Anda di halaman 1dari 58

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DAN PERUMAHAN RAKYAT

PEMBAHASAN RPP
TERKAIT PEMBINAAN JASA
KONSTRUKSI

Disampaikan Oleh
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Ir. Yaya Supriyatna S, M. Eng, Sc

Jakarta, 26 Juli 2018

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI
PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum

Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah


Pasal 94

(1) Pemerintah Pusat dalam memenuhi tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan
kewenangan melakukan pembinaan Jasa Konstruksi.
(2) Pemerintah daerah provinsi melaksanakan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi berdasarkan:
a. asas dekonsentrasi;
b. asas otonomi.
(3) Pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi
berdasarkan asas otonomi.
(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3),
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi dalam bentuk:
a. kemitraan antar pemerintah dan masyarakat;
b. pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. penyelenggaraan sebagian kewenangan dalam satu lembaga.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 95
(1) Pembinaan Jasa Konstruksi dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah Pusat;
b. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat;
c. Pemerintah Provinsi; dan/atau
d. Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal pelaksanaan pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kementerian teknis berkoordinasi dengan Menteri.
(3) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat diatur dalam Peraturan
Menteri.
(4) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilaksanakan oleh gubernur melalui organisasi perangkat daerah sub urusan Jasa Konstruksi.
(5) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dilaksanakan oleh bupati/walikota melalui organisasi perangkat daerah sub urusan Jasa
Konstruksi.
(6) Pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kementerian
dan/atau organisasi perangkat daerah yang membidangi Jasa Konstruksi sesuai ketentuan
perundang-undangan.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 96
(1) Sasaran pembinaan Jasa Konstruksi kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi
meliputi:
a. pelaku Jasa Konstruksi;
b. instansi Pemerintah terkait Jasa Konstruksi;
c. kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
d. pemanfaat produk konstruksi.
(2) Pelaku Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. Penyedia Jasa Konstruksi;
b. Pengguna Jasa Konstruksi;
c. pelaku usaha rantai pasok sumber daya Konstruksi;
d. tenaga kerja konstruksi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 97

(1) Pembinaan Jasa Konstruksi dilakukan dalam bentuk:

a. penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi;

b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi;

c. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi.

(2) Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a dilakukan untuk menentukan arah perkembangan Jasa Konstruksi secara
nasional, terstruktur, dan terpadu.

(3) Penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) huruf b. mencakup:

a. Fasilitasi;

b. Konsultasi;

c. Pendidikan dan Pelatihan; dan

d. Penelitian dan Pengembangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 98
(1) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf a dilakukan untuk meningkatkan
kapasitas pemangku kepentingan Jasa Konstruksi.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk bantuan sarana
dan prasarana, sosialisasi, diseminasi, program dan/atau pendampingan, yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 99
(1) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf b dilakukan dalam rangka
mendapatkan informasi dan/atau menyamakan pendapat terkait dengan penerapan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan, dan/atau permasalahan yang sifatnya mendesak.
(2) Konsultasi dapat dilakukan oleh pembina Jasa Konstruksi daerah kepada pembina Jasa Konstruksi
pusat dan/atau antara pemangku kepentingan Jasa Konstruksi kepada pembina Jasa Konstruksi.
(3) Konsultasi kepada Pembina Jasa Konstruksi dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Konsultasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
(5) Konsultasi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan ke dalam berita acara
hasil konsultasi.
(6) Konsultasi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan secara
tertulis dalam surat jawaban.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 100

(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf c
diselenggarakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku Jasa Konstruksi.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada bakuan
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 101

(1) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf d
diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi.

(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pengkajian,
penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian.

(3) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
kerjasama antar kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian, antar Pemerintah
Daerah, dan/atau dengan perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan
lainnya.

(4) Hasil penelitian dan pengembangan dijadikan dasar perumusan kebijakan pembinaan.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 102

Pengawasan Jasa Konstruksi dilakukan untuk mewujudkan:

a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

b. tertib usaha Jasa Konstruksi dan perizinan tata bangunan;

c. tertib pemanfaatan produk Jasa Konstruksi;

d. tertib kinerja Penyedia Jasa Konstruksi.

Bagian Kedua

Pembinaan oleh Pemerintah Pusat

Paragraf 1

Penetapan Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 103
(1) Pembinaan pemerintah pusat dalam bentuk penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi
meliputi:
a. Pengembangan kapasitas usaha Jasa Konstruksi;
b. Pengembangan sistem penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. Pengembangan sistem Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi;
d. Pengembangan kapasitas tenaga kerja konstruksi;
e. Pengembangan kapasitas Rantai Pasok material/bahan bangunan, peralatan, dan teknologi;
f. Pengembangan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi;
g. Pengembangan sistem informasi Jasa Konstruksi terintegrasi.
(2) Menteri harus memperhatikan Rencana Pembangunan Nasional serta masukan dari pemangku
kepentingan Jasa Konstruksi dalam penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi.

Paragraf 2
Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi
Pasal 104
Penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi oleh pemerintah pusat bersifat strategis
nasional, lintas Negara, lintas provinsi, dan/atau berdampak pada kepentingan nasional.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 105

(1) Fasilitasi oleh pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) dilakukan dalam
rangka:

a. Memperkuat kemampuan instansi Pemerintah terkait Jasa Konstruksi;

b. Meningkatkan kompetensi pelaku usaha Jasa Konstruksi;

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf a meliputi:

a. Bantuan sarana dan prasarana kepada instansi pemerintah terkait Jasa Konstruksi dan institusi
masyarakat terkait Jasa Konstruksi tingkat nasional dan provinsi;

b. Sosialisasi, diseminasi, forum komunikasi, dan workshop kebijakan Jasa Konstruksi kepada seluruh
pemangku kepentingan Jasa Konstruksi yang bersifat strategis;

c. Pendampingan kepada instansi Pemerintah dan institusi masyarakat terkait Jasa Konstruksi tingkat
Nasional dan Provinsi;

d. Bimbingan teknis kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi yang bersifat strategis;

e. Bentuk fasilitasi lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 106

Pembinaan Pemerintah Pusat dalam bentuk Konsultasi diberikan kepada instansi pemerintah terkait Jasa
Konstruksi dan kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi.

Pasal 107

(1) Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja konstruksi yang dilaksanakan pemerintah pusat bersifat
strategis dan percontohan.

(2) Pemerintah pusat melakukan pelatihan tingkat nasional dan provinsi kepada:

a. Pengguna dan Penyedia Jasa Konstruksi;

b. Pengelola rantai pasok Jasa Konstruksi;

c. Aparatur pemerintah terkait Jasa Konstruksi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal xx

Pemerintah Pusat melakukan penelitian dan pengembangan melalui:

a. mengembangkan standar nasional Indonesia untuk material, peralatan, dan teknologi berat;

b. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan konstruksi;

c. menetapkan penelitian pengembangan teknologi prioritas;

d. melindungi kekayaan intelektual atas material, peralatan dan teknologi dalam negeri konstruksi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 3

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 108

(1) Pemantauan dan evaluasi pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Pusat dilakukan
melalui penilaian terhadap:

a. pelaksanaan pembinaan Jasa Konstruksi yang meliputi perumusan dan sosialisasi


kebijakan, fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan, dan penelitian dan
pengembangan.

b. Peningkatan kinerja Penyedia Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa Konstruksi, pelaku rantai
pasok Jasa Konstruksi, tenaga kerja konstruksi, dan kelembagaan Jasa Konstruksi.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan terhadap kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mendapatkan rekomendasi
penetapan dan pelaksanaan kebijakan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian ketiga
Penyelenggaraan Pembinaan oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
Paragraf 1
Perumusan Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi
Pasal 109
(1) Penetapan Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi oleh Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat dilakukan melalui penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan Jasa
Konstruksi nasional di wilayah provinsi.
(2) Pedoman teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain:
a. pelaksanaan kebijakan kapasitas usaha Jasa Konstruksi;
b. sistem penyelenggaraan jasa konstruksi;
c. sistem keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan konstruksi;
d. kapasitas tenaga kerja konstruksi;
e. kualitas rantai pasok material/bahan bangunan, peralatan, dan teknologi;
f. peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi;
dan/atau
g. pengumpulan data dan informasi di provinsi untuk Sistem Informasi Jasa Konstruksi
terintegrasi.
(3) Pedoman teknis wajib merujuk kepada kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi yang di
tetapkan oleh Pemerintah pusat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 110

(1) Fasilitasi yang dilakukan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas pembina Jasa Konstruksi daerah Kabupaten/Kota dan institusi pemangku kepentingan Jasa
Konstruksi.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. pemberdayaan organisasi perangkat daerah kabupaten/kota yang menangani sub-urusan Jasa


Konstruksi;

b. bimbingan teknis kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi dalam lingkup provinsi;

c. penguatan kapasitas dan bimbingan teknis kepada kelembagaan Jasa Konstruksi;

d. peningkatan kualitas sistem informasi Jasa Konstruksi terintegrasi;

e. kerjasama antar institusi dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan pemangku kepentingan;

f. penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan standar nasional Indonesia;

g. partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dalam pengawasan usaha Jasa Konstruksi;

h. partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dalam Usaha Penyediaan Bangunan.

(3) Fasilitasi dilakukan berdasarkan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional dari Pemerintah
Pusat.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 111

(1) Konsultasi dilakukan oleh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat melalui penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-
undangan.

(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terkait penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang bersifat
nasional yang berdampak pada wilayah provinsi serta bersifat mendesak dan/atau kepentingan
masyarakat Jasa Konstruksi yang belum diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Hasil konsultasi harus ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai kewenangannya.

Pasal 112

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dapat menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga kerja konstruksi yang
bersifat strategis nasional dan percontohan pada wilayah provinsi.

Pasal 113

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan penelitian dan pengembangan terhadap teknologi
konstruksi prioritas pada wilayah provinsi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 2

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 114

(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas dan dampak pedoman teknis yang telah ditetapkan dan program fasilitasi, konsultasi,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang sudah berjalan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Keempat
Penyelenggaraan Pembinaan oleh Gubernur
Pasal 115
(1) Pembinaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah provinsi dilakukan oleh gubernur melalui
organisasi perangkat daerah yang membidangi sub-urusan Jasa Konstruksi.
(2) Pemerintah daerah provinsi menyelenggarakan pembinaan Jasa Konstruksi dalam lingkup daerah provinsi
sesuai dengan kewenangannya yang meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi.
(3) Pemerintah provinsi dapat mengembangkan kebijakan khusus pembinaan Jasa Konstruksi dalam lingkup
daerah provinsi.
(4) Kebijakan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) meliputi:
a. kerjasama operasi dan/atau kemiteraan badan usaha Jasa Konstruksi luar daerah dengan badan
usaha Jasa Konstruksi Provinsi;
b. penggunaan sub Penyedia Jasa daerah .
(5) Penetapan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan dengan ketentuan:
a. pendanaan bersumber dari APBD;
b. Pekerjaan Konstruksi mempunyai kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi
sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil sampai dengan sedang.
(6) Pemerintah daerah provinsi menetapkan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam
Peraturan Daerah; dan/atau Peraturan Gubernur.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 116

(1) Pemerintah daerah provinsi melakukan fasilitasi penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi
cakupan daerah provinsi.

(2) Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:

a. identifikasi data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi;

b. pengumpulan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi;

c. analisis dan pengolahan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi;

d. pengelolaan sub-sistem informasi pembinaan Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi sebagai
bagian dari Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang dikelola Pemerintah Pusat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 117

(1) Pemerintah daerah provinsi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli konstruksi sesuai
kewenangan pemerintah daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi.

(2) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli konstruksi meliputi :

a. identifikasi kebutuhan akan pelatihan pada daerah provinsi;

b. penyiapan bahan dan pedoman pelatihan sesuai ketentuan;

c. sosialisasi dan rekrutmen peserta pelatihan;

d. pelaksanaan pelatihan;

e. fasilitasi pembiayaan sertifikasi tenaga ahli konstruksi;

f. pengelolaan informasi pelatihan ke dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi.

(3) Pendidikan dan pelatihan tenaga ahli konstruksi dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan perguruan
tinggi, lembaga pelatihan dan pendidikan, asosiasi profesi, dan instansi pemerintah lain yang terkait.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 118

(1) Pemerintah provinsi melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pembinaan Jasa Konstruksi dalam
lingkup daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas program pembinaan yang telah dilakukan yang meliputi pelatihan tenaga ahli konstruksi,
penyelenggaran sistem informasi Jasa Konstruksi lingkup provinsi, serta efektifitas dan dampak kebijakan
khusus yang telah ditetapkan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Kelima

Penyelenggaraan Pembinaan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 119

(1) Pembinaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan oleh
Bupati/Walikota melalui organisasi perangkat daerah yang membidangi sub-urusan Jasa Konstruksi.

(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan kebijakan Jasa Konstruksi dalam lingkup daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang meliputi:

a. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;

b. penerbitan izin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar.

c. penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;

(3) Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menetapkan kebijakan khusus lainnya yang berdampak hanya
di wilayah kabupaten/kota sesuai ketentuan perundang-undangan.

(4) Penetapan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan
kebijakan nasional dan provinsi serta memperhatikan kearifan lokal.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 120

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan fasilitasi penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota.

(2) Data dan informasi yang harus dimuat dalam sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah
Kabupaten/Kota.

(3) Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota meliputi tahapan:

a. identifikasi data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;

b. pengumpulan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;

c. analisis dan pengolahan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;

d. pengelolaan sub-sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota yang merupakan
bagian dari sistem informasi Jasa Konstruksi provinsi dan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi
yang dikelola Pemerintah Pusat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 121

(1) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan penerbitan izin usaha nasional.

(2) Dalam melaksanakan penerbitan izin usaha nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
kabupaten/kota melakukan:

a. identifikasi kebutuhan Penyedia Jasa Konstruksi dalam wilayahnya;

b. pembuatan peraturan di daerah mengenai Izin Usaha Jasa Konstruksi;

c. pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi kepada badan usaha sesuai domisili dan persyaratan;

d. pemberian Tanda Daftar Usaha Perseorangan kepada perseorangan sesuai domisili dan persyaratan;

e. pembuatan laporan pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 122

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pelatihan tenaga terampil konstruksi sesuai
kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota pada sub-urusan Jasa Konstruksi.

(2) Pelatihan tenaga terampil konstruksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi kualifikasi dalam
jenjang jabatan:

a. Teknisi atau analis

b. Operator

(3) Penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi meliputi tahapan:

a. identifikasi kebutuhan akan pelatihan pada daerah kabupaten/kota;

b. penyiapan bahan dan pedoman pelatihan sesuai ketentuan;

c. sosialisasi dan rekrutmen peserta pelatihan;

d. pelaksanaan pelatihan;

e. fasilitasi pembiayaan sertifikasi tenaga kerja terampil;

f. pengelolaan informasi pelatihan ke dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi.

(4) Pelatihan tenaga terampil konstruksi dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pendidikan vokasional,
lembaga pelatihan, asosiasi, badan usaha dan instansi pemerintah lain yang terkait.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 3

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 123

(1) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa
Konstruksi nasional diwilayah kabupaten/kota.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas program pembinaan yang telah dilakukan yang meliputi, penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan kabupaten/kota, penerbitan izin usaha nasional, pelatihan tenaga terampil konstruksi,
serta efektifitas dan dampak kebijakan khusus yang telah ditetapkan.

(3) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi bahan rekomendasi dan
perbaikan dalam perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan Jasa Konstruksi selanjutnya.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Keenam

Pengawasan oleh Pemerintah Pusat

Pasal 124

Pemerintah Pusat melakukan pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi:

a. pada segmentasi pasar yang berisiko besar, berteknologi tinggi, dan/atau berbiaya besar;

b. yang dilaksanakan oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar dan/atau badan usaha Jasa
Konstruksi asing; dan/atau

c. yang sumber pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Paragaraf 1

Pengawasan Tertib Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 125

(1) Selain melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 124 Pemerintah Pusat melakukan
pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada:

a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;

b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
(2) Pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Siklus hidup aset terbangun;

b. Sistem penyelenggaraan jasa konstruksi;

c. Pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

d. Kontrak Kerja Konstruksi;

e. Manajemen mutu;

f. Sistem Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan norma, standar, pedoman dan kriteria
berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(4) Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya
dilakukan terhadap tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang berdampak pada lingkungan sekitar
bangunan perwakilan asing.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragaraf 2

Pengawasan Tertib Usaha dan Perizinan Tata Bangunan

Pasal 126

(1) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi yang meliputi:

a. kesesuaian jenis, sifat, Klasifikasi, dan layanan usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi;

b. kesesuaian bentuk dan kualifikasi usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi dan segmentasi
pasar Jasa Konstruksi;

c. pemenuhan persyaratan usaha Jasa Konstruksi; dan

d. pelaksanaan pengembangan usaha berkelanjutan.

(2) Pengawasan tertib perizinan tata bangunan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragaraf 3

Pengawasan Tertib Pemanfaatan Produk Jasa Konstruksi

Pasal 127

(1) Pemanfaatan produk Jasa Konstruksi harus memperhatikan:

a. kesesuaian terhadap fungsi;

b. kesesuaian terhadap kapasitas beban; dan

c. kesesuaian terhadap umur rencananya.

(2) Pengawasan tertib pemanfaatan produk Jasa Konstruksi dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragaraf 4

Pengawasan Tertib Kinerja Penyedia Jasa Konstruksi

Pasal 128

Pengawasan tertib kinerja Penyedia Jasa Konstruksi dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban registrasi tanda
daftar pengalaman badan usaha sesuai Pasal 21 ayat (1).

Paragraf 5

Pengawasan Lainnya

Pasal 129

Selain Pengawasan penyelenggaraan Jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125, 126, dan 127,
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi tenaga kerja
konstruksi kualifikasi ahli, pelatihan tenaga kerja ahli konstruksi, dan standar remunerasi minimal bagi tenaga
kerja ahli konstruksi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Ketujuh

Pengawasan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi oleh Gubernur

Sebagai Wakil Pemerintah Pusat

Pasal 130

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi:

a. pada segmentasi pasar yang berisiko sedang, berteknologi madya, dan/atau berbiaya sedang;

b. oleh badan usaha Jasa Konstruksi berkualifikasi menengah;

c. yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 1

Pengawasan Tertib Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 131

(1) Pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi:

a. pengawasan terhadap proses pemilihan Penyedia Jasa;

b. pengawasan terhadap Kontrak Kerja Konstruksi;

c. pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan


(K4) Konstruksi;

d. sistem manajemen mutu.

(2) Dalam hal pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan (K4) Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain mengawasi badan
usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat juga mengawasi
badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 1

Pengawasan Tertib Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 131

(1) Pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi:

a. pengawasan terhadap proses pemilihan Penyedia Jasa;

b. pengawasan terhadap Kontrak Kerja Konstruksi;

c. pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan


(K4) Konstruksi;

d. sistem manajemen mutu.

(2) Dalam hal pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan (K4) Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain mengawasi badan
usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat juga mengawasi
badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 2
Pengawasan Tertib Usaha dan Perizinan Tata Bangunan
Pasal 132
(1) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi
meliputi:
a. Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi oleh pemerintah kabupaten/kota;
b. sistem rantai pasok sumber daya konstruksi;
c. kesesuaian jenis, sifat, Klasifikasi, dan layanan usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi
d. kesesuaian bentuk dan kualifikasi usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi dan segmentasi
pasar Jasa Konstruksi; dan
e. pemenuhan persyaratan usaha Jasa Konstruksi.
(2) Pengawasan pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. peraturan daerah dalam penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi oleh kabupaten/kota dalam wilayah
provinsi; dan
b. data Izin Usaha Jasa Konstruksi di dalam sistem informasi Jasa Konstruksi terintegrasi.
(3) Pengawasan sistem rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengawasan penggunaan material, peralatan dan teknologi konstruksi; dan
b. pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material konstruksi.
(4) Pengawasan prosedur pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja dan upah tenaga kerja konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memperhatikan upah minimum regional bagi tenaga
terampil.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 133

Pengawasan tertib perizinan tata bangunan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Paragraf 3

Pengawasan Tertib Pemanfaatan Jasa Konstruksi

Pasal 134

(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat melakukan pengawasan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di
wilayah provinsi dengan meninjau pemanfaatan produk Jasa Konstruksi berdasarkan fungsi
peruntukannya, umur rencana, dan kapasitas beban serta pemeliharaan produk Jasa Konstruksi sesuai
siklus hidup aset terbangun.

(2) Pengawasan terhadap pemanfaatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
bersama organisasi perangkat daerah yang melaksanakan pengelolaan produk Jasa Konstruksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 4

Pengawasan Tertib Kinerja Penyedia Jasa Konstruksi

Pasal 135

Pengawasan tertib kinerja Penyedia Jasa konstruksi dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban registrasi tanda
daftar pengalaman sesuai Pasal 21 ayat (1) bagi badan usaha kualifikasi menengah wilayah provinsi.

Paragraf 5

Pengawasan Lainnya

Pasal 136

Selain Pengawasan penyelenggaraan Jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133, 134, dan 135,
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan sistem
Sertifikasi Kompetensi Kerja kualifikasi teknisi/analis dan operator, pelatihan tenaga kerja konstruksi kualifikasi
teknisi/analis dan operator dan upah tenaga kerja konstruksi kualifikasi teknisi/analis dan operator.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Kedelapan

Pengawasan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 137

Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi:

a. pada segmentasi pasar yang berisiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil;

b. yang dilaksanakan oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan/atau usaha orang
perseorangan;dan/atau

c. yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 1

Pengawasan Tertib Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pasal 138

(1) Pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi:

a. pengawasan terhadap proses pemilihan Penyedia Jasa;

b. pengawasan terhadap Kontrak Kerja Konstruksi;

c. standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi;

d. sistem manajemen mutu.

(2) Pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan (K4)
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya dilaksanakan untuk usaha orang
perseorangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 2

Pengawasan Tertib Usaha

Pasal 139

(1) Bupati/walikota melaksanakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi meliputi:

a. sistem rantai pasok sumber daya konstruksi pada lingkup wilayah kabupaten/kota;

b. kesesuaian jenis, sifat, Klasifikasi, dan layanan usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi;

c. kesesuaian bentuk dan kualifikasi usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi dan segmentasi
pasar Jasa Konstruksi; dan

d. pemenuhan persyaratan usaha Jasa Konstruksi.

(2) Pengawasan sistem rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi pengawasan penggunaan material, peralatan dan teknologi konstruksi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 3

Pengawasan Tertib Pemanfaatan Jasa Konstruksi

Pasal 140

(1) Bupati/walikota melakukan pengawasan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di wilayah kabupaten/kota
dengan memperhatikan pemanfaatan produk Jasa Konstruksi berdasarkan fungsi peruntukannya, umur
rencana, dan kapasitas beban serta pemeliharaan produk Jasa Konstruksi sesuai siklus hidup aset
terbangun.

(2) Pengawasan terhadap pemanfaatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
bersama organisasi perangkat daerah yang melaksanakan pengelolaan produk Jasa Konstruksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Kesembilan

Pendanaan dan Pelaporan

Pasal 141

(1) Dana pembinaan Jasa Konstruksi menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Sumber dana pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Dalam hal pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat sumber
dana menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(4) Selain sumber dana yang dimaksud pada ayat (2), sumber dana pembinaan dan pengawasan dapat juga
berasal dari sumber dana lain yang sah sesuai Peraturan Perundang-undangan.

(5) Dalam hal pembinaan mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi, dapat menggunakan sumber
pendanaan dari masyarakat dengan pola pembiayaan bersama.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 142
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyusun laporan pembinaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tata cara penyampaian laporan pelaksanaan pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut:
a. laporan yang disusun oleh Organisasi Perangkat daerah pembinaan Jasa Konstruksi kabupaten/kota
disampaikan kepada bupati/walikota;
b. Bupati/walikota meneruskan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat;
c. Rekapitulasi laporan pembinaan Jasa Konstruksi kabupaten/kota disusun oleh gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat disampaikan kepada Menteri;
d. laporan yang disusun oleh Organisasi Perangkat Daerah pembinaan Jasa Konstruksi provinsi
disampaikan kepada Gubernur;
e. laporan yang disusun oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat disampaikan kepada Menteri;
f. laporan yang disusun oleh unit organisasi pembinaan Jasa Konstruksi pada pemerintah pusat
disampaikan kepada Menteri.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disampaikan secara berkala paling sedikit
satu kali satu tahun sebagai bahan masukan untuk evaluasi kebijakan pembinaan yang meliputi:
a. kinerja pembinaan Jasa Konstruksi;
b. kinerja berdasarkan kewenangan sub-urusan Jasa Konstruksi; dan
c. penggunaan dana.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
BAB VIII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 143
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. Partisipasi masyarakat umum.

Pasal 144
(1) Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf a dilakukan
melalui satu lembaga.
(2) Partisipasi masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf b dilakukan melalui:
a. Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
b. Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah.
(3) Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan
masyarakat umum melalui:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
b. peningkatan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan masyarakat umum yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
c. fasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi
dan masyarakat umum.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
BAB VIII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 143
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. Partisipasi masyarakat umum.

Pasal 144
(1) Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf a dilakukan
melalui satu lembaga.
(2) Partisipasi masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf b dilakukan melalui:
a. Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
b. Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah.
(3) Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan
masyarakat umum melalui:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
b. peningkatan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan masyarakat umum yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
c. fasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi
dan masyarakat umum.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Kedua
Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Lembaga
Pasal 145
(1) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 ayat (1) dibentuk oleh Menteri.
(2) Lembaga terdiri atas :
a. Pengurus; dan
b. Sekretariat.

Pasal 146

Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat,
yang diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 147

(1) Pengurus lembaga dapat diusulkan dari :

a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi yang terakreditasi;

b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi yang terakreditasi;

c. institusi Pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria;

d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria; dan

e. asosiasi terkait Rantai Pasok Jasa Konstruksi yang terakreditasi.

(2) asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi yang terakreditasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf
a paling sedikit mempunyai kewajiban:

a. menyusun dan melakukan penegakan kode etik bagi anggotanya;

b. menyusun standar kompetensi badan usaha;

c. melakukan pembinaan bagi anggotanya; dan

d. memenuhi persyaratan administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 148

Lembaga melaksanakan norma dan aturan yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 149
(1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Lembaga dibiayai dengan sumber pendanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Selain sumber pendanaan sebagaimana mana dimaksud dalam ayat (1), sumber pembiayaan dapat juga
dari :
a. pendapatan imbalan atas layanan jasa Lembaga; dan/atau
b. bantuan hibah dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
(3) Jenis tarif pendapatan imbalan atas jasa layanan Lembaga ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 150

Lembaga wajib melaksanakan tata kelola sistem informasi yang berkaitan dengan tugas layanan Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat.

Pasal 151

Pembentukan Lembaga dan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang diselenggarakan oleh Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 sampai dengan Pasal 150, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 2

Forum Jasa Konstruksi

Pasal 152

(1) Forum Jasa Konstruksi merupakan sarana komunikasi, konsultasi, dan informasi antara Masyarakat Jasa
Konstruksi, masyarakat umum, Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah provinsi melalui media
elektronik, dan/atau pertemuan untuk membahas secara transparan berbagai hal yang berhubungan
dengan Jasa Konstruksi.

(2) Hasil Forum disampaikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga, dan asosiasi yang terkait
sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 153

(1) Forum Jasa Konstruksi dilakukan melalui:

a. Media elektronik; dan/atau

b. Pertemuan.

(2) Forum Jasa Konstruksi melalui media online sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh
lembaga.

(3) Forum Jasa Konstruksi melalui media online yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud ayat
(2) melekat pada Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang berkaitan dengan tugas layanan
yang dilakukan oleh masyarakat Jasa Konstruksi.

(4) Forum Jasa Konstruksi melalui pertemuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.

(5) Forum Jasa Konstruksi yang dilakukan melalui pertemuan paling sedikit dilaksanakan 1 (satu) kali dalam
setahun.

(6) Hasil Forum Jasa Konstruksi melalui media elektronik dapat menjadi bahan masukan untuk Forum Jasa
Konstruksi dalam pertemuan sebagaimana ayat (4).

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 154
(1) Forum melalui media elektronik terdiri dari unsur:
a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi
b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi;
c. asosiasi terkait rantai pasok Jasa Konstruksi;
d. pakar dan perguruan tinggi;
e. institusi Pengguna Jasa konstruksi;
f. instansi pemerintah; dan
g. organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang Jasa Konstruksi dan/atau
yang mewakili konsumen Jasa Konstruksi.
(2) Forum Jasa Konstruksi melalui pertemuan terdiri dari unsur:
a. asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi;
b. asosiasi profesi Jasa Konstruksi;
c. asosiasi terkait rantai pasok Jasa Konstruksi;
d. pakar dan perguruan tinggi;
e. institusi Pengguna Jasa konstruksi;
f. instansi pemerintah; dan
g. lembaga.
(3) Forum Jasa Konstruksi mempunyai fungsi untuk:
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. membahas dan membuat rekomendasi kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional; dan
c. meningkatkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Jasa Konstruksi.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 155

Pendanaan kegiatan Forum dapat diperoleh dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah; atau

c. bantuan pihak lain yang tidak mengikat sesuai peraturan perundangan.

Pasal 156

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Forum Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 152 sampai Pasal 155 diatur dalam Peraturan Menteri.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Bagian Ketiga

Partisipasi Masyarakat Umum

Pasal 157

(1) Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagai partisipasi masyarakat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 144 ayat (2) huruf a dilakukan dengan cara:

a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang berdampak pada
kepentingan masyarakat;

b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap
dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi; dan

c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah sebagai partisipasi masyarakat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 144 ayat (2) huruf b dapat disampaikan kepada Pemerintah pusat, propinsi,
dan/atau kabupaten/kota.

(3) Partisipasi masyarakat umum dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 158

(1) Partisipasi masyarakat umum dalam hal mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan cara antara lain:

a. meminta pelaksana Pekerjaan Konstruksi untuk memasang papan informasi terkait kegiatan
konstruksi;

b. mendapat keterangan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang
mempengaruhi kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan sekitarnya dan
masyarakat.

(2) Masyarakat yang terganggu kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan sekitarnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b. dapat menyampaikan keluhan disertai permintaan untuk
melakukan tindakan tertentu secara tertulis kepada pelaksana Pekerjaan Konstruksi melalui pengurus
lingkungan setempat.

(3) Pelaksana Pekerjaan Konstruksi wajib memberi tanggapan atas keluhan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu tiga kali dua puluh empat jam setelah keluhan disampaikan.

(4) Pengurus lingkungan setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertugas memantau dan
membantu penyelesaian setiap keluhan sesuai dengan ketertiban lingkungan setempat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 159
(1) Masyarakat umum dapat melakukan pengaduan terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) huruf b.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada pembina Jasa Konstruksi
setempat atau instansi yang mengeluarkan izin membangun.

Pasal 160
(1) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 ayat (1)
berkaitan dengan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau menghentikan proses penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
(2) Proses pemeriksaaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan atau Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) untuk pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dilakukan oleh aparat penegak hukum bekerjasama dengan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah yang bersangkutan.
(3) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terkait dengan
kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat
dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dikecualikan dalam hal:
a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau
b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 161

(1) Gugatan dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
157 ayat (1) huruf b, disampaikan ke pengadilan secara:

a. orang perseorangan; dan/atau

b. kelompok.

(2) Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak
pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat.

(3) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu
dan/atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata, dengan tidak menutup kemungkinan tuntutan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Tata cara pengajuan gugatan masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengacu kepada
ketentuan Hukum Perdata.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 162

Pengaduan kepada pengelola kegiatan Jasa Konstruksi merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara memberitahukan dan disertai permintaan kepada
pengelola kegiatan untuk bertindak atau tidak bertindak terkait aktivitas penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
mengakibatkan potensi dan/atau dampak kerugian, ketidaknyamanan, ketidakamanan dan/atau gangguan
lingkungan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

TERIMA KASIH

58

Anda mungkin juga menyukai