Anda di halaman 1dari 7

Nama :Armelia gamayanti shafira (F0G020065)

Kelas :1B

Profesi Bidan
Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasihat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu
dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan[5].
Seorang bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Persepsi modern tentang profesi bidan memberikan penekanan bahwa di dalam melakukan
praktiknya, bidan profesional berperan dalam:
a. memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan yang hamil, bersalin, dan
juga periode setelah melahirkan (post-partum)
b. bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak, serta bagi keluarga
dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling, perawatan kehamilan, dengan terlibat
membantu secara penuh hingga periode setelah melahirkan.
c. melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih mengarahkan seluruh upaya sesuai
kompetensinya agar persalinan berjalan secara normal / alami.
d. melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang membutuhkan pertolongan dokter
SpOG.

1. Organisasi Bidan
1. Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang sebagai
hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi
bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan
prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama
tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi
perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan sebuah organisasi profesi bernama
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari
wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada
tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI
bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita
Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang
organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu
Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan
dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun
2003, IBI telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang IBI (di tingkat Kabupaten /
Kodya) dan 1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak
68,772 orang.
 

Tujuan IBI adalah sebagai berikut :

1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita
pada
umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.

2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan


khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
 

Visi dan Misi IBI antara lain :

1. Membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang bersifat nasional, sebagai


satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan bidan di
Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau dimana pusat pemerintahan
berada
3. Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas dua, yang ada hanya bidan
4. Membentuk pengurus didaerah-daerah. Dengan demikian organisasi/ perkumpulan
yang
bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semuanya membubarkan diri dan

selanjutnya menjadi anggota cabang yang dikoordinir oleh pengurus daerah tingkat

propinsi.

5. Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi, apabila bekerja dibidang perawatan
harus
mengikuti pendidikan perawat selama dua tahun, demikian apabila perawata bekerja
di

kebidanan harus mengikuti pendidikan bidan selama dua tahun.

Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan
hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya
baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu
Selo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah
dan Ibu S. Margua, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya
organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari konferensi
pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah:

1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya


organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan Indonesia.
2. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini
semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di daerah-
daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
3

Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut:


Ketua I

Ketua II

Penulis I

Penulis II

Bendahara

PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA IBI TAHUN 1988 – 2015


TAHUN JUMLAH ANGGOTA
1988 16.413

1990 25.397

1994 46.114

1995 54.080

1996 56.961

1997 57.032

1998 66.547

2003 68.772

2008 87.338

2013 141.148
2015 170.359

STRUKTUR ORGANISASI
1. Pelindung
2. Nasehat
3. Ketua
4. Seketaris
5. Bendahara
 

SEKSI ORGANISASI
1. Seksi usaha
2. Seksi humas
3. Seksi diklat
 
 
 
 
 
 
4
PEMBENTUKAN ORGANISASI
Pada tanggal 15 September 1950 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta,
para bidan melaksanakan pertemuan dan bersidang serta melahirkan kesepakatan
untuk membentuk suatu wahana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada pertemuan dan
persidangan yang pertama ini telah disusun Anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga ( AD/ART) yang mencantumkan bahwa:
1. Azaz ikatan bidan Indonesia adalah Pancasila

2. Tujuan Pendirian IBI adalah :


3. Menghidupkan rasa persaudaraan sesama bidan
b. Memelihara,mengembangkan dan menghidupkan pengetahuan bidan dalam
kalangan
anggota
c. Menyokong dan kerja sama dengan pemerintah dan menjaga kesehatan rakyat
d. Mempertinggi derajat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat

3. Upaya-upaya yang dilaksanakan menurut pasal 3 AD/ART 1950 adalah:


4. Mengatur pertolongan persalinan untuk masyarakat
b. Memperbaiki kesehatan ibu dan anak
c. Memberi pimpinan Kepada para dukun
d. Seminar/Ceramah
e. Mengadakan majalah
f. Mengadakan Perpustakaan
g. Mengadakan pidato Radio
5. Susunan Kepengurusan Sesuai Pasal 4 AD/ART 1950 Ditetapkan:
6. Ketua I
b. Ketua II
c. Penulis I
d. Penulis II
e. Bendahara
f. Juru Periksa/Komisaris
 

2. International Confederation of Midwifes (ICM)


ICM merupakan organisasi kebidanan dari berbagai negara (60 negara) yang markas
besarnya berada di London Inggris. Tujuan umum dari ICM yaitu memperbaiki
standar pelayanan kebidanan pada ibu bayi dan keluarga dan pendidikan yang berguna
untuk peningkatan profesionalisme.

Tujuan khusus dari ICM adalah:

1. Memperbaiki standar asuhan kepada ibu, bayi, dan keluarga diseluruh dunia.
2. Meningkatkan penerapan asuhan kebidanan.
3. Mengembangkan peranan kebidanan sebagai praktisi profesional dengan hak-
haknya sendiri.
4. Meningkatkan secara global potensi dan nilai kebidanan untuk menurunkan
morbiditas dan moetalitas ibu dan bayi.
5. Association of Radical Midwifes (ARM)
ARM adalah organisasi yang beranggotakan para bidan, mahasiswa bidan pada
komite UK (United Kingdom) untuk memperbaiki pelayanan kesehatan. Tujuan dari
ARM adalah agar dapat melakukan tukar wawasan, pendapat, keterampilan dan
informasi dengan kolega dan pasien untuk membantu bidan mengembangkan
perannya agar dapat memperoleh jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan
maternitas selain itu ARM juga memberikan dukungan kepada para bidan dalam
memberikan pelayanan yang berkesinambungan, menggali pola pelayanan alternatif
dan mengevaluasi perkembangan lingkup praktek kebidanan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai