Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup adalah masalah bersama dan secara
kolektif hal ini menjadi masalah nasional. Untuk dapat mewujudkan
penanganan hal tersebut di atas, diperlukan komitmen berbagai pihak untuk
mengubah pendekatan pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi
pada pertumbuhan ekonomi semata tanpa memperhitungan batasan
toleransi daya dukung lingkungan ataupun ekologi.
Pemerintah memandang perlu untuk melakukan intervensi terhadap
penanganan masalah lingkungan mengingat situasi dan kondisi yang ada
tidak mengalami perbaikan justru mengalami penurunan kualitas
lingkungan. Hal ini makin dipercepat dengan adanya pelaksanaan otonomi
daerah dalam bidang lingkungan. Tidak ada common platform yang jelas
diantara daerah otronom dalam menangani masalah lingkungan hidup.
Demikian pula kurang ada law enforecement dalam masalah lingkungan
hidup secara transparan. Keberhasilan program ini akan sangat tergantung
dari sejauh mana pelaksanaan kepemerintahan dan pengelolaan
pembangunan yang baik (good governance and management) dapat
dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat
secara bertanggung jawab.
Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah Kabupaten Banggai
mengacu pada visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
TERWUJUDNYA BANGGAI MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA
BERBASIS KEARIFAN LOKAL
2

Misi :
1. Membangun Sumber Daya Manusia Berkualitas, Produktif dan
Sejahtera.
2. Menciptakan Kemandirian Ekonomi yang Produktif dan Berdaya Saing
Melalui Pemanfaatan Teknologi.
3. Memperkuat Pertumbuhan dan Pemerataan Infrastruktur serta
Penanggulangan Bencana.
4. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan yang
Berbasis Lingkungan.
5. Pengembangan Pariwisata, Budaya serta Nilai Keagamaan.
6. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Transparan dan
Akuntabel.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banggai dan
Peraturan Bupati Banggai Nomor 25 Tahun 2017 tentang Uraian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup, maka Dinas Lingkungan
Hidup mempunyai kedudukan sebagai suatu dinas unsur pendukung tugas
Bupati di bidang lingkungan hidup yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai mempunyai tugas


pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan di bidang lingkungan
hidup meliputi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan
evaluasi, pelaporan dan pelaksanaan administrasi kesekretariatan, tata
lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah B3, pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta penataan dan
peningkatan kapasitas lingkungan hidup berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Mengacu kepada visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Banggai
periode tahun 2021-2026 , Dinas Lingkungan Hidup memiliki tantangan
untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui
3

pemulihan keseimbangan lingkungan dan penerapan pembangunan


berkelanjutan. Tujuannya adalah Peningkatan Perekonomian Daerah
melalui Peningkatan Investasi dan Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam
Secara Berkelanjutan dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.
Adapun sasarannya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya Kualitas Tata Ruang, Lingkungan Hidup dan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Untuk Kesejahteraan Rakyat,
dengan strategi :
Meningkatkan upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan
pencemaran dan kerusakan SDA dan Lingkungan Hidup.
2. Meningkatknya pengelolaan persampahan, dengan strategi :
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan melalui pengelolaan
persampahan melalui mekanisme 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)
dengan meningkatkan peran serta masyrakat.
Adapun arah kebijakan adalah pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang serasi dan seimbang menuju pembangunan
berkelanjutan
Dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup, khususnya
terkait dengan pengelolaan sampah, dalam Undang-undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah mengatur mengenai cara
pengelolaan sampah rumah tangga. Cara pengelolaan yang dimaksud
dalam undang-undang tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 3R
yaitu meliputi kegiatan pengurangan/pembatasan timbulan sampah
(reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan pendauran ulang
sampah (recycle). Prinsip 3R harus diterapkan dan menjadi alternatif
pemecahan untuk mengurangi permasalahan tingginya timbulan sampah di
TPS (Tempat Penampunga Sementara) dan keterbatasan daya tampung
TPA (Tempat Penampungan Akhir) Penanganan permasalahan sampah
yang kurang tepat dapat mengancam aspek keindahan kota dan
pencemaran lingkungan serta masalah kesehatan.
Timbulnya permasalahan sampah saat ini tidak terlepas dari
perilaku warga masyarakat sebagai penghasil sampah. Kenyataan di
4

lapangan menunjukkan masih banyak warga masyarakat yang belum


melakukan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dengan baik,
mulai dari memilah sampah, menyimpannya, dan membuang sampah pada
tempatnya, sehingga banyak kita temui sampah yang tidak terangkut.
Selain itu Pemerintah Kabupaten Banggai melalui Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai telah mengupayakan sarana
prasarana persampahan dalam penanganan dan pengurangan sampah
namun memang harus diakui belum memadai. Di lapangan menunjukkan
masih banyak sampah yang berserakan di luar fasilitas sarana
persampahan bahkan sungai sungai kecil banyak dipenuhi sampah
sehingga mencemari lingkungan sekitar baik udara, tanah maupun air.
Permasalahan di atas muncul sebagai akibat dari belum maksimalnya
pengelolaan sampah sesuai prinsip 3R. Pengelolaan sampah bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumberdaya.

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran pengelolaan lingkungan hidup khususnya terkait pengelolaan
persampahan di Kabupaten Banggai.
5

BAB II
MASALAH

Berkaitan dengan isu lingkungan hidup, selain upaya mengendalikan


pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, masalah persampahan juga
menjadi perhatian utama. Pengelolaan persampahan menjadi fenomena
masalah lingkungan terutama di kawasan perkotaan seperti ibukota kecamatan
dan ibukota kabupaten yaitu Kota Luwuk. Pertumbuhan penduduk dan
perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume,
jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Selain itu keterbatasan
lahan TPA menuntut peran serta dan kesadaran masyarakat untuk ikut
membantu dalam mengelola sampah domestik. Selama ini peran serta
masyarakat hanya diwujudkan sebatas membayar retribusi sampah. Peran
serta tersebut diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan mengurangi sampah
dari sumbernya (masing-masing rumah tangga) dan melakukan pemilahan
sampah. Perlu inovasi daerah yang lebih massif dan sistematis untuk
menggerakan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui
pendekatan reduce, reuse dan recycle.
6

BAB III
ANALISIS MASALAH DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMECAHANNYA

A. Analisis Masalah
Pengelolaan sampah dilakukan melalui penanganan sampah dan
pengurangan sampah. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan stretegi dan
kebijakan yang dilakukan untuk memaksimalkan pengelolaan
persampahan.
Berikut disajikan analisis pohon masalah :

AKIBAT Pengelolaan Sampah Belum Maksimal

Kesadaran
Masyarakat
terhadap
Voume Sampah Yang Tertangani Berkurang
Pengelolaan
Sampah Masih
Rendah

Kondisi & Pemeliharaan Jumlah Personil


Jumlah Alat Sarana dan Pengelolaan
SEBAB
Angkut Belum Prasarana Persampahan
Memadai belum Maksimal Belum Memadai

Berdasarkan analisis pohon masalah di atas dapat disimpulkan


bahwa masalah pengelolaan sampah belum maksimal disebabkan :
1. Kondisi dan jumlah alat angkut belum memadai
2. Pemeliharaan sarana dan prasarana belum maksimal
3. Jumlah personil pengelolaan persampahan belum memadai
4. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah masih rendah.

B. Alternatif Kebijakan Pemecahan Masalah.


1. Pengurangan Sampah Semaksimal Mungkin Dimulai Dari Sumbernya.
Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi
sampah paradigma baru, dimaksudkan untuk mengurangi volume
7

sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan


semaksimal mungkin material yang dapat didaur ulang. Pengurangan
sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga mengurangi
jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang
yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah dan
menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak
tercampur dengan sampah lain.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa
strategi ditetapkan yaitu :
a. Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Akan Upaya 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) Dan Pengamanan Sampah B3 (Bahan Buangan
Berbahaya) Rumah Tangga. Pengurangan sampah dari sumber ini
dilakukan melalui mekanisme 3R, yaitu reduce(R1), reuse (R2),
recycle (R3). R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada
pengurangan pola hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan
bahan ”tidak sekali pakai” yang ramah lingkungan. R2 adalah
upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang
berulang agar tidak langsung menjadi sampah. R3 adalah setelah
sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu dilakukan
pemilahan dan pemanfaatan/ pengolahan secara setempat.
b. Mengembangkan Dan Menerapkan Sistem Intensif Dan Disinsentif
Dalam Pelaksanaan 3R Upaya pengurangan sampah di sumber
perlu didukung dengan pemberian intensif yang dapat mendorong
masyarakat untuk senantiasa melakukan kegiatan 3R. Insentif
tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,
pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan
tingkat kelurahan dan lain-lain.
c. Mendorong Koordinasi Lintas Sektor Perindustrian Dan
Perdagangan
Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini
akan sangat signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh
masyarakat. Sedangkan disinsentif juga perlu diperlakukan untuk
8

mendorong masyarakat tidak melakukan hal-hal diluar ketentuan.


Disinsentif dapat berupa antara lain peringatan, peningkatan biaya
pengumpulan atau pengangkutan untuk jenis sampah tercampur
dan lain-lain.
2. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta Sebagai
Mitra Pengelolaan.
Untuk melaksanakan pengurangan sampah dari sumber dan
meningkatkan pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat,
Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan
kondisi kebersihan yang memadai. Swasta jangan lagi dimanfaatkan
bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya
sangat diperlukan.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa
strategi ditetapkan yaitu :
a. Meningkatkan Pemahaman Tentang Pengelolaan Sampah Sejak
Dini Melalui Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah.
Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang
yang sudah dewasa terbukti tidak efektif, terutama dalam hal
pemilahan sampah sejak dari sumber. Untuk itu diperlukan strategi
peningkatan yyang lebih sistematik, yaitu melalui mekanisme
pendidikan masalah kebersihan/ persampahan sajak dini di
sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh
kota di indonesia (SD, SMP, dan SMA).
b. Menyebarluaskan Pemahaman Tentang Pengelolaan
Persampahan Kepada Masyarakat Umum.
Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan
panduan bagi masyarakat agar mereka lebih memahami tentang
pengelolaan persampahan sehingga dapat bertindak sesuai
dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan pedoman
ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media
9

massa yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan


yang terkandung di dalamnya.
c. Meningkatkan Pembinaan Masyarakat Khususnya Kaum
Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah.
Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan
dirasakan dalam jangka panjang, strategi pembinaan dalam rangka
meningkatkan kemitraan masyarakat terutama kaum perempuan
juga sangat diperlukan. Perempuan sangat erat kaitannya dengan
timbulan sampah dirumah tangga (75% sampah kota berasal dari
rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan yang
efektif untuk pola pengurangan sampah sampah sejak dari
sumbernya.
d. Mendorong Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai
program secara efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan
yang sangat tinggi terutama bila keikutsertaan mereka dilibatkan
sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
pengelolaan sampah dilingkungan perumahan melalui
pemberdayaan masyarakat setempat dapat direplikasi ditempat
lainnya.
e. Mengembangkan Sistem Intensif dan Iklim yang Kondusif Bagi
Dunia Usaha/Swasta
Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta insentif
perlu diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak
swasta yang mau terjun dalam bisnis pelayanan publik
persampahan. Peninjauan kembali pedoman dan ketentuan
penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu
segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko dan
dapat menarik faktor keuntungan yang proporsional. Pemerintah
perlu memberikan fasilitas dan melakukan ujicoba kerjasama
swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan.
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.
10

Tingkat pelayanan saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS


yang tidak terangkut dan masyarakat membuang sampah ke lahan
kosong/ sungai. Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan
pelayanan pengumpulan sampah secara memadai. Sementara itu
berbagai komitmen internasioanl sudah disepakati untuk mendorong
peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada masyarakat.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa
strategi ditetapkan yaitu :
a. Optimalisasi Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Persampahan
Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering
diakibatkan oleh rendahnya tingkat pemanfaatan armada
pengangkut. Banyak kota masih mengoperasikan truk sampah
dengan ritasi tidak efesien (tidak lebih dari 2 rit/hari). Sehingga
diperlukan upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan pengangkut
dan peralatan lainnya sehingga lebih banyak sampah terangkut dan
lebih banyak masyarakat dapat terlayani.
b. Meningkatkan Cakupan Pelayanan Secara Terencana Dan
Berkeadilan
Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan
jangkauan yang memberikan rasa keadilan. Disamping pusat kota
yang mendapat prioritas, pelayanan juga tetap harus disediakan
bagi masyarakat kelas ekonomi rendah agar mereka juga dapat
menikmati lingkungan pemukiman yang bersih dan sehat.
c. Meningkatkan Sarana Kapasitas Sarana Persampahan Sesuai
Sasaran Pelayanan Dalam batas pemanfaatan optimal telah
tercapai dan masih dibutuhkan peningkatan cakupan pelayanan
maka akan diperlukan adanya peningkatan kapasitas sarana
persampahan khususnya armada pengangkutan.
d. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan
Pengelola TPA yang buruk di banyak kota harus diakhiri dengan
upaya peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang
berlaku. TPA yang jelas-jelas telah menimbulkan masalah bagi
11

lingkungan sekitarnya perlu segera mendapatkan langkah-langkah


rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang terjadi dapat
diminimalkan.
e. Penelitian, Pengembangan, Dan Aplikasi Teknologi Penanganan
Persampahan Tepat Guna Dan Berwawasan Lingkungan
Kekeliruan dalam pemilihan teknologi seperti insinerator
tungku yang banyak dilakukan oleh pemerintah daerah perlu segera
dihentikan dengan memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya.
Disamping itu juga sangat diperlukan aktifitas penelitian dan
pengembangan untuk mendapatkan teknologi yang paling sesuai
dengan kondisi sampah di Indonesia pada umumnya.

4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan


Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi
yang diberi kewenangan untuk melaksanakan seluruh aspek
manajemen untuk menghasilkan kualitas pelayanan persampahan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu
kebijakan yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan
pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari
bentuk fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
didukung oleh tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa
strategi ditetapkan yaitu :
a. Meningkatkan Status Dan Kapasitas Institusi Pengelola
Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan
menjadi setingkat ”Dinas” atau ”Perusahaan Daerah” untuk kota
besar dan metropolitan didasarkan pada kebutuhan manajemen
untuk menyelesaikan masalah persampahan yang sudah
cenderung lebih komplek.
c. Meningkatkan Kinerja Institusi Pengelola Persampahan
Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri
secara terus menerus dengan melakukan evaluasi kinerja
12

pengelolaan sehingga dapat diidentifikasi berbagai kelemahan yang


ada dan melakukan upaya-upaya peningkatan yang terarah.
c. Memisahkan Fungsi/ Unti Regulator Dan Operator
Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah
mendesak untuk segera diwujudkan. Sehingga satu institusi yang
berperan ganda sebagai operator sekaligus regulator sudah
waktunya dipisahkan. Adanya dua peran dalam satu institusi telah
menyebabkan keracunan dalam mekanisme pengawasan
pelaksanaan pengelolaan sampah, seperti yang terjadi saat ini
terjadi.
d. Meningkatkan Kerjasama Dan Koordinasi Dengan Pemangku
Kepentingan Lain
Perkuatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat
dipengaruhi oleh pola pola kerjasama horizontal maupun vertikal
termasuk kerjasama antar kota dalam penerapan pola pengelolaan
sampah secara regional. Kerjasama antar instansi dibutuhkan
untuk berbagai hal yang berkaitan dengan kewenangan instansi
lain seperti pengelolaan sampah pasar, drainase/sungai, pihak
produsen/industri/perdagangan (penanganan sampah kemasan
dan B3 rumah tangga dan bahan-bahan daur ulang),
pertanian/kehutanan (pemasaran kompos), bidang pendidikan dan
lain-lain.
e. Meningkatkan Kualitas SDM Manusia
Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan
pengelola persampahan, profesionalisme sumber daya manusia
(SDM) merupakan salah satu unsur utama yang dapat
menggerakkan roda manajemen persampahan secara menyeluruh..
f. Mendorong Pengelolaan Kolektif Atas Penyelenggaraan
Persampahan Skala Regional
Keterbatasan lahan TPA (tepat pengolahan akhir) sampah
dikawasan perkotaan, memerlukan solusi penanganan bersama
secara regional agar lebih efisien. Pengelolaan regional
13

dikembangkan dengan memperhatikan azas manfaat bagi setiap


pemerintah daerah yang terlibat.
g. Meningkatkan Kelengkapan Produk Hukum/ NPSM Sebagai
Landasan Dan Acuan Pelaksanaan Pengelolaan Persampahan
Produk hukum baik berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah, peraturan menteri, dll haruslah
disediakan secara lengkap dan mampu mengantisipasi segala
perkempangan dinamika pengelolaan persampahan.
h. Mendorong Penerapan Sistem Pengawasan Dan Penerapan
Sanksi Hukum Secara Konsisten Dalam Rangka Pembinaan
Aparat, Masyarakat Dan Pemangku Kepentingan Lainnya.
Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan
haruslah mendapat pengawasan yang baik dan bila diperlukan
dilakukan tindakan pengenaan sanksi terhadap pelaku
penyimpangan baik dari unsur pemerintah, masyarakat, swasta,
dan lain-lain untuk membina setiap pemangku kepentingan
melaksanakan tugas dan kewajiban secara bertanggung jawab.
5. Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan
Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan
publik yang harus disediakan oleh pemerintahan untuk
mensejahterakan masyarakat. Sharing dari masyarakat sangat
diperlukan untuk menjaga agar pelayanan pengelolaan persampahan
dapat berlangsung dengan baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu bentuk sharing dari masyarakat adalah melalui pembayaran
retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang
dapat membiayai dirinya sendiri.
a. Penyamaan Persepsi Para Pengambil Keputusan
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan
persepsi akan prioritas dan pentingnya pengelolaan persampahan
termasuk perlunya pemulihan biaya pengelolaan, bahkan diantara
para pengambil keputusan di Pemerintah Daerah. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan
14

persepsi agar pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian


yang seimbang.
b. Mendorong Peningkatan Pemulihan Biaya Persampahan
Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan
pemulihan biaya dari pengelolaan persampahan agar subsidi bagi
pelayanan publik ini dibatasi dan mengupayakan semaksimal
mungkin pendanaan dari masyarakat. Rencana tindak yang
diperlukan adalah penyusunan pedoman dan aturan untuk
memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya pemulihan
biaya pengelolaan persampahan.
15

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengelolaan persampahan menjadi fenomena masalah
lingkungan terutama di kawasan perkotaan seperti ibukota kecamatan dan
ibukota kabupaten yaitu Kota Luwuk. Pertumbuhan penduduk dan
perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya
volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Selain itu
keterbatasan lahan TPA menuntut peran serta dan kesadaran masyarakat
untuk ikut membantu dalam mengelola sampah domestik. Selama ini
peran serta masyarakat hanya diwujudkan sebatas membayar retribusi
sampah. Peran serta tersebut diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan
mengurangi sampah dari sumbernya (masing-masing rumah tangga) dan
melakukan pemilahan sampah. Perlu inovasi daerah yang lebih massif
dan sistematis untuk menggerakan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah melalui pendekatan reduce, reuse dan recycle.
Permasalahan dalam pengelolaan persampahan antara lain
Kondisi dan jumlah alat angkut belum memadai, pemeliharaan sarana dan
prasarana belum maksimal, jumlah personil pengelolaan persampahan
belum memadai, dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah masih rendah.

B. REKOMENDASI
Untuk menindaklanjuti perlu dilakukan hal - hal sebegai berikut :
1. Pengurangan Sampah Semaksimal Mungkin Dimulai Dari
Sumbernya.
2. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta
Sebagai Mitra Pengelolaan
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan
5. Pengembangan Alternatif Sumber Pembiayaan
16

LITERATUR

1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


2. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem pengelolaan
Persampahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3. Rencana Strategis Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai periode
tahun 2021 – 2026
4. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Banggai.

Anda mungkin juga menyukai