Anda di halaman 1dari 23

RELAVANSI HUKUM EKONOMI ISLAM DENGAN POLITIK DI INDONESIA

Nama :Indry Arsysta Madani

NPM :010119050

Kelas :AB (Semester 4)

Mata Kuliah : Hukum Ekonomi Islam

Dosen Pengajar :Farahdinny S, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAKUAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, karna atas berkat rahmat dan penyertaanNya telah memberikan
kekuatan lahir dan batin pada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
Hukum Ekonomi Is;am ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu
Farahdinny S,S.H.,M.H.pada mata kuliah Hukum Ekonomi Islam . Adapun judul
makalah yang saya buat adalah “ Relevansi Hukum Ekonomi Islam Dengan Politik di
Indonesia ”.

Dalam penyelesaian pembuatan makalah ini, saya menyadari masih banyak


kekurangan baik isi, teknis penulisan, maupun penyajiannya. Demikian,Jika terdapat
banyak kesalahan penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Bogor, 4 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A...Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1


B...Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C...Tujuan Makalah...................................................................................... 3

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................... 5

A...Sejarah Perkembangan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia................ 5


B...Kedudukan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia.................................. 8
C...Relevansi Hukum Ekonomi Islam dengan Politik di Indonesia............ 10

BAB VI PENUTUPAN ..................................................................................... 19

A...Kesimpulan............................................................................................. 19
B...Saran........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi dan politik adalah suatu ententitas yang tidak dapat


dipisahkan ,satu sama lain sangat mempengaruhi. Hubungan ekonomi
dengan politik telah menjadi perhatian dari peneliti dunia. Perubahan
politik akan berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi, Sebaliknya
kehidupan ekonomi berpengaruh terhadap kehidupan politik.1
Di Indonesia Perkembangan Ekonomi islam dari tahun ke tahun
belakangan ini sangat signifikan. Dapat terlihat dengan banyaknya
lembaga keuangan syariah yang muncul seperti bank – bank syariah ,pasar
modal ,asuransi , pegadaian , kooperasi dan unit syariah lainnya. Mengapa
sekarang ini perkembangan ekonomi syariah sangat pesat , hal itu di
disebabkan salah satunya karena banyak peminat dari masyarakat
Indonesia itu sendiri, karena mayoriotas masyarakat Indonesia adalah
muslim maka banyak masyarakat muslim yang lebih mempercayakan pada
lembaga – lembaga keuangan syariah.
Model ekonomi islam yang di anut di Indonesia adalah model
keuangan ganda adalah pilihan dari pemerintah Indonesia. Dengan demikian,
Indonesia sama halnya juga dengan mayoritas negara lainnya memperlakukan
secara bertahap (gradual). Ini artinya berbagai peraturan dan produk hukum
ekonomi Islam akan terus berkembang di Indonesia sesuai dengan kebutuhan atau
desakan dari para pemangku kepentingan ekonomi Islam di Indonesia.
Secara kelembagaan sistem keuangan syariah yang diterapkan di
Indonesia meliputi lembaga keuangan bank dan non bank. Kedua sistem lembaga
ini sama- sama memainkan peran penting dalam percaturan ekonomi syariah di
Indonesia. Keduanya jmemiliki ruang lingkup yang berbeda. Kendati berbeda,

1
Torstean Persson dan Guido Tabellini,2006,Dermoratic Capital : The Nexus Of Political And
Economic Change,

1
namun peran keduanya sangat menentukan dalam mencapai tujuan
ekonomi syariah secara khusus dan ekonomi nasional secara umum.
Dalam kaitan dengan ekonomi Islam, maka hukum ekonomi Islam
pada satu sisi memiliki corak yang sama dengan hukum bisnis atau hukum
dagang, namun pada sisi lain, akibat prinsip ekonomi Islam yang
didasarkan pada sumber-sumber dari al-Quran dan hadis, maka hukum
ekonomi Islam juga memiliki corak yang menunjukkan nilai-nilai-nilai
Islam terhadapnya.
Hukum ekonomi Islam juga tidak dapat dipisahkan dari hukum
Islam itu sendiri. Artinya, hukum ekonomi Islam adalah satu bagian dari
hukum Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, maka
membincangkan hukum ekonomi Islam menuntut adanya perhatian yang
sama terhadap keberadaan hukum Islam itu sendiri.
Hukum ekonomi Islam biasanya lebih dikenal dengan sebutan fikih
muamalah. Dalam implementasinya, prinsip fikih muamalah memiliki
perbedaan dengan prinsip dalam fikih ibadah. Dalam penerapan muamalah,
maka prinsip yang dipakai adalah bahwa semua praktik ekonomi /
muamalah itu diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini
berbeda dengan kaidah dalam fikih ibadah yaitu semua ibadah adalah
haram dilakukan kecuali ada yang membolehkannya.Kebolehan dalam
fikih muamalah ini memberikan keluwesan penuh kepada manusia untuk
mengimpelementasikan fikih muamalah ke dalam kehidupan ekonomi
yang mereka lakukan. Dalam konteks modern, maka keluwesan ini juga
menjadikan fikih muamalah selalu adaptif dalam menyikapi perubahan
tempat dan waktu terkait dengan aktivitas ekonomi manusia.
Ekonomi Islam memiliki keterkaitan langsung dengan politik suatu
negara. Artinya, kendati setiap pemerintah (negara-negara anggota OKI
khususnya) menjadikan ekonomi Islam sebagai dasar perumusan kebijakan
perekonomian mereka, maka perkembangan ekonomi Islam belum akan
bisa menyaingi ekonomi konvensional. Dengan kata lain, perlu didorong

