Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Profesi
Dosen Pengampu :
Siti Sunaidah, S.H.I.,M.M.

Disusun oleh :
Kelompok 2
Miftakhul Abror (12403193140)
Khofifah Niken Saputri (12403193151)
Evita Nurmayanti (12403193168)

SEMESTER 6
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH 6D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah " Etika Bisnis Profesi " dalam bentuk makalah. Sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan yang mungkin tidak secara langsung kami sadari, sebab dengan
kemampuan dan pengetahuan kami yang terbatas, maka makalah yang berjudul "
Lingkungan Etika dan Akuntansi " ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini, kami berharap dari makalah yang telah kami susun ini dapat bermamfaat dan
menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amiin.
Wassalaamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 02 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 2
A. Latar Belakang .................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................... 4
A. Pentingnya Etika dalamPraktik Bisnis ............................................................... 4
B. Praktik bisnis yang tidak beretika ....................................................................... 5
C. Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis ............................................................... 6
D. Ekspektasi Baru dalam Bisnis .......................................................................... 10
E. Tanggapan dan Perkembangan ......................................................................... 11
F. Inisiatif untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan ............................................. 12
G. Etika lingkungan untuk Akuntan-Akuntan Profesional ..................................... 13
H. Mengelola Risiko-Risiko Etika dan Kesempatan / Peluang .............................. 14
I. Belajar Dari Masa Lalu Profesi Akuntansi......................................................... 14
BAB III : PENUTUP .......................................................................................... 16
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Dalam bisnis yang modern ini, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
yang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan keterampilan bisnis
yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan lainnya. Kaum profesional
bisnis ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu yang berada diatas rata-rata kinerja
pelaku bisnis amatir. Kinerja ini tidak hanya menyangkut aspek bisnis, manajerial, dan
organisasi teknis murni, melainkan juga menyangkut aspek etis. Kinerja yang menjadi
prasyarat keberhasilan bisnis ini juga menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin,
loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu, penghargaan
terhadap hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang
lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
Terjadinya krisis keuangan yang disebabkan skandal keuangan oleh berbagai
perusahaan besar di dunia menyebabkan perubahan padapersepsi mayarakat terhadap nilai
serta perilaku etika perusahaan. Pembentukan komite audit dan komite etika yang berisikan
oleh individu di luar perusahaan, pembentukan nilai code of conduct perusahaan serta
peningkatan nilai pelaporan perusahaan untuk meningkatkan integritas adalah berbagai upaya
yang dilakukan perusahaan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan publik tersebut.Pada
lingkup yang lebih kecil, skandal keuangan mengakibatkan adanya jurang kepercayaan
(expectation gap) antara persepsimasyarakat mengenai laporan keuangan oleh akuntan serta
laporan audit olehauditor dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan.
Terjadinya jurang kepercayaan tersebut pada akhirnya akan berujung pada aturan yang lebih
ketat, hukuman yang lebih besar serta penyelidikan tentang integritas, independensi dan
peranan profesi akuntan dan auditor.
B Rumusan Masalah
1. Apa Pentingya Etika dalam Praktik Bisnis?
2. Apa Praktik Bisnis yang Tidak Beretika?
3. Apa Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis?
4. Apa Ekspektasi Baru Dalam Bisnis?
5. Apa Tanggapan dan Perkembangan?
6. Apa Inisiatif untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan?
2
7. Apa Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional?
8. Bagaimana Mengelola Risiko-risiko Etika dan Kesempatan/Peluang?
9. Bagaimana Belajar Dari Masa Lalu Profesi Akuntansi ?

C Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pentingya Etika dalamPraktik Bisnis
2. Mengetahui Praktik Bisnis yang Tidak Beretika
3. Mengetahui Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis
4. Mengetahui Ekspektasi Baru Dalam Bisnis
5. Mengetahui Tanggapan dan Perkembangan
6. Mengetahui Inisiatif untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan
7. Mengetahui Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional
8. Mengetahui Cara Mengelola Risiko-risiko Etika dan Kesempatan/Peluang
9. Mengetahui Belajar Dari Masa Lalu Profesi Akuntansi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A Pentingnya Etika Dalam Praktik Bisnis


Etika bisnis mempunyai peranan penting sebab dapat menciptakan norma,
nilai, dan juga perilaku karyawan serta pimpinan dengan tujuan membangun hubungan
yang sehat dan adil dengan relasi kerja, masyarakat, atau pemegang saham. Dalam hal
pelaksanaan, semua hal haruslah mempunyai prinsip. Karena prinsip merupakan
pondasi dan dasar kekuatan dari suatu individu maupun instansi. Prinsip inillah yang
akan dijadikan sebagai batu loncatan dari tercapainya setiap tujuan yang kita miliki.
Adapun beberapa prinsip yang wajib ada untuk memenuhi etika dalam berbisnis, yaitu:
1. Prinsip Otonomi
Saat seseorang ataupun perusahaan mampu memenuhi prinsip ini, maka kehidupan
bisnisnya menjadi lebih hidup. Prinsip ini dapat menentukkan dan mengetahui sikap
dan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan
kesadarannya sendiri.
2. Prinsip Kejujuran
Sejatinya kejujuran amat sangat dijunjung tinggi dalam setiap aspek kehidupan.
Kejujuran dalam berbisnis dapat dikategorikan sebagai syarat-syarat dalam pemenuhan
perjanjian antar sesama pengelola bisnis maupun semua yang terlibat didalamnya.
Bagaimana penerapan prinsip kejujuran dalam berbisnis?
Tentunya setiap bisnis yang dijalankan memiliki aturan dan perjanjian tersendiri.
Dimana kejujuran merupakan hal yang paling krusial dalam etika berbisnis. Misalnya
saja, dalam diperlukan kejujuran dalam hubungan kerja yang terjalin. Orientasi dan
kerjasama antara penggiat bisnis perlu ditumbuh kembangkan untuk mencapai tujuan
dan untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.
3. Prinsip Keadilan
Dari prinsip ini semua pelaku usaha diwajibkan untuk berlaku adil terhadap hak-hak
pribadi yang dimiliki oleh setiap orang. Prinsip keadilan ini tidak hanya berlaku dalam
ruang eksternal saja, namun juga harus berlaku dan wajib dipenuhi bagi setiap anggota
tubuh internal perusahaan. Keadilan dalam berbisnis dapat dicapai bila negara
memperlakukan semua pelaku bisnis secara setara tanpa adanya asas perbedaan kasta
maupun jenis dari bisnis yang dilakoni.

4
Selain itu, ada juga keadilan yang berlaku di perusahaan. Pemilik perusahaan dituntut
untuk berlaku adil terhadap semua karyawan tanpa membedakan status atau tingkatan
pekerjaan yang dilakukan.
4. Prinsip Integritas Moral
Dalam tahap ini para pelaku bisnis, haruslah memiliki kesadaran yang telah menjadi
tuntutan dalam diri pelaku bisnis. Hal ini dikatakan sebagai tahapan mendasar dan
wajib dimiliki oleh setiap orang yang berkecimpung di dunia ini.
Kesadaran untuk berbuat adil dan memenuhi setiap prinsip dalam bisnis, merupakan
dasar dari etika dalam berbisnis.
5. Prinsip Saling Menguntungkan
Pada dasarnya, seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk mencari keuntungan
semaksimal mungkin, disamping kita pun harus memenuhi dan menyediakan barang
dan jasa bagi para konsumen.
Namun di era ini, banyak sekali generasi muda yang sukses di bidang ini. Kemudian
setelah itu, bisnis merupakan usaha yang dapat dikatakan sangat menguntungkan bagi
para pelaku bisnis. Dari capaian yang luar biasa ini, generasi muda kini berbondong-
bondong melakukan inovasi serta kreasi dalam meramaikan dunia perbisnisan
Indonesia. 1

B Praktik Bisnis yang Tidak Beretika


Bentuk masalah etika masih kerap kali terjadi dalam dunia bisnis, ada lima kategori
untuk mengklasifikasikan bentuk bentuk masalah etika ini, yaitu :
1. Suap (Bribery)
Adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap bertujuan untuk memanipulasi seseorang
dengan membeli pengaruh.Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayar
sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana.
Suap kadang kala tidak mudah dikenali. Pemberian uang secara langsung dapat
dikategorikan sebagai suap, namun hadiah tidak selamanya disebut suap karna
tegantung dari tujuan pemberiannya.
2. Paksaan (Coercion)

1
Sigit Hermawan dan Nur Ravit Hanun, Etika bisnis dan Profesi,( Sidoarjo: UMSIDA Press,2018), hlm. 4-5

5
Adalah bentuk tekanan, batasan, atau dorongan yang dilakukan secara paksa dengan
menggunakan suatu kekuasaan atau ancaman. Contoh paksaan adalah ancaman
kesulitan kenaikan jabatan, atau pemecatan oleh atasan kepada bawahannya.
3. Penipuan (Deception)
Suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau
melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft)
Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti
milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti
fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Descrimination)
Merupakan perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu hanya
berdasarkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan
untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara yang disukai atau tidak. 2

C Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis


Masalah etika yang kerap terjadi diatas juga menjadi salah satu alasan bagaimana
perubahan harapan publik terhadap suatu perusahaan dapat terjadi, berikut ini terdapat
beberapa faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan terkait harapan publik:
Fisik Kualitas udara dan air, keselamatan
Moral Keinginan untuk keadilan dan kesetaraan di
rumah dan di luar negeri
Penilaian yang buruk Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif
Aktivis pemangku kepentingan Etika investor, kosumen, ahli lingkungan hidup
Realita lingkungan Degenerasi alam
Ekonomi Kelemahan, tekanan untuk bertahan hidup,
untuk memalsukan
Persaingan Tekanan global
Penyimpanan keuangan Banyak skandal, korban, keserakahan
Kegagalan tata kelola Pengakuan bahwa tata kelola dan penilaian
risiko etika merupakan suatu hal yang penting

2
Ibid, hlm. 15

6
Akuntabilitas Keinginan untuk transparansi
Sinergi Publisitas, perubahan sukses
Pengutan hukum kelembagaan Peraturan baru lingkungan

a. Urusan Lingkungan
Kekhawatiran terkait pencemaran udara ini berfokus pada cerobong dan pipa
asap pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pernafasan tidak hanya
bagi para pekerja namun juga bagi masyarakat sekitar.
Bentuk pencemaran lain yang sayangnya belum mendapat perhatian berbentuk
hujan asam, dan penipisan lapisan ozon. Baru-baru ini, disipasi lapisan ozon diakui
sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan fisik kita semua. pelepasan CFC
(Chlorofluorocarbon) ke atmosfir yang dahulu dianggap sebagai refrigerant (bahan
pendingin) perumahan dan industri yang paling umum memungkinkan molekul CFC
“menyedot” molekul ozon.
Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang dapat
menimpa mereka ini berbanding lurus dengan meningkatnya juga ekspektasi
masyarakat terhadap kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.
b. Sensitivitas Moral
Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu
keadilan dalam ketenagakerjaan. Bentuk ketidakadilan kerap kali terjadi pada tahun
1980 hingga 1990an. Usaha menghapuskan ketidakadilan ini mulai berhasil dengan
telah terbentuknya kini hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan.
Program-program kesetaraan upah mulai muncul untuk menyesuaikan
kesenjangan yang ada antara skala gaji untuk pria dan wanita. Tes narkoba untuk
karyawan telah jauh lebih hati-hati ditangani untuk meminimalkan kemungkinan
temuan palsu pada hasil tes. Semua ini adalah contoh dimana tekanan publik telah
membawa perubahan kelembagaan melalui legislatif atau pengadilan untuk kejujuran
yang lebih dan kesetaraan, serta berkurangnya diskriminasi, dan oleh karena itu,
kebalikan dari perubahan ini hampir tidak mungkin terjadi.
Kepekaan moral juga terjadi di isu-isu internasional maupun domestik.
Kampanye untuk memboikot membeli dari perusahaan yang terlibat dalam masalah
mempekerjakan anak dibawah umur atau buruh murah di negara-negara asing,

7
sebagai contohnya, telah membentuk suatu kode etik terkait penggunaan tenaga kerja
bagi para pemasok.
c. Penilaian Buruk dan Aktivis
Para pemangku keputusan dalam suatu perusahaan adalah manusia yang juga
mungkin membuat kesalahan. Namun pihak-pihak terkadang tersinggung pada tahap
ini lalu mengambil tindakan agar para direktur dan manajemen menyadari bahwa
tindakan mereka tidak benar secara etis.
Masyarakat tidak segan menyerang instansi yang dinilai buruk. Sebagai
contoh adalah Produk Nestle di boikot di Amerika Utara dan Eropa untuk
menghentikan distribusi bebas serbuk formula bayi untuk para ibu di Afrika yang
mencampurnya dengan air yang terkontaminasi, sehingga membunuh bayi mereka.
Atau seperti perusahaan sepatu Nike yang diboikot karena mempergunakan tenaga
kerja dibawah umur. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya
tidak hanya untuk mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.
d. Ekonomi dan Tekanan persaingan
Perkembangan pasar global telah berhasil memberi kesempatan bagi
perusahaan untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia.
Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong produkitivitas dan memungkinkan
biaya yang lebih rendah dengan tarif yang lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh
karena itu, diperlukan restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih
tinggi dan biaya yang lebih rendah. mengingat persaingan yang lebih besar, volume
yang lebih besar tentu akan meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan
tidak akan lebih rendah dari yang telah dialami di masa lalu.
e. Skandal Keuangan: Kesenjangan Ekspektasi dan Kesenjangan Kredibilitas
Krisis keuangan yang sudah berulang ulang terjadi tidak dipungkiri telah
mengecewakan masyararakat. Ketidak percayaan masyarakat terhadap integritas
laporan keuangan perusahaan menjadi salah satu buktinya. Istilah jurang harapan
digambarkan sebagai betapa berbedanya antara apa yang dipikirkan masyarakat akan
mereka dapatkan dalam laporan keuangan dan apa yang pada nyatanya diterima
masyarakat.
Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa penyimpangan keuangan menimbulkan
krisis kepercayaan terhadap seluruh elemen perusahaan, baik pelaporan ataupun tata
kelola perusahaan. Masalah ini jelas menjadi salah satu masalah penting untuk
ditanggulangi agar tidak terus terjadi kedepannya.
8
f. Kegagalan Tata Kelola dan Penilaian Resiko
Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana
dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko
yang dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah
menjadi aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan. Akan tetapi, dalam kasus
Enron, WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, pengawasan oleh direktur perusahaan
ternyata tidak menyadari bagaimana kerakusan para bawahannya.
Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi kepentingan umum.
Dimana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa risiko yang di
hadapi oleh perusahaan mereka telah dikelola dengan baik, risiko etika sekarang
terlihat menjadi aspek kunci dari proses. Reformasi tata kelola memastikan bahwa
tidak akan terjadi
keterlambatan pada hal tersebut.
g. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan
Kurangnya kepercayaan pada proses kegiatan dalam suatu perusahaan
menimbulkan peningkatan keinginan transparantasi bagi pihak pihak yang
menyangkut kepentingan investor dan stakeholders yang lain. Hal ini direspon
langsung oleh banyak perusahaan di dunia dengan menerbitkan informasi dalam web
mereka terkait kinerja CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Tren ini
jelas ke arah peningkatan laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan
masyarakat yang terus tumbuh.
h. Sinergi Semua Faktor dan Penguatan Institusional
Hubungan faktor-faktor akhirnya berdampak pada ekspektasi publik terhadap
masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol pada
perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia
politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal
tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan
penegakan hukum.
Keinginan untuk standar global pengungkapan perusahaan, praktik audit, dan
keseragaman etika perilaku, para akuntan profesional telah menghasilkan standar
akuntansi dan audit internasional di bawah naungan Internasional Accounting
Standards Board (IASB) dan International Federation of Accountants (IFAC). Kreasi
mereka International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kode Etik untuk
Akuntan profesional merupakan titik fokus untuk harmonisasi di seluruh dunia.
9
i. Hasil
Jelaslah bahwa harapan masyarakat telah berubah dengan ekspektasi lebih
tinggi dari para pelaku bisnis. Untuk merespons harapan ini, sejumlah pengawas dan
penasehat telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat umum dan
bisnis. Organisasiorganisasi, seperti Greenpeace, Pollution Probe, dan Coaliation for
Environmentally Responsible Economies (CERES, sebelumnya bernama Sierra Club)
sekarang mengawasi hubungan bisnis dengan lingkungan. 3

D. Ekspektasi Baru Dalam Bisnis


Bentuk ekspektasi baru dalam dunia bisnis terbagi atas 3, yaitu :
1. Tugas Baru Dunia Bisnis
Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan perubahan dalam tugas-tugas di
dunia bisnis. Pada masa ini, keuntungan tidak semata keuntungan, namun perlunya
kesadaran perusahaan mengenai bagaimana cara memperolehnya, harus berdasarkan
undang-undang dan etika yang berlaku dimasyarakat. Namun, sayangnya masih saja
banyak perusahaan yang hanya berfokus pada prinsip keuntungan murni sehingga
membahayakan kelangsungan perusahaan di jangka panjang. Karena inilah
diharapkan dimasa depan kesuksesan perusahaan akan tergantung pada seberapa
sanggup perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.Penilaian
keberhasilan masa depan akan memperhitungkan apa yang telah dicapai dan
bagaimana cara mencapainya.
2. Kepemimpinan Baru dan Kerangka Transparansi
Berdasarkan analisis ini,perusahaan sukses akan dilayani dengan sangat baik oleh
mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus pada sebuah kumpulan
hubungan fidusia yang berbeda dan lebih luas dibandingkan dengan masa lalu.
Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan kepentingan para stakeholders
dalam hal pencapaian tujuan, proses, dan hasil. Tujuan dan proses tata kelola juga
harus mengarah pada perspektif yang baru, agar harapan masyarat dapat terpenuhi. 3.
Penguatan Aturan Untuk Profesional Akuntan Ekspektasi publik akan kebenaran
laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari profesional akuntan yang menyiapkan atau
mengaudit laporan keuangan tersebut. Profesional akuntan tersebut berfokus pada

3
Mudrika Alamsyah Hasan. “Etika & Profesional Akuntan Publik” Jurnal dari Pekbis Jurnal. Vol. 1, No.3(2009).
Hlm. 160-162

10
loyalitas kepada kepentingan publik dan adoptasi prinsip independensi, penilaian,
objektivitas dan integritas.

E. Tanggapan dan Perkembangan


1. Kejelasan Kepemimpinan dan Model Transparansi Stakeholder
Tren penting lain yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan
kompetitif yang memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan profesional. Tren
ini mencakup:
a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan dan CEO
b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham terkait pengendalian internal
c. Perhatian penuh untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi, meskipun
perubahan signifikan juga terjadi dalam pengelolaan organisasi, yang mencakup
reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik, serta
meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja non keuangan.
Hasil dari perubahan terjadi adalah perusahaan mulai memberi perhatian lebih
pada bagaimana etisnya aktivitas perusahaan, dan untuk mengurangi terjadinya
masalah etika. Dari hal tersebut semakin terlihat jelas terlihat bahwa komando
tradisional dan pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan
perusahaan perlu membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika.
2. Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholders ke dalam kebijakan,
strategi dan operasi perusahaan, direksi, eksekutif manajer, dan karyawan lainnya
harus memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai-nilai yang
mendukung mereka. Berbagai bentuk pendekatan telah dikembangkan untuk
memeriksa berbagai keperluan stakeholders seperti survey, fokus kelompok, dan
pemetaan berdasarkan stereotip. Hasil penyidikan terkait nilai-nilai dasar yang
dihargai oleh para stakeholders, nilai-nilai ini berbeda sedikit tergantung pada
kelompok stakeholder, serta perbedaan regional. Namun, kemajuan telah dibuat ke
arah satu set hypernorms-nilai yang dihormati oleh sebagian kelompok atau budaya di
seluruh dunia. Menurut Charles Fombrun, dari Institut Reputasi, dapat dikategorikan
dalam 4 hal, yaitu:
a. Keandalan
b. Kredibilitas
c. Sifat dapat dipercaya
11
d. Tanggungjawab
3. Akuntabilitas
Masalah yang terjadi dalam kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah
meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan
stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada sebelumnya. Perbaikan yang
diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah memotivasi diskusi di antara
akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang seharusnya mereka gunakan
untuk menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau prinsip-prinsip.Kekurangan
integritas,transparasi,dan akurasi jelas terdapat pada laporan keuangan. Keinginan untuk
relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama yang bersifat
nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku kepentingan tertentu.
F. Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan
Meningkatnya harapan untuk bisnis selalu berdampak pada tuntutan reformasi tata kelola
dan pengambilan keputusan etis. Penting bagi keberhasilan perusahaan untuk memahani
harapan etika. Sebuah perusahaan tidak dapat memiliki etika budaya perusahaan yang
efektif tanpa etika kerja yang terpuji. Melalui tata kelola perusahaan (Good Coorporate
Government), diharapkan seluruh organ perusahaan mampu bertindak secara etis. Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) adalah struktur dan proses
yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian
sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pemangku
kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundangan serta nilai-nilai
etika. Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat
karena konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar
para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal
antara lain:
1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya
2. Hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
lainnya
3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,
4. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
5. Tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para
pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan.

12
Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya
Endron WorldCom, KAP Arthur-Andersen.

G. Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional


a. Peran dan perilaku
Efek dari terjadinya krisis di perusahaan-perusahaan besar membawa
perubahan pada perilaku para akuntan professional. Akuntan profesional harus
meletakkan kesetiaan mereka pada kepentingan umum, tidak semata untuk diri
mereka sendiri, direktur atau manajer perusahaan, ataupun para pemegang saham.
Perubahan ini terjadi karna kredibilitas dari para akuntan yang hampir hancur.
Dibutuhkan reformasi, melalui peraturan, pengawasan yang terstuktur serta standar
internasional terkait kode etik perilaku akuntan profesional di seluruh dunia.
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika
untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang
bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai
karyawan perusahaan. Akuntan profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka
saat ini dan mereka siap untuk bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga
kredibilitas profesi akuntan.
b. Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar
modal, dan akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju
harmonisasi secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang
berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi
penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi dan audit di seluruh dunia.
Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan GAAP
yang dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian umum yang
berlaku di semua negara.
Selain itu, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) juga sedang
mengembangkan kode etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional,
yang diharapkan nantinya kode etik ini akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan
para akuntan dunia di masa depan. KAP juga saat ini sedang mengembangkan standar
audit global untuk melayani para klien, serta standar perilaku untuk memastikan
penilaian mereka independen, objektif, dan akurat.
13
c. Layanan yang di Tawarkan
Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan
nonaudit kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan Arthur dalam bencana
Enron, akan dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat
dipenuhi. Para akuntan profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana
nilai-nilai dan kode profesional lain yang mereka pekerjakan berbeda dengan profesi
akuntansi.
H. Mengelola Risiko-risiko Etika dan Kesempatan/Peluang
Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya, dan khususnya
untuk direktur, eksekutif, dan akuntan, telah membawa tuntutan reformasi tata kelola,
pengambilan keputusan etis, dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari
pemikiran terkini tentang bagaimana mengelola risiko etika dan peluang.
Para pengusaha yang telah berpengalaman menyadari bahwa krisis tidak dapat
dihindari, dan pendekatan manajemen krisis dikembangkan untuk melindungi
perusahaan agar tidak mengalami kehancuran reputasi yang lebih parah dari
sebelumnya. Bahkan, jika aspek etika dalam krisis dapat dikelola dengan baik,
reputasi perusahaan bisa meningkat. Memasukkan etika dalam manajemen krisis jelas
dapat mengubah risiko menjadi peluang. 4

I. BELAJAR DARI MASA LALU PROFESI AKUNTANSI: KASUS ENRON-AA


dan KAP ARTHUR ANDERSEN
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur
gas alammelalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung
pada tahun1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian
melakukan diversifikasiusaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak
ada kaitannya dengan industrienergi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi
future transaction, tradingcommodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus
Enron mulai terungkap padabulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding
pada tahun 2002 berimplikasi sangatluas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secaradrastis berbagai bursa efek di belahan
dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.Enron, suatu perusahaan yang
menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemukadi Amerika Serikat

4
Sigit Hermawan dan Nur Ravit Hanun, Etika bisnis dan Profesi,( Sidoarjo: UMSIDA Press,2018), hlm. 25-28

14
dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut denganmeninggalkan
hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.Dalam kasus Enron diketahui terjadinya
perilaku moral hazard diantaranya manipulasilaporan keuangan dengan mencatat
keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaanmengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar sahamtetap diminati investor,
kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedungputih, termasuk
wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle).
Pembahasan Masalah yang Berkaitan dengan Etika Bisnis
Adapun kaitan kasus Enron dengan Etika bisnis, jika dilihat dari ekspektasi
masyarakat terhadap bisnis dan akuntansi yaitu jika dilihat dari prinsi keuntungan dan
etika menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis),
yaitu opportunity;pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita
hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya,
karena kita meyakinibahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi
terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya
bangkrut dan hancur sertaberimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang
dirugikan dari kasus ini tidak hanyainvestor Enron saja, tetapi terutama karyawan
Enron yang menginvestasikan dana pensiunnyadalam saham perusahaan serta investor
di pasar modal pada umumnya (social impact).Milyaran dolar kekayaan investor
terhapus seketika dengan meluncurnya harga sahamberbagai perusahaaan di bursa
efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai
kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness
information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam
mengembanamanah dari principal Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah
bertindak secararasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan
melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.5

5
Mudrika Alamsyah Hasan. “Etika & Profesional Akuntan Publik” Jurnal dari Pekbis Jurnal. Vol. 1, No.3(2009).
Hlm. 182-183

15
BAB III
KESIMPULAN
Perusahaan memerlukan dukungan dari stakeholders seperti pemegang saham,
pegawai, konsumen, kreditur, supplier, pemerintah, dan aktivis untuk dapat mencapai
tujuan jangka panjangnya. Dukungan untuk bisnis secara umum tergantung pada
kredibilitas penempatan stakeholders dalam komitmen perusahaan, reputasi
perusahaan, dan kekuatandari keunggulan kompetitif perusahaan. Kini, stakeholder
menginginkan kegiatan perusahaan akan lebih menghargai kepentingan dan hal-hal
yang bermanfaat bagi mereka, dalam arti luas perusahaan diminta untuk menentukan
sikap etis dalam mencapai kesuksesan.faktor-faktornya terdiri dari urusan lingkungan,
sensitivitas moral, penilaian buruk dan aktivis, ekonomi dan tekanan persaingan,
skandal keuangan kesenjangan ekspektasi dan kesenjangan kredibilitas, kegagalan
kepemimpinan dan penilaian resiko, peningkatan keinginan transparansi dan sinergi
semua faktor dan penguatan institusiona. Para pengusaha yang telah berpengalaman
menyadari bahwa krisis tidak dapat dihindari, dan pendekatan manajemen krisis
dikembangkan untuk melindungi perusahaan agar tidak mengalami kehancuran
reputasi yang lebih parah dari sebelumnya.
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar.
Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Anron,
tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Anron dan
KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap
independen tidak dilakukan oleh. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya
menuai kehancuran dimana &nron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran
dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan
keper!ayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karya4an
yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Mudrika Alamsyah. 2009. Etika & Profesional Akuntan Publik. Pekbis
Jurnal. Riau.1(3), 160+
Hermawan , Sigit dan Nur Ravit Hanun. (2018).Etika bisnis dan Profesi. Sidoarjo:
UMSIDA Press

Anda mungkin juga menyukai