Anda di halaman 1dari 32

KEGIATAN BELAJAR 4:

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


DALAM PEMBELAJARAN PPKn

i
DAFTAR ISI

KEGIATAN BELAJAR 4 : PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM


PEMBELAJARAN PPKn

A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Deskripsi Singkat ..................................................................................... 1
2. Relevansi .................................................................................................. 3
3. Petunjuk Belajar ....................................................................................... 3
B. INTI 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...................................................... 4
2. Uraian Materi ........................................................................................... 4
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn............................................ 4
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn ..... 11
c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn ......................................... 12
d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn .................................................. 13
e. Tahapan Perlaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn ..................... 14
f. Membuat Laporan PTK...................................................................... 15
3. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi............................................................ 45
4. Forum Diskusi ........................................................................................ 45
C. PENUTUP ................................................................................................. 46
1. Rangkuman ............................................................................................ 46
2. Tes Formatif ........................................................................................... 47
3. Daftar Pustaka ........................................................................................ 49

ii ii
KEGIATAN BELAJAR 4 : PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DALAM PEMBELAJARAN PPKn

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat.
Peningkatan pencapaian kompetensi pembelajaran anak didik harus
senantiasa diusahakan oleh guru. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
pembelajaran harus dapat diatasi, satu diantaranya dengan cara guru melakukan
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui penelitian tindakan
kelas, guru akan menemukan permasalahan dan memilihkan solusi pemecahan
masalah yang tepat serta melaksanakannya dalam pembelajaran. Guru professional
memahami masalah-masalah dalam pembelajarannya yang bersumber dari faktor
anak didik, suasana pembelajaran, tingkat kesulitan materi, model dan metode
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Dengan melakukan
penelitian di kelas pembelajarannya sendiri, maka masalah- masalah dalam proses
belajar mengajar akan dapat diatasi yang pada akhirnya mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Relevansi
Modul 6 yang membahas tentang penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran PPKn pada diklat PPG dalam jabatan ini sangat relevan menjadi mata
latih peserta. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru PPKn adalah menguasai kemampuan melakukan penelitian
tindakan kelas. Dengan memahami keterampilan melakukan PTK dalam
pembelajaran akan mempermudah guru untuk mengelola dan mendesain kegiatan
belajar mengajar untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 4 pada modul 6 ini, ada beberapa
hal yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi
modul ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut; 1)
Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting dalam
diklat mulai tahap awal sampai akhir. 2) Lakukan kajian permulaan

1
terhadap tema keterampilan melakukan PTK dalam pembelajaran dengan mencari
beberapa referensi yang relevan. 3) Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan
Kegiatan Belajar 4 pada modul 6 untuk memudahkan dalam memahami isi modul
ini. 4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu,
berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat, berkaitan
dengan latihan soal yang telah disediakan pada modul 6 ini. 5) Bila anda menemui
kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau bertanya kepada instruktur atau
fasilitator yang mengajar mata diklat ini. 6) Selamat belajar, semoga sukses dan
berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru PPKn yang
profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru, dan inovasi.
2. Uraian Materi
a. Proposal PTK Dalam Pembelajaran PPKn
Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan Dosen pada
pasal 7 menyatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan profesionalisme, dengan mensyaratkan
empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Untuk mengembangkan kompetensi guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran
ada beberapa hal yang harus dilakukan adalah satunya adalah dengan melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Suharsimi dalam Khairunnisa, dkk (2019) bahwa PTK merupakan
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tenaga yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Melalui PTK
permasalahan pendidikan dan pembelajaran bisa dikaji, ditingkatkan dan
dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung secara
inovatif dan memperoleh hasil belajar yang meningkat. Sementara menurut
menurut Hopkins dalam Nurizzati (2014) menyatakan bahwa PTK dapat
didefinisikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh

2
pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap
kondisi dalam praktek pembelajaran. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman
yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga
area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan professional
dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang
dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik
tersebut dilaksanakan.
Fungsi PTK sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kerja di
sekolah dan ruang kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima kategori
fungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980):
a) Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam situasi tertentu;
b) Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian membekali guru yang
bersangkutan serta keterampilan dan metode baru, mempertajam kemampuan
analisisnya, dan perubahan;
c) Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovasi pada pengajaran dan
pembelajaran ke dalam sistem sekolah yang biasanya menghambat inovasi dan
perubahan;
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya kurang lancar antara guru
lapangan dengan penelitian akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian
tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan
e) Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik daripada pendekatan yang
lebih subjektif dan impresionistik pada pemecahan masalah di dalam kelas.
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat secara
tepat diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi guru untuk
dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait permasalahan siswa
baik secara akademik maupun non akademik. Secara garis besar Penelitian
Tindakan Kelas ini terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim

3
dilakukan. Menurut Arikunto (2006) keempat langkah tersebut adalah (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun yang
menjadi tahapan tersebut adalah sebagai berikut
Tahap 1: Menyusun rencana tindakan (Planning), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Seperti telah disampaikan dimuka, bahwa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi maka peneliti minta masukan dari guru,
kepala sekolah dan teman sejawat.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting), tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas
adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu melakukan tindakan kelas.
Tahap 3: Pengamatan (observing), tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan
pada waktu tindakan sedang berlangsung. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu
yang bersamaan.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting), tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti
melakukan evaluasi diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada
diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukannya.
b. Tahapan-Tahapan melaksanakan PTK dalam Pembelajaran PPKn
Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang,
agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal.
Menurut Zainal Aqib dalam Suyadi (2010), merumuskan langkah – langkah PTK
sebagai berikut:
1. Tahap 1: Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yakni
• Identifikasi masalah
• Merumuskan masalah
• Pemecahan masalah
2. Tahap 2: Acting (pelaksanaan)

4
3. Tahap 3: Observation (pengamatan)
4. Tahap 4: Refleksi
5. Tambahan: Siklus-siklus dalam PTK
Adapun yang menjadi tahapan dalam membuat PTK dalam pembelajaran PPKn
yakni;
1. Tahap perencanaan
Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara
matang dan teliti. Menurut Muslich (2011) dalam perencanaan PTK, terdapat tiga
dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya
dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
a) Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan
identifikasi permasalahan. Menurut Sukayati (2008) identifikasi pada pembelajaran
PPKn ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter kepada pasiennya. Jika
diagnosisnya tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab. Sebaliknya, jika
diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat sasaran. Demikian
pula dalam PTK dalam pembelajaran PPKn, identifikasi yang tepat akan
mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan
hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PPKn. Sebaliknya, identifikasi
masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia, disamping
memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolak bagi
perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua masalah belajar siswa
dapat diselesaikan dengan PTK. Empat langkah yang dapat dilakukan agar
identifikasi masalah mengenai sasaran dalam pembelajaran PPKn, yakni:
1) Masalah harus riil,
Masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan
didengar secara langsung oleh guru.
2) Masalah harus problematik
Banyak masalah di sekolah dalam pembelajaran PPKn akan tetapi tidak semua
masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang problematiklah

5
yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat problematik adalah
permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur
yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara penuh.
3) Manfaatnya jelas
Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat
dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Untuk
mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang
akan terjadi jika masalah tersebut berhasil diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana
yang akan gagal jika masalah tersebut tidak teratasi?
4) Masalah harus fleksibel
Masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan
kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain
sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat
secara jelas dapat diatasi dengan PTK.
b) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai
kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah
menemukan masalah yang riil, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka
masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa diantaranya adalah
dengan menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dan
lain sebagainya. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan
siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut
dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama
munculnya masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan
akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar
masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur tindakan. Dengan
menemukan akar masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan

6
separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan
kebalikan dari akar masalah.
c) Ide untuk memecahkan masalah
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi
rencana tindakan untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah
mengatasi masalah inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum
memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus
mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi
rujukan atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah
kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik apa
pun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah.
Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan
menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat
membuat judul penelitian.
2. Tahap Acting (pelaksanaan)
Menurut Kunandar (2011), tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan.
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu
bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus
sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini
akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya
dapat disinkronkan dengan maksud semula.
3. Tahap Observation (pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Menurut Supardi
dalam Kunandar (2011) menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap
III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini,
peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan
alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-
lain).

7
Lebih lanjut Kunandar (2011) menyatakan jika PTK dilakukan secara
kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang
sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh
guru) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung
dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi
mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab,
antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan. Walaupun
demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga
dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan dan
pengamatan, bukan menunjukkan suatu urutan.
Ketika guru PPKn sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis
seluruh perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan
diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya sendiri. Di
sinilah diperlukan seorang pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan
dengan tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya
juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.
4. Tahap Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi
adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi
juga sering disebut dengan istilah "memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah
memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya,
baik kelemahan dan kekurangannya.
Menurut Kunandar (2011) jika penelitian dilakukan secara individu, maka
kegiatan refleksi lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah
kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur terhadap
dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru
dan peneliti juga harus mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana
harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan
tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang
melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan

8
pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka
refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui
sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus
diperbaiki.
5. Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-
siklus dalam PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK,
sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Menurut Kunandar (2011) jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus,
maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan
sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu
mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan
yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama. Setiap
akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya, guru dan
pengamat harus selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan tindakan
baru atau memasuki siklus kedua. Dengan proses atau tahapan yang sama, guru
dapat melanjutkan ke siklus-siklus berikutnya, jika memang sampai pada siklus
tertentu ia belum merasa puas atau belum berhasil mendongkrak prestasi belajar
siswa. Demikian seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang dilalui, semakin
baik hasil yang diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan kepuasan siswa atas
prestasi belajarnya.
c. Membuat PTK dalam Pembelajaran PPKn
Dalam membuat PTK pada pembelajaran PPKn diperlukan adanya rencana
penelitian berupa setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian, variabel
yang akan diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator
kinerja dan analisis data yang akan dilakukan.
1. Setting dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini disebutkan dimana
penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik

9
dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik pria dan wanita, latar belakang
sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan
dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan, juga dikemukakan pada
bagian ini.
2. Variabel yang akan diteliti
Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan variabel-variabel penelitian
yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.
Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan peserta didik,
guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan
lain sebagainya, namun dalam PTK, lazimnya variabel X yaitu tindakan guru
merupakan variabel (2) proses penyelenggaraan KBM seperti interaksi belajar-
mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar peserta
didik, implementasi berbagai metode mengajar di kelas yang inovatif, dan
sebagainya, dan (3) varaibel output (Y) seperti rasa keingintahuan peserta didik,
kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan, motivasi peserta didik,
hasil belajar peserta didik, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar
melalui tindakan perbaikan dan sebagainya. Menurut Arikunto (2008) bahwa
rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan pembelajaran, seperti:
a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang
diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan tes diagnostik untuk
menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran dengan minimal 4
kali pertemuan tatap muka (penyajian materi, penilaian hasil belajar peserta
didik, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran
remedial dan atau pengayaan), pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi
PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang
perlu ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif
solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
b) Implementasi tindakan yaitu skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.

10
c) Observasi dan interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/observasi
dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan
perbaikan yang dirancang.
d) Analisis dan refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan
rencana bagi tindakan berikutnya.
3. Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian data dan cara pengumpulannya, PTK pada pembelajaran PPKn ini
ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan
variabel X yaitu proses tindakan guru dan respon siswa maupun dampak tindakan
perbaikan (variabel Y) yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menilai keberhasilan atau kekurang-berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran
yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi
keduanya.
Di samping itu teknik pengumpulan data setiap variabel yang diperlukan juga
harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan
jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format
dan alat bantu rekam yang akan digunakan) penggambaran interaksi dalam kelas
(analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen
dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh
dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai
pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber data. Akhirnya semua teknik
pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat
dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang
menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik, penggunaan teknik perekaman
data yang canggih dapat saja terkendala pada tahap tayang ulang dalam rangka
analisis dan interpretasi data.
Validasi dalam penelitian PTK diperlukan agar diperoleh data yang valid.
Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan
dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi

11
instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoretik maupun validitas
empirik. Untuk itu diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Data
kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui triangulasi:
triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber. Atau triangulasi metode,
data berasal dari beberapa metode.
4. Indikator Kinerja
Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan
yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya
untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi kesalahan konsep
peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk
pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang
tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
5. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang
dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif
maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa saja
cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif
komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah
siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
6. Bagian Akhir
Pada bagian akhir proposal berisi daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka
yang akan dipakai dalam penelitian disusun menurut urutan abjad pengarang;
hendaknya pustaka benar-benar relevan dan sungguh-sungguh akan dipergunakan
dalam penelitian.
d. Refleksi Dalam Pembelajaran PPKn
Refleksi dalam pembelajaran tidak dapat dipersempit pada satu metode saja
untuk diterapkan pada satu kelas (Suprijono, 2010). Guru membawa pengalaman
yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran. Pengalaman-pengalaman yang

12
diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan tentang diri mereka misalnya minat,
kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Dimana dalam hal ini guru PPKn harus mampu
mengkondisikan siswa pada lingkungan belajar meliputi fasilitator agenda
pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan, dengan adanya lingkungan belajar yang
mendukung, motivasi belajar siswa akan dapat meningkat dengan baik, sehingga
tujuan pembelajaran dapat terwujudkan dengan baik terkendali.
Refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi tertentu yang harus dipenuhi.
Secara umum menurut Moon (1999) ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi
terjadinya refleksi pada siswa, yaitu: (1) lingkungan belajar meliputi fasilitator
agenda pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan (2) pengelolaan refleksi meliputi
perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi dalam membimbing refleksi, dan
mekanisme pelaksanaan refleksi (3) kualitas tugas yang diberikan guru, misalnya
tugas yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang baru dipelajari dengan apa
yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses berpikir, serta
membutuhkan evaluasi.
Hal ini sesuai menurut Dale (2012) yang berpendapat bahwa strategi refleksi
dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang selaras dengan teori
konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan tidak diatur dari luar diri
seseorang tetapi dari dalam dirinya. Kontruktivisme mengarahkan untuk menyusun
pengalaman-pengalaman siswa dalam pembelajaran sehingga mereka mampu
membangun pengetahuan baru. Pembelajaran reflektif sebagai salah satu tipe
pembelajaran yang melibatkan proses refleksi siswa tentang apa yang dipelajari,
apa yang dipahami, apa yang dipikirkan, dan sebagainya, termasuk apa yang akan
dilakukan kemudian.
Pendapat tersebut didukung dengan pendapat Suprijono (2010) yang
mengungkapkan bahwa refleksi pembelajaran dapat digunakan untuk melatih siswa
berpikir aktif dan reflektif yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-
kesimpulan yang definitif. Kegiatan refleksi seseorang dapat lebih mengenali
dirinya, mengetahui permasalahan dan memikirkan solusi untuk permasalahan
tersebut. Dengan demikian refleksi pembelajaran yang diberikan oleh guru PPKn
akan membantu siswa memahami materi berdasarkan

13
pengalaman yang dimiliki sehingga mereka memiliki kemampuan menganalisis
pengalaman pribadi dalam menjelaskan materi yang dipelajari. Proses belajar yang
mendasarkan pada pengalaman sendiri akan mengeksplorasi kemampuan siswa
untuk memahami peristiwa atau fenomena. Peran refleksi secara lebih rinci dalam
belajar menurut Khadijah (2011) dapat terlihat pada tiga hal, yaitu:
1. Membantu restruktur pemahaman pada struktur kognitif dalam melakukan
transformasi belajar,
2. Membantu representasi belajar dimana proses rekonsiderasi dan umpan
baliknya melibatkan manipulasi pemahaman.
3. Membantu mengembangkan pemahaman dalam penggunaan pengalaman siswa
sebagai bahan pelajaran tanpa meninggalkan konteks belajar itu sendiri
Refleksi dalam pembelajaran PPKn memiliki asumsi bahwa pembelajaran
tidak dapat dipersempit pada satu metode saja untuk diterapkan pada satu kelas.
Guru membawa pengalaman yang berbeda-beda ke dalam pembelajaran.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa akan membentuk pengetahuan
tentang diri mereka misalnya minat, kapabilitas dan sikap-sikap mereka. Menurut
Moon (1999) mengatakan bahwa refleksi pada siswa dapat terjadi pada kondisi
tertentu yang harus dipenuhi. Secara umum ada tiga kondisi yang dapat
mempengaruhi terjadinya refleksi pada siswa, yaitu: (1) lingkungan belajar meliputi
fasilitator agenda pelaksanaan, ruang dan waktu pelaksanaan (2) pengelolaan
refleksi meliputi perencanaan tujuan dan hasil refleksi, strategi dalam membimbing
refleksi, dan mekanisme pelaksanaan refleksi (3) kualitas tugas yang diberikan
guru, misalnya tugas yang menuntut siswa mengintegrasikan apa yang baru
dipelajari dengan apa yang dipelajari sebelumnya, menuntut pelibatan proses
berpikir, serta membutuhkan evaluasi.
Menurut Khodijah (2011) teknik pelaksanaan refleksi dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok. Ada berbagai teknik yang dapat digunakan guru
dalam mendorong terjadinya refleksi dalam diri siswa, di antaranya: (a) waktu dan
ruang untuk merefleksi, (b) closing circle, (c) kartu indeks, (d) menulis jurnal, dan
(e) menulis surat. Sedangkan tahap pembelajaran terbagi menjadi empat tahap,
yaitu: (a) pendahuluan meliputi apersepsi, mengaitkan pengetahuan

14
awal siswa dengan pelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran; (b) diskusi
meliputi diskusi kelompok dan presentasi kelompok dalam diskusi kelas; (c)
refleksi meliputi analisis, pemaknaan dan evaluasi; dan (d) penutup meliputi
konfirmasi dan penarikan kesimpulan
e. Tahapan Perlaksanaan PTK dalam Pembelajaran PPKn
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran merupakan salah satu tuntutan kompetensi guru, oleh karena itu
siapapun guru dan calon guru dituntut mampu melakukan penelitian tindakan kelas
untuk peningkatan keprofesionalan mereka. Menurut Arikunto (2008) mengatakan
bahwa bagian pertama sajian ini tentang Penyusunan Proposal PTK berisi tentang:
isi proposal, bagian pokok dan bagian akhir dari proposal PTK. Sementara yang
menjadi bagian kedua Penyusunan Laporan Hasil PTK menguraikan tentang bagian
awal, bagian pokok dan bagian akhir laporan hasil PTK (yang akan terbit pada edisi
mendatang). Penyusunan usulan/proposal penelitian merupakan langkah awal
penulisan penelitian. Penyusunan proposal mencakup beberapa langkah yaitu 1)
pengajuan usulan judul, 2) persetujuan judul,
3) pembimbingan (jika perlu), 4) revisi dan 5) pengesahan proposal yang telah
disetujui.
Lebih lanjut menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa PTK merupakan
kegiatan nyata, untuk meningkatkan mutu PBM; merupakan tindakan oleh guru
kepada siswa yang harus berbeda dari kegiatan biasanya. PTK terjadi dalam siklus
berkesinambungan; minimum dua siklus. Judul memuat gambaran upaya yang
dilakukan untuk perbaikan pembelajaran sesuai hasil analisis karakteristik siswa
dalam pembelajaran sebelumnya, tindakan yang diambil untuk merealisasikan
upaya perbaikan pembelajaran, dan setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih
dari 15 kata/frasa.
Dalam penyusunan usulan penelitian/proposal penelitian perlu dilakukan
beberapa kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah
dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah
dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan
masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan

15
masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai
dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun perspektif, konsep,
dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6)
menyusun siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat
memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara
mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk
menjaring data, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data.
Hasil kegiatan di atas dituangkan dalam kerangka proposal yang terdiri dari
3 bagian yang ditulis tidak lebih dari 15 halaman (khusus untuk bagian pokok). Tiga
bagian itu adalah (1) bagian awal (halaman sampul, halaman persetujuan, Kata
Pengantar dan daftar isi), (2) bagian pokok (Pendahuluan: latar belakang, rumusan
masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; Kajian pustaka: kajian
teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis, Rencana
Penelitian: seting dan subyek penelitian, prosedur PTK, pengumpulan dan analisis
data) dan (3) bagian akhir.
Bagian pokok proposal terdiri dari 3 yaitu: (1) pendahuluan: latar belakang,
rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat penelitian; (2) kajian
pustaka: kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan
hipotesis, dan (3) rencana penelitian: setting dan subyek penelitian, prosedur PTK,
pengumpulan dan analisis data.
1. Pendahuluan
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa pendahuluan proposal
penelitian berisikan latar belakang permasalahan. permasalahan penelitian, cara
pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
a) Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan diuraikan urgensi penanganan
permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta-
fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun
dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu
(apabila ada) juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai

16
urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang
diusulkan.
Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya
tercermin dalam uraian di bagian ini. Menurut Aunurrachman (2009) untuk itu
beberapa hal berikut ini perlu dimasukkan dalam latar belakang masalah adalah
menuliskan kenyataan yang ada (kondisi awal) dalam hal ini kondisi awal sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Serta menuliskan harapan yang dituju (kondisi
akhir), yaitu kondisi setelah dilakukan penelitian. Harapan yang dituju (kondisi
akhir) dapat berupa kondisi akhir yang diteliti atau bagi subyek penelitian (peserta
didik/guru/kepsek), maupun kondisi akhir peneliti.
2. Permasalahan Penelitian
Menurut Hatimah dkk (2008) mengatakan bahwa dalam merumuskan
permasalah dalam penelitian PTK haruslah mengamati 2 hal yakni kesenjangan
antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan yang dimaksud adalah (1) Kesenjangan
antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah pokok dari subyek penelitian, (2)
Kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah lain dari peneliti.
Dalam hal ini jika berkaitan dengan PTK pada pembelajaran PTK maka menulis
masalah yang dihadapi yaitu adanya kesenjangan antara harapan (kondisi akhir)
dengan kenyataan (kondisi awal): Masalah yang diteliti, nilai ulangan kenyataan
(kondisi awal)-nya masih rendah, harapan (kondisi akhir)-nya meningkat; Masalah
peneliti, kondisi awal pembelajarannya belum memanfaatkan alat peraga, harapan
(kondisi akhir)-nya menggunakan alat peraga.
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan
secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar diangkat dari
masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui
PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan
yang secara teknis metodologik diluar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang
ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan
analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan masalah
tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut.

17
3. Cara Pemecahan Masalah
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa dalam bagian ini dikemukakan
cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif
pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang
mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus
terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka
pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau
berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan
PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal. Menulis cara pemecahan masalah
pada pembelajaran PPKn diperlukan sebuah identifikasi masalah, pembatasan
masalah dan perlu adanya solusi. Pada saat melakukan identifikasi masalah, guru
sudah harus mengkaji berbagai literatur yang relevan. Identifikasi masalah pada
umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga
banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan masalah.
Lebih lanjut Arikunto (2008) penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang
komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut tidak
harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah; kalimat tanya tersebut
harus mengacu/mengandung variabel pada masalah pokok (Y). Pembatasan
masalah, diperlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus;
Langkah awal, membatasi banyaknya variabel yang diteliti, variabel apa saja.
Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya penyusunan proposal
Penelitian Tindakan Kelas, untuk peserta didik mana, kelas berapa, semester kapan,
tahun kapan, materi apa dan sebagainya. Membatasi atau menjelaskan variabel
bebas (X), misalnya, alat peraganya apa, apa yang dilakukan, siapa yang
melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.
4. Rumusan Masalah
Menurut Arikunto (2008) rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi
dan pembatasan masalah umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada
rumusan masalah lebih terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan
masalah. Kalimat tanya yang diajukan mengacu ke variabel pada masalah pokok

18
(Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti (X). Kalimat tanya pada rumusan
masalah kelak harus terjawab setelah pelaksanaan tindakan. Kualitas penelitian
sangat dipengaruhi oleh kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan
masalah. Rumusan masalah akan dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori yang
akan digunakan; Selain itu juga sebagai arah dalam menentukan judul penelitian,
sebagai arah dalam menentukan metode penelitian dan sebagai arah dalam
menentukan jenis penelitian
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Menurut Arikunto (2008) tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas,
paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus
konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian
sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.
Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang PPKn yang bertujuan
meningkatkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran PPKn melalaui
penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru
bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya
dapat diverfikasi secara obyektif.
Di samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-
keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris langsung
(direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-
rekan guru lainnya serta mungkin bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru.
Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu.
Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun
kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. Kajian Pustaka
Menurut Arikunto (2008) pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang
relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan jelas
kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan
penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang

19
mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut.
Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis
tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan/diantisipasi.
7. Kajian Teori
Menurut Arikunto (2008) pada kajian teori dipaparkan landasan substantif
dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam
menentukan alternatif yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi
falsafah dasar, teori, dan konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian
yang akan dilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan:
(1) permasalahan dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari
judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori terutama variabel tindakan (X) harus
dijelaskan bukan hanya teori tentang apa dan mengapa penting, tetapi bagaimana
secara teoritis implementasi variabel X dalam pembelajaran. Tinjauan pustaka
diambil dari teori-teori yang terbaru dan dari berbagai aliran. Untuk keperluan itu,
dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri
yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain disamping terhadap teori-teori yang
lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan
teoritik.
8. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
Menurut Arikunto (2008) penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya,
relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk
menghindari duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji baik yang
dilakukan oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain. Kajian ini menjadi dasar
ulasan penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan
sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk
membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini
akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian kita dan
penelitian sebelumnya/lainnya.
9. Kerangka Pikir

20
Menurut Arikunto (2008) dalam kerangka pikir, perlu dicantumkan sebatas
yang diteliti dan dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori
sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak
sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik
dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, koran, internet
dan lain-lain.
Sementara menurut Slamet (2011) bahwa kerangka pemikiran yang berisi
penjelasan teoritik digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini,
kemudian dilanjutkan dengan memodelkan penelitian yang dibuat. Disini
terkandung teori dasar dan referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa
juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah
pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk
penguraian variabel dan indikator instrumen penelitian.
Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam
penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli
yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang
ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus
dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi
harus dicantumkan.
10. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa hipotesis diturunkan dari
kerangka pemikiran. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka,
dan kerangka pemikiran, maka dapat diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis
berisi hipotesis tindakan, bukan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian;
Dengan demikian merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan
kerangka berpikir; Selain itu hipotesis menjawab rumusan masalah yang diajukan,
dan merupakan hipotesis tindakan bukannya hipotesis penelitian.
f. Membuat Laporan PTK

21
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau hal
apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau
badan yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa
jenis laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes
laboratorium. Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi
penyajiannya. Laporan hasil PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.
Tujuan menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan,
dan merekomendasikan hasil penelitian. Maka dari itu laporan PTK ditulis karena
merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan, serta dapat diketahui oleh umum,
terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama dengan
yang dilaporkan.
Sistematika laporan hasil PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari laporan
penelitian formal. Laporan hasil PTK terdiri dari 3 bagian yaitu: awal, pokok, dan
akhir.
a) Bagian Awal
Bagian awal laporan penelitian hasil PTK terdiri dari: halaman judul, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Uraian
berikut ini menjelaskan teknik penulisannya. Namun sebelum masuk ke masing-
masing item bagian awal laporan, disajikan terlebih dahulu tentang sampul/cover
laporan hasil PTK (Herijanto, 2011). Adapun yang disajikan pada bagian awal,
yakni:
• Sampul
• Halaman judul
• Halaman moto dan persembahan
• Abstrak
• Prakata
• Daftar isi
• Daftar tabel, gambar dan lampiran
b) Bagian Pokok

22
Pada bagian pokok laporan penelitian terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I
pendahuluan, BAB II kajian pustaka, BAB III metode penelitian tindakan kelas,
BAB IV pelaksanaan dan hasil penelitian tindakan kelas serta pembahasan, BAB V
penutup. Adapaun yang menjadi pokok tiap BAB yaitu sebagai berikut
BAB I Pendahuluan
Bagian ini adalah bab pertama laporan penelitian yang mengantarkan
pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan dan pentingnya
penelitian Wahidmurni, (2008). Oleh karena itu, bab pendahuluan memuat uraian
tentang
a. Latar belakang masalah
b. Identifikasi masalah
c. Rumusan masalah
d. Tujuan penelitian
e. Kegunaan penelitian
BAB II Kajian Pustaka
Pada bagian ini materi dari proposal diperluas dan dipertajam lagi sehingga
kajian penelitian yang relevan, teori, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan
menjadi lebih sempurna. Uraikan dengan lebih jelas lagi kajian pustaka dan teori
yang benar-benar mendasari rancangan penelitian tindakan. Tunjukkan adanya
dukungan temuan dan bahan penelitian lain terhadap pilihan tindakan untuk
mengatasi permasalahan penelitian. Dengan begitu kerangka berpikir atau kerangka
konsep yang digunakan dalam penelitian makin kokoh. Demikian juga hipotesis
tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan/diantisipasi. Dan isi pada bagian ini berupa;
a. Kajian teori
b. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
c. Kerangka pikir
d. Hipotesis tindakan/penelitian
BAB III Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini dipaparkan berupa;
a. Setting dan karakteristik subjek penelitian

23
b. Variabel yang diselidiki
c. Prosedur penelitian
d. Data dan cara pengumpulannya
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hasil penelitian dan pembahasan ini haruslah sesuai judulnya,
memaparkan uraian pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Kemudian perlu
ditonjolkan hal yang mendasar yaitu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
yang tercermin dari perubahan (kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan, guru
sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar dan lain
sebagainya. Kemukakan grafik dan/ tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan
jelas. Pada BAB IV ini terdapat beberapa hal yakni;
a. Pelaksanaan tindakan
b. Hasil analisis data
c. Pembahasan
BAB V Simpulan dan Saran
Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan
apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan
adalah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang dibuat berdasarkan uraian
sebelumnya (Herijanto, 2011). Dalam kaitan dengan PTK, simpulan harus disusun
secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu kepada
pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu, simpulan harus disusun
secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan
Bagian Akhir
Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari Daftar Pustaka dan
lampiran-lampiran. Ada dua hal yang berkaitan dengan Daftar Pustaka/acuan, yaitu:
1) Petunjuk pengacuan pada teks, dan 2) Penyusunan Daftar Pustaka.

24
Tuliskanlah semua bacaan atau referensi yang dimuat dalam bagian pokok laporan
ini.
4. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi
Dalam pembelajaran PPKn kemungkinan akan ditemukan masalah pembelajaran
yang segera harus diatasi atau segera dicari solusi pemecahannya. Sebagai guru
yang profesional guru PPKn dengan niat yang tulus berusaha menemukan cara
mengatasi masalah pembelajaran dengan mengadakan penelitian tindakan kelas.
Karena penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas sendiri maka sangat mudah
untuk dilakukan dan sangat mudah untuk menemukan solusi terbaik dalam
mengatasi masalah pembelajaran PPKn.
5. Forum Diskusi
Tugas
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian
Terstruktur
Mampu 1. Mampu mengindentifikasi a. Langkah- 1. Jelask
mengembang masalah pembelajaran PPKn di langkah anlah
kan diri kelas dan merancang proposal membuat bagaimana
secara penelitian tindakan kelas proposal PTK cara
berkelanjutan (PTK) sesuai dengan kaidah dalam membuat
sebagai guru dan prinsip-prinsip penelitian. pembelajaran proposal,
PPKn yang 2. Mampu melakukan refleksi PPKn pelaksanaan
profesional terhadap pembelajaran PPKn b. Tahapan- dan laporan
melalui yang telah dilaksanakan dan tahapan PTK dalam
penelitian, memanfaatkan hasil refleksi melaksanakan pembelajara
refleksi diri, untuk perbaikan proses dan PTK dalam n PPKn
pencarian hasil pembelajaran. pembelajaran 2. Bagai
informasi 3. Mampu melaksanakan PTK PPKn mana
baru, dan dan memberikan solusi serta c. Membuat pendapat
inovasi. perbaikan atas proses dan hasil laporan PTK anda tentang
pembelajaran sesuai dengan dalam refleksi yang
masalah pembelajaran PPKn pembelajaran dilakukan
yang ditetapkan. PPKn2 guru PPKn
4. Mampu melaporkan hasil PTK d. Hasil refleksi dalam usaha
dan pembelajaran perbaikan
mendiseminasikannya secara PPKn pembelajara
lisan dan tulisan dalam forum n
ilmiah atau dalam bentuk
artikel yang dipublikasikan
dalam jurnal lokal atau
nasional
4. PENUTUP

25
a. Rangkuman
Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi masalah
belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat secara tepat
diberikan kepada siswa. PTK juga mampu menjadi sarana bagi guru untuk
dapat segera mengambil tindakan secara menyeluruh terkait permasalahan
siswa baik secara akademik maupun non akademik. Penelitian Tindakan Kelas
ini terdapat empat langkah kegiatan yang lazim dilakukan yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
b. Test formatif
1 Peserta didik yang tidak dapat menjawab pertanyaan tentang materi
yang sedang di bahas berarti mengalami gejala…
a. kesulitan belajar
b. kesulitan konsentrasi
c. kesulitan menghapal
d. rendahnya motivasi
e. rendahnya daya ingat
2 Penelitian dilakukan adalah untuk mengatasi atau mencari jawab atas suatu
permasalahan. Didalam penelitian Tindakan kelas, permasalahan yang akan
dijawab adalah:
a. permasalahan siswa
b. permasalahan kurikulum
c. permasalahan sarana/prasarana
d. permasalahan manajerial kelas
e. permasalahan belajar
3 Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas jumlah siklus
berdasarkan ketentuan adalah...
a. sampai tercapai indikator kinerja dan setiap siklusnya tiga kegiatan
b. sampai tidak ada lagi data baru dan setiap siklusnya tiga kegiatan
c. maksimal lima siklusnya dan setiap siklusnya tiga kegiatan
d. dua sampai tiga siklus dan setiap siklus tiga kegiatan
e. tidak ada batasan siklus dan kegiatan.

26
4 Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Adapun komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui
penelitian tindakan adalah:
a. permasalahan siswa yang sering terlambat datang masuk kelas
b. kurangnya kemampuan guru dalam menertibkan siswa dalam
pembelajaran
c. materi pelajaran yang terlalu bertele-tele pembahasannya
d. hasil pembelajaran siswa yang kurang mendukung nilai kelulusan
e. permasalahan dalam kesulitan belajar yang dialami siswa.
5 Contoh rumusan permasalahan dalam rangka menyusun proposal penelitian
tindakan kelas adalah...
a. Apakah pembelajaran cooperative learning teknik jiqsaw dapat
meningkatakan hasil belajar PPKn siswa kelas VII SMP Negeri
Tunggulwulung Kebumen?
b. Sejauhmana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi
belajar PPKn di SMP PGRI Glagahwangi Sumedang?
c. Bagaimana pengaruh pemanfaatan TIK dalam meningkatkan hasil belajar
PPKn siswa kelas VII SMP Berdikari Kranggan?
d. Efektifitas pembelajaran dengan media pandang dengan ditinjau dari
motivasi belajar pada mata pelajaran PPKn di SMP Wonosalam Sleman?
e. Apakah penerapan metode ceramah efektif.
6 Pelaksanaan PTK merupakan cara yang efektif dalam mengidentifikasi
masalah belajar siswa sehingga solusi atas permasalahan tersebut juga dapat
secara tepat diberikan kepada siswa. Hal ini adalah merupakan…
a. sarana penelitian tindakan kelas
b. fungsi penelitian tindakan kelas
c. tujuan penelitian tindakan kelas
d. manfaat penelitian tindakan kelas
e. pengertian penelitian tindakan kelas
7 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran mengikuti
beberapa langkah sintaks. Langkah yang dilakukan sebelum masuk pada

27
perencanaan siklus berikutnya adalah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
8 Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, pengumpulan data penelitian
dilakukan pada langkah:
a. merumuskan pendahuluan sebagai langkah awal kegiatan
b. observing, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa
c. planning, merencanakan kegiatan pada siklus pertama
d. acting, melaksanakan seluruh kegiatan untuk penelitian tindakan
e. reflecting, merefleksi kegiatan yang sudah selesai dilakukan
f. Ketika mengidentifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas, harus tepat
menemukan permasalahan, diantaranya permasalahan harus bersifat
problematik. Permasalahan yang bersifat problematik adalah…
a. permasalahan yang menuntut pemecahan
b. permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru
c. permasalahan yang selalu muncul dalam pembelajaran
d. permasalahan pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum
e. permasalahan pembelajaran dengan penekanan pada aktifitas siswa
g. PTK memiliki ciri khusus yaitu sikap reflektif berkelanjutan, yang artinya
bahwa…
a. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil
penelitian guna memperbaiki proses tindakan pada siklus berikutnya
b. PTK merupakan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran secara
kolaboratif
c. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil sehari-hari yang
dialami oleh guru
d. PTK adalah penelitian eksperimen
e. PTK merupakan jenis penelitian yang paling tepat untuk perbaikan

28
proses pembelajaran
c. Daftar Pustaka
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
-----------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Aunurrachman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas
Dirjen
Budi H. 2011. Teknik Penulisan Laporan PTK. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Cohen, Louis & Lawrence Manion. 1980. Research Methods in Education,
London: Croom Helm
Hatimah, I, dkk. 2008. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Dirjen.
H. Dale. Schunk. 2012. Learning Theories An Educational Perspective.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Rajawali Pers.
Moon, Jenife. 1999. A Handbook for Reflective Practice and Profesional
Development. USA: Routledge.
Muslich, Masnur. 2011. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nisa, Khairun. 2019. Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru-Guru SDN Gugus 2
Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat: 2(2), Mei 2019.
Nurizzati. 2014. Ketertolakan Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal
Edueksos: 3(1), Januari-Juni, 137.
Nyayu, Khadijah. 2011. Reflektive Learning sebagai Pendekatan Alternatif
dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam. Jurnal ISLAMICA: 6(1), Maret.
Slameto. 2008. Proposal, Pelaksanaan dan Evaluasi Keberhasilan PTK.
Seminar Nasional IKIP PGRI Semarang 19 Juni 2008.
----------. 2011. Penyusunan Proposal dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Salatiga: Widya Sari Press.
Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: PPPTK Matematika.
Suprijono. 2010. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Peajar.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogyakarta: Diva Press

29
Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan.
Malang: IKIP Malang.

30

Anda mungkin juga menyukai