Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Perilaku KEMAMPUAN TAWAR PENJAJA SEKS KOMERSIAL DALAM

PENGGUNAAN KONDOM UNTUK MENCEGAH HIV/AIDS

Menurut Skinner (1999), prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning

adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinfoncer berupa

hadiah-hadiah atau rewards bagi pelaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasikan komponen-komponen kecil yang membentuk

perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan

yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dibentuk

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah

tersusun itu.

Menurut Green (2004) kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor non

perilaku. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh 3 domain utama, yaitu predisposing, Enabling dan

Reinforcing. Predisposing dari perilaku meliputi pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan, faktor

demografis. Faktor Enabling terkait dengan akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan. Di

samping ketersediaan sumberdaya dan sarana prasarana kesehatan faktor Enabling juga berasal dari

komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap suatu objek perilaku kesehatan. Faktor Reinforcing

berasal dari kelompok atau individu yang dekat dengan seseorang, termasuk keluarga, teman, guru,

dan petugas kesehatan.

Secara lengkap 3 faktor utama yang mempengaruhi perubahan perilaku tersebut dapat

diterangkan sebagai berikut:


a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi

dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya: agar seorang

PSK mau menggunakan kondom diperlukan pengetahuan dan kesadaran PSK tersebut

tentang manfaat kondom tersebut, baik bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Di samping itu,

kadang-kadang kepercayaan, tradisi, dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau

menghambat PSK untuk menggunakan kondom.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi, tempat berobat,

ketersediaan kondom/kemudahan mendapatkan kondom, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dokter paktek

swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana pendukung, misalnya: penggunaan kondom. PSK yang mau menawarkan kondom

tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat kondom saja, melainkan PSK tersebut dengan

mudah harus dapat memperoleh kondom. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor

pendukung, atau faktor pemungkin.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama

(toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini

undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

yang terkait dengan kesehatan . Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,
lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku menawarkan kondom terhadap

pelanggan, serta kemudahan memperoleh kondom, juga diperlukan peraturan atau

perundang-undangan yang mengharuskan PSK menawarkan kondom kepada pelanggannya

dan tidak boleh melayani jika mereka tidak mau memakai kondom.

World Health Organization/WHO (1984) menyampaikan penyebab perilaku seseorang

adalah karena adanya alasan pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek. Pengetahuan dapat

membuat keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut

yaitu dapat diperoleh dari pengalaman bermacam-macam sumber misalnya media massa, media

cetak, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, brosur, teman, dan

sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai