Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Lama Baru
Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam Suatu aktivitas independen objektif
suatu organisasi
Fungsi penilaian Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan
konsultasi
Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi Dirancang untuk memberikan nilai tambah serta
sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi meningkatkan kegiatan organisasi
Membantu agar para anggota organisasi dapat Membantu organiasi mencapai tujuannya
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
Memberikan hasil analisis, penilaian, rekomendasi, Memberikan suatu pendekatan disiplin yang
konseling dan informasi yang berkaitan dengan sistematis untuk mengevaluasi dan
aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian meningkatkan keefektivan manajemen resiko,
efektif dengan biaya yang wajar pengendalian dan proses pengaturan dan
pengelolaan organisasi
The Institute of Internal Auditor pada tahun lalu (2001) telah melakukan redifinisi
terhadap internal auditing. Dimana disebutkan bahwa internal auditing adalah suatu aktivitas
independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consulting
activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan
demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara
pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan
manajemen resiko (risk management) melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola
yang baik (governance processes).
Pengertian risk management secara umum merupakan pengelolaan risiko-risiko yang
terkait dengan aktivitas, fungsi dan proses, sehingga suatu organisasi dapat meminimalkan
kerugian (loss) dan memaksimalkan kesempatan (opportunity). Pengelolaan risiko meliputi
identifikasi, analisis, assesment, penanganan, monitoring dan komunikasi risiko.
Peran internal auditor sebagai watchdog telah berlangsung lama sekitar tahun 1940-
an., sedangkan peran sebagai konsultan baru muncul sekitar tahun 1970-an. Adapun peran
internal auditor sebagai katalist baru berkembang sekitar tahun 1990-an.
Perbedaan pokok ketiga peran internal auditor tersebut sebagai berikut :
Watchdog
Peran watchdog meliputi aktivitas inspeksi, observasi, perhitungan, cek & ricek yang
bertujuan untuk memastikan ketaatan / kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan atau
kebijakan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan adalah compliance audit dan apabila
terdapat penyimpangan dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian manajemen.
Peran watchdog biasanya menghasilkan saran / rekomendasi yang mempunyai impact jangka
pendek, misalnya perbaikan sistem & prosedur atau internal control.
Consultant
Peran internal auditor sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa nasehat (advice) dalam pengelolaan sumber daya (resources) organisasi sehingga
dapat membantu tugas para manajer operasional. Audit yang dilakukan adalah operational
audit / performance audit, yaitu meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber
daya organisasi secara ekonomis, efisien dan efektif (3E) sehingga dapat dinilai apakah
manajemen telah menjalankan aktivitas organisasi yang mengarah pada tujuannya.
Rekomendasi yang dibuat oleh auditor biasanya bersifat jangka menengah.
Catalist
Peran internal auditor sebagai katalis berkaitan dengan quality assurance, sehingga
internal auditor diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko
yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan untuk
meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan produk / jasa yang
dapat memenuhi kebutuhan customer. Dalam peran katalis, internal auditor bertindak sebagai
fasilitator dan agent of change. Impact dari peran katalis bersifat jangka panjang, karena
focus katalis adalah nilai jangka panjang (longterm values) dari organisasi, terutama
berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dan pemegang saham (stake holder) .
Terdapat pergeseran filosofi internal auditing dari paradigma lama menuju paradigma
baru, yang ditandai dengan perubahan orientasi dan peran profesi internal auditor. Pada abad
21 ini internal auditor lebih berorientasi untuk memberikan kepuasan kepada jajaran
manajemen sebagai pelanggan (customer satisfaction). Internal auditor tidak dapat lagi
hanya berperan sebagai watchdog, namun harus dapat berperan sebagai mitra bisnis bagi
manajemen. Perbedaan antara paradigma lama (pendekatan tradisional) dengan paradigma
baru (pendekatan baru) sebagai berikut :
URAIAN PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
Peran Watchdog Konsultan & Katalis
Pendekatan Detektif (mendeteksi Prefentif (mencegah
masalah) masalah)
Sikap Seperti Polisi Sebagai mitra bisnis /
customer
Ketaatan / kepatuhan Semua policy / kebijakan Hanya policy yang relevan
Fokus Kelemahan / penyimpangan Penyelesaian yang
konstruktif
Komunikasi dengan Terbatas Reguler
manajemen
Audit Financial / compliance audit Financial, compliance,
operasional audit.
