Pasal PEMBINAAN
Pasal PEMBINAAN
PEMBAHASAN RPP
TERKAIT PEMBINAAN JASA
KONSTRUKSI
Disampaikan Oleh
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Ir. Yaya Supriyatna S, M. Eng, Sc
Bagian Kesatu
Umum
(1) Pemerintah Pusat dalam memenuhi tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan
kewenangan melakukan pembinaan Jasa Konstruksi.
(2) Pemerintah daerah provinsi melaksanakan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi berdasarkan:
a. asas dekonsentrasi;
b. asas otonomi.
(3) Pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi
berdasarkan asas otonomi.
(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3),
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi dalam bentuk:
a. kemitraan antar pemerintah dan masyarakat;
b. pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
c. penyelenggaraan sebagian kewenangan dalam satu lembaga.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 95
(1) Pembinaan Jasa Konstruksi dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah Pusat;
b. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat;
c. Pemerintah Provinsi; dan/atau
d. Pemerintah Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal pelaksanaan pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kementerian teknis berkoordinasi dengan Menteri.
(3) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat diatur dalam Peraturan
Menteri.
(4) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilaksanakan oleh gubernur melalui organisasi perangkat daerah sub urusan Jasa Konstruksi.
(5) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dilaksanakan oleh bupati/walikota melalui organisasi perangkat daerah sub urusan Jasa
Konstruksi.
(6) Pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kementerian
dan/atau organisasi perangkat daerah yang membidangi Jasa Konstruksi sesuai ketentuan
perundang-undangan.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 96
(1) Sasaran pembinaan Jasa Konstruksi kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi
meliputi:
a. pelaku Jasa Konstruksi;
b. instansi Pemerintah terkait Jasa Konstruksi;
c. kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
d. pemanfaat produk konstruksi.
(2) Pelaku Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. Penyedia Jasa Konstruksi;
b. Pengguna Jasa Konstruksi;
c. pelaku usaha rantai pasok sumber daya Konstruksi;
d. tenaga kerja konstruksi.
(2) Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a dilakukan untuk menentukan arah perkembangan Jasa Konstruksi secara
nasional, terstruktur, dan terpadu.
a. Fasilitasi;
b. Konsultasi;
Pasal 99
(1) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf b dilakukan dalam rangka
mendapatkan informasi dan/atau menyamakan pendapat terkait dengan penerapan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan, dan/atau permasalahan yang sifatnya mendesak.
(2) Konsultasi dapat dilakukan oleh pembina Jasa Konstruksi daerah kepada pembina Jasa Konstruksi
pusat dan/atau antara pemangku kepentingan Jasa Konstruksi kepada pembina Jasa Konstruksi.
(3) Konsultasi kepada Pembina Jasa Konstruksi dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Konsultasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
(5) Konsultasi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan ke dalam berita acara
hasil konsultasi.
(6) Konsultasi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan secara
tertulis dalam surat jawaban.
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf c
diselenggarakan dalam rangka peningkatan kompetensi pelaku Jasa Konstruksi.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada bakuan
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 101
(1) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf d
diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi.
(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pengkajian,
penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian.
(3) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
kerjasama antar kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian, antar Pemerintah
Daerah, dan/atau dengan perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan
lainnya.
(4) Hasil penelitian dan pengembangan dijadikan dasar perumusan kebijakan pembinaan.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 102
Bagian Kedua
Paragraf 1
Paragraf 2
Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan Jasa Konstruksi
Pasal 104
Penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi oleh pemerintah pusat bersifat strategis
nasional, lintas Negara, lintas provinsi, dan/atau berdampak pada kepentingan nasional.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 105
(1) Fasilitasi oleh pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (1) dilakukan dalam
rangka:
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) huruf a meliputi:
a. Bantuan sarana dan prasarana kepada instansi pemerintah terkait Jasa Konstruksi dan institusi
masyarakat terkait Jasa Konstruksi tingkat nasional dan provinsi;
b. Sosialisasi, diseminasi, forum komunikasi, dan workshop kebijakan Jasa Konstruksi kepada seluruh
pemangku kepentingan Jasa Konstruksi yang bersifat strategis;
c. Pendampingan kepada instansi Pemerintah dan institusi masyarakat terkait Jasa Konstruksi tingkat
Nasional dan Provinsi;
d. Bimbingan teknis kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi yang bersifat strategis;
Pembinaan Pemerintah Pusat dalam bentuk Konsultasi diberikan kepada instansi pemerintah terkait Jasa
Konstruksi dan kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi.
Pasal 107
(1) Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja konstruksi yang dilaksanakan pemerintah pusat bersifat
strategis dan percontohan.
(2) Pemerintah pusat melakukan pelatihan tingkat nasional dan provinsi kepada:
a. mengembangkan standar nasional Indonesia untuk material, peralatan, dan teknologi berat;
b. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan konstruksi;
d. melindungi kekayaan intelektual atas material, peralatan dan teknologi dalam negeri konstruksi.
Pasal 108
(1) Pemantauan dan evaluasi pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Pusat dilakukan
melalui penilaian terhadap:
b. Peningkatan kinerja Penyedia Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa Konstruksi, pelaku rantai
pasok Jasa Konstruksi, tenaga kerja konstruksi, dan kelembagaan Jasa Konstruksi.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan terhadap kegiatan
pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mendapatkan rekomendasi
penetapan dan pelaksanaan kebijakan.
(1) Fasilitasi yang dilakukan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas pembina Jasa Konstruksi daerah Kabupaten/Kota dan institusi pemangku kepentingan Jasa
Konstruksi.
b. bimbingan teknis kepada pemangku kepentingan Jasa Konstruksi dalam lingkup provinsi;
e. kerjasama antar institusi dan pengembangan Jasa Konstruksi dengan pemangku kepentingan;
f. penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan standar nasional Indonesia;
(3) Fasilitasi dilakukan berdasarkan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional dari Pemerintah
Pusat.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Pasal 111
(1) Konsultasi dilakukan oleh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat melalui penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah sesuai peraturan perundang-
undangan.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terkait penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang bersifat
nasional yang berdampak pada wilayah provinsi serta bersifat mendesak dan/atau kepentingan
masyarakat Jasa Konstruksi yang belum diatur di dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil konsultasi harus ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai kewenangannya.
Pasal 112
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dapat menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga kerja konstruksi yang
bersifat strategis nasional dan percontohan pada wilayah provinsi.
Pasal 113
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan penelitian dan pengembangan terhadap teknologi
konstruksi prioritas pada wilayah provinsi.
Pasal 114
(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas dan dampak pedoman teknis yang telah ditetapkan dan program fasilitasi, konsultasi,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang sudah berjalan.
(1) Pemerintah daerah provinsi melakukan fasilitasi penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi
cakupan daerah provinsi.
(2) Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
c. analisis dan pengolahan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi;
d. pengelolaan sub-sistem informasi pembinaan Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi sebagai
bagian dari Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang dikelola Pemerintah Pusat.
(1) Pemerintah daerah provinsi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli konstruksi sesuai
kewenangan pemerintah daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi.
d. pelaksanaan pelatihan;
(3) Pendidikan dan pelatihan tenaga ahli konstruksi dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan perguruan
tinggi, lembaga pelatihan dan pendidikan, asosiasi profesi, dan instansi pemerintah lain yang terkait.
(1) Pemerintah provinsi melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pembinaan Jasa Konstruksi dalam
lingkup daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas program pembinaan yang telah dilakukan yang meliputi pelatihan tenaga ahli konstruksi,
penyelenggaran sistem informasi Jasa Konstruksi lingkup provinsi, serta efektifitas dan dampak kebijakan
khusus yang telah ditetapkan.
Pasal 119
(1) Pembinaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan oleh
Bupati/Walikota melalui organisasi perangkat daerah yang membidangi sub-urusan Jasa Konstruksi.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan kebijakan Jasa Konstruksi dalam lingkup daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang meliputi:
(3) Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menetapkan kebijakan khusus lainnya yang berdampak hanya
di wilayah kabupaten/kota sesuai ketentuan perundang-undangan.
(4) Penetapan kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan
kebijakan nasional dan provinsi serta memperhatikan kearifan lokal.
