Anda di halaman 1dari 5

PAPER

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL ( PRA )


TUGAS MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERENCANAAN DAERAH
Dosen: Andrialius Faraera, S.IP., M.Ipol

Oleh:

Intania Putri Zahra

41118043

B1/R2

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK DAN HUKUM

UNIVERSITAS SERANG RAYA

SERANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan harus terus dilakukan pada setiap daerah di Indonesia. Dengan adanya
pembangunan diharapkan masyarakat dapat hidup sejahtera mengikuti perkembangan saat
ini. Maka dari itu pembangunan desa perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan
melibatkan swadaya gotong - royong masyarakat. Wilayah pedesaan dengan segenap potensi
yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya merupakan hasil kehidupan dan penghidupan
bangsa Indonesia. Tetapi masyarakat pun tidak bisa begitu saja langsung terjun dalam
pembangunan. Disinilah perlu adanya pendampingan untuk melakukan proses pembangunan.
Masyarakat melakukan pembangunan tidak sendiri. Mereka harus membentuk suatu
komunitas yang nantinya akan bersama - sama membangun daerah mereka sendiri.
Pembentukan komunitas ini juga perlu didukung dengan adanya kesadaran dari masyarakat
itu sendiri dalam mensejahterakan daerahnya. Kesadaran masyarakat perlu didorong dengan
peran aktif juga dari orang luar, contohnya pemberdayamasyarakat sendiri atau bisa dari
pihak pemerintahan. Adapun yang harus dilakukan dalam proses pemberdayaan dan
pendeketan partisipasi masyarakat dengan menenkankan pada keterlibatan masyarakat dalam
keseluruhan kegiatan pembangunan tersebut melalui metode pendekatan PRA ( Participatory
Rural Appraisal ). Melalui metode PRA, masyarakat desa bukan lagi sebagai objek yang
menerima program dari atas (top-down), melainkan menjadi subjek pembangunan yang
merancang program pembangunan dari bawah (bottom-up) dan komunikasi yang terjalin
baik juga nantinya bisa membantu proses mereka dalam membangun daerahnya.

B. Tujuan
Paper Participatory Rural Appraisal (PRA) bertujuan untuk:
1. Memahami pengertian PRA
2. Memahami penerapan metode PRA
3. Memahami tujuan peneraoan PRA
4. Memahami alasan pemilihan metode PRA
5. Mengetahui prinsip – prinsip PRA
6. Mengetahui struktur program PRA
7. Memahami dan mengetahui permasalahan dalam penerapan PRA

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul diatas bahwa rumusan masalah berfokus untuk lebih tau mengapa
harus menggunakan penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam program
pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA)
PRA dikembangkan oleh Robert Chamber, menurutnya adalah metode yang
mendorong masyarakat pedesaan/pesisir untuk turut serta meningkatkan pengetahuan dan
menganalisa kondisi mereka sendiri, wilayahnya sendiri yang berhubungan dengan hidup
mereka sehari - hari agar dapat membuat rencana dan tindakan yang harus dilakukan, dengan
cara pendekatan berkumpul bersama.
PRA juga dapat diartikan sebagai suatu metode pemahaman lokasi dengan cara
belajar dari, untuk, dan oleh masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi
hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin.
2. Penerapan Metode PRA
Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan banyak diakui kegunaannya ketika
paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di
negara - negara yang sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan,
manusia itu ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan tersebut. Manusia tidak
hanya sebagai penonton tetapi mereka juga harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil dari pembangunan itu sendiri. Metode dan
pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) tampaknya sesuai dengan tuntutan
paradigma yang partisipatif. Memungkinkan masyarakat secara bersama – sama dalam
menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan
secara nyata.
3. Tujuan Penerapan Metode PRA
Konsep metode ini bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh
kegiatan. Pendekatan PRA pun memang bercita - cita menjadikan masyarakat sebagai
peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan hanya sekedar obyek
pembangunan. Untuk tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh,
namun pada nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan
dan teknik PRA dapat juga memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk
melibatkan masyarakat. Selain itu, melalui pendekatan PRA akan mencapai kesesuaian dan
ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability)
program dapat terjamin.
4. Alasan Pemilihan Metide PRA
 Setiap program - program pembangunan yang diturunkan dari pusat, masyarakat
hanya tinggal melaksanakannya saja.
 Program tersebut direncanakan oleh lembaga penyelenggara pembangunan tanpa
melibatkan secara langsung warga masyarakat yang akan menjadi sasaran program.
 Berbagai kritik terhadap pola pengembangan program pembangunan yang masih
bersifat Top Down.
 Program pembangunan disusun berdasarkan asumsi - asumsi yang keliru sehingga
program tersebut tidak menyentuh banyak kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan
oleh masyarakat.
 Program yang diturunkan dari pusat tidak melibatkan masyarakat, sehingga
masyarakat tidak merasa sebagai pemilik program.

