Anda di halaman 1dari 30

Bentuk-bentuk komunikasi

Komunikasi intrapersonal

a. Pengertian komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh satu orang saja
atau terjadi dalam individu, seperti halnya ketika sedang menghayal, seolah-olah kita
sedang berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Komunikasi ini berfungsi untuk
mengembangkan kreativitas, imaginasi, memahami dan mengendalikan diri, serta
meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. Selain itu
komunikasi ini juga akan berguna bagi seseorang atau individu agar tetap sadar
kejadian yang terjadi disekitarnya

Komunikasi intrapribadi adalah peristiwa komuniksi yang terjadi dalam diri pribadi
seseorang. Jelasnya, seseorang berbicara kepeda diri sendiri. Komunikasi intrapribadi
dimungkinkan terjadi karena manusia dapat menjadi objek bagi dirinya sendiri
melalui pengunaan simbolsimbol yang digunakan dalam komunikasinya. Melalui
simbol-simbol ini apa yang “dikatakan seseorang kepada orang lainnya dapat
memiliki arti yang sama bagi dirinya sendiri sebagaimana berarti bagi orang lainnya”.

Sementara semua komunikasi sampai batas tertentu merupakan komunikasi


intrapribadi yaitu arti yang terdapat dalam setiap komunikasi selalu menjadi objek
bagi penafsiran kita sendiri, komunikasi intrapribadi sebagai sebuah konsep jelas
berguna bagi banyak peneliti aspek ini dalam aspek ini dalam bahasan yang lebih
luas.

Komunikasi dengan diri sendiri ( Intrepersonal Communication) adalah proses


komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses
berkomunikasi dengan diri sendiri. Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya,
kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Terjadi proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti
terhadap sesuatu objek yang diamati atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam
hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta
yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi diluar maupun di dalam diri
seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah
mendapat rangsangan dari pancaindra yang dimilikinya. Hasil kerja dari proses
pikiran telah setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi pengaruh pada
pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.

Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali seseorang dihadapkan pada pilihan


Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi
berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam mempertimbangkan untung
rigunya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini bisa dilakukan dengan metode
komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri.
Beberapa kalangan mendapat nilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu
yang terdadi dalam diri individu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi,
melainkan suatu aktivitas internal monolog.

Studi tentang dengan diri sendiri (intrapersonal communication) kurang begitu


banyak mendapat perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang
psikologi behavioristik. Oleh karena itu, literatur yang membicarakan tentang
komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sebagai langka ditemukan.

Menurut Rahmat, komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi.


Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi, memori, dan berfikir. Dan tahap-
tahap komunikasi interpersonal yaitu :

1) Sensasi
Sensasi yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang memiliki manusia
untuk menserap segala hal yang diinformasikan oleh pancaindra. Informasi yang
diserap oleh pancaindra disebut stimulus yang kemudian melahirkan proses sensasi.
Dengan demikian sensasi adalah mennagkap stimulus.

2) Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan


yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Secara
sederhana persepsi adalah memberikan makna pada hasil serapan pancaindra,
persepsi dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil serapan pancaindra,
persepsi dipengaruhi juga oleh perhatian (attention), harapan (expectation), motivasi
dan ingatan. Secara umum tiga hal yang disebut pertama terbagi menjadi dua faktor
personal dan faktor situasional. Penarik pertahian yang bersifat situasional
merupakan penarik dan perulangan. Secara internal, ada yang dinamakan perhatian
selektif (selective attention) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor biologis, sosiopsikolois, dan sosiogenis.

3) Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam
mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun
berfikir. Memari adalah sistem yang sangat terstruktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli datang, stimuli itu
direkam sadar atau tidak. Kapasitas memori manusia diciptakan sangat besar namun
hanya sedikit orang yang mampu menggunakan memorinya sepenuhnya, bahkan
Einstein yang tercatat manusia paling genius baru mengoperasikan 15% dari
memorinya.

Kerja memori melalui tiga proses:


a. Perekaman (encoding), pencatatan informasi mellaui reseptor
indera dan saraf internal baik disengaja maupun tidak sengaja.
b. Penyampaian (storage), dalam fungsi ini, hasil dari persepsi/learning akan
disimpan untuk ditimbulkan kembali suatu saat. Dalam proses belajar akan
meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang dan suatu saat akan
ditimbulkan kembali(memory traces). Memory dapat hilang (peristiwa kelupaan) dan
dapat pula berubah tidak seperti semula.

c. Pemanggilan (retrieval), mengingat lagi, menggunakan informasi yang disimpan.


Dengan hal ini ditempuh mellaui dua cara yaitu to recell (mengingat kembali) dan to
recognize (mengenal kembali).

4) Berfikir
Dan suatu proses yang mempengaruhi penafsiran kitaterhadap stimuli berfikir.
Dalam berfikir kita akan melibatkan semua proses yang kita sebut diatas yaitu,
sensasi, berfikir, dan memori. Saat berfikir maka memerlukan penggunaan lambang,
visual atau grafis. Tetapi untuk apa orang berfikir? Berfikir dilakukan untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memcahkan persoalan, dan
menghasilkan yang baru.

Adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau


memberikan respons. Secara garis besar ada dua macam berfikir, autuistic dan
realistic. Dengan berfikir autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistik yang
bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di bagi
menjadi tiga macam, yaitu deduktif, induktif, dan evaluative.

Jadi, komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari


individu dalam pemrosesan simbolik dari pesanpesan. Seorang individu menjadi
pengirim internal yang penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya
sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat
menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenal diri pribadi
melalui proses-proses psokologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi
saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami
apa yang terjadi katika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk
mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh
melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan seharihari dalam upaya
memahami diri pribadi diantaranya adalah: berdoa, bersyukur, intropeksi diri dengan
meninjau perbuatan kita dan reaksihati nurani kita, mendayagunakan kehendak
bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang
sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi perilaku kita selama ini melainkan peranan
penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Komunikasi interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal


Pada umumnya komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi dan
berlangsung antara dua orang atau lebih secara kontak langsung baik dalam bentuk
dialog ataupun percakapan. Komunikasi interpersonal juga disebut sebagai
komunikasi (face to face communication) yaitu komunikasi yang terjadi secara
berhadapan atau saling bertatap muka satu sama lainnya sehinga respon dan
rangsangan dari lawan berkomunikasi dapat diamati secara langsung

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang


dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat
langsung diketahui balikannya Atau seperti yang didefenisikan oleh De Vito yang
dikutip Miftah Thoha, bahwa Komunikasi interpersonal secara formal dapat diartikan
sebagai proses penyampaian berita yang dilakukan oleh seseorang dan diterimanya
berita tersebut oleh orang lain atau kelompok kecil dari orang-orang dengan suatu
akibat dan umpan balik yang segera

Pendapat lain dikemukakan oleh Dean C. Bamlund yang menyatakan bahwa


komunikasi interpersonal sering dikaitkan dengan pertemuan antara dua individu
atau tiga orang atau mungkin lebih empat orang secara spontan dan tidak secara
terstruktur.

Pada tataran ini komunikasi interpersonal dapat dipahami bahwa komunikasi


interpersonal merupakan suatu preses penyampaian pesan dari seorang kepada
orang lain/ pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan dengan
pertukaran informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-
orang yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau
pesan dapat tersampaikan dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi dapat
terjalin dengan baik.

2. Kompetensi Interpersonal
Menurut Larasati yang dikutip oleh Fuad Nashori bahwa sekitar 73 persen
komunikasi yang dilakukan manusia merupakan komunikasi interpersonal. Orang
yang dapat melakukan komunikasi interpersonal secara efektif disebut memiliki
kompetensi interpersonal.

lanjut, menurut Spitzberg dan Cupach yang dikutip Fuad Nashori,bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi interpersonal adalah:
"Kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi efektif. Kompetensi
interpersonal disini terdiri atas kemampuankemampuan yang diperlukan untuk
membentuk suatu interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya
karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam
menciptakan dan membina hubungan antarpribadi yang baik dan memuaskan.
Didalamnya termasuk pengetahuan tentang prilaku nonverbal orang lain,
kemampuan untuk menyesuaikan komunikasi dengan konteks dari interaksi yang
tengan berlangsung, menyesuaikan dengan orang yang ada dalam interaksi tersebut,
dan kemampuan-kemampuan lainnya."

Aspek-aspek kompetensi interpersonal tersebut ada lima, yaitu :


a. Kemampuan Berinisiatif
b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka (self-disclosure)
c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif
d. Kemampuan untuk Memberikan Dukungan Emosional

e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik.

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Setiap komunikasi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai ketika
komunikasi tersebut sedang atau telah berlangsung, sepertí halnya komunikasi
interpersonal. Tujuan komunikasi tersebut tidak perlu disadari pada saat terjadinya
pertemuan dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuannya boleh disadari dan boleh juga
tidak, boleh disengaja atau tidak disengaja. Adapun tujuan dari komunikasi
interpersonal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengenal Diri Sendiri


b. Menemukan Dunia Luar
c. Menciptakan dan Menjaga Hubungan yang Bermakna
d. Mengubah Sikap dan Tingkah Laku
e. Untuk Bermain dan Mencari Hiburan

f. Untuk Membantu sesama.

Lebih lanjut tujuan-tujuan komunikasi interpersonal tersebut dapat diuraikan


sebagai berikut:

a. Mengenal Diri Sendiri


Keterlibatan diri dalam komunikasi interpersonal dengan orang lain merupakan
sebuah proses pengenalan atau penemuan diri sendiri. Komunikasi interpersonal
membuka peluang bagi siapapun untuk berbicara tentang apa yang ia sukai atau
tentang apa saja mengenai dirinya. Dengan membuka diri kepada orang lain kita
akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih
mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Melalui Komunikasi Interpersonal kita
juga akan mengetahui nilai, sikap, dan perilaku orang lain sehingga kita dapat
mengenal dan memprediksi tindakan orang lain.

b. Menemukan Dunia Luar


Tujuan kedua dari komunikasi interpersonal adalah bahwa dengan melakukan
interaksi pada dunia luar atau lingkungan, hal ini menjadikan kita memahami lebih
baik akan dunia luar, mengenai objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Kondisi
tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai kita akan
dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal.
c. Menciptakan dan Menjaga Hubungan yang Bermakna
Komunikasi interpersonal akan menciptakan suasana hangat dan tetap menjaga
hubungan tersebut dengan penuh makna. Jalinan interpersonal tersebut didasarkan
atas perasaan keterkaitan antara satu orang dengan yang lainnya. Sehingga
terbentuknya sebuah proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

d. Mengubah Sikap dan Tingkah Laku


Tujuan komunikasi interpersonal yang keempat adalah perubahan pada sikap dan
tingkah laku komunikan. Perubahan tersebut bisa kearah yang negatif atau bisa
kearah yang positif, tergantung dari sisi mana yang dikehendaki oleh komunikator
tersebut. Namun perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan sikap dan
tingkahlaku komunikan kerah yang lebih baik dan bersifat positif.

e. Untuk Bermain dan Mencari Hiburan


Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk saling berbagi cerita dan
pengalaman berkenaan dengan berbagai hal masalah kehidupan, bercanda,
bercerita dan berolah raga untuk menghabiskan waktu. Hal inidilakukan untuk
mencari keseimbangan hidup, adanya waktu rileks, santai setelah kepenatan dan
keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu Sesama


Komunikasi interpersonal sangat efektif digunakan untuk membujuk, melakukan
konseling, konsultasi, memberikan motivasi dan sebagainya. Perlakuan demikian
merupakan sebuah perwujudan dari kepedulian antara sesama yang disalurkan
melalui bantuan moril.

4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal yang efektif telan lama dikenal sebagai salah satu dasar
untuk berhasilnya suatu organisasi. Sebab itu menjadi sebuah keharusan bagi
seorang pimpinan untuk mengetahui konsep-konsep dasar dari komunikasi agar
dapat diterapkan dalam mengelola organisasi dengan efektif.

mengetahui komunikasi interpersonal tersebut efektif dengan tídaknya Joseph A. De


Vito menguraikan yang dikutip oleh Miftah Thoha, paling tidak memenuhi lima hal
sebagai berikut:

a. Keterbukaan
b. Empathy
c. Dukungan
d. Kepositifan
e. Kesamaan

Untuk lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut:


a. Keterbukaan
Sikap terbuka dalam berkomunikasi amat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan
komunikasi interpersonal yang efektif. Kualitas sikap terbuka tersebut dapat
diwujudkan ketika berinteraksi dengan orang lain dengan cara menanggapi secara
jujur stimulus yang datang kepadanya.

Keterbukaan dalam sikap dimaksudkan agar diri masing-masing peserta tidak


tertutup di dalam menerima informasi dan ada keinginan dalam dirinya untuk
menyampaikan informasi dari dirinya bahkan juga informasi mengenai dirinya
apabila dipandang relevan dalam rangka pembicaraan antarpribadi dengan lawan
bicaranya. Sedangkan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimulus yang
datang kepadanya dapat dilakukan dengan sikap sewajarnya dan apa adanya.

Dalam keterbukaan tersebut bukan berarti tidak ada kritik, sanggahan maupun
perbedaan pendapat. Karena baik kritik, sanggahan dan perbedaan pendapat itu
juga merupakan bagian daripada keterbukaan sikap seseorang didalam komunikasi
interpersonal. Dengan demikian orang yang sanggup menyampaikan apa yang
berbeda dari dirinya merupakan sebuah kemampuan atau kompetensi
interpersonal.

Apabila masing-masing mau berinteraksi secara terbuka terhadap apa yang


dikatakan oleh masing-masing orang. Tidak ada yang paling buruk kecuali
ketidakpedulian (indifference), dan tidak ada yang paling menyenangkan selain
penghargaan atas perbedaan pendapat.
b. Empati
Berempati merupakan sebuah kemampuan bagi seseorang dalam berkomunikasi
dengan merasakan perasaan orang lain, memahami penderitaan dan keluhan orang
lain seperti penderitaan dan keluhannya sendiri.

Empati menurut Kartono dan Dali Gulo yang dikutip oleh Fuad Nashori,adalah
kemampuan seseorang dalam memahami pikiran-pikiran dan perasaanperasaan
orang lain dengan cara menempatkan diri kedalam kerangka pedoman psikologis
orang tersebut.

Aspek-aspek empati yang dikemukakan oleh para ahli psikolog diantaranya adalah
David yang dikutip oleh Fuad Nashori, bahwa ada empat macam aspek empati yaitu:

1) "Perspective taking, yaitu kecendrungan seseorang untuk mengambil sudut


pandang orang lain secara spontan
2) Fantasy, yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara
imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam buku,
film, sandiwara yang dibaca atau ditontonnya.

3) Emphatic concern, yaitu perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan
perhatian terhadap kemalangan yang dialami orang lain.
4) Personal distress, yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri serta
kegelisahan dalam menghadapi setting interpersonal yang tidak menyenangkan.
Personal distress, bisa disebut sebagai empati negatif (negative emphatic)."

c. Dukungan
Dukungan merupakan sebuah pernyataan setuju atau pro terhadap sesuatu. Dengan
melakukan dukungan dalam komunikasi antar pribadi maka akan tercapai
komunikasi yang efektif. Dukungan bisa dilakukan dengan menyatakannya dan bisa
dengan tanpa pernyataan kata-kata. Dukungan yang tidak dinyatakan melalui kata-
kata bukanlah berarti pernyataan sikap anti atau negatif tapi bisa juga berupa
pengungkapan rasa setuju terhadap sesuatu sebagai aspek positif dari komunikasi.
Gerakan-gerakan seperti anggukan kepala, kedipan mata, senyum atau tepukan
tangan merupakan dukungan positif yang tidak diucapkan.

d. Kepositifan
Salah satu faktor keberhasilan komunikasi interpersonal adalah adanya sikap dan
perhatian yang positif terhadap diri seseorang. Kemudian sikap dan rasa perhatian
yang positif tadi dikomunikasikan kepada orang lain, maka akan membawa dampak
positif dan berkembang menjadi perhatian yang baik pula dari orang lain. Begitu juga
sebaliknya jika komunikasi terjadi diawali dengan rasa negatif yang kemudian rasa
negatif tadi dikomunikasikan kepada orang lain maka akan membawa dampak yang
negatif yang berujung pada kegagalan komunikasi.

Kemudian agar terpeliharanya komunikasi yang baik dan efektif terhadap orang lain,
perlu dikembangkan rasa prasangka yang baik terhadap terhadap siapapun yang
menjadi lawan berbicara. Prasangka yang baik bertujuan untuk menumbuhkan
kepercayaan dan keberanian dari orang lain untuk bersikap terbuka, berpartisipasi,
dan berperan dalam kebersamaan.

Perasaan positif dalam situasi komunikasi umum, amat bermanfaat untuk


mengefektifkan kerjasama. Tidak ada hal yang paling menyakitkan kecuali
berkomunikasi dengan orang lain yang tidak tertarik atau tidak mau memberikan
respon yang menyenangkan terhadap situasi yang dibicarakan.

e. Kesamaan
Komunikasi interpersonal akan sangat efektif jika orang-orang yang berkomunikasi
tersebut memiliki rasa kesamaan satu dengan yang lainnya. Kesamaan itu
merupakan karakteristik yang teristimewa. Karena demikian, jika komunikasi mereka
hendak efektif, haruslah diketahui kesamaan-kesamaan kepribadian diantara mereka
tersebut. Dengan cara ini dimaksudkan agar terdapat "pengenalan tak terucapkan"
bahwa kedua pihak yang berkomunikasi dihargai dan dihormati sebagai manusia
yang mempunyai sesuatu yang penting dikontribusikan kepada sesamanya.
Kata lain dari kesamaan ini adalah apa yang disebut dengan konsep homophily.
Homophily adalah kesamaan derajat antara fihak yang terikat dalam komunikasi
antar pribadi, yaitu antara fihak pemberi dan penerima informasi.

James McCroskey, Cari Larson dan Mark Knapp menguraikan makna homophily yang
dikutip Miftah Thoha dalam bukunya sebagai berikut:

"More effective communication occurs when source and receiver are homophilous.
The more nearly alike the people in a communication transaction, the more likely
they will share meanings".("Komunikasi akan berlangsung lebih efektif kalau sumber
dan penerimanya adalah homophilous. Semakin dekat kesamaan diantara orang-
orang dalam transaksi komunikasi, semakin besar kemungkinan mereka
menyamakan pengertian".
Komunikasi kelompok

a. Teori Kelompok
Menurut Merton, kelompok yaitu sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai
dengan pola yang telah mapan, sedangkan di dalam kelompok tersebut ada rasa
solidaritas karena adanya nilai bersama dan adanya tanggung jawab bersama. Selain
itu pengertian kelompok menurut Homans (1950) mengatakan bahwa kelompok
merupakan sejumlah individu yang berkomunikasi satu dengan lainnya dalam jangka
waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga hal tersebut
memberikan kesempatan bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara langsung.
Dan terakhir yaitu menurut Joseph De Vito (1997) kelompok adalah sekumpulan
individu yang berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuan bersama dan adanya
organisasi atau struktur diantara mereka. Di dalam kelompok dikembangkan norma-
norma yang dianggap sebagai dasar berperilaku anggotanya.

Jika dilihat dari beberapa definisi kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa
kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki tujuan bersama. Tujuan
tersebut ada yang berjangka panjang dan pendek. Di dalam kelompok tertentu,
untuk mencapai tujuan kelompok dibutuhkan pemimpin untuk membimbing
anggotanya agar bisa bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Oleh sebab itu
seorang pemimpin kelompok harus bisa menggandeng anggotanya dan bisa
membaur dengan anggota lainnya. jika dilihat dari pengertian kelompok, seorang
pemimpin dalam kelompok harus bisa menjalin pola komunikasi yang baik dengan
anggotanya agar semua tujuan kelompok dapat tercapai.

Kelompok di dalam masyarakat terdiri dari beberapa kelompok. Misalnya kelompok


bermain, kelompok ini merupakan sekelompok manusia yang memiliki tujuan
bersama yaitu bermain. Kelompok ini biasanya terdiri dari anak-anak hingga remaja
yang menghabiskan waktunya untuk bermain. Selain itu setelah membaca
pengertian kelompok, ada juga kelompok profesi di masyarakat. kelompok profesi
biasanya juga memiliki tujuan tertentu, misalnya melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan profesinya. Kelompok di dalam masyarakat bisa di contohkan melalui
perkumpulan dawis ibu-ibu. Disana ibu-ibu yang berkumpul memiliki tujuan, yaitu
untuk mendapatkan arisan dan menjalin silaturahmi antar tetangga. Oleh sebab itu
setiap kelompok pasti memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh para
anggotanya.

Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok


dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. Faktor situasional karakteristik kelompok:

a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada
jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan
dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing
anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk
menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok
tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni,
makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu
orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka
sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila
mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang
divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah
anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok,
tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

c. Kohesi kelompok.

kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk


tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid
dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari
beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada
satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin


kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok
yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi,
para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah
melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-
anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota
yang devian.

d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang
klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya
kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter
ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh
pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan
membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua
kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok
untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi
pemimpin yang minimal.

2. Faktor personal karakteristik kelompok:


a. Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal


Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena
didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).