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan fasilitasi penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota.
(2) Data dan informasi yang harus dimuat dalam sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah
Kabupaten/Kota.
(3) Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota meliputi tahapan:
c. analisis dan pengolahan data dan informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota;
d. pengelolaan sub-sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota yang merupakan
bagian dari sistem informasi Jasa Konstruksi provinsi dan Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi
yang dikelola Pemerintah Pusat.
(2) Dalam melaksanakan penerbitan izin usaha nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
kabupaten/kota melakukan:
c. pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi kepada badan usaha sesuai domisili dan persyaratan;
d. pemberian Tanda Daftar Usaha Perseorangan kepada perseorangan sesuai domisili dan persyaratan;
e. pembuatan laporan pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan.
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pelatihan tenaga terampil konstruksi sesuai
kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota pada sub-urusan Jasa Konstruksi.
(2) Pelatihan tenaga terampil konstruksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi kualifikasi dalam
jenjang jabatan:
b. Operator
d. pelaksanaan pelatihan;
(4) Pelatihan tenaga terampil konstruksi dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pendidikan vokasional,
lembaga pelatihan, asosiasi, badan usaha dan instansi pemerintah lain yang terkait.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Paragraf 3
Pasal 123
(1) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa
Konstruksi nasional diwilayah kabupaten/kota.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui penilaian terhadap
efektifitas program pembinaan yang telah dilakukan yang meliputi, penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan kabupaten/kota, penerbitan izin usaha nasional, pelatihan tenaga terampil konstruksi,
serta efektifitas dan dampak kebijakan khusus yang telah ditetapkan.
(3) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi bahan rekomendasi dan
perbaikan dalam perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan Jasa Konstruksi selanjutnya.
Pasal 124
a. pada segmentasi pasar yang berisiko besar, berteknologi tinggi, dan/atau berbiaya besar;
b. yang dilaksanakan oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar dan/atau badan usaha Jasa
Konstruksi asing; dan/atau
c. yang sumber pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Paragaraf 1
Pasal 125
(1) Selain melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 124 Pemerintah Pusat melakukan
pengawasan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada:
e. Manajemen mutu;
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan norma, standar, pedoman dan kriteria
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
(4) Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya
dilakukan terhadap tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang berdampak pada lingkungan sekitar
bangunan perwakilan asing.
Pasal 126
(1) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi yang meliputi:
a. kesesuaian jenis, sifat, Klasifikasi, dan layanan usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi;
b. kesesuaian bentuk dan kualifikasi usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi dan segmentasi
pasar Jasa Konstruksi;
(2) Pengawasan tertib perizinan tata bangunan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 127
(2) Pengawasan tertib pemanfaatan produk Jasa Konstruksi dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 128
Pengawasan tertib kinerja Penyedia Jasa Konstruksi dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban registrasi tanda
daftar pengalaman badan usaha sesuai Pasal 21 ayat (1).
Paragraf 5
Pengawasan Lainnya
Pasal 129
Selain Pengawasan penyelenggaraan Jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125, 126, dan 127,
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi tenaga kerja
konstruksi kualifikasi ahli, pelatihan tenaga kerja ahli konstruksi, dan standar remunerasi minimal bagi tenaga
kerja ahli konstruksi.
Pasal 130
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi:
a. pada segmentasi pasar yang berisiko sedang, berteknologi madya, dan/atau berbiaya sedang;
Pasal 131
(2) Dalam hal pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan (K4) Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain mengawasi badan
usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat juga mengawasi
badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil.
Pasal 131
(2) Dalam hal pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan (K4) Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain mengawasi badan
usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat juga mengawasi
badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil.
Pengawasan tertib perizinan tata bangunan dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Paragraf 3
Pasal 134
(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat melakukan pengawasan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di
wilayah provinsi dengan meninjau pemanfaatan produk Jasa Konstruksi berdasarkan fungsi
peruntukannya, umur rencana, dan kapasitas beban serta pemeliharaan produk Jasa Konstruksi sesuai
siklus hidup aset terbangun.
(2) Pengawasan terhadap pemanfaatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
bersama organisasi perangkat daerah yang melaksanakan pengelolaan produk Jasa Konstruksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 135
Pengawasan tertib kinerja Penyedia Jasa konstruksi dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban registrasi tanda
daftar pengalaman sesuai Pasal 21 ayat (1) bagi badan usaha kualifikasi menengah wilayah provinsi.
Paragraf 5
Pengawasan Lainnya
Pasal 136
Selain Pengawasan penyelenggaraan Jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133, 134, dan 135,
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memiliki kewenangan menyelenggarakan pengawasan sistem
Sertifikasi Kompetensi Kerja kualifikasi teknisi/analis dan operator, pelatihan tenaga kerja konstruksi kualifikasi
teknisi/analis dan operator dan upah tenaga kerja konstruksi kualifikasi teknisi/analis dan operator.
Pasal 137
a. pada segmentasi pasar yang berisiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil;
b. yang dilaksanakan oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan/atau usaha orang
perseorangan;dan/atau
c. yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
Pasal 138
(2) Pengawasan terhadap penerapan standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan (K4)
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya dilaksanakan untuk usaha orang
perseorangan.
Pasal 139
a. sistem rantai pasok sumber daya konstruksi pada lingkup wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian jenis, sifat, Klasifikasi, dan layanan usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi;
c. kesesuaian bentuk dan kualifikasi usaha dengan kegiatan usaha Jasa Konstruksi dan segmentasi
pasar Jasa Konstruksi; dan
(2) Pengawasan sistem rantai pasok sumber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi pengawasan penggunaan material, peralatan dan teknologi konstruksi
Pasal 140
(1) Bupati/walikota melakukan pengawasan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi di wilayah kabupaten/kota
dengan memperhatikan pemanfaatan produk Jasa Konstruksi berdasarkan fungsi peruntukannya, umur
rencana, dan kapasitas beban serta pemeliharaan produk Jasa Konstruksi sesuai siklus hidup aset
terbangun.
(2) Pengawasan terhadap pemanfaatan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
bersama organisasi perangkat daerah yang melaksanakan pengelolaan produk Jasa Konstruksi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 141
(1) Dana pembinaan Jasa Konstruksi menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Sumber dana pembinaan Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
(3) Dalam hal pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat sumber
dana menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(4) Selain sumber dana yang dimaksud pada ayat (2), sumber dana pembinaan dan pengawasan dapat juga
berasal dari sumber dana lain yang sah sesuai Peraturan Perundang-undangan.
(5) Dalam hal pembinaan mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi, dapat menggunakan sumber
pendanaan dari masyarakat dengan pola pembiayaan bersama.
Pasal 143
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. Partisipasi masyarakat umum.
Pasal 144
(1) Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf a dilakukan
melalui satu lembaga.
(2) Partisipasi masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf b dilakukan melalui:
a. Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
b. Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah.
(3) Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan
masyarakat umum melalui:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
b. peningkatan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan masyarakat umum yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
c. fasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi
dan masyarakat umum.
Pasal 143
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
b. Partisipasi masyarakat umum.
Pasal 144
(1) Partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf a dilakukan
melalui satu lembaga.
(2) Partisipasi masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 huruf b dilakukan melalui:
a. Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
b. Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah.
(3) Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan
masyarakat umum melalui:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
b. peningkatan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi dan masyarakat umum yang berkualitas dan
bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
c. fasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi
dan masyarakat umum.
Paragraf 1
Lembaga
Pasal 145
(1) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 ayat (1) dibentuk oleh Menteri.
(2) Lembaga terdiri atas :
a. Pengurus; dan
b. Sekretariat.
Pasal 146
Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 menyelenggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat,
yang diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri.
