Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN HADSIT, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR

Prodi : Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Disusun Oleh:

Agus Supriyanto ( 2103.06.002 )

Dosen Pengampu:

H. Tapa ul Habdien, Lc, M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM AL – QURAN AL- ITTIFAQIAH (IAIQI)

INDRALAYA, OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang dengan-Nya kita memohon pertolongan dan meminta
perlindungan dari segala kejahatan dan juga keburukan amal perbuatan . Sholawat dan salam
semoga terlimpah-curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana dengan
perantara wasilah kepadanya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini kami
ucapkan terimakasih kepada Dosen Ustadz Tapaul Habdien, Lc, M.A, selaku pembimbing dan
pengarahan, sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik serta teman-teman yang juga turut
membantu dan memberi apresiasi terhadap makalah yang demikian sederhanaini, sehingga kami
bisa bekerja sama mengerjakan tugas kelompok kami yang berjudul “ Pengertian Hadsit,
Sunnah, Khabar dan Atsar “

Dengan demikian telah tergambar jelas bahwa judul yang kami bawakan ini merupakan
gambaran bentuk permasalahan didalam memahami hadits yang sering kita jumpai ini. Oleh sebab
itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan berbagai materi yang menarik dan bisa menjadi
bahan untuk disimak bersama. Penulis memohon kritik serta saran untuk lebih bisa
menyempurnakan makalah ini karena kekurangan dari pemahaman kami mengenai apa yang ada
didalamnya, baik dari segi kemantapan materi maupun penerjemahan dari berbagai referensi,
selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat sebagai bahan renungan
maupun bahan rujukan terutama bagi yang membutuhkan. Atas perhatiannya, kami ucapkan
terima kasih.

Indralaya, 28 februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………2

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….3

A. Pengertian Hadis, Sunah, Khabar, Atsar…………………………………………,,,3


1. Pengertian Hadist………………………………………………………………3
2. Pengerttian Sunnah……………………………………………………………..4
3. Pengertian Khabar……………………………………………………………...5
4. Pengertian Atsar………………………………………………………………..6
B. Unsur-unsur Hadist………………………………………………………………………..6
1. Matan……………………………………………………………………………….....7
2. Sanad ………………………………………………………………………………….7
3. Rawi…………………………………………………………………………………...7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….8

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..8
B. Saran………………………………………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….....9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

“Ulumul Hadis adalah ilmu yang mengantar umat islam untuk memahami kajian hadis
dengan mudah dan benar. Artinya seseorang tidak akan bisa memahami dan permasalahannya
secara benar tanpa mengetahui Ulumul Hadis terlebih dahulu. Ibarat seseorang menaiki loteng
dengan aman tanpa melalui tangga”. Kalau kita cermati lebih mendalam betapa sombongnya kita
mengutarakan sebuah hadis dengan tanpa kita mengetahui kebenaran hadis tersebut. Sungguh
ironis jika kalau umat islam khususnya kita sebagai pelajar. Maka dengan materi Ulumul Hadis
sangatlah efisien membantu kita dalam memahami kebenaran sebuah hadis.
Maka dengan ini sebelum kita menginjak pada pelajaran inti kami sebagai penulis akan
mengulas apa itu hadis, sunah, khabar, dan atsar. Pembahasan ini sebagai pemula dalam mata
kuliah Umul hadis. Kami sebagai penulis sebelumnya minta maaf jika pada pembahasan kami
terdapat kekeliruan yang kami sengaja maupun yang tidak sengaja, karna kami hanyalah manusia
yang lemah. Dan semoga makalah ini dapat diterima oleh semua mahasiswa dan Dosen
pengampu, dan bermanfaat di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan Hadis ?


B. Apa yang dimaksud dengan Sunah ?
C. Apa yang dimaksud dengan Khobar ?
D. Apa yang dimaksud dengan Atsar?
E. Apa sajakah yang termasuk unsur-unsur Hadist ?
C.Tujuan Masalah

A. Untuk Mengetahui Hadis


B. Untuk Mengetahui Sunah
C. Untuk Mengetahui Khobar

iii
D. Untuk Mengetahui Atsar
E. Untuk Mengetahui unsur-unsur Hadist

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis, Sunah, Khabar, Atsar
1.   Hadist
Secara etimonologi.kata”Hadis” berasal dari asal kata :
ً‫ث – ُح ُدوْ ثًا – و َحدَاثَة‬
ُ ‫ يَحْ ِد‬- ‫َث‬
َ ‫َحد‬
Hadis dari akar asal kata memiliki beberapa makna,di antaranya :
a .‫الج َّدة‬
ِ (al-jiddah :baru),dalam arti sesuatu yang ada setelah tidak ada atau sesuatu yang setelah
ٌ ‫ا ِد‬YY‫ح‬/
tidak ada, lawan dari kata Al-Qadim:terdahulu, misalnya ‫ث‬ َ ‫ث‬ِ ‫ ِد ْي‬Y‫ال ِعلم َح‬   Alam baru. Alam
maksudnya segala sesuatu selain allah. Baru berarti di ciptakan setelah tidak ada. Makna etimologi
ini mempunyai konteks teologis, bahwa segala kalam selain kalam Allah bersifat hadis (baru),
sedangkan kalam Allah bersifat qadim (terdahulu).
b. ُّ‫(الطَّري‬Ath-Thari: lunak, lembut dan baru). Misalnya: pemuda laki-laki. Ibnu Faris mengatakan
bahwa hadis dari kata ini karena berita atau kalam itu datang secara silih berganti, bagaikan
perkembangan usia yang silih berganti dari masa ke masa.
ْ ‫(الخَ بَ ُر‬al-khabar : berita, pembicaraan dan perkataan), oleh karena itu ungkapan pemberitaan
c. ‫والكالَ ُم‬
hadis yang di ungkapkan oleh para perawi yang menyampaikan periwayatan jika bersambung
sanadnya selalu menggunakan ungkapanya: ‫ح َدثَنَا‬ memberitakan
َ kepada kami, atau sesamanya seperti
mengkhabarkan kepada kami, dan menceritakan kepada kami. Hadis di sini diartikan sama dengan
al-khabar dan An-Naba’. Dalam Al-qur’an banyak sekali kata hadist disebutkan dalam AL-qur’an
kurang lebih mencapai 27 tempat termasuk dalam jama’.
Sedangkan secara terminologi bahwa hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW
baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum dan ketentuan–
ketentuan Allah yang disyaratkan kepada manusia[1].
Dalam hadis ada baberapa pembagian diantaranya hadis qouli, hadis fi’li, dan hadis taqriri.
1.Hadits Qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa
perkataan ataupun ucapan yang berkaitan dengan aqidah, syariah dan akhlak.[2]
Contoh, hadits tentang bacaan Al-Fatihah dalam Shalat:

iv
‫الصالة لمن لم يقرأ بام الكتاب‬
Artinya: “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an.
2. Hadits Fi’li adalah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad SAW yang sampai
kepada kita, seperti hadits tentang sholat dan haji.
Contoh hadits fi’li tentang sholat adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi:
‫صلوا كما رايتمونى اصلى (رواه البخارى ومسل‬
Artinya: ” Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat “. (HR.Bukhori dan Muslim).
3.Hadits Taqriri yaitu penetapan atau penilaian Rasulullah SAW terhadap apa yang diucapkan
atau dilakukan para sahabat yang perkataan atau perbuatan mereka diakui dan dibenarkan oleh
Nabi SAW.
Contoh: 
)‫كنا نصلى ركعتين بعد غروب الشمس وكان رسول هللا صلعم يزانا ولم يأمرنا ولم ينهنا (رواه مسلم‬
Artinya: ” Kami (para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari
(sebelum shalat magrib). Rasulullah SAW terdiam ketika melihat apa yang kami lakukan, beliau
tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami“. (HR. Muslim)[3]
2. Sunnah
Sunah menurut bahasa banyak artinya diantaranya : ‫السيرة المتبعة‬ = suatu perjalanan yang
diikuti, baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk. Makna sunah lain diartikan ‫العادة‬

‫المستمرة‬ yaitu tradisi yang kontinu.


Sedangkan sunnah menurut istilah terjadi pendapat pada kalangan ulama:
a. Menurut ulama’ ahli hadis (muhaditsin)
Sunah sinonim Hadist sama dengan definisi hadist diatas. Diantara ulama’ ada yang
mendifinisikan dengan ungkapan yang singkat yaitu segala perkataan Nabi, perbuatannya, dan
tingkah lakunya baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun setelah beliau diangkat
menjadi rasul.[4]
b. Menutrut ulama’ ushul fiqih.
Segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi baik yang bukan Al-Qur’an baik berupa segala
perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut dijadikan dasar hukum islam.
Sunnah menurut ulama ushul fikih hanya perbuatan yang dapat di jadikan dasar hukum
islam. Jika perbuatan nabi tidak di jadikan dasar hukum seperti makan, minum, tidur, berjalan,

v
meluda, menelan ludah, buang air, dan lain-lain maka pekerjaan biasa sehari-hari tersebut tidak
di namakan sunnah.
3. Menurut ulama fikih (fuqaha):               
ِ ُ ‫طل‬
‫ب‬ ِ Y‫رْ ِعيَةٌ لِ ْلفِ ْع‬Y‫فَةٌُ َش‬Y‫ص‬
ْ ‫ل ْال َم‬Y ِ ‫ َدهُ ْم‬Y‫ب فَ ِه َي ِعن‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم ِم ْن َغي ِْرا ْفتِ َر‬
ِ ْ‫و‬YY‫اض َوالَ ُو ُج‬ َ ‫َما ثَبَتَ غ َِن النَّبِى‬
ِ ‫طَلَبا َ َغي ِْر َج‬
‫ َوالَ يُ َعا قَبُ عَلى تَرْ ِك ِه‬ ‫از ٍم‬
Sesuatu ketetapan yang datang dari Rasulullahdan tidak termasuk dari kategori fardlu dan
wajib,maka ia menurut mereka adalah sifat syara’ yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan
tidak di siksa bagi yg meninggalkanya.
Menurut uluma fikih, sunnah di lihat dari segi hukum sesuatu yang datang dari nabi tetapi
hukumya tidak wajib, diberi pahala yang bagi yang mengerjakanya dan tidak di siksa bagi yang
meninggalkanya.
Contoh seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain.
3. Khabar
َ َّ‫الن‬  yang artinya berita.[5] Dari segi istilah
Khabar menurut bahasa khabar diartikan ‫ب‬
muhaddistsin khabar identik dengan hadist, yaitu segala sesuatu yang disandarakan kepada Nabi
(baik secara marfu’, mawquf, dan maqthu;) baik berupa perkataan, perbuaatan, persetujuan, dan
sifat. Para ulama’ memberikan definisi “suatu yang datang dari Nabi dan dari yang lain seperti
para sahabat, tabi’in dan pengikut tabi’in atau orang-orang setelahnya.
Mayoritas ulama melihat hadis lebih lebih khusus yang datang langsung dari Nabi,
sedangkan khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain,[6]termasuk berita-berita
umat dahulu, para nabi dan lain-lain. Misalnya Nabi isa berkata:...... Nabi Ibrahim berkata: ........
dll., termasuk khabar bukan hadis. Bahkan pergaulan bukan diantara sesama kita sering terjadi
menanyakan kabar. Apa kabar? Dengan demikian khabar lebih umum dari pada hadist dan dapat
dikatakan bahwa setiap hadis adalah khabar dan tidak sebaliknya khabar tidak mesti hadis.
4. Atsar
َ ‫البَقِيَّةُ َأوْ بَقِيَةُ ال‬ yang berarti peninggalan atau bekas
Dari segi bahasa atsar diartikan  ‫شٍئ‬
sesuatu,[7]maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena hadis itu peninggalan beliau, atau
diartikan dengan ‫ال َم ْنقُوْ ُل‬ yang dipindahkan oleh Nabi.

vi
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama atsar merupakan sinonim hadis, kedua atsar
merupakan suatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawquf) dan tabi’in (maqthu’) baik
perkataan mapun perbuatan.
Sesuatu yang didasarkan pada sahabat disebut berita mawquf dan sesuatu yang datang
dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut ahli hadist atsar adalah suatu yang sandarkan kepada
Nabi (ma’ruf) para sahabat (mawquf), dan para ulama salaf. Sementara Fuqoha’ Khurrasan
membedakan atsar adalah berita mawqof sedangkan khabar adalah berita marfu’.[8]Dengan
demikian atsar lebih umum dari pada khabar, karena atsar adakalanya berita yang datang dari
Nabi atau dari yang lain, sedangkan khabar datangnya dari Nabi dan Sahabat.
B.Unsur-unsur Hadis
1. Sanad
Secara bahasa, sanad berasal dari kata ‫ند‬YY‫ س‬yang berarti ‫يئ‬YY‫يئ الى الش‬YY‫مام الش‬YY‫انض‬
(penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain)[9], karena di dalamnya tersusun banyak nama yang
tergabung dalam satu rentetan jalan. Bisa juga berarti ‫(المعتمد‬pegangan). Dinamakan demikian
karena hadis merupakan sesuatu yang menjadi sandaran dan pegangan.[10]
Sementara termenologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis
sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan kata lain, sanad adalah rentetan perawi-perawi
(beberapa orang) yang sampai kepada matan hadis.[11]
Berikut adalah contoh sanad:
‫د بن‬YY‫برني محم‬YY‫ قال أخ‬Y‫حدثنا الحميدي عبد هللا بن الزبير قال حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد األنصاري‬
‫ال‬YY‫إبراهيم التيمي أنه سمع علقمة بن وقاص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي هللا عنه على المنبر ق‬
‫سمعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول‬
“Al-Humaidi ibn al-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata Sufyan telah
menceritakan kepada kami seraya berkata Yahya ibn Sa’id al-Ansari telah menceritakan kepada
kami seraya berkata Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi telah memberitakan kepada saya bahwa
dia mendengar ‘Alqamah ibn Waqqas al-Laisi berkata “saya mendengar Umar ibn al-Khattab ra
berkata di atas mimbar “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda…
2.Matan

vii
Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf ‫ ن‬-‫ ت‬-‫م‬Matan memiliki makna
“punggung jalan” atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas.[12]  Apabila dirangkai
menjadi kalimat matn al-hads maka defenisinya adalah:
‫ألفاظ الحديث التى تتقوم بها المعانى‬
“Kata-kata hadis yang dengannya terbentuk makna-makna”.[13]
Dapat juga diartikan sebagai ‫ند من الكل‬YY‫( ما ينتهى إليه الس‬Apa yang berhenti dari sanad
berupa perkataan).[14]Adapun matan hadis itu terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan
makna (konsep), sehingga unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan hadis yang sahih
yaitu terhindar dari syaz dan ’illat.
Contohnya:
‫ا‬YY‫رأة ينكحه‬YY‫يبها أو إلى ام‬YY‫ا يص‬YY‫ه إلى دني‬YY‫انت هجرت‬YY‫وى فمن ك‬YY‫ا ن‬YY‫رىء م‬YY‫ل ام‬YY‫ا لك‬YY‫ات وإنم‬YY‫إنما األعمال بالني‬
…‫فهجرته إلى ما هاجر‬
“Amal-amal perbuatan itu hanya tergantung niatnya dan setipa orang akan mendapatkan
apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrah karena untuk mendapatkan dunia atau karena
perempuan yang akan dinikahinya maka hijrahnya (akan mendapatkan) sesuai dengan tujuan
hijrahnya…
3. Rawi
Kata perawi atau al-rawi dalam bahasa Arab dari kata riwayat yang berarti memindahkan
atau menukilkan, yakni memindahkan suatu berita dari seseoarang kepada orang lain.[15]Dalam
istilah hadis, al-rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis dari seorang guru kepada orang lain
yang tercantum dalam buku hadis.[16]
Memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain lalu membukukannya dalam
kitab disebut mukharrij. Oleh sebab itu, semua perawi hadis yang membukukan hadis yang
diriwayatkannya disebut mukharrijseperti para penyusun al-kutub al-tis’ah (kitab sembilan).

viii
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Hadis adalah segala sesuatu perkataan, perbuatan, persetujuan Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan dasar hukum Islam setelah Al-Qur’an.
2. Setelah kita cermati dan kita pahami istilah sunah, khabar, dan atsar merupakan sinonim dari
hadis. .
3. Sunah menurut bahasa banyak artinya diantaranya : ‫السيرة المتبعة‬ = suatu perjalanan yang diikuti,
baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk. Makna sunah lain diartikan ‫العادة المستمرة‬ yaitu
tradisi yang kontinu
4. Khobar menurut bahasa khabar diartikan‫النَّبَأ‬  yang artinya berita. Dari segi istilah muhaddistsin
khabar identik dengan hadist, yaitu segala sesuatu yang disandarakan kepada Nabi (baik secara
marfu’, mawquf, dan maqthu;) baik berupa perkataan, perbuaatan, persetujuan, dan sifat. Para
ulama’ memberikan definisi“suatu yang datang dari Nabi dan dari yang lain seperti para
sahabat, tabi’in dan pengikut tabi’in atau orang-orang setelahnya.
َ ُ‫ة‬Y َ‫البَقِيَّةُ َأوْ بَقِي‬ yang berarti peninggalan atau bekas sesuatu,
5. Dari segi bahasa atsar diartikan  ‫ٍئ‬Y ‫الش‬
maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena hadis itu peninggalan beliau, atau diartikan
dengan ‫وْ ُل‬Yُ‫ال َم ْنق‬ yang dipindahkan oleh Nabi. Menurut istilah ada dua pendapat, pertama atsar
merupakan sinonim hadis, kedua atsar merupakan suatu yang disandarkan kepada para sahabat
(mawquf) dan tabi’in (maqthu’) baik perkataan mapun perbuatan.

ix
DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. Ulumul hadis. Jakarta: Bumi aksara,2009
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta PT Raja Grafindo, 2011)
Idri,Studi Hadis, (Jakarta Kencana, 2010)
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadis (Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2005)
Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis (Malang UIN Maliki Pres, 2010)
Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis(Bandung Pustaka Setia, 2008)

[1] Munzier Suparta,Ilmu Hadist, (Jakarta:PT Raja Grafindo,2011) hal.4


[2]Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung Pustaka Setia, 2008)hal21
[3] Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung Pustaka Setia, 2008)hal.22
[4]Ibid. Hal7
[5]Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung Pustaka Setia, 2008)hal.19
[6]ibid
[7]Agus Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung Pustaka Setia, 2008)hal.17
[8]Munzier Suparta, Ilmu Hadis(Jakarta PT Raja Grafindo, 2011) hal.16
[9] Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Op.Cit,  vol. III, hal. 76.
[10] Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadis, (Cet. VIII; al-Riyad}: Maktabah al-
Ma’a>rif, 1407 H./1987 M.), h. 16.
[11]Mahmud al-Thahhan, Op.Cit, hal. 16.
[12]Ibn Mandzur, Lisan al-Arab (Dar Lisan al-Arab, Beirut, tt), h. 434-435.
[13] Al-Damini, Maqayis Naqd Mutun  al-Sunnah, Riyadh: Jami’ah Ibn Sa’ud, 1984, h. 50
[14] Ibn Shalah, Ulum al-Hadits, al-Maktabah al-Ilmiyyah: Madinah al-Munawwarah, 1972,
h.18.
[15] Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis (Cet. II; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 207
[16] H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (cet. I; Jakarta: Amzah, 2008), h. 104.

x
xi

Anda mungkin juga menyukai