5. Prinsip – Prinsip PRA


 Belajar dari kesalahan dan pengalaman masyrakat
 Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
 Adanya keteribatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan
 Konsep Triangulasi, bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck)
 Optimalisasi hasil
 Berorientasi praktis
 Mengutamakan yang terabaikan
 Pemberdayaan atau penguatan masyarakat
 Keberlanjutan program dan selang waktu
 Santai dan informal
 Keterbukaan

6. Struktur Program PRA


Sudah dijelaskan bahwa tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program
bersama masyarakat, penerapannya pun perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan
program tersebut. Secara ringkas gambaran siklusnya adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi
b. Perumusan masalah dan penetapan prioritas
c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan
d. Pemilihan alternatif pemecahan yang sangat tepat
e. Perencanaan penerapan gagasan dan pemecahan masalah
f. Penyajian rencana kegiatan
g. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat
h. Pemantauan dan pengarahan kegiatan
i. Evaluasi dan rencana tindak lanjut.

7. Permasalahan dalam Penerapan PRA


Peningkatan secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan dapat menyebabkan masyarakat
terburu - buru dalam menerima gagasan ini tanpa pemahaman prinsip yang cukup mendasar,
kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi akan maksimalnya PRA. Oleh karena itu
pasti timbul beberapa masalah akibat merebaknya penggunaan metode PRA.
Permasalahannya ada pada permintaan yang melampaui kemampuan akibat metode ini
dilatihkan dalam forum yang formal tanpa adanya kesempatan untuk mendalami prinsip yang
mendasarinya, lalu kehilangan tujuan dan dangkalnya hasil akibat penerapan di lapangan
tanpa tujuan yang jelas, kemudian kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk
memfasilitasi partisipasi masyarakat, selanjutnya menjadi penganut fanatik karena tidak
munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di
masyarakat, dan mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang tidak lengkap di luar konteks
program pengembangan masyarakat, terakhir terpatok waktu akibat program yang
berorientasi pada target (teknis, administratif) sehingga adanya kerutinan yang dapat
membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan
membosankan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peningkatan partisipasi menjadi jalan keluar menuju terwujudnya pemberdayaan masyarakat.
Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan sacara partisipatif, adalah
'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA menjadi elemen penting dalam proses
perencanaan pembangunan. Dengan menggunakan PRA, masyarakat dapat lebih cermat
dalam meningkatkan kemandirian taraf hidupnya, dan memetakan potensi budaya untuk
pengembangan berbagai program. Selain itu, dengan PRA, mereka dapat membangun
program yang lebih aspiratif dan menggerakkan partisipasi masyarakat yang lebih tinggi lagi.
Dengan PRA, mereka sadar bahwa banyak program pembangunan yang masuk ke desa tetapi
miskin sekali partisipasi dan masyarakat tidak dapat mewujudkannya karena tidak memiliki
model pengetahuan dan kemampuan yang disusun dari pengalaman yang memadai. PRA juga
mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki
peran dan mendapatkan manfaat dalam kegiatan program pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai