk dikaji lebih lanjut oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka

10
Ibid, hal 61
perumusan masalah penelitian kualitatif itu bersifat tentatif, artinya perumusan fokus atau
masalah penelitian masih dilakukan ketika peneliti sudah berada di lapangan atau latar
penelitian.11
Tentatif ini mengandung pengertian bahwa rumusan masalah dapat diubah atau
disesuaikan dengan latar penelitian. Namun jika perubahannya cukup besar, dan memerlukan
orientasi baru dalam dasar pemikirannya, peneliti perlu mengkaji kembali kepustakaan yang
relevan dengan masalah yang baru tersebut.
Dengan harapan fokus penelitian tidak mudah berubah arah, seorang peneliti perlu
membatasi masalahnya. Bebagai alasan yang mendasari pentingnya pembatasan masalah dalam
penelitian kualitatif antara lain adalah sebagai berikut:
 Penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, sehingga peneliti perlu membatasi
masalah sebagai tumpuan bagi fokus kajiannya.
 Dengan adanya pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian, lebih mudah bagi peneliti
untuk mencari acuan teori yang diperlukan sebagai penunjang dalam pembahasan.
 Dengan adanya pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian, lebih mudah bagi peneliti
untuk mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun di lapangan.
 Dengan adanya pembatasan masalahyang dikaji dalam penelitian, peneliti mudah
mengetahui macam-macam data yang dibutuhkan dalam penelitian.
 Dengan adanya pembatasan masalah dalam penelitian, akan terpenuhi kriteria bidang inkuiri
kriteria inklusi eksklusi.
 Dengan adanya pembatasan masalahyang dikaji, akan membantu kesiapan mental peneliti
untuk melakukan penelitiannya di lapangan.

11
Farida Nugrahani, “Metode Peneltian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Surakarta, 2014), hal.
79
DAFTAR PUSTAKA

Hardani dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu
Kusuma, Adhi, dan Ahmad Mustamil Khoiron (2019). Metode Penelitian Kualitatif.
Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Presindo
Nugrahani, Farida (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Solo: Cakra Books
Sugyono (2013). Metode Penelitian Kualiitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suwanto, Jonathan (2006). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai