NIM : 20190110174
Kelas : E
Essay
Terlebih lagi ketika sedang dalam keadaan marah atau sedang memiliki
masalah kepada seseorang, terkadang mengungkapkan keburukan orang tersebut
adalah hal yang lumrah dan ringan.Hal tersebut tentunya bisa berkembang dengan
memberitakan kabar yang tidak benar, membuat perkataan yang tidak jujur dan
melakukan kebohongan. Inilah perilaku yang sering kita lakukan tanpa sadar,
padahal itu termasuk maksiat.
Yaa ayyuhal ladziina aamanuj tanibuu katsiirom minadh dhonni inna ba'dlodh
dhonni itsm. Walaa tajassasuu walaa yaghtab badlukum ba'dloo. Ayuhibbu
ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fakarihtumuuhu wattaqullooha
innallooha tawwaabur rohiim
Artinya:
ا لم تكتب77غالً عنه77ا أو ش77ة عنه77ا غفل77إن تركه77 ف,نة77إذا هم العبد بالسيئة ثم تركها من أجل هللا كتبها هللا له حس
“عليهJika seorang hamba bermaksud melakukan sebuah kejelekan, lalu ia tidak
jadi melakukannya karena Allah, ganjaran pahala baginya. Jika ia melakukannya
karena lalai atau tidak disadari maka tidak berdosa.”
Hanya bermaksud semata tidak diganjar dosa, karena hal tersebut adalah
perbuatan hati. Namun jika maksud tersebut dilakukan, Allah mengganjar dosa
baginya. Jika baru bermaksud lalu tidak dilakukan, tidak berdosa. Kemudian jika
ia tidak jadi melakukan kejelekan tersebut diniatkan karena takut kepada Allah, ia
diganjar pahala. Inilah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala, juga merupakan
bentuk kemurahan serta kemuliaan-Nya.
Dosa yang akan diperoleh dari orang yang melakukan ghibah adalah ibarat
memakan daging saudaranya yang sudah mati. Firman Allah Ta’ala, “Dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujurat: 12). Imam Asy
Syaukani Rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala
memisalkan ghibah (menggosip orang lain) dengan memakan bangkai seseorang.
Karena bangkai sama sekali tidak mengetahui siapa yang memakan dagingnya. Ini
sama halnya dengan orang yang hidup juga tidak mengetahui siapa yang
menggunjing dirinya”. Imam Qatadah Rahimahullah berkata, “Sebagaimana
engkau tidak suka jika mendapati saudaramu dalam keadaan mayat penuh ulat.
Engkau tidak suka untuk memakan bangkai semacam itu. Maka sudah
sepantasnya engkau tidak mengghibahinya ketika ia masih dalam keadaan hidup”.