(2) asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi yang terakreditasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf
a paling sedikit mempunyai kewajiban:
Pasal 149
(1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya Lembaga dibiayai dengan sumber pendanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Selain sumber pendanaan sebagaimana mana dimaksud dalam ayat (1), sumber pembiayaan dapat juga
dari :
a. pendapatan imbalan atas layanan jasa Lembaga; dan/atau
b. bantuan hibah dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
(3) Jenis tarif pendapatan imbalan atas jasa layanan Lembaga ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 150
Lembaga wajib melaksanakan tata kelola sistem informasi yang berkaitan dengan tugas layanan Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 151
Pembentukan Lembaga dan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang diselenggarakan oleh Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 sampai dengan Pasal 150, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 152
(1) Forum Jasa Konstruksi merupakan sarana komunikasi, konsultasi, dan informasi antara Masyarakat Jasa
Konstruksi, masyarakat umum, Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah provinsi melalui media
elektronik, dan/atau pertemuan untuk membahas secara transparan berbagai hal yang berhubungan
dengan Jasa Konstruksi.
(2) Hasil Forum disampaikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga, dan asosiasi yang terkait
sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional.
b. Pertemuan.
(2) Forum Jasa Konstruksi melalui media online sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh
lembaga.
(3) Forum Jasa Konstruksi melalui media online yang dilakukan oleh lembaga sebagaimana dimaksud ayat
(2) melekat pada Sistem Informasi Jasa Konstruksi Terintegrasi yang berkaitan dengan tugas layanan
yang dilakukan oleh masyarakat Jasa Konstruksi.
(4) Forum Jasa Konstruksi melalui pertemuan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
(5) Forum Jasa Konstruksi yang dilakukan melalui pertemuan paling sedikit dilaksanakan 1 (satu) kali dalam
setahun.
(6) Hasil Forum Jasa Konstruksi melalui media elektronik dapat menjadi bahan masukan untuk Forum Jasa
Konstruksi dalam pertemuan sebagaimana ayat (4).
Pasal 156
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Forum Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 152 sampai Pasal 155 diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 157
(1) Pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagai partisipasi masyarakat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 144 ayat (2) huruf a dilakukan dengan cara:
a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang berdampak pada
kepentingan masyarakat;
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap
dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi; dan
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemberian masukan kebijakan kepada pemerintah sebagai partisipasi masyarakat umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 144 ayat (2) huruf b dapat disampaikan kepada Pemerintah pusat, propinsi,
dan/atau kabupaten/kota.
(3) Partisipasi masyarakat umum dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Partisipasi masyarakat umum dalam hal mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan cara antara lain:
a. meminta pelaksana Pekerjaan Konstruksi untuk memasang papan informasi terkait kegiatan
konstruksi;
b. mendapat keterangan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang
mempengaruhi kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan sekitarnya dan
masyarakat.
(2) Masyarakat yang terganggu kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan sekitarnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b. dapat menyampaikan keluhan disertai permintaan untuk
melakukan tindakan tertentu secara tertulis kepada pelaksana Pekerjaan Konstruksi melalui pengurus
lingkungan setempat.
(3) Pelaksana Pekerjaan Konstruksi wajib memberi tanggapan atas keluhan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu tiga kali dua puluh empat jam setelah keluhan disampaikan.
(4) Pengurus lingkungan setempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertugas memantau dan
membantu penyelesaian setiap keluhan sesuai dengan ketertiban lingkungan setempat.
Pasal 160
(1) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 ayat (1)
berkaitan dengan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau menghentikan proses penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
(2) Proses pemeriksaaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan atau Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) untuk pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dilakukan oleh aparat penegak hukum bekerjasama dengan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah yang bersangkutan.
(3) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terkait dengan
kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat
dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dikecualikan dalam hal:
a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau
b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.
(1) Gugatan dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
157 ayat (1) huruf b, disampaikan ke pengadilan secara:
b. kelompok.
(2) Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak
pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat.
(3) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu
dan/atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata, dengan tidak menutup kemungkinan tuntutan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Tata cara pengajuan gugatan masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengacu kepada
ketentuan Hukum Perdata.
Pengaduan kepada pengelola kegiatan Jasa Konstruksi merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat dalam
pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara memberitahukan dan disertai permintaan kepada
pengelola kegiatan untuk bertindak atau tidak bertindak terkait aktivitas penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
mengakibatkan potensi dan/atau dampak kerugian, ketidaknyamanan, ketidakamanan dan/atau gangguan
lingkungan.
TERIMA KASIH
58