2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

Komunikasi kelompok termasuk kedalam komunikasi tatap muka (face to face)


karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan
saling melihat. Sama dengan komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok pun
menimbulkan arus balik langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan
pada saat sedang berkomunikasi sehingga, apabila disadari bahwa komunikasinya
kurang atau tidak berhasil, ia dapat segera mengubah gayanya.

Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak


perlu ditarik suatu garis pemisah. Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi
antar pribadi melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan
yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun
nonverbal. Akan tetapi, komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan
pertemuan antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat
spontan dan tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam
suasana yang lebih berstruktur di mana para pesertanya lebih cenderung melihat
dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran
bersama. Komunikasi kelompok lebih cenderung dilakukan secara sengaja dan
umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka
masing-masing.(Goldberg, 1985:8-9)

Titik berat perhatian komunikasi kelompok adalah pada gejala komunikasi dalam
kelompok kecil tentang bagaimana caranya untuk dapat lebih mengerti proses
komunikasi kelompok, memperkirakan hasilnya serta lebih meningkatkan proses
komunikasi kelompok.

Pengertian Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada
saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi
mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah
nasehat tentang caracara bagaimana yang harus ditempuh. George Simmel
menyatakan kelompok yang lebih kecil memiliki kualitas termasuk tipe-tipe interaksi
di antara anggota-anggotanya yang mau tidak mau akan hilang apabila kelompok itu
berkembang semakin besar (Goldberg, 1985: 9).

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok


orang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil,
dapat juga besar. Oleh karena itu dalam komunikasi kelompok dibedakan antara
kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi kelompok disini adalah
komunikasi secara tatap muka seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, upacara
bendera (Effendy, 1990: 126).

Komunikasi dalam kelompok yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara


suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing
berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau
informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota
kelompok, bukan bersifat pribadi. Komunikasi kelompok juga dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut (Fajar, 2009: 65).
Karakteristik dari komunikasi kelompok adalah:

1) Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen.

2) Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada


saat itu juga.

3) Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung, karena


komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang
berlangsung.

4) Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi
kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).

5) Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun


hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.

6) Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai


tujuan yang diinginkan.

a. Komunikasi Kelompok Kecil

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil (small group
communication) apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi
komunikasi antarpersona dengan setiap komunikan.

Dengan perkataan lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi
dialog atau tanya jawab. Dibandingkan dengan komunikasi antarpersona, komunikasi
kelompok kecil kurang efektif dalam mengubah sikap, pendapat, dan perilaku
komunikan, karena diri tiap komunikan tidak mungkin dikuasai seperti halnya pada
komunikan komunikasi antarpesona.

Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih


bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator, komunikan
menanggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaan.
(Effendy, 2004:8)

Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga
orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi
satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai
tipe komunikasi antar pribadi karena: Pertama, anggotaanggotanya terlibat dalam
suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan
belangsung secara terpotong-potong; semua peserta bisa berbicara dalam
kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang
mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi
seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai
penerima.Tidak ada batas yang menentukan secara tegas berapa besar jumlah
anggota suatu kelompok kecil. Biasanya antara 2-3 orang, bahkan ada ynag
mengembangkan sampai 20-30 orang, tetapi tidak lebih dari 50 orang. (Cangara,
2007:33)
KomunikasiDibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok
kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator,
komunikan menanggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran daripada
perasaan. (Effendy, 2004:8)
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga
orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi
satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai
tipe komunikasi antar pribadi karena: Pertama, anggotaanggotanya terlibat dalam
suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan
belangsung secara terpotong-potong; semua peserta bisa berbicara dalam
kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang
mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi
seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima.
Tidak ada batas yang menentukan secara tegas berapa besar jumlah anggota suatu
kelompok kecil. Biasanya antara 2-3 orang, bahkan ada ynag mengembangkan
sampai 20-30 orang, tetapi tidak lebih dari 50 orang. (Cangara, 2007:33)

b. Komunikasi Kelompok Besar


Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar (large group
communication) jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi
antarpersona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada
komunikasi kelompok kecil. Pada situasi komunikasi seperti itu para komunikan
menerima pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional. (Effendy,
2004:9)

Proses-proses Komunikasi Kelompok


Ada beberapa alasan tentang hal-hal yang terjadi apabila individu-individu
berinteraksi dalam kelompok kecil. Salah satunya adalah karena banyak kejadian
yang timbul pada saat bersamaan, sehingga sulit bagi seorang yang berpartisipasi
dalam suatu kegiatan untuk dapat memahami kejadian-kejadian yang berlangsung
begitu cepat serta saling berkait dan bertumpang tindih. Alasan lain ialah
kemungkinan individu belum dilengkapi dengan konsep-konsep untuk mengartikan
setiap gejala yang ada, atau mungkin ada, tetapi belum dilengkapi dengan
persyaratan-persyaratan konseptual yang memungkinkan individu melihat
keseluruhan proses melalui sebagian komponen yang ada. Oleh karena itu, strategi
yang harus dilakukan mencakup dua segi, yaitu:

1. Kita harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah
dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan dalam
komunikasi kelompok.
2. Kita harus menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan kita
mengorganisir pengamatan

Karakteristik proses komunikasi kelompok:


1. Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistemik.
Proses itu terjadi dalam suatu sistem. Komponen-komponen dari sistem yang
dimaksud adalah: konteks-situasional, komunikator, pesan, penerima, dan pola
interaksi yang muncul ketika suatu kelompok berkomunikasi. Untuk memahami
pesan-pesan atau pola interaksi tersebut, haruslah dipahami sikap, nilai-nilai, dan
keyakinan komunikator, konteks di mana kelompok yang bersangkutan
berkomunikasi, orientasi cultural dan linguistik kelompok, dan serangkaian faktor
psikologis2. Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks.
2. Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks

Kompleksitas itu disebabkan oleh:

1. Dimensi sistemik yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara


simultan. Jadi ketika seseorang berkomunikasi dalam kelompok, maka
kebudayaannya, situasi dan tatanan psikologis, semuanya berinteraksi dan memberi
saham bagi diskusi yang berlangsung
2. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut bila kita berinteraksi. Suatu saat mungkin
sikap mental kita paling berpengaruh dalam arus komunikasi, di saat selanjutnya
mungkin konteks atau sejumlah tradisi kultural atau ritual yang mendominasi
interaksi yang berlangsung saat itu.

3. Komunikasi kelompok adalah bersifat dinamik.


Komunikasi kelompok terjadi dalam suatu jangka waktu tertentu. Kemampuan kita
untuk saling tergantung adalah ditentukan oleh pertukaran pesan yang
berkesinambungan. Kita mengucapkan sesuatu dan memberi respon pada hal
tersebut. Lantas melalui umpan balik kita belajar mengenai perasaan orang terhadap
sikap dan nilai-nilai kita.

Singkatnya, komunikasi kelompok dapat dirumuskan sebagai suatu persepsi


bersama, motivasi, dan pencapaian tujuan. Namun begitu, sifat esensial komunikasi
kelompok adalah interdependensi. Anggota kelompok adalah saling mempengaruhi
satu sama lain, dan juga sampai derajat tertentu saling mengontrol dan
mengendalikan. (Nasution, 1990:27-28)

Fungsi Komunikasi Kelompok


Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-
fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup:
1. Fungsi hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu
memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya.
2. Fungsi pendidikan, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun
informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Fungsi
pendidikan tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang
dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok, serta frekuensi interaksi di
antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap
anggota kelompok membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya.
3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi anggota lainnya
supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatankegiatannya
untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusankeputusan. Pemecahan
masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang
tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making)
berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan
masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
5. Fungsi terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya,
karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Obyek dari kelompok terapi adalah
membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu
tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan
membantu kelompok mencapai konsensus. (Bungin, 2006:172)

Para ahli komunikasi kelompok menunjukkan tiga kategori kelompok yang besar,
yaitu:

1. Kelompok Tugas: Model Fisher


Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas, dan menemukan bahwa
kelompok melewati empat tahap: orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan.
Pada tahap pertama, setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap
perasaan yang lain, mencoba menemukan peranan dan status. Ini adalah tahap
pemetaan masalah. Pada tahap kedua, konflik terjadi peningkatan perbedaan di
antara anggota. Masing-masing berusaha mempertahankan posisinya. Terjadinya
polarisasi dan kontroversi di antara anggota kelompok. Tindak komunikasi pada
pendirian masing-masing, dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak yang pro
dan kontra. Pada tahap ketiga, pemunculan (emergence) orang yang mengurangi
tingkat polarisasi dan perbedaan pendapat. Di sini, anggota yang menentang usulan
tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa usulan-
usulan yang ambigu. Pada tahap keempat, Peneguhan para anggota memperteguh
consensus kelompok. Mereka mulai memberikan komentar tentang kerja sama yang
baik dalam kelompok dan memperkuat keputusan yang diambil oleh kelompok.
Pernyataan umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan.

2. Kelompok Pertemuan: Model Bennis dan Shepherd


Pada tahun 1946, Kurt Lewin secara tidak sengaja menemukan dasar-dasar yang
merintis munculnya kelompok sensitivitas. Pada tahun 1960-an muncul kelompok
pertemuan untuk pengembangan diri. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan
bahwa kelompok pertemuan bukan saja dapat membantu pertumbuhan diri, tetapi
juga mempercepat penghancuran diri. Beberapa peneliti mencatat adanya
kerusakan psikis akibat kepemimpinan kelompok yang merusak. Seperti kita ketahui,
orang memasuki kelompok pertemuan untuk mempelajari diri mereka dan
mengetahui bagaimana mereka dipersepsi oleh anggota yang lain. Banyak model
yang dikemukakan, tetapi di sini kita akan mengambil model Bennis dan Shepherd,
yang uraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright (1980).

Model ini mengatakan ada dua tahap dalam kelompok pertemuan, yaitu:

1. Kebergantungan pada otoritas

2. Kebergantungan satu sama lain.

3. Kelompok Pentadar: Model Chesebro, Cragan, dan McCullough

Pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi wanita yang radikal.
Mereka membentuk kelompok-kelompok yang menggerakkan kelompok wanita
yang menentang masyarakat yang mendominasi pria. Diskusi kelompok mereka ikut
serta menumbuhkan gerakan Women’s lib. Model mereka ini kemudian digunakan
oleh gerakan radikal lainnya. Tahun 1978 dunia dikejutkan dengan bunuh diri missal
900 orang anggota Kuil Rakyat dari Pendeta Jimmy Jones.

Gerakan ini pun menggunakan komunikasi kelompok untuk menimbulkan kesadaran


pada anggota-anggotanya. Pada tahun 1970 James Chesebro, John Cragan, dan
Patricia McCullough melakukan studi lapangan di Minnesota tentang gerakan
revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan empat
tahap perkembangan kelompok penyadar, yaitu:
1. Kesadaran diri akan identitas baru
2. Identitas kelompok melalui polarisasi
3. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok

4. Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya.

Komunikasi organisasi

a. Definisi komunikasi organisasi

Gary L. Kreps (1986: 12-13) memberikan definisi mengenai komunikasi organisasi


yaitu:

“Organizational communications is the process whereby members gather pertinent


information about their organization and the changes occuring within it.
Communications helps organization members by enabling them to discuss critical
organizational experience and develop relevant information which demsystifies
complex organizational activities and organizational change”

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi organisasi adalah


proses dimana anggota mengumpulkan informasi terkait tentang organisasi mereka
dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Komunikasi membantu anggota organisasi
dengan memungkinkan mereka untuk mendiskusikan pengalaman organisasi yang
kritis dan mengembangkan informasi yang relevan yang berdampak kegiatan
organisasi yang kompleks dan perubahan organisasi.

Muhammad (2009: 67) dalam buku Komunikasi Organisasi memberikan definisi


komunikasi organisasi sebagai berikut:

“organizational communications is the process of creating and exchanging messages


within a network of interdependent relationship to cope with environmental
uncertainty”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi organisasi adalah


proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau
yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses,
pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.
Komunikasi organisasi dapat didefenisikan secara fungsional dan secara interpretif.
Defenisi dari perspektif fungsional adalah secara objektif sedangkan defenisi dari
perspektif interpretif adalah secara subjektif. Secara fungsional, komunikasi
organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara
unitunit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan yang hierarkis
antara yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace
& Faules, 2010: 31). Hubungan yang ditentukan dalam struktur ini bersifat alami,
hubungan ini juga menunjukkan struktur sebuah organisasi itu bersifat luwes dan
dapat berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang
internal juga eksternal. Namun demikian, hubungan antara jabatan yang berubah,
secara resmi hanya dapat terjadi berdasarkan pernyataan pejabat-pejabat
organisasi.

Fokus komunikasi organisasi dalam perspektif fungsional adalah komunikasi di


antara anggota-anggota suatu organisasi, maka komunikasi dapat terjadi kapanpun
setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam suatu
organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Sistem ini menyangkut pertunjukan dan
penafsiran pesan yang terjadi di antara banyak anggota organisasi, bisa puluhan
bahkan ratusan anggota organisasi yang memiliki jenis hubungan yang berlainan
yang menghubungkan mereka. Hubungan yang berlainan ini bisa saja seperti pikiran,
keputusan dan perilakunya diatur oleh kebijakan atau regulasi yang mempunyai gaya
yang berlainan dalam berkomunikasi, yang kemudian juga dalam mengelola dan
memimpin organisasi dimotivasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang berbeda.
Interaksi semua faktor ini atau mungkin faktor yang lebih banyak lagi disebut dengan
sistem komunikasi organisasi (Pace & Faules, 2010: 32-33).

Menurut perspektif interpretif, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan


makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak
mencerminkan organisasi, ia adalah organisasi (Pace & Faules, 2010: 33). Dalam
perspektif ini komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi
dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi
makna pada apa yang sedang terjadi. Dalam perspektif ini juga, peranan orang-orang
dan proses dibutuhkan dalam menciptakan makna, makna tersebut tidak hanya pada
orang, namun juga dalam transaksi itu sendiri. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi
adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan
mengubah organisasi (Pace & Faules, 2010: 33).

Pace dan Faules menyatakan secara fungsional, komunikasi organisasi dapat


didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi
terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan yang hierarkis antara
satu dengan yang lainnya yang berfungsi dalam suatu lingkungan. Hubungan yang
ditentukan dalam struktur ini bersifat alami, hubungan ini juga menunjukkan
struktur sebuah organisasi yangfleksibel dan dapat berubah sebagai respons
terhadap kekuatankekuatan lingkungan internal maupun eksternal, sedangkan
secara interpretatif komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi (Pace & Faules, 2010: 33). Komunikasi
organisasi melingkupi komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.
Kepentingan bersama dan tujuan organisasi menjadi orientasi komunikasi organisasi.
Setiap kegiatan komunikasi yang berjalan efektif akan mampu mendorong prestasi
kerja yang lebih baik dan menimbulkan kepuasan kerja (Muchlas, 2008: 272).
Komunikasi melayani empat macam fungsi besar dalam kelompok atau organisasi,
yaitu fungsi kontrol, motivasi, ekspresi emosi, dan informasi. Komunikasi berfungsi
untuk mengontrol perilaku organisasi dalam berbagai cara (Muchlas, 2008: 274).

b. Pendekatan komunikasi organisasi

Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dipergunakan
tiga pendekatan makro, mikro dan individual yaitu sebagai berikut (Muhammad,
2009: 74):

1) Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam interaksi organisasi ini organisasi
melakukan aktivitas tertentu seperti memproses informasi dari lingkungan,
mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.

a) Memproses informasi dan lingkungan


Organisasi supaya tetap hidup maka perlu memproses informasi dari lingkungannya.
Memproses informasi dalam hal ini maksudnya adalah menyesuaikan apa yang
terjadi pada lingkungan dengan jalan mentransfer informasi yang relevan dengan
keadaan dalam organisasi, kemudian merumuskan suatu respon yang tepat terhadap
input informasi tersebut. Informasi ini kemudian dipergunakan untuk melakukan
identifikasi dan penentuan tujuan organisasi.

b) Identifikasi
Suatu organisasi menggunakan informasi yang telah diproses dari lingkungan untuk
mencapai beberapa macam negoisasi, persetujuan dengan relasi yang potensial dari
langganannya. Proses penyesuaian diri dinamakan dengan identifikasi (Muhammad,
2009: 75).

c) Integrasi dengan Organisasi Lain


Tidak ada organisasi bergerak dalam keadaan terisolasi. Setiap organisasi
dipengaruhi oleh aktivitas organisasi lain dalam lingkungannya. Organisasi harus
memonitor aktivitas ini, menentukan pengaruh aktivitas-aktivitas itu kepadanya.
Kadangkadang interaksi dengan saingan terlalu bersifat institusional seperti dalam
organisasi perdagangannya. Kelompok-kelompok ini mempunyai anggota yang
bersifat terbuka hanya kepada orang-orang dalam bidangnya. Kelompok tersebut
melakukan konvensi dan rapat dan menggunakan materi yang memberikan
informasi yang relevan bagi kepentingan golongannya.

d) Penentuan Tujuan

Dari semua kegiatan organisasi secara makro yang memerlukan komunikasi yang
sangat penting adalah menentukan tujuan organisasi. Organisasi seharusnya tidaklah
menentukan tujuannya sebelum memperoleh informasi mengenai lingkungan
memprosesnya, melakukan identifikasi dengan langganan yang potensial dan
melakukan integrasi yang cukup dengan organisasi lain untuk memperjelas
tujuannya. Interaksi yang berasal dari semua interaksi ini kemudian dapat digunakan
untuk menentukan tujuan organisasi (Muhammad, 2009: 76).

Pada beberapa organisasi biasanya pimpinan tingkat tinggi banyak melakukan


perumusan tujuan organisasinya sehingga bawahan hanya menjalankan
kebijaksanaannya yang telah ditetapkan tersebut. Di beberapa organisasi, orang-
orang dalam organisasi diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan organisasi.Bila
perumusan tujuan mengikut serta orang hierarki bawah, maka komunikasi sangat
diperlukan karena orang-orang yang terlibat dalam merumuskan tujuan ini saling
bertukar ide dan informasi untuk merumuskan tujuan yang baik.

2) Pendekatan Mikro

Pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub unit
pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah
komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan
latihan, komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok,
komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan
pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam
organisasi (Muhammad, 2009: 77).
a) Orientasi dan Latihan

Organisasi perlu memberikan orientasi dan latihan untuk melatih orang-orang


dalam suatu organisasi agar dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu. Untuk
melakukan aktivitas ini memerlukan komunikasi. Misalnya untuk menjelaskan
bagaimana suatu pekerjaan seharusnya dilakukan disampaikan dengan
berkomunikasi. Komunikasi yang digunakan mungkin lisan, mungkin melalui buku
petunjuk atau manual yang jelas semuanya menggunakan komunikasi.

b) Keterlibatan Anggota
Dalam organisasi sangat diperlukan keterlibatan anggota dalam unitnya masing-
masing untuk menjaga kelancaran tugas organisasi. Untuk mengajak atau
mendorong anggota unit organisasi mau bekerja adalah dengan menggunakan
komunikasi dan itu adalah merupakan tugas dari pimpinan unit masingmasing.
Kadang kadang pimpinan perlu menyuruh anggota dengan lemah lembut dan secara
halus dan kadang-kadang juga diperlukan cara yang agak keras tergantung kepada
tipe pribadi anggotanya. Setiap orang mempunyai karakteristik tertentu dan dalam
hal ini perlu diperhatikan agar berhasil dalam melibatkan karyawan dalam pekerjaan
kelompoknya.

c) Penentuan Iklim Organisasi


Iklim organisasi ditentukan oleh bermacam-macam faktor diantaranya adalah
tingkah laku pimpinan, tingkah laku teman sekerja dan tingkah laku dari organisasi.
Pada umumnya iklim organisasi ditentukan oleh tingkah laku komunikasi dari
pimpinan kepada kelompoknya. Misalnya pimpinan yang tidak mau bicara dengan
bawahannya dan tidak pula ambil pusing dengan apa yang dilakukan sehingga
mungkin akan menjadikan bawahannya malas bekerja dan tidak produktif
(Muhammad, 2009: 78).
d) Supervisi dan Pengarahan
Tugas-tugas dalam organisasi perlu diawasi dikontrol serta diarahkan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Tugas ini dilakukan oleh beberapa orang pimpinan
organisasi terhadap orang-orang yang di bawahnya dan membantu orang tersebut
agar dapat melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. Semua kegiatan supervisi
dilakukan dengan menggunakan komunikasi.

e) Kepuasan Kerja
Apabila orang tidak merasa senang dengan situasi kerjanya biasanya orang tersebut
mengatakan bahwa tidak puas dengan pekerjaannya. Ada dua hal yang mungkin
menyebabkan orang tidak puas dengan pekerjaannya ini. Hal yang pertama, apabila
orang tersebut tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkannya untuk melakukan
pekerjaannya. Kedua, apabila hubungan sesama teman sekerja kurang baik.
Ketidakpuasan kerja ini berhubungan dengan masalah komunikasi (Muhammad,
2009: 79).
3) Pendekatan Individual
Pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku komunikasi individual dalam
organisasi. Komunikasi individual ini ada beberapa bentuk diantaranya (Muhammad,
2009: 80):

a) Berbicara pada Kelompok Kerja


Kerja kelompok adalah pusat efektifnya kerja organisasi. Oleh karena itu seseorang
harus mempunyai keterampilan berkomunikasi dengan orang lain untuk
mendapatkan dan memberikan informasi yang diperlukan dalam melakukan tugas
kelompok. Berbicara terhadap kelompok kerja ini dapat dilakukan oleh seorang
anggota kelompok, seorang supervisor atau anggota kelompok lainnya.
b) Menghadiri dan Berinteraksi dalam Rapat-rapat

