LP Nifas Normal2222

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN

POST PARTUM NORMAL

OLEH

JOICE VERAWATI KAHA

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021/2022
A. KONSEP DASAR NIFAS

1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium, berasal dari bahasa latin yaitu “puer” yang artinya
bayi, dan “parous” yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Jadi,
masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Sitti Saleha, 2013)
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. (Dewi Maritalia, 2012)
Masa nifas (peurperium) yaitu dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat
kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. (Eni Purwanti, 2012)

Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas yaitu:
1) Pengecilan rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil serta
membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Bentuk otot rahim
mirip jala berlapis tiga dengan serat-seratnya yang melintang kanan, kiri, dan
transversal. Di antara otot-otot itu ada pembuluh darah yang mengalirkan darah ke
plasenta. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan berkontraksi atau mengkerut,
sehingga pembuluh darah terjepit dan pendarahan berhenti. Setelah bayi lahir,
umumnya berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi
2 jari dibawah umbilicus, dan kemudian setelah 2 minggu beratnya sekitar 300 gram
dan kemudian tidak dapat diraba lagi.
Secara ilmiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan ke bentuknya
semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat ini dianggap
bahwa masa nifas sudah selesai. Namun, sebenarnya rahim akan kembali ke
posisinya yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah masa
nifas, selama masa pemulihan bukan hanya rahim saja yang kembali normal, tapi
juga kondisi tubuh secara keseluruhan.
2) Kekentalan darah (hemokosentrasi) kembali normal
Selama hamil, darah ibu relative lebih encer karena cairan darah ibu banyak,
sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin
(Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya sebesar 11-12%, jika
hemoglobinya terlalu rendah, maka biasa terjadi anemia.
Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan penambah darah,
sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah atau Hb normal atau
tidak terlalu rendah. Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu kembali seperti
semula. Darah kembali mengental. Dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan
darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pasca
persalinan.
3) Proses laktasi atau menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta terlepas. Dimana, plasenta mengandung
hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan
ASI. Setelah plasenta terlepas hormon plasenta ini tidak dihasilkan lagi, sehingga
terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, hal yang luar
biasa adalah sebelumnya dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik
untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh kuman.

2. Tahapan masa nifas


Menurut buku Dewi Maritalia ada tiga tahapan masa nifas yaitu:
1) Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per-vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam
pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-
angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama
kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung
dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan.
Menurut buku Sitti Saleha ada tiga juga tahap dalam masa nifas yaitu:
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
kita dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini kita memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
pendarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini kita tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus
a) Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). Involusi uterus
terjadi melalui 3 proses yang bersamaan yaitu:
 Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uteri. Enzim proteolitik akan menekan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya
dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibroelastic dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan.
 Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian juga mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan
atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepa dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru.
 Efek oksitosin (kontraksi)
Hormone oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuh darah,
dan membantu proses homeostatis.
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya yaitu:
 Lokhea rubra/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan
mekonium.
 Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari
hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
 Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan, atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14
 Lokhea alba/putih mengandung eritrosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lender serviks, dan serabut jaringan mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum.
c) Serviks
Terjadi perubahan bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera
setelah bayi lahir. Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
berdilatasi maka serviks tidak kan pernah kembali lagi ke keadaan seperti
sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk
ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Ada
minggu ke-6 postpartum, serviks sudah menutup kembali.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir, luka pada
vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman
(sembuh dengan sendiriny).
e) Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur dari pada keadaan sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan,
kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi
kelanjar pencernaan dan mmpengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurangnya nafsu makan.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Biasanya ibu akan sulit berkemih dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebabnya adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
sesudah mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum.
Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen-legamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak
jarang uterus jauh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Tidak jarang wanita mengeluh “kendungannya turun’ setelah
melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.
e. Perubahan Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada
hari ke-3 postpartum.
2) Hormone Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar estrogen dan progesterone.
4) Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dan mempengaruhi kelenjar
mammae dalam menghasilkan ASI.
f. Perubahan Tanda-Tanda Vital
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,5o-38oC)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena adanya pendarahan.
4) Pernapasan
Kedaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan.
g. Perubahan Sitem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.
Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada
persalinanan dengan SC, pengeluarannya dua kali lipat.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plama akan sedikit
menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum.
Selama kehamilan dan postpartum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan denga peningkatan Hb, Hmt pada hari ke-3 sampai hari ke-7
postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

4. Perawatan postpartum
Perawatan postpastum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan pendarahan dan infeksi.
1) Bila ada leserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada,
sekurang-kurangnya satu jam postpartum. Umumnya wanita sangat lelah setelah
melahirkan, karenanya ia harus cukup beristirahat.
2) Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup
protein, cairan, serta banyak buah-buahan karena wanita tersebut mengalami
hemokosentrasi.
3) Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang wanita
dapat kencing sendiri akibat ada partus muskulus sfingter vesika uretrea mengalami
takanan oleh kepala janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kencing
penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan
keteterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi, oleh karena muda
sekali timbul uretritis, sistitis, dan juga pielitisis.
4) Defekasi atau buang air besar harus ada dalam tiga hari postpartum. Bila ada
obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun direktum, mungkin akan
terjadi sebsis. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksans
per os.
5) Bila wanita ini sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mules, dapat diberi
analgetik atau sedative supaya ia dapat beristirahat atau tidur.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelmain, alamat, suku/bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk.
b. Keluhan utama : nyeri
c. Riwayar penyakit sekarang : riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan
ketuban yang keluar pervaginam secara apsontan kemudian tidak diikuti tanda-
tanda persalinan
d. Riwayat penyakit dahulu : penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, TBC, DM, hipertensi, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus
e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, TBC, DM, hipertensi, hepatitis
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
2) Pola aktivitas
Pada pasien post partum klien dapat melaukan aktivitas seprti biasanya terbatas
pada aktivitas ringan tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri
3) Pola eliminasi
Pada pasien post parrtum sering terjadi adanya perasaan/susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan terjadinya udema dari trigona
4) Istitahat dan tidur
Karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah proses persalainan
5) Pola hubungan dan peran
Peran pasien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain
6) Pola penanggulangan stres
Biasanya sering melawan dan merasa stres
7) Pola sensori dan kognitif
Merasakan nyeri pada abdomen akibat luka jahitan dan nyeri diperut akibat
involusi uteri. pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
g. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada benjolan
2) Leher : apakah ada pembengkakan tiroid
3) Mata : terkadang adanya pembengkakan kelopak mata dan konjungtiva,
kadang pucat karena proses persalinan yang mengalami perdarahan
4) Hidung : bentuknya dan kebersihannya
5) Telinga : bentuknya dan kebersihannya
6) Dada : terdapat pembesaran payudara
7) Genitalia: pengeluaran darah bercampur lendir, pengeluaran air ketuban
8) Anus : terkadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
9) Ekstremitas: pemeriksaan edema untuk melihat kelainan karena pembesaran
uterus
10) TTV : apabila terjadi peradarahan pada post partum, tekanan darah turun,
nadi cepat, pernapasan meningkat, suhu tubuh turun
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kesiapan peningkatan proses kehamilan-melahirkan yang ditandai dengan
menyatakan keinginan untuk meningkatkan gaya hidupmyang gtepat untuk tahap
persalinan (misalnya eliminasi, olahraga,, nutrisi, hiegine personal, tidur) dan
menyatakan keinginan untuk meningkatkan proaktivitas selama persalinan dan
melahirkan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi/Rencana Tindakan
Keperawatan Goal Objekt Kriteria Hasil/Evaluasi
if