2
keberpihakan kekuasaan terhadap pengembangan ekonomi Islam secara
keseluruhan, sehingga dominasi ekonomi ribawi dapat diminimalisasi.
Maka dari itu , keputusan politik negara memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap kondisi perekonomian.Kinerja ekonomi sebuahnegara,
sangat ditentukan oleh mekanisme dan proses pengambilan keputusan
politik yang berlaku dan disepakati oleh masyarakat di negara tersebut.
Hal ini pun sejalan dengan pernyataan mantan Menteri Keuangan Chili,
Alejandro Foxley, sebagaimana dinyatakan oleh Stephan Haggard, yang
menegaskan bahwa seorang ekonom tidak hanya harus paham mengenai
model-model ekonomi, tetapi juga harus memahami politik, minat,
konflik-konflik, serta hasrat-hasrat yang berkembang di masyarakat yang
merupakan esensi kehidupan. Seorang ekonom harus bisa menjadi seorang
politisi dengan membangun koalisi dan bekerja sama dengan orang-orang
di sekeliling mereka.Pemahaman yang baik terhadap proses dan
mekanisme politik, sangat menentukan keberhasilan sebuah gagasan
ataupun sebuah ideologi ekonomi dalam menciptakan sistem
perekonomian yang menjadikan nilai (value) yang dibawa oleh gagasan
atau ideologi tersebut sebagai pondasi utamanya.
maka dari itu dalam makalah ini , saya akan menjelaskan tentang
sejarah pertama kali ekonomi islam mucul di indonesia , kemudian
kedudukan ekonomi islam di Jndonesia dan yang terkahir hubungan
ekonomi islam dengan politik di indonesia

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah ekonomi islam pertama kali muncul di Indonesia ?
2.Bagaimana kedudukan hukum ekonomi islam di indonesia ?
3. Bagaimana relavansi hukum ekonomi islam dengan politik di indonesia?

C. Tujuan Makalah

1.Untuk mengetahui Sejarah ekonomi islam di Indonesia .

3
2.Untuk mengetahui kedudukan hukum ekonomi islam di Indonesia ,

3.Untuk mengetahhui relevensi hukum ekonomi islam dengan politik di


indonesia ,

4
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia


Melihat sejarah perkembangan ekonomi islam modern dimulai
sekitar tahun 1970-an ketika munculnya kesadaran akan sebuah sistem
ekonomi yang lebih berpihak kepada negara – negara muslim yang
dianggap tertinggal dibandingkan dengan negara – negara barat.Ini
dicetuskan oleh beberapa pakar ekonomi muslim yang sebagian besar
mendapatkan pendidikan di Barat. Sekitar tahun 1940-an ide ekonomi
islam telah memiliki akar yang cukup kuat ketika dicetuskannya beberapa
lembaga keuangan non bank seperti di malaysia dan pakistan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayaoritas
masyarakatnya beragama muslim , maka dari itu Indonesia merupakan
salah satu negara islam terbesar , sehingga banyak aturan - aturan islam
yang di terapkan . dan muncul lembaga – lembaga ekonomi islam .
Dilihat dari akar sejarah pemikiran dan aktivits ekonomi Islam
Indonesia tak bisa lepas dari awal sejarah masuknya islam ke Indonesia.
Bahkan aktivits ekonomi syariah di tanah air tak terpisahkan dengan
konsep lingua franca. Banyak konsep – konsep islam yang mempengaruhi
dalam kegiatan ekonomi.Dapat disimpulkan bahwa aktivitas ekonomi
syariah tidak dalam bentuk formal melainkan telah berdifusib dengan
kebudayaan melayu. Namun demikian , penelitian khusus tentang institusi
dan pemikiran ekonomi syariah sepertinya belum ada yang meminatinya
secara serius dan khusus. Maka dari itu,nampak kepada kita adalah upaya
dan gerakan yang dominan untuk penegakan syariah islam dalam konteks
kehidupan politik dan hukum.
Pemikiran dan aktivits ekonomi islam di Indonesia akhir abad ke
20 di oreintasikan pada pendirian lembaga keuangan dan perbankan
syariah. Salah satunya adlah gerakan koperasi yang sejalan atau tidak

5
bertentangan dengan syariah Islam.Oleh karena itu gerakan koperasi
mendapat sambutan baik dari kalangan masysrakat muslim , santri dan
pondok pesantren.
Di Indonesia, pemikiran ke arah sistem ekonomi syariah secara
historis telah berakar sejak periode kemerdekan. Namun mencuatnya
kebutuhan akan lembaga perbankan islami di tengah praktek ekonomi
kontenporer tidak dapat dilepaskan dari perkembangn pemikiran dan
gagasan tentang konsep ekonomi islam. Gagasan dan pemikiran ini baru
belakangan dapar diwujudkan , yakni berawal dari muculnya Bank
Muammalat Indonesia (BMI) yang dioperasikan sejak tanggal 1 mei 1992.
Kemudian benih – benih pemikiran ekonomi dan keuangan islam telah
muncul jauh sebelum masa tersebut.
Sepanjang tahun 1990an perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia Relatif lamabat, tetapi pada tahun 2000an terjadi gelombangan
perkembangan yang sangfat pesat ditinjau dari pertumbuhan aset, omzet
dan jaringan kantor lembaga perbankan dan keuangan syariah.Pada saat
yang bersamaan mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang
mengajarkan ekonomi Islam, walupun sangat terbatas , antara lain STIE
Syaraih di Yogyakarta, IAIN-SU di Medan STEI SEBI, STIE Tazkia, dan
PSTTI UI yang membuka konsentrasi Ekonomi dan keuangan Islam, pada
2001.
Pada periode tahun 2012 menuju 2013, Perbankan Syariah
Indonesia dalam sektor keungan dan perbankan mengalami tantangan yang
sangat sulit dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya
pertumbuhan ekonomi dunia yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia tidak setinggi yang di harapkan,meskipun Indonesia termasuk
negara yang masih mengalami pertumbuhan ekonomi. Selain itu , faktor
lain seperti dampak penurunan DPK antara lain karena penarikan dana haji
dari perbankan cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan
syariah. Maka dari itu pertumbuhan perbankan syariah tidsk setinggi pada
priode yang sama di tahn sebelumnya.

6
Namun dapat dipastikan pada tahun – tahun ini kedepan
pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia akan mengalami meningkatan
dilihat dari lembaga – lembaga ekonomi syariah yang mulai bermunculan
seperti banyaknya bank – bank syariah ,koperasi,pasar modal, pegadaian
dan sebagainya.
Masyarakat lebih mempercayakan keuangan mereka di kelola
dalam lembaga – lembaga syariah , karena tentunya lembaga – lembaga
syariah aturan – aturannya tidak melenceng dari ajaran islam dan aturan –
aturan al qur’an dan hadist.
Secara Umum tahapan – tahapan evolusi perkembangan industri
keuangan syariah di dunia dapat digmbarkan sebagai berikut2:
1. Dekade tahun 1970an : Berupa pendirian lembaga perbankan Islam
dalam bentuk komersial syariah (commercial syariah Banks) dalam bentuk
produk – produk bank komersial dengan cakupan wilayah masih dalam
kawasan Timur Tengah (Gulf/ME).
2. Dekade tahun 1980an :berupa pendirian bank komersial syariah dan
juga asuransi dan perusahan investasi syariah , sedangkan produknya
sudah mencakup pada asuransi, serta sindikasi keuangan islam. Areanya
sudah mencakup Asia Pasific.
3. Dekade tahun 1990an: pendirian lembaga keuangan syariah juga
diikuti oleh pendirian berbagai perusuhan asuransi, investasi, dan
manajemen aset.produk – produk yang diluncurkan sudah bertambah
seperti adanya raksadana syariah, Cakupannya juga sudah mencapai Eropa
dan Amerika.
4. Dekade tahun 2000an ditandai dengan pendirian lembaga keuangan
islam e-commercce manajemen likuiditas, broker dan dealer serta
instrumen pasar modal islam , Area ini sudah mencakup pasar global.

2
Penjelasan lengkap mengenai perkembangan industri keuangan syariah,lihat. Ibrahim
warde,islamic finance in The Global Economy (Edinburg:Edinburg University press,2000)73.

7
B. Kedudukan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia

Sejak didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 M/10 Ramadhan 1367 H,


Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui Undang – Undang
Dasarnya menyatakan diri Sebagai Negara Hukum. Sebelum Undang –
Undang dasar 1945 di Amandemen,Pecantuman Indonesia sebagai negara
hukum dijumpai dalam bagian penjelasan yang menyatakan. “Indonesia, ialah
negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)”. “Negara Indonesia
berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(machtsstaat). Setelah Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 di amandemen , Pernyataan Indonesia sebagai negara hukum
termasuk dalam BAB 1 Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan “Negara Indonesia
adalah negara hukum”.
Namun yang menjadi permasalahan sekarang, apakah yang di maksud
dengan kata “hukum” dalam kalimat “Negara Indonesia adalah negara
hukum”, itu sudah termasuk di dalamnya hukum tidak tertulis atau belum,
dalam ilmu hukum memang di ajarkan kepada kita tentang hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis tetapi dalam kenyataannya , hukum modern initampak
lebih mengacu atau bahkan lebih berpihak kepada hukum terrulis
dibandingkan dengan sekedar pengakuan apalagi keberpihakkannya kepada
pratek hukum tidak tertulis.
Dikarenakan keberadaan hukum tertulis lebih domianan dibandingkan
dengan keberadaan hukum tidak tertulis,maka pendapat yang memandang
cukup pengalaman hukum islam dengan pendekatan kultural (tanpa harus
dengan legal-formal),sepertinya sudah kurang relevan untuk
dipertahankan.sekurang-kurangnya dalam bidang tertentu seperti hukum
ekonomi islam yang sedang dibincangkan.
Penerapan hukum islam secara legal formal melalui legislasi nasional inin
tampak telah menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera ditangani.
Selain momentumnya yang benar – benar tepat karena kehadilan sistem
ekonomi islam dipandang sebagai salah satu solusi terbaik dalam menata

8
kembali ekonomi Indonesia yang kurang terkendali, dan juga melihat
perkembangan hukum nasional Indonesia ke depan tampak lebuh mengacu
kepada hukum tertulis lebih tepatnya sedang merujuk kepada peraturan
perundang – undangan.
Selaras dengan beberapa pemikiran diatas , dapat dikemukakan bahwa
kedudukan dan peran hukum ekonomi islam di Indonesia semakin terasa
penting manakala dihubungkan dengan pembangunan ekonomi nasional
Indonesia yang disebut – sebut berorientasi atau berbasis kerakyatan. Urgensi
dan kedudukn hukum ekonomi islam dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang seperti sudut pandang sejarah , komunitas bangsa Indonesia,
kebutuhan masyarakat, dan dari sisi falsafah dan konstitusi negara sekalipun.
Pemberlakuan hukum ekonomi islam di Indonesia sama sekali tidak terkait
dengan apa yang lazim dengan sebutan “Ditaktor Mayoritas” atau “Tirani
minoritas.” Alasannya dikarenakan penerapan hukum ekonomi islam tidak
dilakukan secara paksa apalagi dipaksakan. Sistem Ekonomi Islam termasuk
sistem hukumnya berjalan sebanding dan sederajat dengan sistem ekonomi
dan sistem hukum ekonomi konvensional.
Dilihat dari sudut pandang kebutuhan masyarakat, kehadiaran sistem
ekonomi islam di Indonesia juga disebabkan karena kebutuhan masysrakat
pada umumnya. Terbukti dengan keterlibatan aktif dari lembaga – lembaga
keuangan dan lembaga – lembaga ekonomi lain yang juga menerima
kehadiran sistem ekonomi syariah. Atau paling sedikit berkenan dengan hal –
hal ekonomi dan keuangan tertentu , ada kemungkinan bersinergi anatara
lembaga ekonomi/keuangan konvensional dengan lembaga ekonomi/keuangan
islam. Demikian juga dengan para pengguna jasa lembaga ekonomi dan atau
keuangan Islam.
Di negara hukum Indonesia, kedudukan/posisi hukum ekonomi islam
sesungguhnya sangat lah kuat sebagaimana kedudukan /posisi hukum islam
secara umum dan keseluruhan. Demikian pula dengan signifikansi
fungsi/peran hukum eknomi islam yang bisa digunakan , terutama dalam
menopang, melengkapi, dan mengisi kekosongan hukum ekonomi

9
sebagaimana urgensi peran dan fungsi hukum islam secara umum dan
keseluruhan dalam melengkapi kekosongan hukum nasional.
Kehadiran hukum ekonomi islam dalam tata hukum Indonesia ,
sesungguhnya tidak lagi hanya sekedar tuntutan sejarah dan kependudukan
(Karena mayoritas beragama islam) Seperti anggapan sebagian orang/pihak
akan tetapi, jauh lebih dai itu , juga disebabkan kebutuhan masyarakat luas
setelah diketahui dan dirasakan benar betapa adil dan meratanya sistem
ekonomi syariah dalam mengawal kesejahteraan rakyat yang dicita – citakan
oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedudukan hukum ekonomi islam yang sudah dijelaskan seperti
sebelumnya , akan semakin kuat manakala dihubungkan dengan falsafah dan
konstitusi negara yaitu pacncasila dan Undang – Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.Sistem ekonomi islam/Syariah tidak bertentangan
apalagi melannggar Pancasila terutama “Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,” dan
juga tidal bertentangan dengan Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia.