Rapat adalah salah satu cara kehidupan organisasi yang umum. Oleh karena itu
seorang anggota organisasi harus terampil dalam interaksi rapat-rapat yang
mencakup keterampilan memberikan informasi bila diperlukan atau untuk
membujuk anggota lain untuk menerima usulan dan mengarahkan rapat bila
diperlukan.

c) Menulis
Organisasi banyak memerlukan materi cetak dan tertulis.Materi ini diantaranya
didistribusikan dalam organisasi dan untuk luar organisasi. Diperlukan keterampilan
dalam mengkonsep surat untuk kepentingan organisasi. Mengkonsep surat
menghendaki keterampilan berkomunikasi tertentu.

d) Berdebat untuk Suatu Usulan


Di dalam organisasi keputusan penting dibuat dalam rapatrapat kecil dimana orang
saling berdebat satu sama lain sebelum memilih satu tindakan tertentu. Orang dalam
organisasi harus membuat suatu usulan atau program baru mengenai aktivitas yang
akan dilakukan. Agar usulan ini berhasil atau dapat diterima orang perlu
keterampilan berkomunikasi untuk meyakinkan dan membujuk orang lain untuk
menerima usulan atau programnya (Muhammad, 2009: 81).
c. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, tindak
komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut melibatkan empat fungsi (Fajar,
2009: 125):
1) Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi.
Maksudnya adalah seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua
orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.Orang-orang
dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi (Fajar,
2009: 126).
2) Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga ataupun organisasi ada dua hal yang berpengaruh
terhadap fungsi regulatif.Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan
semua informasi yang disampaikan. Disamping itu juga mempunyai kewenangan
untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atas supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:

a) Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah.


b) Kekuatan pimpinan dalam memberikan sanksi.

c) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus


sebagai seorang pribadi.
d) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. Kedua, berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh atau
tidak boleh untuk dilaksanakan (Fajar, 2009: 127).
3) Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini maka banyak
pimpinan yang lebih suka mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4) Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaam dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan laporan kemajuan
organisasi, juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olah raga ataupun kegiatan darma wisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Fajar, 2009: 127)

d. Dimensi-dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi

1. Komunikasi Internal
Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai:
“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure
(organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm
which gets work done (operation and management)”.

Artinya pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu
perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan tersebut
lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan
vertikal di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (Effendy,
1990: 122).

Komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal.
a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas
dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal
balik. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi,
petunjukpetunjuk, informasi-informasi, penjelasan dan lain sebagainya kepada
bawahannya. Bawahan memberikan laporan, saran, pengaduan dan sebagainya
kepada pimpinan.

Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali
karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi
tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan,
atau saran dari para karyawan sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat
diambil dalam rangka tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi vertikal dapat
dilakukan secara langsung antara pimpinan dengan seluruh karyawan (Effendy, 1990:
122).

Komunikasi vertikal ini menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau
para impinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan
untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan
pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan,
disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum

(Muhammad, 2009: 108).

b) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf
dengan anggota staf, sesama karyawan dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi
vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal seringkali tidak formal.
Komunikasi horizontal dilakukan satu sama lain bukan pada saat bekerja, melainkan
pada saat istirahat, sepulang bekerja (Effendy, 1990: 122). Komunikasi horizontal
juga dapat diartikan sebagai pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama
tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan orang yang mengalir menurut fungsi
dalam organisasi diarahkan secara horizontal.Pesan ini biasanya berhubungan
dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan
masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya adalah sebagai


berikut (Muhammad, 2009: 121-122):
(1) Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala bagian dalam suatu organisasi kadang
perlu mengadakan rapat atau pertemuanuntuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap
bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
(2) Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitasaktivitas. Ide dari
banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh karena itu
komunikasi horizontal sangat diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik.
(3) Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam
tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan
menambah kepercayaan dan moral dari karyawan.
(4) Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan
juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi
perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim
organisasi yang baik.

(5) Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi
diusulkan maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau
anggota unit organisasi tentang perubahan tersebut.

(6) Mengembangkan sokongan interpersonal, karena sebagian besar dari waktu kerja
karyawan berinteraksi dengan temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di
antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok.
Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.

Komunikasi massa

Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan


melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi
yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2007: 79).
Menurut (Berger, 1995: 12) dalam buku komunikasi massa mendefiniskan secara
tegas bahwa:
Mass communication involves the use of print or electronic media, such as
newspapers, magazines, film, radio, or television, to communicate to large numbers
of people who are located in various places -- often scattered all over the country or
world. The people reached may be in groups of varying sizes or may be lone
individuals. A number of different elements make up mass communication media;
images, spoken language, printed language, sound effect, music, color, lighting and a
variety of other techniques are used to communicate messages and obtain particular
effects.

Although i have separated mass media from the process of mass communication in
the discussion above, some people tie them together and talk about "mass media of
communication". The two are closely linked, though i will continue to separate them,
reserving the term mass media for the instruments by which mass communication is
achieved.

Secara garis besar pemahaman konsep tentang Berger yaitu bahwa komunikasi
massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa seperti
televisi dan radio yang ditujukan kepada khalayak yang luas, heterogen dan anonim.
Ilmu komunikasi massa yaitu merupakan kajian yang berusaha untuk memahami
simbol-simbol yang dibuat, diproses dalam sebuah sistem yaitu dengan media
sehingga menimbuklkan efek dan diuji dalam sebuah teori yang digeneralisasikan
yang menjadi fenomena terkait dengan proses komunikasi secara luas. Artinya
komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya
bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal
atau mengetahui satu sama lain.
Sifat heterogen dalam komunikasi massa yaitu bahwa khalayak adalah terdiri dari
orang-orang yang berasal dari jenis pekerjaan yang berbeda satu dengan lainnya,
usia adat, kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Sedangkan
anonim adalah bahwa khalayak yang ada terdiri dari orangorang yang masing-masing
tidak saling mengenal dengan yang lainnya.

Karakteristik Komunikasi Massa


Menurut Nurudin ada tujuh karakteristik komunikasi massa yaitu:
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
Komunikasi massa bukan satu orang tetapi sekumpulan orang. Artinya, gabungan
antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah sistem.Sistem adalah sekelompok
orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah menyimpan,
menuangkan ide, gagasan simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat
keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain
dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Menurut Alexis Stan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi
sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke
sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa
biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah,
atau penerbit buka).
Dengan demikian komunikator dalam komunikasi massa setidaktidaknya mempunyai
ciri sebagai berikut:
a. Kumpulan individu.
b. Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem
dalam media massa.
c. Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama
pribadi unsur-unsur yang terlibat.

d. Apa yang dikemukakan komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau


mendapatkan laba secara ekonomis.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Herbert Blumer memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai
berikut:
a. Audiens dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia
mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya mereka
berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain dan antar
individu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu
kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain pesan-pesan ditujukan pada
khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak
boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan memang tidak disengaja untuk
golongan tertentu.

4. Komunikasi berlangsung satu arah

Dalam media cetak seperti Koran dan TV, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita
tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang
bersangkutan).
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya.


Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir secara
bersamaan. Bersamaan sifatnya relatif.
6. Media massa mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya
sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud
misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi
disebut media yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper


Gatekeeper atau yang sering disebut penepis informasi/palang pintu/penjaga
gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui
media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
memgurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebar
lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan
pesan, memganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya
gatekeepermerupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari
media massa dan menentukan kualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan
(Nurudin, 2009: 20-32).

Fungsi Komunikasi Massa


Menurut Effendy (1993) fungsi komunikasi tidak terlepas dari:

1. Fungsi informasi

Fungsi memberikan ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi
pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak
media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai
makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.
2.fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education).
Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu
cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika,
serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa
melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.

3.Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada


tajuk/editorial, features, iklan dan artikel. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-
iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

4.Fungsi menghibur

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah
untuk megurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca beritaberita
ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak
segar kembali (Ardianto, Komala, Karlinah, 2007: 17-19).

Elemen-elemen Komunikasi Massa


Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi
massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi meliputi komunikator
mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan
komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada
jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai pada penerima.

Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagai sumber (source) atau
komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audiens
atau komunikan. Sementara itu saluran dalam komunikasi massa yang dimaksud
antara lain televisi, radio, surat kabar, film, internet dan lain-lain.

Ada beberapa elemen dalam komunikasi massa antara lain:


1.komunikator
Komunikasi dalam komunikasi massa meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan
staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator yang
dimaksud disini yaitu gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media
massa.

2.Isi
Bagi Ray Eldon Hiebert dkk (1985) isi media setidak-tidaknya bisa dibagi ke dalam
lima kategori yakni:
a. Berita dan Informasi
b. Analisis dan Interpretasi
c. Pendidikan dan Sosialisasi

d. Hubungan masyarakat dan Persuasif


e. Iklan dan bentuk penjualan lain
f. Hiburan

3. Audiens

AudiensAudens dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton


televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masingmasing
berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi
pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-
masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya.

4. Umpan balik
Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yaitu umpan balik langsung
(immediate feedback) dan tidak langusng (delayed feedback). Umpan balik langsung
terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada
kemungkinan bisa berbicara langsung. Sedangkan umpan balik tidak langsung
misalnya bisa ditunjukkan dalam letter to editor/surat pembaca/pembaca menulis.
Umpan balik ini dalam bentuk kritikan yang ditujukan pada pihak lain berdasarkan
berita yang pernah dimuat juga merupakan salah satu umpan balik tidak langsung
yang dimaksud.

5. Gangguan

Ada dua tipe gangguan dalam komunikasi massa yaitu:


a. Gangguan Saluran
Gangguan saluran dalam media berupa kesalahan cetak, kata yang hilang, atau
paragraf yang dihilangkan dari surat kabar, gelombang dan gambar yang tidak jelas
dalam pesawat televisi.
b. Gangguan Semantik
Sedangkan gangguan semantik yaitu gangguan yang berhubungan dengan bahasa
yang diakibatkan oleh pengirim dan penerima pesan itu sendiri.

6. Gatekeeper

Jhon R Bittner (1996) mendefinisikan istilah gatekeeper sebagai individuindividu atau


kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi
massa. Mereka yang disebut sebagai gatekeeper adalah reporter, editor berita atau
editor film yang dapat menentukan arus informasi yang disebarkan.

7.Pengatur

Yang dimaksud pengatur dalam komunikasi massa yaitu mereka yang secara tidak
langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur tersebut
antara lain yaitu pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi professional, dan
kelompok penekan, termasuk narasumber dan pengiklan. Mereka berfungsi sebagai
pengatur karena dianggap kelompok tersebut dapat menentukan kebijakan
redaksional.

8. Filter
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audiens menerima pesan. Filter ibarat
sebuah bingkai kacamata tempat audiens bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunia riil
yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut. Ada beberapa
filter antara lain fisik, psikologis, budaya dan berkaitan dengan informasi (Nurudin,
2007: 96-133).

Etika Komunikasi Massa


Sobur mengatakan etika komunikasi massa adalah filsafat moral yang berkenaan
dengan kewajiban-kewajiban pers dan tentang penilaian pers yang baik dan pers
yang buruk atau pers yang benar dan pers yang salah. Dengan kata lain, etika pers
adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers
atau apa yang seharusnya dilakukan oleh orangorang yang terlibat dalam kegiatan
pers. Etika pers mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan
agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik (Ardianto, 2007: 196).

Berkenaan dengan etika komunikasi massa, ada beberapa poin penting berkaitan
dengan etika seperti yang dikemukakan Shoe Maker dan Reese yakni:
1.Tanggung jawab

Jurnalis atau orang yang terlibat dalam komunikasi massa harus mempunyai
tanggung jawab dalam memberitakan sesuatu, apa yang diberitakan oleh media
massa harus dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab tentunya mempunyai
dampak positif. Dampak positif yang terasa adalah media massa akan berhatihati
untuk menyiarkan dan menyebarkan informasi. Karena media tidak bisa seenaknya
memberikan informasi atau mengarang cerita agar medianya laris di pasaran.
2. Kebebasan pers

Kebebasan pers merupakan alasan penting dalam kehidupan pers. Kebebasan pers
akan lebih bermakna jika disertai tanggung jawab. Dengan kata lain, pers tidak
sebebas-bebasnya, akan tetapi kebebasan itu harus bisa dipertanggung jawabkan,
yang lebih dikenal dengan istilah kebebasan yang bertanggung jawab.
3.Masalah etis

Masalah etis dalam etika komunikasi massa yaitu jurnalis harus terbebas dari
berbagai kepentingan. Ia mengabdi kepada kepentingan umum. Meskipun mengabdi
pada kepentingan umum, pers tidak bisa lepas dari kepentingan. Yang bisa dilakukan
adalah menekan kepentingan tersebut, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh
kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers.
4.Ketepatan dan Objektivitas
Ketepatan dan Objektivitas dalam etika komunikasi massa yaitu jurnalis dalam
menulis berita memepertimbangkan keakuratan isi (accuracy), cermat, dan
diusahakan tidak ada kesalahan. Sementara itu, objektivitas adalah pemberitaan
yang didasarkan fakta-fakta dilapangan bukan opini wartawannya.
5.Tindakan adil untuk semua orang
Yaitu bahwa media harus melawan campur tangan individu dalam medianya. Artinya
pihak media harus berani melawan keistimewaan yang diinginkan seorang individu
dalam medianya. Media tidak boleh menjadi "kaki tangan" pihak tertentu yang akan
memengaruhi proses pemberitannya. Media massa harus fair play terhadap
kesalahan yang terjadi dan tidak menutup-nutupi. Media massa yang memberikan
kesempatan masyarakat untuk mengajukan keberatan dan protesnya, tidak boleh
menakut-nakuti dan mengancam. Media tidak perlu melakukan tuduhan yang
bertubi-tubi pada seseorang atas kesalahan tanpa memberi kesempatan sang
tertuduh itu melakukan pembelaan dan tanggapan atau trial by press (Nurudin,
2007: 252-266).

Anda mungkin juga menyukai