Anda di halaman 1dari 13

Pengelolaan sampah organik menggunakan Black Soldier Fly (Hermetia illucens)

/Lalat Tentara Hitam

Amelia Seayang
Balai Penelitian Tanaman Serealia

Sampah merupakan salah satu permasalahan di banyak negara dan sistem


pengelolaannya perlu mendapat perhatian lebih. Di Indonesia berdasarkan data dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2020,
total timbunan sampah mencapai 64 juta ton setiap tahun yang didominasi oleh
sampah organik yakni mencapai 60% dari total sampah. Untuk mengurangi
penimbunan sampah maka perlu dilakukan cara pengelolaan sampah yang baik.
Berbagai cara pengelolaan sampah organik guna meningkatkan nilai ekonomis telah
diusakahan salah satunya dengan pemanfaatan agen dekomposer. Salah satu agen
dekomposer yang sedang mendapat perhatian dunia adalah lalat tentara hitam atau
dikenal dengan Black Soldier Fly (BSF).

Lalat tentara hitam (Hermetia illucens (L.) (Diptera: Stratiomyidae) tersebar di daerah


tropis dan sub-tropis antara 40°LS dan 45°LU (Bram Dortmans Stefan Diener B.
Verstappen C. Zurbrügg, 2017). Siklus hidup lalat tentara hitam adalah metamorfosis
sempurna yang dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan dewasa. Lalat tentara
hitam memiliki kemampuan untuk hidup pada cakupan temperatur suhu yang cukup
lebar yaitu antara 24°C hingga 40°C atau lebih (Sheppard et al., 2002). Pada suhu
ruangan 27°C, siklus hidup lalat dekomposer ini antara 40 sampai 43 hari (Tomberlin et
al., 2002). Berikut ini siklus hidup lalat tentara hitam:

Telur
Lalat betina yang telah dibuahi akan meletakkan telurnya secara berkelompok antara
400 hingga 800 butir. Induk akan memilih tempat yang memiliki naungan, cekungan,
dan dalam kondisi kering serta berada di dekat bahan organik untuk meletakkan
telurnya. Cekungan dan naungan yang dipilih induk betina bertujuan untuk melindungi
telur dari serangan predator dan menghindari terjadinya dehidrasi dari telur akibat
papran langsung sinar matahari. Tidak lama setelah meletakkan telurnya, induk betina
akan mati. Pada umumnya, telur akan menetas menjad larva setelah 4 hari (Bram
Dortmans Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017).

1
Dalam proses perbanyakan telur untuk produksi untuk industri maupun penelitian,
sangat disarankan untuk menggunakan bahan pakan larva dengan kandungan kaya
protein untuk meningkatkan kualitas telur saat oviposisi (Bertinetti et al., 2019).

Larva
Larva BSF dapat mencapai panjang sekitar 27 mm dan lebar 4mm. berwarna kusam
dan sedikit keputihan dengan kepala yang kecil dan mulut pengunyah pada bagian
depan kepala. Larva BSF akan melewati 5 instar larva dalam kurun waktu 14 hari
untuk melengkapi siklus perkembangannya. Performa dan komposisi tubuh larva
serangga tergantung pada kualitas dan kuantitas makanannya serta pada faktor biotik
seperti kepadatan larva (Dzepe et al., 2020). Durasi perkembangan larva BSF akan
sangat signifikan mempengaruhi umur BSF dewasa (T. T. X. Nguyen et al., 2015).
Larva BSF dapat dikembangbiakkan dengan menggunakan berbagai jenis bahan
organik seperti sampah dapur, kotoran hewan, buah-buahan serta sayuran, sisa pakan
ternak, serta berbagai sisa bahan organik lainnya. Larva lalat ini mampu
mengkonsumsi bahan organik yang tidak memiliki nilai ekonomis lagi menjadi sesuatu
dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi (T. T. X. Nguyen et al., 2015; Zotte et al.,
2019)

Prepupa
Pada tahap akhir larva, larva tersebut akan berubah menjadi prepupa. Pada tahap ini,
larva akan mengubah bentuk mulutnya menjadi tipe pengait dan akan berubah warna
menjadi coklat gelap hingga keabuan. Mulut yang berbentuk pengait bertujuan untuk
mejauhkan mereka dari sumber makanan (bahan organik) menuju ke daerah atau
tempat yang kering, seperti humus, ternaungi, dan aman dari serangan predator (Bram
Dortmans Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017).

Menurut Samayoa & Hwang, 2018, pemberian air pada tahap prepupa dalam industri
BSF sangatlah dibutuhkan untuk memberikan kelembabapan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya diapause BSF. Prepupa dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pakan ternak dengan kandungan protein yang tinggi (H. D. Nguyen, 2010).
Dengan mengganti komposisi bahan organik yang menjadi bahan pakan BSF, akan
merubah hasil akhir dan nilai ekonomi dari prepupa BSF. Oleh karena itu, bahan pakan
larva BSF sangatlah penting untuk mengatur kualitas prepupa untuk meningkatkan
nilai ekonomi (Burtle et al., 2012)

2
Pupa
Tahap pupa dimulai ketika prepupa telah menemukan tempat yang cocok untuk
bernaung, diam tanpa gerakan. Untuk keberhasilan dalam proses pupasi, sebaiknya
keadaan lingkungan tidak mengalami perbahan yang signifikan atau dengan kata lain
dengan kondisi yang tetap hangat, kering, dan ternaungi. Pupasi membutuhkan waktu
yang cukup lama yaitu sekitar 2-3 minggu dan berakhir dengan lepasnya BSF dewasa
dari pupa. Proses pelepasan dari selaput pupa tidaklah lama. BSF dewasa akan
merobek selaput pada pupa yang dimulai pada bagian kepala kemudian merayap
keluar dan membuka sayap mereka untuk memulai terbang (Bram Dortmans Stefan
Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017).

Dewasa
Setelah lepas dari pupa, lalat dewasa hanya bertahan kurang lebih 1 minggu. Waktu 1
minggu yang singkat dipergunakan oleh lalat dewasa untuk menjadi pasangan untuk
bertelur dan melanjutkan keturunan. Lalat dewasa tidak makan dan hanya
membutuhkan asupan air untuk tetap terhidrasi. BSF pada tahap dewasa sangt
membuthkan cahaya dan kondisi lingkungan yang hangat yaitu antara 25-32°C.
Keadaan lingkungan dengan kelembapan yang tinggi akan menambah masa hidup
BSF dewasa serta meningkatkan keberhasilan dalan reproduksi BSF dewasa. Menurut
penelitian, BSF dewasa akan melakukan kopulasi pada pagi hari dan kemudian induk
betina akan mencari tempat yang tepat untuk meletakkan telurnya (Bram Dortmans
Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017).

Lalat betina dewasa pada dasarnya akan memiliki tubuh yang lebih besar
dibandingkan lalat jantan walaupun tidak ada perbedaan sistemik luar pada jenis
kelamin. Lalat dewasa hanya memiliki sepasang sayap, di atas segmen dada kedua.
Halter bergetar atas dan bawah dan bertindak sebagai organ sensorik giroskop yang
penting untuk penerbangan. Lalat dewasa memiliki jendela transparan pada bagian
pertama segmen perut, yang dapat melindungi anatomi internal dari lingkungan luar
yang juga dapat berfungsi sebagai kerangka memberikan perlindungan serta
memungkinkan terjadinya gerakan atau bioluminensi (Oliveira et al., 2016).

3
https://www.lifeorigin.my/what-is-black-soldier-fly/
Beberapa alasan mengapa penggunaan BSF sangat menarik dalam proses
biodegradasi bahan organik:
1. Limbah biomassa diubah menjadi larva dan residu. Larva yang dihasilkan terdiri
dari ± 35% protein dan ± 30% lemak kasar. Protein serangga ini berkualitas
tinggi dan merupakan sumber pakan penting bagi ayam dan pembudidaya ikan.
Uji coba pakan telah memastikannya sebagai alternatif yang cocok untuk
tepung ikan. Untuk penggunaan komersial dalam makanan manusia, larva
berpotensi untuk digiling dan diubah menjadi protein bertekstur dengan rasa
yang kuat. Keuntungan terbesar dari lalat ini adalah dibandingkan serangga lain
adalah kemampuannya untuk mengubah limbah menjadi makanan,
menghasilkan nilai dan nutrisi serta mengurangi polusi dan biaya (Wang &
Shelomi, 2017)
2. Memberikan larva limbah organik sebagai bahan pakan telah terbukti
menonaktifkan bakteri penular penyakit, seperti Salmonella spp. Artinya, risiko
penularan penyakit antar hewan dan antar hewan hewan dan manusia
berkurang saat menggunakan teknologi ini. Teknologi ini dapata digunakan di
peternakan atau saat memproses limbah hewan ternak (misalnya kotoran ayam
atau limbah rumah potong hewan).

4
3. Pengurangan limbah hingga 80% berdasarkan berat basah telah dibuktikan.
Jika perlakuan diterapkan pada sumber timbulan sampah hayati, biaya
pengangkutan sampah dan kebutuhan ruang karena tempat pembuangan
sampah dapat dikurangi secara drastis. Pengolahan sampah organik bisa lebih
jauh mengurangi pembuangan terbuka.
4. Residu yang dihasilkan menyerupai kompos mengandung nutrisi dan bahan
organik dan dapat digunakan dalam bidang pertanian serta membantu
mengurangi penipisan tanah.
5. Tidak perlu teknologi canggih canggih untuk mengoperasikan fasilitas ini. Oleh
karena itu cocok untuk lingkungan berpenghasilan rendah yang sebagian besar
mengandalkan teknologi sederhana dan tenaga kerja tidak terampil.
(Bram Dortmans Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017)

Proses perbanyakan Lalat tentara hitam (Hermetia illucents L.)/ Black Soldier Fly
(BSF)

Lalat tentara hitam (Hermetia illucents L.), serangga menguntungkan, yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi baik sebagai sumber protein pada pakan ternak, sebagai
agen dekomposer bahan organik, mampu mengendalikan bakteri jahat serta pathogen
lainnya, dan menghasilkan prekursor kimiawi untuk menghasilkan biodiesel (Barragan-
Fonseca et al., 2017; Čičková et al., 2015; Cingolani et al., 2012; T. T. X. Nguyen et al.,
2015; Surendra et al., 2016). Proses dekomposisi ini dilakukan pada tahap hidup
sebagai larva. Larva BSF akan memakan bahan organik untuk memenuhi kebutuhan
lemak dan protein dan melengkapi siklus pertumbuhannya. Pada fase inilah
dekomposisi terjadi. Dalam kondisi yang optimal, larva membutuhkan 14-16 hari untuk
masuk ke siklus hidup selanjutnya. Namun, larva BSF dapat memperpanjang siklus
hidupnya pada kondisi lingkungan yang buruk (Bram Dortmans Stefan Diener B.
Verstappen C. Zurbrügg, 2017).

Proses perbanyakan secara besar besaran:

Sekarang ini, kegiatan mass-rearing tentara lalat hitam sangat popular dikarenakan
keunggulannya. Proses perbanyakan serangga ini tidak membuthkan alat yang rumit
namun terdapat hal-hal yang harus diperhatikan. Hal yang paling harus mendapat

5
perhatian adalah memasuki fase pembuahan (mating process) ((Sheppard et al.,
2002). Berikut ini adalah cara yang perbanyakan lalat tentara hitam:

1. Proses Pengumpulan telur BSF

Tahap yang paling awal dalam proses perbanyakan ini adalah pengumpulan
(trapping) telur. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan telur
ini adalah media BSF dewasa untuk meletakkan telurnya yang disebut dengan
“eggies”, attraktan berupa bahan organik yang menarik betina dewasa untuk
meletakkan terlurnya di daerah yang berdekatan dengan bahan organik, dan
keadaan lingkungan yang mendukung ((Bram Dortmans Stefan Diener B.
Verstappen C. Zurbrügg, 2017; Ewusie et al., 2019).

Eggies yang digunakan pada umumnya adalah berasal dari materi-materi yang
ringan seperti susunan dan gabungan dari papan/ kayu ringan yang memiliki
pemisah antara satu dan lainnya, ataupun cupboard yang berbentuk sarang
lebah.

Gambar eggies untuk perangkap telur lalat tentara hitam dari beberapa media
((Bram Dortmans Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg, 2017)

6
Setelah telur telur dikumpulkan, telur kemudian diletakkan pada wadah khusus
sehingga larva mudah untuk diambil. Telur umumnya dikumpulkan setiap dua
hari, setelah itu dipindahkan ke wadah pakan khusus di mana larva dapat tumbuh
selama beberapa hari lagi sebelum memasuki fase produksi ((Black Soldier Fly
Farming | Insect Engineers, n.d.).

Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat ketertarikan BSF dengan


berbagai jenis bahan organik. Čičková et al., 2015; Ewusie et al., 2019; Sripontan
et al., 2017 dalam tulisannya menyatakan bahwa bahan organik menentukan
hasil dari biodegradasi namun pada umumnya tidak ada perbedaan yang
signifikan pada ketertarikan BSF dewasa untuk meletakkan telurnya berbagai
jenis bahan organik. Hal yang lebih penting dalam hal ini adalah keadaan
lingkungan seperti kelembabahan, suhu, serta cahaya. Menurut Sripontan et al.
(2017) BSF betina dewasa akan meletakkan telurnya pada daerah yang memiliki
kestabilan cahaya. Hal ini belum pernah dikemukaan sebelumnya. Pemilihan
lokasi yang terbaik untuk penangkapan telur yaitu lokasi seperti naungan di
bawah pohon. Pada proses pembiakan, suhu tinggi yang dikombinasikan
dengan kelembapan dan pergerakan udara sangatlah penting.

2. Tahap produksi

Pada proses produksi, telur yang telah dikumpulkan akan dipanen dan disatukan
dengan hasil panenan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar adanya produksi yang
konstan pada kegiatan perbanyakan BSF ((Bram Dortmans Stefan Diener B.
Verstappen C. Zurbrügg, 2017). Pada fase produksi, lingkungan optimum harus
dipersiapkan sehingga larva mampu mencapai siklus hidupnya dalam 9 hari. Hal
yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah suhu, kelembaban, dan nutrisi.
Larva BSF memiliki tolenreansi suhu yang cukup lebar yaitu antara 24 0 hingga
400C (Sheppard et al., 2002).

Larva dari BSF mampu mengkonversi bahan organik secara ekstrim menjadi
massa tubuh BSF. Dari literatur (Black Soldier Fly Farming | Insect Engineers,
n.d.) menyatakan bahwa dari 1.5 kg bahan organik, mampu menghasilkan 1 kg
larva BSF. Larva akan diberi asupan berupa bahan organik dengan kandungan
protein yang tinggi. Menurut (Bertinetti et al., 2019), dalam skala industri maupun

7
skala penelitian, bahan organik dengan kandungan protein yang tinggi akan
memaksimalkan kegiatan oviposisi dan kemampuann bertahan dari BSF
tersebut.

Permsalahan dari proses perbanyakan BSF adalah kemampuan serangga ini


untuk memperlambat perkembangan petumbuhannya dan memasuki masa
diapause (Samayoa & Hwang, 2018). Diapause pada BSF terjadi pada fase
prepupa yang diakibatkan karena kurnagnya kelembaban lingkungan. Hal ini
dapat diatasi dengan menambahkan kelembapan yaitu menambahkan air pada
wadah tempat penyimpanan prepupa.

Pada perkembangbiakan sekala besar, pepupa akan dimasukkan pada wadah


besar yang telah berisi substrat seperti kompos unutk membiarkan pupa
menguburkan dirinya. Kemudian berubah menjadi prepupa, wadah perepupa
yang sudah diisi kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang gelap dengan
kontrol terhadap lingkungan.

3. Tahap Pemanenan / Tahap pemrosesan

Pada tahap ini, larva sudah siap untuk dipanen dengan konsistensi protein 40-
60% dan mengandung asam amino esensial dan kandungan nutrisi lainnya. Pada
fase ini, larva dan prepupa dapat diproses menjadi produk siap pakai dengan
kandungan protein yang tinggi. Komposisi nutrisi pada larva BSF sangat
tergantung kepada komposisi dan medium makanan. BSF dengan kandungan
nutrisi yang tinggi akan dikirim ke perusahan pakan ternak untuk kembali
kombinasikan dengan bahan dan komposisi yang lain untuk meningkatkan
kualitas pakan ternak (Black Soldier Fly Farming | Insect Engineers, n.d.).

8
Komposisi Nutrisi uang dihasilakan Black Soldier Fly
Beberapa penelitian tentang nutrisi yang dihasilkan dari biodegradasi bahan organik
hingga nutrisi pada tubuh BSF telah dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang
dilakukan untuk melihat kandungan nutrisi BSF.

1. Penelitian tentang pembuatan biodiesel

Berdasarkan Surendra et al. (2016) melakukan penelitian tentang penggunaan BSF


sebagai penghasil biodiesel. Berdasarkan hasil penelitian, minyak turunan BSF
memiliki konsentrasi tinggi asam lemak jenuh rantai sedang (67% total asam lemak)
dan konsentrasi asam lemak tak jenuh ganda yang rendah (13% total asam lemak),
sehingga berpotensi menjadi substrat yang ideal untuk memproduksi biodiesel
berkualitas tinggi. Berdasarkan hasil tersebut juga disebutkan bahwa prepupa, pressed
cake dan meal dari BSF memiliki nilai yang lebih sebagai bahan pakan dibandingna
dengan bahan pakan komersial lainnya.
Penelitian tentang pemanfaatan BSF sebagai bahan penghasil biogas juga dilakukan
oleh Li et al., (2015) dengan menggunakan tongkol jagung. Hasil biodegradasi tongkol
oleh larva menjadi biodiesel diperoleh dengan menyuling lemak pada larva BSF. Hasil
menunjukkan bahwa BSF dapat menjadi agen yang baik dalam menghasilkan
biodiesel.

Black soldier fly (BSF) larvae (Hermetia illucens), feeding on leachate from decaying
vegetable and food scrap waste, increase ammonia (NH 4+) concentration five- to
sixfold relative to leachate unprocessed by larvae. NH 4+ in larva-processed leachate
reached levels as high as ∼100 mM. Most of this NH 4+ appears to have come from
organic nitrogen within the frass produced by the larvae as they fed on leachate. In
nitrate-enriched solutions, BSF larvae also facilitate dissimilatory nitrate reduction to
ammonia. The markedly higher concentration of NH 4+ recovered in leachates
processed with BSF larvae and concomitant diversion of nutrients into insect biomass
(itself a valuable feedstock) indicate that the use of BSF larvae in processing leachate
of decaying organic waste could be advantageous in offsetting capital and
environmental costs incurred in composting. (Green & Popa, 2012)

9
In this study, we demonstrated that commonly available organic waste of the agri-
industrial sector such as apple, banana and spent grain can be successfully used at an
industrial scale to produce high quality BSF larvae that have the potential to substitute
other sources of protein and lipids in commercial livestock feed and energy production,
respectively. Specific diets or mixes of them should be selected in order to produce
insects with the desired nutrient profile to satisfy the needs of the intended markets.
SG, ASG and BSG larvae were the most successful groups considering the total larval
biomass and crude protein content. BSF fed on these kinds of diets are good
candidates for the production of high protein flours and protein-enriched meals,
representing a good feed alternative both to the conventional fish meal and above all to
proteins of vegetable origin (e.g. soy). Moreover, this study could be helpful to optimize
the industrial scale application of H. illucens feeding, which would greatly reduce the
ecological and economic footprint of feed and energy production, thereby contributing
to more sustainable productive systems (Scala et al., 2020)

10
11
References:
Barragan-Fonseca, K. B., Dicke, M., & van Loon, J. J. A. (2017). Nutritional value of the
black soldier fly (Hermetia illucens L.) and its suitability as animal feed - a review.
In Journal of Insects as Food and Feed. https://doi.org/10.3920/JIFF2016.0055
Bertinetti, C., Samayoa, A. C., & Hwang, S. Y. (2019). Effects of feeding adults of
hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae) on longevity, oviposition, and egg
hatchability: Insights into optimizing egg production. Journal of Insect Science.
https://doi.org/10.1093/jisesa/iez001
Black Soldier Fly Farming | Insect Engineers. (n.d.). Retrieved February 24, 2021, from
https://www.insectengineers.com/black-soldier-fly-farming
Bram Dortmans Stefan Diener B. Verstappen C. Zurbrügg. (2017). Black Soldier Fly
Biowaste Processing - A Step-by-Step Guide. In Opto-Ireland 2002: Optical
Metrology, Imaging, and Machine Vision.
Burtle, G., Newton, G. L., & Sheppard, D. C. (2012). Mass Production of Black Soldier
Fly Prepupae for Aquaculture Diets. Engormix.Com/Aquaculture.
Čičková, H., Newton, G. L., Lacy, R. C., & Kozánek, M. (2015). The use of fly larvae for
organic waste treatment. In Waste Management.
https://doi.org/10.1016/j.wasman.2014.09.026
Cingolani, P., Platts, A., Wang, L. L., Coon, M., Nguyen, T., Wang, L., Land, S. J., Lu,
X., & Ruden, D. M. (2012). A program for annotating and predicting the effects of
single nucleotide polymorphisms, SnpEff: SNPs in the genome of Drosophila
melanogaster strain w1118; iso-2; iso-3. Fly. https://doi.org/10.4161/fly.19695
Dzepe, D., Nana, P., Fotso, A., Tchuinkam, T., & Djouaka, R. (2020). Influence of larval
density, substrate moisture content and feedstock ratio on life history traits of
black soldier fly larvae. Journal of Insects as Food and Feed.
https://doi.org/10.3920/jiff2019.0034
Ewusie, E. A., Kwapong, P. K., Ofosu-Budu, G., Sandrock, C., Akumah, A. M., Nertey,
E. K., Teye-Gaga, C., & Agyakwah, S. K. (2019). The black soldier fly, Hermetia
illucens (Diptera: Stratiomyidae): Trapping and culturing of wild colonies in Ghana.
Scientific African. https://doi.org/10.1016/j.sciaf.2019.e00134
Green, T. R., & Popa, R. (2012). Enhanced ammonia content in compost leachate
processed by black soldier fly larvae. Applied Biochemistry and Biotechnology.
https://doi.org/10.1007/s12010-011-9530-6
Li, W., Li, Q., Zheng, L., Wang, Y., Zhang, J., Yu, Z., & Zhang, Y. (2015). Potential
biodiesel and biogas production from corncob by anaerobic fermentation and

12
black soldier fly. Bioresource Technology.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2015.06.112
Nguyen, H. D. (2010). Decomposition of organic wastes and fecal sludge by black
soldier fly larvae. In School of Environment, Resources and Development.
Nguyen, T. T. X., Tomberlin, J. K., & Vanlaerhoven, S. (2015). Ability of Black Soldier
Fly (Diptera: Stratiomyidae) Larvae to Recycle Food Waste. Environmental
Entomology. https://doi.org/10.1093/ee/nvv002
Oliveira, F. R., Doelle, K., & Smith, R. P. (2016). External morphology of Hermetia
illucens stratiomyidae: Diptera (L.1758) based on electron microscopy. Annual
Research and Review in Biology. https://doi.org/10.9734/ARRB/2016/22973
Samayoa, A. C., & Hwang, S. Y. (2018). Degradation capacity and diapause effects on
oviposition of hermetia illucens (Diptera: Stratiomyidae). Journal of Economic
Entomology. https://doi.org/10.1093/jee/toy078
Scala, A., Cammack, J. A., Salvia, R., Scieuzo, C., Franco, A., Bufo, S. A., Tomberlin,
J. K., & Falabella, P. (2020). Rearing substrate impacts growth and macronutrient
composition of Hermetia illucens (L.) (Diptera: Stratiomyidae) larvae produced at
an industrial scale. Scientific Reports. https://doi.org/10.1038/s41598-020-76571-8
Sheppard, D. C., Tomberlin, J. K., Joyce, J. A., Kiser, B. C., & Sumner, S. M. (2002).
Rearing methods for the black soldier fly (diptera: Stratiomyidae). Journal of
Medical Entomology. https://doi.org/10.1603/0022-2585-39.4.695
Sripontan, Y., Juntavimon, T., Songin, S., & Chiu, C.-I. (2017). Egg-trapping of black
soldier fly , Hermetia illucens (L.) (Diptera: Stratiomyidae) with various wastes and
the effects of environmental factors on egg-laying. Khon Kaen Agriculture Journal.
Surendra, K. C., Olivier, R., Tomberlin, J. K., Jha, R., & Khanal, S. K. (2016).
Bioconversion of organic wastes into biodiesel and animal feed via insect farming.
Renewable Energy. https://doi.org/10.1016/j.renene.2016.03.022
Tomberlin, J. K., Sheppard, D. C., & Joyce, J. A. (2002). Selected life-history traits of
black soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial diets. Annals of
the Entomological Society of America. https://doi.org/10.1603/0013-
8746(2002)095[0379:SLHTOB]2.0.CO;2
Zotte, A. D., Singh, Y., Michiels, J., & Cullere, M. (2019). Black soldier fly (Hermetia
illucens) as dietary source for laying quails: Live performance, and egg physico-
chemical quality, sensory profile and storage stability. Animals.
https://doi.org/10.3390/ani9030115

13

Anda mungkin juga menyukai