1. Kesiapan Ibu nifas akan Dalam waktu 1x24 jam pasien menunjukan : Nic label 1: Perawatan post partum
peningkatan mempertahankan Noc lebel 1: Status maternal: postpartum 1. Pantau TTV
proses status kesehatan 1. Kenyamanan (5) 2. Monitor lochea terkait dengan warna, jumlah,
kehamilan- yang optimal 2. Tekanan darah (5) bau, dan adanya gumpalan
melahirkan selama perawatan 3. Tinggi fundus uteri (5) 3. Minta pasien untuk mengkosongkan kandung
yang ditandai 4. Jumlah lokea (5) kemih secara rutin sebelum pemeriksaan post
dengan 5. Warna lokea (5) partum dan sesdudahnya
menyatakan 6. Kepenuhan payudara (5) 4. Pantau lokasi fundus, tinggi dan tonus pastikan
keinginan untuk 7. Kenyamana payudara (5) untuk menopang sekmen bawah rahim selama
meningkatkan 8. Penyembuhan perenium (5) dilakukan palpasi
gaya hidup 9. Penyembuhan insisi (5) 5. Hijat lembut fundus sampai lunas sesuai
yang gtepat 10. Asupan makanan dan cairan (5) kebutuhan
untuk tahap 11. Aktivitas fisik (5) 6. Pantau perinium atau luka oprasi dan jaringan
persalinan Ket: sekitarnya (yaitu, memantau adanya
(misalnya 1. Deviasi berat dari kisaran normal kemerahan, udem, ekimosis, cairan atau nanah,
eliminasi, 2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal dan perkiraan tepi luka)
olahraga, 3. Deviasi sedang dari kisaran normal 7. Dorong pergerakan dimulai sejak awal dan
nutrisi, hiegine 4. Deviasirdari ngan kisaran normal dilakukan secara rutin, bantu pasien bila
personal, tidur) 5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal diperlukan
dan menyatakan 8. Dorong pasien untuk melakukan lathan
keinginan untuk 12. Infeksi (5) pernapasan pasca operasi, bantu pasien bila
meningkatkan 13. Nyeri insisi (5) diperlukan
proaktivitas 14. Perdarahan di vagina (5) 9. Pantau nyeri asien
selama Ket: 10. Berikan kenyamanan pada pasien yang
persalinan dan 1. Berat menggigil (yaitu, memberikan selimut hangat
melahirkan 2. Cukup berat dan menawarkan minuman)
3. Sedang 11. Berikan analgesik sesuai kebutuhan
4. Ringan 12. Ajarkan pasien penanangan nyeri non
5. Tidak ada farmakologis (mislanya mandi uap atau mandi
di bak, pergerakan pijatan, imajinasi,
penggunaan kantung es, bantalan wich hazel,
dan pengalihan pikiran)
13. Ajarakan pasien perawatan perineum untuk
mencegah infeksi dan mengurangi
ketidaknyamanan
14. Periksa suhu dan warna payudara serta kondisi
puting
15. Ajarkan pasien mengenai perubahan (yang
terjadi pada payudara)
16. Monitor status emosional pasien
17. Dorong ibu untuk mendiskusikan pengalam
persalinannya
18. Berikan informasi mengenai perubahan mood
(misalnya post partu blues, depresi dan
psikosis), termaksud gejala yang menunjukan
evaluasi dan perawatan lebih lanjut
19. Monitor gejala depresi post partum atau
psikosis
20. Berikan bimbimngan antisipatif terhadap
perubahan fisiologis dan psikologis dan
manajemennya
21. Diskusikan mengenai kebutuhan aktivitas dan
istirahat
22. Diskusikan mengenai seksualitas dan pemilihan
kontrasepsi
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian
dengan mengacu pada kriteria evaluasi/hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari, (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia
Press.

Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC), 6th Indonesian
Edition.

Heather, T. Herdman. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi


& Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Indriyani, D (2013). Aplikasi Konsep Dan Teori Perawatan Maternitas Postpartum


Dengan Kematian Janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NIC), 5th Indonesian
Edition.

Manuaba, dkk (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Buku


Kedokteran.

Mansjoer Arif (2000): Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3, Media Aesculapius, Jakarta.

Martalita, D (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thaber Ben-zion (1994): Kapita Selekta Kedaduratan Obstretri dan Genikologi, Buku
Kedokteran, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai