Anda di halaman 1dari 7

Nama : A.

Siti Hafiza
NPM :1940202019
Lokal : B2
Angkatan : 2019
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampuh : Inggit Akim .,S.H.,M.H
Judul : Pancasila dalam Lintasan Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara telah memberi kekuatan hidup kepada
negara Indonesia bisa bertahan hingga saat ini. Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara diuji kebenaran dan ketahanannya sehingga mampu membuat
negara ini tetap tegak berdiri. Namun dibalik itu semua, terdapat sejarah panjang
perumusan Pancasila yang sarat makna. Salah satu tujuan dari mempelajari
sejarah Pancasila yakni untuk mendapatkan pengetahuan yang utuh dan orisinal
mengenai sejarah Pancasila.
A. Urgensi Mempelajari Sejarah Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ada tiga
pengertian sejarah, yakni:
1. Kesusastraan lama, silsilah,asal-usul;
2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
3. Ilmu pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau.
Bagi sebagian orang sejarah dianggap sesuatu yang tidak berguna. Sejarah
dimaknai sebagai masa lalu yang harus dilupakan dan ditinggalkan karena
tidak memberikan manfaat apapun bagi kehidupannya. Bahkan atas nama
pembangunan dan kemajuan, tidak sedikit bangunan-bangunan bersejarah
yang dibiarkan tidak terurus atau dihancurkan untuk kepentingan
pembangunan. Namun di sisi lain, masih banyak juga yang percaya bahwa
sejarah tidak hanya sekedar masa lalu yang usang. Dengan melihat sejarah
dan masa lalu, seseorang bisa belajar agar tidak melakukan kesalahan yang
sama di masa-masa yang akan datang. Soekarno pernah mengatakan “jangan
sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dari perkataan tersebut dapat dimaknai
bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam bagi kehidupan. Seperti
diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang
mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah
memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu “sejarah
merupakan guru kehidupan”. Begitu pentingnya mempelajari sejarah.
B. Sejarah Lahirnya Pancasila
Pancasila tidak lahir secara instan. Pancasila lahir sebagai dasar negara
setelah melalui proses yang panjang dengan didasari oleh sejarah perjuangan
bangsa. Pembahasan sejarah lahirnya Pancasila ini akan dibagi dalam 3 (tiga)
periode, yaitu sebagai berikut:
1. Periode Pengusulan Pancasila
pengusulan Pancasila pada awalnya dilakukan dalam sidang Badan
Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
Sebelum terbentuknya BPUPKI melewati proses yang sangat Panjang
mulai dari masuknya Jepang ke Indonesia yang pada saat itu tidak terlepas
dari kondisi Belanda yang saat itu sedang kocar-kacir lantaran negara
Belanda sedang berusaha diduduki oleh Jerman. Hal ini membuat Belanda
yang pada masa itu menjajah Indonesia kehilangan fokus hingga akhirnya
dalam jangka waktu 3 bulan Jepang berhasil mengusir Belanda dari
Indonesia setelah pendaratan mereka di Kalimantan.
Daerah yang pertama kali diduduki oleh Jepang adalah Pulau
Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942. Keesokan harinya (12 Januari
1942), Komandan Belanda di Pulau Tarakan menyerah. Pendudukan
Jepang terus melebar ke daerah Kalimantan lainnya. Pada 24 Januari
1942, Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2 jatuh ke tangan
tentara Jepang. Menyusul kemudian Pontianak pada 29 Januari 1942, dan
Samarinda pada 3 Februari 1942. Pada 5 Februari ekspansi Jepang terus
ditingkatkan dengan jatuhnya lapangan terbang Samarinda II, yang waktu
itu masih dikuasai oleh tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan
dikuasainya pusat kekuatan Hindia Belanda di lapangan terbang tersebut,
maka dengan mudah pada tanggal 10 Februari Banjarmasin secara
keseluruhan dikuasai. Setelah semua wilayah Kalimantan berhasil
dikuasai, pasukan militer Jepang bergerak ke pulau Sumatera. Pada 14
Februari 1942 Jepang menurunkan pasukan di Palembang dan dua hari
kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan sekitarnya berhasil dikuasai.
Pengusiran tentara Belanda oleh tentara Jepang pun disambut baik
oleh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia menganggap Jepang
mempunyai i’tikad baik karena membantu mengusir penjajah dari tanah
nusantara, Akan tetapi, sebenarnya Jepang juga mempunyai misi
terselubung dari pengusiran tentara Belanda tersebut. Sebagai negara yang
telah maju, Jepang berkewajiban memajukan dan mempersatukan bangsa-
bangsa di dunia. Langkah nyata yang diambil untuk mewujudkan ajaran
tersebut adalah dengan membentuk lingkungan kemakmuran bersama di
kawasan Asia Timur Raya. Satu per satu negara yang berada di kawasan
Asia Timur Raya dikuasai oleh Jepang. Jepang senantiasa
mengumandangkan semboyan “Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung
Asia, Jepang Pemimpin Asia”. Hal ini menyatakan bahwa kehadiran
Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah untuk membebaskan Asia dari
penjajahan bangsa Barat. Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua
bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda. Hingga pada tahun 1944 Jepang kalah dari sekutu
pada perang Pasifik. Kondisi ini membuat Jepang merasa perlu untuk
mengambil simpati masyarakat Indonesia agar dapat membantu Jepang
dalam berkoalisi melawan sekutu. Salah satu cara mengambil simpati
masyarakat Indonesia saat itu adalah dengan menjanjikan kemerdekaan
Indonesia dan dibentuknya BPUPK. BPUPK atau yang dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Zyunbi Tioosakai dibentuk oleh Pemerintah
Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Pembentukan BPUPK ini bertepatan dengan hari ulang tahun Kasiar
Hirohito. BPUPK dibentuk sebagai bentuk realisasi janji Jepang yang
akan memberi “kemerdekaan. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil
Ketua), yaitu Raden Panji Soeroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16
Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. BPUPKI memiliki dua masa sidang,
yaitu masa sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945
dan masa sidang kedua pada tanggal 10 Juli 1945 sampai 16 Juli 1945.
BPUPKI bertugas membuat rancangan dasar negara dan Undang-Undang
Dasar (Konstitusi).
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan
calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut:
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Mr. Muh Yamin beranggapan bahwa Negara Indonesia yang
hendak didirikan adalah Negara Indonesia Ketiga. Ia membayangkan
negara Indonesia merdeka sebagai kelanjutan dari kemaharajaan
Sriwijaya dan Majapahat. Walaupun sebetulnya menyalahi kaidah ilmu
sejarah, ia tak segan-segan menyebut Syailendra-Sriwijaya (600 –1400)
sebagai “Negara Indonesia pertama” dan Majapahit (1293–1525) sebagai
“Negara Indonesia kedua”. Sehingga, dalam benaknya, negara Indonesia
yang sedang digagas dasarnya dalam sidang BPUPKI itu adalah “Negara
Indonesia ketiga”. Bedanya, menurut Yamin, “Negara-Negara Indonesia”
yang lama itu berasaskan kerajaan, sementara negara Indonesia yang
akan dimerdekakan saat ini akan berasaskan kebangsaan. “Peri-
Kebangsaan” yang ada dalam bayangan Yamin adalah gagasan bahwa
negara Indonesia seyogianya didirikan atas dasar sifat-sifat bangsa
Indonesia sendiri, tidak mencontek dari luar negeri. Artinya, negara
Indonesia mesti didirikan atas dasar adatistiadat yang berlaku di seluruh
bangsa Indonesia.
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 21945, Prof. Dr. Soepomo
juga berpidato dan mengemukakan teori-teori Negara, yaitu:
1. Teori negara perseorangan (individualis)
2. Teori negara kelas
3. Teori negara integralistik.
Soepomo juga mengusulkan 5 (lima) asas yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir Dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
pada tanggal 1 Juni Ir. Soekarno yang menyampaikan pidatonya.
Pada kesempatan tersebut, Ir. Soekarno mengusulkan lima dasar negara
yang terdiri dari:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).
Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak
menyukai angka 5, maka bisa diperas menjadi Tri Sila bahkan dapat
dikerucutkan lagi menjadi Eka Sila. Tri Sila meliputi: socio-nationalisme,
socio democratie dan ke-Tuhanan. Sedangkan Eka Sila yang dijelaskan
oleh Ir. Soekarno yaitu “Gotong Royong” karena menurut Ir. Soekarno
negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong.
Kendati demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi
semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka.
Sikap toleransi yang berkembang di kalangan para pendiri negara seperti
inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada generasi berikut, termasuk
kita.
2. Periode Perumusan Pancasila
membentuk Panitia Kecil beranggotakan 9 orang yang kemudian
dikenal sebagai Panitia Sembilan yang anggotanya berasal dari golongan
Islam dan nasionalis. Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini
bertugas untuk menyelidiki usul-usul mengenai perumusan dasar negara
yang melahirkan konsep rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BPUPKI kembali menggelar sidang kedua pada 10-16 Juli 1945.
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 -
16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Pada alinea
keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika
dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus
1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan
Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa
Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus
1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan
daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian
sekutu, termasuk Indonesia.
Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada
sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah
pendudukan, termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu
menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno
dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan
M. Hatta ke Rengasdengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu
“mengamankan”), tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang
diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no.
71 Jakarta. Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu
didiktekan oleh Moh.Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut
sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya,
naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan
kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena
situasi politik yang berubah.
3. Priode Pengesahan Pancasila
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan
dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah
menjadi bangsa yang merdeka. Indonesia sebagai bangsa yang merdeka
memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti:
Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat
pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup
hal-hal berikut:
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang
terdiri atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan
berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang
Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno
dan Hatta).
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota
PPKI ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan.
Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman
Singodimejo.Tuntutan tentang sila pertama ditanggapi secara arif oleh
para pendiri negara sehingga terjadi perubahan yang disepakati, yaitu
dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian hari dan
diganti dengan istilah “Yang Maha Esa” sehingga rumusan Pancasila
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara historis ada tiga rumusan dasar negara yang diberi nama
Pancasila, yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang disampaikan pada
pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia
Sembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI pada
18 Agustus 1945. Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang
bermula dari 1 Juni 1945 itu dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam
proses kelahiran falsafah negara Pancasila.Tanggal 1 Juni 1945 untuk
pertama kalinya Bung Karno menyampaikan pidatonya yang monumental
tentang Pancasila sebagai dasar negara di depan sidang BPUPKI.
C. Kedudukan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia
kedudukan pancasila bagi Bangsa Indonesia, yaitu:
1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
2. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
3. Pancasila Sebagai Dasar Negara
4. Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hokum
5. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
6. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur
7. Pancasila Sebagai Pandangan/Pedoman Hidup Bangsa Indonesia
8. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai