Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk di Negara Indonesia yang besar tentunya harus

diimbangi dengan pertumbuhan atau penyediaan perumahan yang merupakan hal

pokok dalam berkehidupan di masyarakat. Sebagai mahluk sosial kepentingan

memiliki rumah sangat penting sebagai tempat perlindungan diri ataupun keluarga

serta memiliki nilai sebagai kemampuan memperoleh harta sehingga derajat

seseorang atau keluarga akan meningkat dipandang oleh masyarakat. Semakin

tinggi nilai rumah yang dimiliki maka akan semakin tinggi nilai yang diberikan

oleh masyarakat sebagai status sosial orang tersebut. Memperoleh rumah

sekaligus tanah bisa dilakukan oleh seseorang dengan membeli secara pribadi

dengan membeli dari pihak penjual ataupun dengan cara membeli perumahan

dengan kredit dari perbankan.

Kemudahan masyarakat dalam pembelian tanah dan mendirikan bangunan

atau rumah tidak terlepas dari perubahan sistem pemerintahan di Negara

Indonesia, dari sistem pemerintahan sentralistik menjadi sistem pemerintahan

desentralistik. Sistem desentralistik menjadikan pemerintah daerah memiliki

daerah otonomi yang berarti adanya pelimpahan urusan pemerintah pusat kepada

pemerintahan daerah. Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan

menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu:1

1
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakaerta:Penerbit Andi, 2009, hlm. 25
2

1. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat

dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan

(keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi

yang tersedia di masing-masing daerah.

2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran

pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah

yang memiliki informasi yang paling lengkap.

Pernyataan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 pada Pasal 33 ayat 3 bahwa bumi, air, kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Sebagai negara yang berdaulat tentunya pengaturan terhadap

tanah harus dibuat untuk tujuan kemakmuran rakyat. Negara sebagai pemilik

tanah beserta isinya namun rakyatnya dapat mempergunakan tanah sebagai

manfaat untuk perlindungan dan manfaat secara ekonomis.

Dengan memiliki tanah serta mendirikan bangunan diatasnya tentunya

pemerintah mengatur secara peraturan dan perundang-undangan sehingga tidak

adanya permasalahan yang timbul diantara masyarakat dan pemerintah itu sendiri.

Masyarakat dalam memperoleh hak atas tanah dan bangunan tentunya harus

memiliki itikat yang baik kepada negara dengan membayar bea kepemilikan atau

perolehan atas tanah dan bangunan. Bea perolehan atas hak tanah dan bangunan

merupakan implementasi pembayaran pajak yang diberikan oleh masyarakat,

dimana penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus

dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi essensial. Hal ini merupakan wujud
3

dari kemandirian suatu bangsa atau negara dalam melaksanakan pembiayaan

pembangunan sebagai program pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur. Pembiayaan pembangunan yang terlihat dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (untuk selanjutnya disebut APBN) Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (untuk selanjutnya disebut APBD) salah satu

wujudnya adalah pungutan yang berasal dari dalam negeri berupa pajak yang

digunakan untuk pembiayaan pembangunan yang berguna bagi kepentingan

bersama.2

Indonesia sebagai negara demokrasi juga terlihat dari pungutan pajak yang

diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, dimana pungutan pajak di

Indonesia dapat dilihat dengan 2 cara, yaitu:3

1. Pajak Negara/Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat

penyelenggaraannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, digunakan

untuk pembiayaan rumah tangga negara umumnya.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh daerah provinsi, daerah

Kabupaten dan kota guna pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing.

Peralihan pungutan pajak dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

salah satunya adalah pungutan Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan

Atas Tanah dan Bangunan pada Pasal 23 dimana Bea Perolehan Atas Tanah dan

2
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Jakarta:Salemba Empat, 1999,
hlm. 1
3
Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Bandung:PT. Eresco, 1992,
hlm. 24
4

Bangunan dibagi merata antara pemerintah pusat mendapat 20% (dua puluh

persen) dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan mendapat 80% (delapan puluh

persen) dan selanjutnya dijelaskan bahwa penerimaan 20% (dua puluh persen)

Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan oleh pemerintah pusat dibagi rata

kembali kepada pemerintah kabupaten/kota seluruh Indonesia serta bea perolehan

atas tanah dan bangunan yang diterima pemerintah daerah sebesar 80% (delapan

puluh persen) dibagi rata menjadi 20% (dua puluh persen) untuk provinsi yang

bersangkutan dan 80% (delapan puluh persen) untuk pemerintah daerah kabupaten

/kota bersangkutan. Berdasarkan undang-undang ini pemerintah daerah kabupaten

/kota yang menghasilkan bea perolehan atas tanah dan bangunan menerima bea

perolehan atas tanah dan bangunan cukup besar.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Restribusi Daerah merupakan produk undang-undang yang berbasis

desentralisasi, disebabkan karean adanya pajak yang selama ini dipungut oleh

pemerintah pusat dialihkan kepada pemerintah daerah. Salah satunya pajak yang

dialihkan adalah Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan dengan demikian

pendapatan daerah akan semangkin meningkat sehingga kinerja pemerintah

daerah juga harus ditingkatkan.

Pemerintah daerah tentunya berupaya untuk terus menerima pendapatan

Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan dengan terus melakukan pendataan

terhadap objek Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan. Pemerintah Kota

Tanjungbalai sebagai kota yang berkembang tentunya akan terus memacu

penerimaan pendapatan seluruh pajak yang dikelola pemerintah Kota Tanjung


5

Balai. Pelaksanaan pendataan objek Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan di

serahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tanjung Balai, sehingga

pendapatan daerah yang diterima melalui Objek Bea Perolehan Atas Tanah dan

Bangunan dapat terkontrol dan terlaksana dengan sistematis dan

bertanggungjawab.

Pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai

terus meningkat seiring terbitnya perundang-undangan yang mengalihkan

pungutan pajak oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dari latarbelakang

tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul

“Efektivitas Pelaksanaan Validasi Terhadap Objek Bea Perolehan Atas Hak

Tanah Dan Bangunan (Studi Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota

Tanjung Balai)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam proposal skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum dalam melakukan Objek Bea Perolehan Atas

Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai ?

2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan validasi terhadap Objek Bea Perolehan

Atas Tanah dan Bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjung

Balai?

.
6

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penulisan proposal skripsi ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengaturan Hukum dalam melakukan

Objek Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis Efektivitas Pelaksanaan validasi terhadap

Objek Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Tanjung Balai.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik

manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis, manfaat secara teoritis dan

praktis adalah sebagai berikut:

1.Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam tatanan hukum di Indonesia dan dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan hukum tentang

hukum perpajakan yang ada di Negara Indonesia. Dalam penelitian ini juga

penulis mengharapkan dapat menambah wawasan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan bidang hukum serta penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan

Tugas Akhir Kesarjanaan Strata Satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Asahan.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan informasi bagi

semua yang berkepentingan dan pelaksanaan tentang hukum perpajakan di Negara

Indonesia.
7

2.Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai pedoman untuk

memberikan kepastian hukum bagi masyarakat secara umum dan secara khusus

dalam memperoleh Hak Atas Tanah Dan Bangunan sesuai yang diatur pemerintah

dalam peraturan perundang-undangan

E. Keaslian Penulisan

Judul skripsi “Efektivitas Pelaksanaan Validasi Terhadap Objek Bea

Perolehan Atas Hak Tanah Dan Bangunan (Studi Di Kantor Dinas Pendapatan

Daerah Kota Tanjung Balai)”.Sepengetahuan penulis bahwa di lingkungan

Universitas Asahan penulisan tentang judul tersebut belum pernah dilakukan

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pemeriksaan oleh Ketua Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Asahan mengenai tidak ada judul yang sama.

Namun ada beberapa judul skripsi lainnya yang memiliki kemiripan judul

yang sama baik yang ada di Perpustakan Fakultas Hukum Universitas Asahan

maupun fakultas hukum dari universitas lainnya tetapi dalam pembahasan

permasalahan berbeda, yaitu antara lain:

1. Judul : Tinjauan Peranan Kantor Pertanahan Kabupaten

Asahan Dalam Meningkatkan Pendaftaran Hak

Atas Tanah

Disusun : Arizona Keliat

NPM : 15041161

Univerisi : Universitas Asahan.


8

2. Judul : Evaluasi Kebijakan Penarikan Pajak Bea

Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

(BPHTB) Di Kota Bandar Lampung

Disusun : Uki Setiani

NPM : 1316041073

Universitas : Universitas Lampung

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian skripsi dengan menggunakan

penelitian empiris. Penelitian hukum empiris (yuridis empiris) adalah jenis

penelitian hukum sosiologi dan dapat disebut pula dengan penelitian

lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang

terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. 4 Penelitian empiris juga disebut

suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan

nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan

menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang

dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang

pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.5

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilaksanakan oleh penulis dibatasi hanya

melakukan penelitian di kantor Inspektorat Kota Tanjung Balai. Hal ini

dilakukan karena sumber bahan hukum dalam penelitian ini ditemukan pada
4
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta:Sinar Grafika, 2002, hlm.
15
5
Ibid, hlm. 16
9

Inspektorat Kota Tanjung Balai dan penulis berada di Kota Tanjung Balai

sehingga menghemat biaya dan waktu.

3. Sumber Data

Penulis dalam melakukan penelitian untuk mengambil data penelitian

menggunakan sumber data, dimana sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Adapun dalam

memperoleh data-data yang ada, peneliti menggunakan 2 (dua) macam

sumber data meliputi :

a. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. 6

Sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan wawancara berbagai

pihak yang menyangkut terhadap permasalahan dalam penelitian.

b. Sumber data sekunder yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku

sebagai sumber data pelengkap sumber bahan hukum primer. Sumber data

sekunder penelitian ini adalah data-data bahan hukum yang diperoleh

dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku ilmiah, hasil,

penelitian dan sebagainya.7 Sumber data sekunder mencakup dokumen-

dokumen, buku, hasil penelitian yang berwujud laporan dan seterusnya.

Adapun buku yang menjadi bahan hukum adalah buku-buku yang

berkaitan dengan pembahasan penelitian yang dilakukan oleh penulis

mengenai bahan hukum yang terdiri dari:

1). Berbagai bahan pustaka atau literatur;


6
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2006, hlm. 30
7
Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta:PT. Hanindita Offest, 1983, hlm. 56
10

2). Bahan-bahan dari hasil seminar dan artikel yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti;

3). Bahan-bahan dari hasil penelitian sebelumnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber data primer dan

sekunder yang disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Teknik

pengumpulan sumber data yang digunakan adalah:

a. Wawancara langsung.

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka,

ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah

penelitian kepada responden.8 Wawancara langsung dalam pengumpulan

fakta sosial sebagai kajian ilmu hukum empiris dilakukan dengan cara

tanya jawab secara langsung dimana semua pertanyaan disusun secara

sistematis, jelas dan terarah sesuai dengan isi hukum yang diangkat dalam

penelitian ini.

b. Studi Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang

berwujud sumber data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau gambar

berbentuk dokumen resmi, buku, majalah, dokumen pribadi dan foto yang

terkait dengan permasalahan penelitian.9

8
Amiruddin, Op Cit, hlm. 82
9
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 71
11

4. Analisis Sumber Data

Analisis sumber data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan permasalahannya. Analisis

sumber data ini bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang diperoleh.

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan data,

maka akan mengelola dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif.

Analisis data kualitatif yaitu melakukan penelitian dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya

menjadi satuan yang dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan menemukan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif adalah

suatu teknik yang menggambarkan dan menginterprestasikan data-data yang

telah terkumpul, sehingga diperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh

tentang keadaan sebenarnya.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan memberikan

gambaran yang merupakan isi dari pembahasan skripsi ini dan untuk
12

mempermudah penguraiannya, maka penulis membagi skripsi ini kedalam 4

(lima) Bab.

BAB I : Berisi tentang pendahuluan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Berisi tentang tinjauan pustaka yaitu pemerintah daerah, pajak, hak

atas tanah.

BAB III : Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, bagaimana

pengaturan hukum dalam melakukan Objek Bea Perolehan Atas

Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai dan bagaimana

pelaksanaan validasi terhadap Objek Bea Perolehan Atas Tanah

dan Bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjung

Balai.

BAB IV : Berisi tentang kesimpulan dari pembahasan skripsi ini dan saran-

saran yang berguna bagi siapa saja yang membaca skripsi ini.

Anda mungkin juga menyukai