Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MUKJIZAT AL-QUR’AN

Disusun Oleh :

Agnes Budi Maharani (2021SEK08)


Anwar Guntoro (2021SE065)
Deva Tasya Putri A. (2021SE012)
Rifa’ah (2021SE064)

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS AAS INDONESIA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
Rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat tersusun makalah berjudul Makalah Hasbaabun Nuzul
tepat waktu.

Makalah Hasbaabun Nuzul disusun guna memenuhi tugas dari Pak Abdul Haris Romadhoni, SE
,. MEI pada mata kuliah Al-Qur’an dan Hadits (Ulumul dan Hadist) di Fakultas Ekonomi dan
Binis Institut Teknologi Bisnis AAS Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Makalah Hasbaabun Nuzul.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku dosen mata kuliah Al-Qur’an dan
Hadits (Ulumul dan Hadist) tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni tim penyusun. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, Maret 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan
kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukanhal yang telahlalu, kejadian-kejadian yang
sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan
kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau
masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui
hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk
pertanyaan yang muncul itu. Hal itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.

B.     Rumusan Masalah


1.      Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul ?
2.      Apa Urgensi Asbabun Nuzul ?
3.      Apa sajakah macam-macam Asbabun Nuzul ?
4.      Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Asbabun Nuzul.
2.      Untuk mengetahui Urgensi Asbabun Nuzul.
3.      Untuk mengetahui macam-macam AsbabunNuzul.
4.      Untuk mengetahui Asbabun Nuzul.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Menurut bahasa “Asbabun Nuzul” berarti turunnya ayat-ayat Al Qur’an. Al Qur’an
diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur dalam masa kurang
lebih 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan
manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat dikatakan bahwa terjadinya
penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-
Qur’an. Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya berbentuk
peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau beberapa ayat turun untuk
menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap
pertanyaan tertentu.1[1]

Para mufassir merumuskan definisi asbabun nuzul sebagai berikut:


a.       Menurut Az-Zarqani:
“sesuatu yang turun satu ayat atau beberapa ayat yang berbicara tentangnya (sesuatu itu) atau
menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum yang terjadi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.”
b.      Menurut Manna’ Khalil Al-Qaththan:
“sesuatu yang turun Al-Qur’an berkenaan dengannya pada waktu terjadinya seperti suatu
peristiwa yang terjadi atau ada pertanyaan.2[2]

B. Urgensi Asbabun Nuzul


Pertama, Mengetahui hikmah diundangkanya suatu hukum dan perhatian syara’
terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada
umat.
Kedua, Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi,
bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.

1[1]Ahmad Syadali, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 89.

2[2]Andik Setiyawan, TAFSIR (Mojokerto: CV. Mutiara Ilmu Mojosari, 2010), 60.
Ketiga, Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan itu
hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
Keempat, Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Qur’an
dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa
mengetahui sebab nuzulnya.
Kelima, Sebab nuzul dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.3[3]

C. Macam-macam Asbabun Nuzul


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun sebab an-nuzul dibagi menjadi dua yaitu:
Ta’addud Asbab Al-Nazil (Sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung
dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan Ta’addud Al-Nazil Asbab Wahid (ini
persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang
sebab turunnya satu). Sebab turunnya ayat itu disebut Ta’addud bila ditemukan dua riwayat yang
berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau sekelompok ayat tertentu. Dan sebaliknya,
sebab turunnya
Ayat itu disebut wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat
yang turun disebutTa’addud Al-Nazil, bila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang turun
sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.4[4]

D. Cara mengetahui Asbabun Nuzul

3[3]Muhammad bin Alwii Al Maliki Al Hasni, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Bandung: CV.Pustaka Setia,
1999), 30.

4[4]Ahmad Syadali, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 91.


Salah satu cara untuk mengetahui asbabun nuzul dengan mengetahui secara
periwayatannya dan mendengar dari generasi yang menyaksikan langsung turunnya Al Qur’an
yang mengetahui asbabun nuzul dan dapat menjelaskan maksud-maksudnya.5[5]
Pedoman dasar para ‘Ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang
berasal dari Rasulullah Saw, atau dari sahabat. Maka sebab itu pemberitahuan dari seorang
sahabat mengenai hal seperti ini bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’y), tetapi ia
mempunyai hukum marfu’ (berdasarkan Rasulullah Saw).6[6]

E. Redaksi Sebab Nuzul


Bentuk redaksi yang menerangkan sebab nuzul itu terkadang berupa pernyataan tegas
mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang hanya mengandung kemungkinan
mengenainya. Bentuk pertama adalah jika perawi mengatakan: “Sebab nuzul ayat ini adalah
begini”, atau menggunakan fa ta’ qibiyah (kira-kira seperti: maka, yang menunjukkan urutan
peristiwa), yang dirangkaikan dengan kata “Turunnya ayat”, sesudah ia menyebutkan peristiwa
atau pertanyaan. Bentuk kedua, yaitu redaksi yang boleh jadi menerangkan sebab nuzul atau
hanya sekedar menjelaskan dengan hukum ayat adalah bila perawi mengatakan: nazalat hadzihil
aayaatu fii kadza: Ayat ini turun mengenai ”Yang dimaksud dengan ungkapan (redaksi) ini
terkadang sebab nuzul ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat tersebut.

F. Contoh Asbaabun Nuzul


Asbab nuzul yang berupa perselisihan adalah peristiwa perselisihan atau permusuhan yang
terjadi antara kelompok sekelompok orang dari Kabilah Aus dengan beberapa orang dari Kabilah
khazraj, yang dipicu oleh provokasi yang dilakukan orang Yahudi, sehingga mereka semua
mengucapkan kata-kata “perang! Perang!”. Kemudian turunlah ayat yang berkaitan dengan
peristiwa ini yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi
Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman.” (QS. Ali Imran: 100).

5[5]Ibid., 101.

6[6]Mana’ Khalil Al-Qathan, Study Ilmu-ilmu Al Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013),
107.
Asbab nuzul yang berupa teguran Allah kepada Nabi. Seperti dalam sebuah
riwayat yang menceritakan beberapa orang Quraisy yang bertanya kepada Nabi Muhammad
Saw. Tentang roh, kisah Ashhab Al-kahfi (para penghuni gua) dan kisah Dzu Al-Qarnain. Lalu
Beliau menjawab: “Datanglah besok pagi kepadaku. Aku akan ceritakan.” Beliau tidak
mengucapkan ‘Insya Allah’ (jika Allah manghendaki). Keesokan harinya, wahyu terlambat
datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi Muhammad Saw. Tidak dapat
menjawabnya. Setelah sekian lama menunggu penjelasan dari Allah Swt. Melalui wahyu,
turunnya ayat yang artinya:

“Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: ‘sesungguhnya aku akan
mengerjakan Ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada
Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk
kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.” (QS. Al-Kahfi: 23-24)7[7]

7[7]Forum Karya Ilmiah Purna Raden, Al-Qur’an Kita, (Kediri: Lirboyo Press, 2011), 113.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Asbabun nuzul adalah sesuatu hal yang dikarenanya Qur’an diturunkan untuk
menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan. Ilmu asbabun nuzul yang sangat besar pengarunya dalam memahami makna ayat-
ayat Al-Qur’an yang mulia. Selain itu, dengan adanya Asbaabun Nuzul dapat mempermudah
kaidah hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an sehingga mudah untuk dipahami.

B.     SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang
pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari
berbagai pengarang, karena penulisanya membahas garis besarnya saja tentang ulumul quran dan
hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya
sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasni, Muhammad bin Alawi A, 1999, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
Hasbi, ash-Shiddieqiy M, 1987, Ilmu-ilmu Al-Qu’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
___________, 2002, Ilmu Al-Qur’an Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Setiyawan, Andik, 2010, Tafsir, Mojokerto: Mutiara Ilmu.
Syadali, Ahmad, 2000, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia.
Qathan, Khalil M, 2013, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

Anda mungkin juga menyukai