Jenjang karir Sempit (hanya auditor) Berkembang luas (dapat
berkarir di bagian / fungsi
lain)
Berdasarkan COSO pengendalian internal adalah proses karena hal tersebut menembus
kegiatan operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen
dasar.
Pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar, bukan yang absolute, karena
kemungkinan kesalahan manusia, kolusi, dan penolakan manajemen atas pengendalian,
membuat proses ini menjadi tidak sempurna.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan menetapkan garis otoritas dan tanggung jawab, serta
menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengaahan, dan pengendalain operasinya.
Aspek penting lainnya struktur organisasi adalah sentralisasi atau desentralisasi otoritas,
penetapan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu, cara alokasi tanggung jawab
mempengaruhi permintaan informasi manajemn, dan organisasifungsi system informasi dan
akuntansi.
Pengaruh-pengaruh Eksternal
Pengaruh-pengaruh eksternal yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah
termasuk persyaratan yang dibebankan oleh bursaefek, oleh Financial Accounting
StandardBoard (FASB),dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC). Termasuk
dalam pengaruh eksternal juga persyaratan peraturan lembaga, sperti bank, sarana umum, dan
perusahaan asuransi.
Aktifitas Pengendalian
Komponen kedua dari model penngendalian internal COSO adalah kegiatan-kegiatan
pengendalian, yang merupakan kebijakan dan peraturan yang menyediakan jaminan yang
wajar bahwa tujuan pengendalian pihak manajemen dicapai. Secara umum, prosedur-
prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut :
Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai,
Pemisahan fungsi
Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai
Penjagaan asset dan catatan yang memadai
Pemeriksaan independent atas kinerja.
Pemisahan Fungsi
Pengendalian internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada pegawai yang diberi
tanggung jawab terlalu banyak. Seorang pegawai seharusnya tidak berda dalam posisi untuk
melakukan penipuan dan menyembunyikan penipuan atau kesalahan yang tidak disengaja.
Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut ini dipisahkan:
1. Otorisasi, menyetujui transaksi dan keputusan
2. Pencatatan, mempersipakan dokumen sumber,memeliharacatatan jurnal, buku
besar,dan file lainnya, mempersiapkan rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan
kinerja.
3. Penyimpanan, menangani kas,memelihara tempat penyimpanan persediaan menerima
cek yang masuk dari pelanggan, menulis cek atasrekening bankorganisasi
Peninjauan Independen
Setelah seseorang memproses sebuah transaksi, orang kedua kadang kala meninjau
pekerjaan orang pertama. Orang kedua memeriksa keberdaaan tanda tangan otorisasi yang
memadai, meninjau dokumen pendukung,dan memeriksa keakuratan bagian data yang
penting, seperti harga, jumlah, dan pemberian kredit.
Mengawasi Kinerja
Metode utama untuk mengawasi kinerja mencakup supervisi yang efektif, pelaporan
pertanggungjawaban dan audit internal.
Supervisi yang efektif
Mencakup melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja mereka,
mengoreksi kesalahan, dan melindungi asset dengan cara mengawasi pegawai yang memiliki
akses ke hal-hal tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban mencakup anggaran, kuota, jadwal, biaya
standar, dan standar kualitas, laporan kinerja yang membandingkan kinerja yang actual
dengan kinerja yang direncanakan.
Audit internal
Audit internal mencakup peninjauan ulang keandalan dan integritas informasi
keuangan dan operasional serta menyediakan penilaian keefektifan pengendalian internal.
Audit internal juga mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan
manajemen, hukum,dan peraturan yang berlaku serta mengevaluasi efisiensi dan keefektifan
manajemen.
Penilaian Resiko
Akuntan memainkan peran yang penting dalam membantu manajemen mengontrol
bisnis dengan mendesain system pengendalian yang efektif dan mengevaluasi system yang
adauntuk memastikan bahwa system tersebut berjalan dengan efektif.
Identifikasi Ancaman
Perusahaan menghadapi jenis-jenis ancaman berikut ini :
Strategis (contoh : melalukan hal yang salah)
Keuangan (contoh:adanya kerugian sumber daya keuangan, pemborosan, pencurian
atau pembutana kewajiban yang tidak tepat)
Informasi (contoh menerima informasi yangsalah atau tidak relevan, system yang
tidak andal, dan laporan yang tidak benar atau menyesatkan)
Perkiraan Risiko
Beberapa ancaman menunjukan risiko yang lebih besar karena probabilitas
kemunculannya lebih besar. Misalnya , perusahaan lebih mungkin menjadi korban penipuan
computer daripada serangan teroris, dan pegawai lebih mungkin melakukan kesalahan yang
tidak disengaja daripada melakukan tindakan penipuan secara sengaja.
Identifikasi Pengendalian
Manajemen harus mengidentifiksi salah satu atau beberapa pengendalian yang akan
melindungi perusahaan dari setiap ancaman. Dalam mengevaluasi keuntungan prosedur
pengendalian internal tertentu, manajemen perlu mempertimbangkan kefektifan dan
waktunya.
Apabila semua factor yang lainnya sama, maka pengendalian untuk pencegahan akan
lebih baik daripada pengendalian untuk pemeriksaan. Akan tetapi apabila pengendalian
untuk pencegahan gagal, maka pengendalian untuk pemeriksaan penting untuk menemukan
masalah, dan pengendalian korektif membantu mengatasi masalah tersebut, Jadi,
pengendalian untuk pencegahnan, untuk pemeriksaan, dan korektif saling melengkapi, dan
system pengendalian internal yang baik perlu menggunakan ketiga-tiganya.
Pengawasan, Pemantauan
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat
waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi
dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan
serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat
mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan
pelanggan dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah
atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut berlaku
dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas,
keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk
mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan
hukum dan peraturan
5. Independency ( kemandirian )
Independency (kemandirian) yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
Agar semua prinsip-prinsip tercakup dalam good corporate governance ini dapat
berjalan secara efektif maka diperlukan system pengawasan dan pengendalian yang memadai
dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan mempunyai kewajiban
untuk membentuk system pengawasan dan pengendalian sesuai aturan yang berlaku untuk
mewujudkan kehidupan bisnis yang bersih, sehat dan bertanggung jawab.
Penerapan prinsip GCG tersebut akan meningkatkan kinerja perushaan dan secara
signifikan akan mengurangi upaya rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen sehingga
lebih lanjut dapat meningkatkan performa earning management suatu perusahaan
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan
untuk berkembang dengan baik dan sehat.
Menurut OECD corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance yang
mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap
kehidupan perusahaan, termasuk pemegang saham, Dewan Pengurus, para manajer, dan
semua anggota stakeholders non-pemegang saham. Dengan pembagian tugas, hak, dan
kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting, maka perusahaan
mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha (corporate objectives) dan
strategi untuk mencapai sasaran tersebut.
BAB V
Manajemen Resiko
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan
hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan
dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan
publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang
berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam
konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan
kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI
tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang
menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu
auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah
akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang
menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional
Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika
Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI
yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di
samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota
dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran
Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika
perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Auditor internal dituntut bersikap profesional untuk mengembangkan fakta dan detail
dalam suatu temuan audit. Dengan adanya standar etika yaitu sikap profesionalisme, maka
peranan auditor internal dalam mengungkapkan penyimpangan dapat dilihat dari hasil temuan
audit yang kemudian hasil tersebut akan dianalisis dan disimpulkan oleh auditor internal.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, auditor internal harus
melaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh aktivitasnya. Tanggung
jawab, memastikan dipatuhinya semua peraturan, termasuk nilai-nilai sosial, yaitu
mempertimbangkan tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi
profesional dan memenuhi etika, lingkungan bisnis yang baik.
Alasan mengapa diperlukannya standar etika yaitu agar terhindar dari sikap atau
perbuatan yang dapat melanggar norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat. Manusia
yang memiliki etika baik juga akan mendapat perlakuan yang baik dari orang lain. Ketika
profesionalisme sebagai standar etika digunakan maka akan kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
tepat dalam menjalani hidup ini, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Standar Etika Auditor Internal
1. Standar etika institute of internal auditors (IIA)
Brink (2005) menjelaskan secara ringkas mengenai standar etika yang disusun
Institute of Internal Auditors (IIA). Standar ini dipublikasikan pada tahun 2000,
menggantikan standar tahun 1988 (yang menggantikan standar tahun 1968). Standar ini
disajikan secara lebih ringkas dari dua standar yang dipublikasikan sebelumnya dan berlaku
bagi semua individu maupun entitas (termasuk anggota dan penerima atau kandidat penerima
sertifikasi dari IIA) yang menyediakan jasa pengauditan internal. Pihak yang pelanggaran
terhadap kode etik ini akan dikenakan sanksi disiplin.
Standar ini menekankan aspek integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi
bagi profesi auditor internal.
Tabel 1
Kode Etik Auditor Internal
1. Integritas
Auditor internal:
Harus melaksanakan pekerjaannya dengan kejujuran, kecermatan dan
tanggung jawab.
Harus menaati hukum dan melakukan pengungkapan sesuai hukum dan aturan
profesi.
Dilarang terlibat dalam aktivitas ilegal, atau perbuatan yang mendiskreditkan
profesi auditor internal atau organisasi.
Harus menghormati dan berkontribusi terhadap legitimasi dan tujuan etis dari
organisasi.
Objektivitas
Auditor Internal
Tidak terlibat dalam aktivitas atau hubungan yang mengurangi atau berpotensi
mengurangi ketidakbiasan penilaian auditor. Keterlibatan semcam ini meliputi
aktivitas atau hubungan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dari
organisasi.
Tidak menerima segala hal yang dapat mengurangi atau berpotensi
mengurangi penilaian profesionalnya.
Harus mengungkapkan seluruh fakta material yang mereka ketahui, yang jika
tidak diungkapkan dapat mengganggu aktivitas pelaporan yang sedang direviu.
3.
KeKerahasiaan
Auditor Internal
Berhati-hati dalam penggunaan dan proteksi terhadap informasi yang diperoleh
dalam pelaksanaan tugas.
Tidak menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau dengan cara
yang bertentangan dengan hukum atau mengancam tujuan legitimasi dan etis
organisasi
4.
KoKompetensi
Auditor Internal
Hanya terlibat dalam jasa yang pengetahuan, kemampuan, dan pengalamannya
dikuasainya.
Harus melaksanakan jasa pengauditan internal sesuai Standards for the
Professional Practice of Internal Auditing.
Harus meningkatkan kemampuan dan efektivitas dan kualitas jasa yang
diberikan.
a. Organisasi
Information Systems Audit and Control Association (ISACA) berdiri secara formal
sejak 1969. Pertama kali didirikan, ISACA merupakan asosiasi bagi para IS auditor dengan
fungsi sebagai sumber informasi dan pihak yang memberikan panduan-panduan praktik bagi
IS auditor. Namun, saat ini, keanggotaan ISACA telah mencapai 35,000 orang yang tersebar
di 100 negara di seluruh dunia (di Indonesia terdapat 100 anggota).
b. Sertifikasi
Salah satu bentuk pengakuan mengenai keprofesionalan di kalangan para auditor TI
adalah diperolehnya CISA (Certified Information System Auditor).Sejak 1978, gelar CISA
telah diakui hampir di seluruh dunia sebagai suatu bentuk pencapaian prestasi tersendiri dan
menunjukkan kualifikasi tertentu sebagai seorang auditor TI atau auditor SI (sistem
informasi).
Anggota ISACA harus mematuhi kode etik yang dikeluarkan ISACA.ISACA juga
mengeluarkan Audit Standard khusus yang harus ditaati oleh para anggotanya. Pelanggaran
atas kode etik dan ketidaksesuaian antara praktik dengan standar audit akan diinvestigasi oleh
ISACA dan mendapatkan sangsi khusus, terutama bila terbukti adanya pelanggaran.
c. Kode Etik Profesional
Tabel 2
Kode Etik Profesional ISACA
Profesi Organisasi
Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,
melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum
pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
BAB VII
Pembentukan Sistem Pengendalian Internal