C. Relevansi Hukum Ekonomi Islam dengan Politik di Indonesia

Kajian tentang hubungan antara politik dan ekonomi telah sangat banyak.
Kematangan berpolitik suatu negara selalu berhubungan erat dengan kemajuan
ekonominya. Kemajuan ekonomi menopang terwujudnya situasi dan kondisi yang
stabil, begitupun sebaliknya kondisi politik yang stabil akan menunjang
terwujudnya kehidupan ekonomi yang maju dan mensejahterakan.maka dari itu
kemajuan atau kemunduran suatu ekonomi negara sangat berpengaruh terhadap
politik dan bisnis di Indonesia. Dari segi pasar saham , situasi politik yang
kondusif akan membuat harga saham naik,sebaliknya jika suatu kondisi politik
tidak menentu maka akan menimbulkan unsur ketidak pastian dalam bisnis.
Perubahan suhu politik akibat dari suatu tindakan mauoun kebijakan politik di
suatu negara dapat menimbulkan dampak besar pada perekonomian negara
tersebut.

10
Dalam konteks tersebut, kinerja sistem ekonomi politik sudah berinteraksi satu
sama lain,yang menyebabkan setiap peristiwa ekonomi – politik tidak dibatasi
oleh batas – batas tertentu. Misalnya, IDB (Islamic development
bank),IMF(International Monetary Found), Bank Dunia (World Bank), atau
bahkan investor asing selalau mempertimbngkan peristiwa politik nasional dan
mengkakulasi resikonya secara ekonomi dan bisnis.
Hubungan hukum dengan politik dalam studi hukum disebut dengan studi
politik hukum.Dalam politik hukum ada dua dimensi yang tak terpisahkan satu
dengan yang linnya yaitu dimensi filosofis – teoritis dan dimensi normatif –
operasional.
Kelahiran hukum ekonomi islam , juga didukung oleh kenyataan bahwa
pengadilan Agama telah diakui eksistensinya di Indonesia, masih belum memiliki
kitab hukum yang dijadikan standaritasasi bagi hakim dalam memutus perkara
ekonomi selevel KUHpdt. Kondisi ini bisa menyulitkan para hakim dalam
memutuskan perkara terkait ekonomi islam.
Namun pada sisi lain , adanya aspirasi dari umat muslim , yang menghendaki
pemberlakuan ekonomi syariah sebagi hukum positif juga harus
diimplementasikan dalam bentuk politik hukum. Politik hukam yang dilakukan
tersebut diimplemtasikan dalam kebijakan politik di indonesia yang memberikan
dukungan pertama kali dengan adanyanya legislasi UU No.7 Tahun 1992 tentang
perbankan. Yang memungkinkan beroperasinya bank dengan sistem bagi hasil
(pasal 6), kemudian di rubah dengan dengan UU No.10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang menyebutkan istilah
“Bank berdasarkan prinsip syariah”.
Dengan diterbitkannya UU No.10 Tahun 1998 tersebut , menjadi moment
penting bagi dimulainya gerakan ekonomi syariah di Indonesia. Gerakan ekonomi
syariah terus di perjuangkan oleh aktivis ekonomi syariah, baik ulama ,akademis
maupun praktisi. Gerakan ini terus –menurus diperjuangkan dengan di kawal oleh
lembaga – lembaga seperti Dewan Syariah Nasioanl Majelis Ulama Indonesia
(DSNMUI), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan kemudian melahirkan
lembaga-lembaga teknis di lingkungan pemerintah, seperti Direktorat Perbankan

11
Syariah di Bank Indonesia, Direktorat Pembiayaan Syariah di Departemen
Keuangan, dan berbagai biro di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Gerakan ini juga melahirkan sejumlah undang-undang dan peraturan
perundangan lainnya, misalnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN), Berbagai Peraturan Bank Indonesia, Peraturan
Bapepam, dan peraturan-peraturan lainnya. Di samping itu, gerakan ini juga
melahirkan lembaga-lembaga keuangan syariah meliputi: perbankan syariah,
asuransi syariah, pegadaian syariah, pembiayaan syariah, pasar modal syariah,
bursa komoditi syariah, bisnis syariah, dan sebagainya.
Lahirnya Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang memberikan
kewenangan kepada Peradilan Agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi
syariah adalah merupakah langkah politik hukum yang luarbiasa dalam
melengkapi kelembagaan “hukum” untuk mewujudkan gerakan ekonomi syariah
di Indonesia, sehingga kini gerakan ekonomi syariah riil mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak.
Selain peraturan perundang-undangan di atas, maka upaya politik hukum lain
yang dilakukan adalah proses legislasi dengan menyusun Rancangan Undang-
Undang (RUU) yang diajukan kepada badan legislatif (DPR). Legislasi ini cukup
menarik dan dipandang penting setidaknya disebabkan karena adanya beberapa
faktor pendukung antara lain:
1. Legislasi bisa menjadi unifikasi yang produktif bagi berbagai aliran mazhab
yang digunakan di Indonesia terkait masalah ekonomi.
2. Subtansi hukum ekonomi Islam yangmapantelah ditunjukkan dengan
penggunaan produk fikih dari beberapa imam madzhab di Indonesia.
3. Produk legislasi adalah produk politik, sehingga untuk berhasil
memperjuangkan legislasi hukum Islam harus mendapatkan dukungan suara
mayoritas di lembaga pembentuk hukum. Fakta politik juga menunjukkan bahwa
meskipun aspirasi politik Islam bukan mayoritas di Indonesia, namun

12
memperhatikan konfigurasi politik dalam dasawarsa terakhir cukup memberi
angin segar bagi lahirnya produk-produk hukum
nasional yang bernuansa Islami.
Hukum ekonomi Islam yang diusung ke jalur legislasi diformat dalam
bentuk bentuk buku atau kitab undang-undang yang tersusun rapi, praktis dan
sistematis. Materinya juga bukan hanya berasal dari satu madzhab fikih saja,
melainkan dipilih dan di-tarjih (menguatkan salah satu dari beberapa pendapat
madzhab) dari berbagai pendapat madzhab fikih yang lebih sesuai dengan kondisi
dan kemaslahatan yang menghendaki. Hal ini secara otomatis menghilangkan
sikapta'as}s}ub(fanatik) madzhab, seperti fikih madzhab Hanafi yang dipakai di
kerajaan Turki pada tahun 1876, fikih madzhab Syafi'i yang dipakai di wilayah
Mesir dan Suriah serta fikih madzhab Imam Malik yang dipakai di Irak.
Meskipun demikian, legislasi sebagai produk politik hukum juga memiliki
berbagai tantangan, seperti:
1. Perbedaan pendapat di kalangan intern umat Islam sendiri yang sebagian
menolak gagasan legislasi.
2. Perbedaan pendapat di kalangan intern Islam mengenai subtansi hukum
(ekonomi syariah) yang yang akandiundangkan kemungkinan masih ada
ikhtilaf (ada perbedaan pendapat).
3. Adanya resistensi dari kalangan non muslim yangmenganggap legislasi
hukum Islam "ekonomi syariah" di Indonesia akan menempatkan mereka
(seolah-olah sebagai warga negara kelas dua) dan ini juga dipicu oleh sikap
dan pernyataan sebagian gerakan Islam sendiri yang justru kontra produktif
bagi perjuangan hukum Islam.
Secara umum, legislasi hukum ekonomi Islam di Indonesia memiliki beberapa
hal positif, yaitu:
1. Tingkat prediktibilitas tinggi yaitu adanya gambaran hukum secara pasti
sebelum suatu perbuatan itu dilakukan masyarakat, sehingga sudah bisa
diprediksi akibat hukumnya.
2. Perundang-undangan juga memberikan kepastian mengenai nilai

13
yang dipertaruhkan. Sekali suatu peraturan dibuat, maka menjadi pasti pula
nilai yang hendak dilindungi oleh peraturan tersebut. Oleh karena itu, orang
tidak perlu lagi memperdebatkan apakah nilai itu diterima atau tidak.

Sedangkan menurut ulama fikih, sisi positif hukum Islam dalam bentuk
perundang-undangan antara lain:
1. Memudahkan para praktisi hukum untuk merujuk hukum sesuai dengan
keinginannya. Kitab-kitab fikih yangtersebar di dunia Islam penuh dengan
perbedaan pendapat yang kadang-kadang membingungkan dan menyulitkan.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur bidang ekonomi syariah, para
hakim/praktisi hukum tidak perlu lagi mentarjih berbagai pendapat dalam
literatur fikih.
2. Mengukuhkan fikih Islam dengan mengemukakan pendapat paling kuat.
Fikih Islam penuh dengan perbedaan pendapat, bukan saja antar madzhab,
tetapi juga perbedaan pendapat antar ulama dalam madzhab yang sama,
sehingga sulit untuk menentukan pendapat terkuat dari sekian banyak
pendapat dalam satu madzhab. Keadaan seperti ini sangat menyulitkan hakim
(apalagi orang awam) untuk memilih hukum yang akan diterapkan, belum lagi
meneliti apakah orang yang berperkara tersebut bermadzhab Hanbali atau
Syafi'i, sehingga hasil ijtihad Madzhab Hanafi atau Maliki tidak diterapkan
kepadanya. Dalam kaitan ini, undang- undang yang sesuai dengan pendapat
yang kuat akan lebih praktis dan mudah dirujuk oleh para hakim, apalagi di
zaman modern ini para hakim pada umumnya belum memenuhi syarat-syarat
mujtahid, sebagaimana yang ditetapkan oleh ulama.
3. Menghindari sikap taklid madzhab di kalangan praktisi hukum, yang selama
ini menjadi kendala dalam lembaga-lembaga hukum.
4. Menciptakan unifikasi hukum bagi lembaga-lembaga peradilan. Apabila
hukum dalam suatu negara tidak hanya satu, maka akan muncul perbedaan
keputusan antara satu peradilan dengan peradilan lainnya. Hal ini bukan saja
membingungkan umat, tetapi juga menganggu stabilitas keputusan yang saling
bertentangan antara satu pengadilan dengan pengadilan lain.

14
Kendati memiliki nilai positif perlu juga diperhatikan beberapa hal negatif
yang bisa saja muncul dari sebuah proses legislasi seperti:
 Munculnya kekakuan hukum, sedangkan manusia dengan segala
persoalan kehidupannya senantiasa berkembang, dan perkembangan ini
seringkali tidak diiringi dengan hukum yang mengaturnya. Dalam
persoalan ini ulama fikih menyatakan,"hukum bisa terbatas, sedangkan
kasus yang terjadi tidak terbatas". Di sisi lain, fikih Islam tidak
dimaksudkan berlaku sepanjang masa, tetapi hanya untuk menjawab
persoalan yang timbul pada suatu kondisi, masa, dan tempat tertentu. Oleh
karena itu, hukum senantiasa perlu disesuaikan dengan kondisi, tempat,
zaman yang lain. Tidak jarang ditemukan bahwa peristiwa yang
menghendaki hukum lebih cepat berkembang dibandingkan dengan
hukum itu sendiri. Oleh karena itu. Adanya undang-undang bisa
memperlambat perkembangan hukum itu sendiri.
 Mandegnya upaya ijtihad.
 Munculnya persoalan taklid baru.
 Mengabaikan perbedaan-perbedaan atau ciri-ciri khusus yang dimiliki
masing-masing mazhab.
Meskipun terdapat berbagai tantangan, namun produk hukum ekonomi Islam
dalam bentuk legislasi telah hadir di Indonesia dengan pembuatan Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah (KHES).
Dalam lingkup politik ekonomi, ahli yang selalu membicarakan mengenai
disiplin politik ekonomi Islam yakni Masudul Alam Choudhury. Menurut beliau,
bahwa politik ekonomi Islam merupakan essentially a study of the endogenous
role of ethico-economic relationships between polity and the deep ecological
system. Dalam redaksi yang lain beliau mendefinisikan sebagai the study of
interactive relationship between polity (shura) and the ecological order (with
market subsystem). Dalam pandangan inilah, politik ekonomi Islam di Indonesia
di era globalisasi dapat sampaikan sebagai berikut:

1.UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

15
Di Indonesia, aturan mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun
2008 tentang perbankan syariah. Bank syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Tugas komite Perbankan Syariah adalah membantu Bank Indonesia
dalam menafsirkan fatwa MUI yang terkait dengan perbankan syariah,
memberikan masukan dalam rangka penerapan fatwa MUI kedalam PBI, dan
melakukan pengembangan industri perbankan syariah. Perlu diketahui kemajuan
perbankan syariah tidak terlepas dari dukungan aturan. Kemunculan BMI ini
kemudian diikuti dengan lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang
mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil bank umum maupun BPRS.
Kemudian keluar UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992
yang mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta
memperkenankan bank konvensional membuka kantor cabang syariah. perbankan
syariah mulai tahun 1999 hasil dari dukungan regulasi, yakni UU No. 10 Tahun
1998 dan UU No. 23 Tahun 1999 kemudian diperkuat oleh UU No.3 Tahun 2004.
Kemudian diundangkan UU Perbankan Syariah terjadi percepatan perkembangan
perbankan syariah yang dibuktikan bahwa pada januari 2011.

2.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara


(SBSN)
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) mulai berlaku sejak diundangkan, adalah pada 7 Mei 2008. Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) bertujuan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai pembangunan proyek.

3. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)


Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan rapat Tim Pembentukan Dewan
Syariah Nasional (DSN) pada tanggal 14 Oktober 1997. Kemudian Dewan
Pimpinan MUI menerbitkan SK No. Kep-754/MUI/II/1999 tertanggal 10 Februari
1999 tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional MUI. Kemudian DSN MUI

16
dibentuk dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam mengenal persoalan
perekonomian dan mendorong penerapan ajaran Islam dalam bidang
perekonomian atau keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan nilai-
nilai Islam. Ini merupakan langkah efisisensi dan koordinasi para ulama dalam
menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan persoalan ekonomi atau keuangan.
Berbagai masalah atau kasus yang memerlukan fatwa akan ditampung dan
dibahas agar diperoleh kesamaan pandangan dalam penanganannya oleh masing-
masing Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan syariah
dapat mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan
keuangan, DSN-MUI akan selalu berperan secara proaktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang berubah-ubah dalam bidang ekonomi
dan keuangan.

4. UU No. 21 Tahun 2004 tentang Wakaf


Untuk melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 41 tahun 2004, ditambah Kepmen Nomor 04 Tahun 2009
tentang Administrasi Wakaf Uang. Sebelum itu, sudah ada berbagai peraturan
yang mengatur tentang wakaf.

5. UU No. 38 Tahun 1999 tentang Zakat


Secara substansial, pengertian ini kemudian dipertegas lagi dalam keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan
UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam pasal 1 Ayat 1
Keputusan Menteri menyatakan bahwa Badan Amil Zakat merupakan organisasi
pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan
pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan
zakat sesuai dengan ketentuan agama. Diundangkan UU Zakat menyatakan politik
ekonomi Islam dalam wilayah keuangan publik pemerintah cukup terpenuhi
terhadap kebutuhan umat Islam dapat melaksanakan rukun Islam yang ke-3.

17
6. Peraturan Pemerintah UU No. 39 Tahun 2008 tentang Asuransi Syariah
Perubahan kedua atas Peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. Meskipun pemerintah belum
mengundangkan dan belum diatur secara khusus tentang asuransi Syariah, dengan
demikan hadirnya PP Nomor 39 ini menunjukkan keberpihakan pemerintah
terhadap perkembangan industri asuransi Syariah, ini merupakan sebagai bagian
politik ekonomi Islamnya.

7. Pemerintah yang diwakili BUMN mendirikan Bank Syariah


Fakta dalam politik ekonomi Islam yang diperankan pemerintah dalam sektor
industri perbankan syaiah yaitu berdirinya BRI Syariah yang modal intinya dari
Bank BRI yang nota benenya bank BUMN, Bank Syariah Mandiri (BSM) yang
modal intinya dari Bank Mandiri yang nota benenya bank BUMN, BNI Syariah
yang modal inti terbesarnya dari BNI 45 yang nota benenya bank BUMN yang
juga berplat merah, pegadaian syariah yang berada dibawah perum pegadaian
yang merupakan BUMN, dan lain sebagainya.

8. Penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 6 th di Indonesia


ISEF merupakan salah satu festival pelaku ekonomi syariah terbesar tahunan.
Acara ini rutin digelar oelh Bank Indonesia (BI), Komite Nasional Kuangan
Syariah (KNKS), Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), hingga Kementerian
Luar Negeri. Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di selenggarakan pada
tanggal 12-16 November 2019 di Jakarta Convention Centre (JCC).

18
BAB III
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Hukum ekonomi islam di Indonesia sudah berkembang sangat pesat dengan


munculnya lembaga – lembaga ekonomi syariah di Indonesia seperti Bank – bank
syariah , investasi , koperasi dan lainnya yang berbasis dengan berpacu kepada
atuaran – atauran dalam agama islam. Tentunya di setiap negara ada politik
begitupun dengan di Indonesia . politik tentunya berhubangan satu sama lain
dengan ekonomi islam, situasi politik yang kondusif akan membuat harga saham
naik,sebaliknya jika suatu kondisi politik tidak menentu maka akan menimbulkan
unsur ketidak pastian dalam bisnis. Perubahan suhu politik akibat dari suatu
tindakan maupun kebijakan politik di suatu negara dapat menimbulkan dampak
besar pada perekonomian negara tersebut.
Diterbitkannya UU No.10 Tahun 1998 yang menyebutkan istilah “Bank
berdasarkan prinsip syariah”.tersebut , menjadi moment penting bagi dimulainya
gerakan ekonomi syariah di Indonesia. Gerakan ini juga melahirkan sejumlah
undang-undang dan peraturan perundangan lainnya, misalnya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Berbagai Peraturan
Bank Indonesia, Peraturan Bapepam, dan peraturan-peraturan lainnya. Di samping
itu, gerakan ini juga melahirkan lembaga-lembaga keuangan syariah meliputi:
perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, pembiayaan syariah, pasar
modal syariah, bursa komoditi syariah, bisnis syariah, dan sebagainya.

B.Saran
Dengan selesainya makalah ini,saya harapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca . Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas jauh dari kata
sempurna, dan ada beberapa kesalahan.Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, penulis terima.

19
Daftar Pustaka

A. Buku
Hasbi Hasan, Pemikiran dan perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di
Dunia Islam Kontemporer, Depok :Gratama Publishing,2011.
Stephan Harggard and Robert R.Kaufman. The Political Economy of
Democratic Transition,New Jersey :Princeton University Press,1996

B. Jurnal
Jurnal ar-raniry,Politik Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia.Mahasiswa
Program Dokter IAIN Ar - Raniry.Jurnal.ar-raniry.ac.id(5 juni 2021)
C. Lain – Lain
Kedudukan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia.https://Zonaekis.com (5
Juni 2021)
Pengaruh Politik dalam perkembangan praktik ekonomi islam di Indonesia.
https://www.researchgate.net(6 Juni 2021)

20

Anda mungkin juga menyukai