0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan21 halaman
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi penerapan sanitasi di tempat-tempat umum di Benteng Kuto Besak Kota Palembang yang telah memenuhi standar kesehatan meskipun perlu optimalisasi pelaksanaan inspeksi sanitasi dan penambahan fasilitas dasar serta sarana pemeriksaan.
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi penerapan sanitasi di tempat-tempat umum di Benteng Kuto Besak Kota Palembang yang telah memenuhi standar kesehatan meskipun perlu optimalisasi pelaksanaan inspeksi sanitasi dan penambahan fasilitas dasar serta sarana pemeriksaan.
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi penerapan sanitasi di tempat-tempat umum di Benteng Kuto Besak Kota Palembang yang telah memenuhi standar kesehatan meskipun perlu optimalisasi pelaksanaan inspeksi sanitasi dan penambahan fasilitas dasar serta sarana pemeriksaan.
KELAS : 1A Sanitasi NIM : PO 7233320771 MATA KULIAH : Bahasa Indonesia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
18 (2), 2019, 89 – 97 DOI : 10.14710/jkli.18.2.89-97
Implementasi Penerapan Sanitasi Tempat-tempat Umum Pada Rekreasi
Benteng Kuto Besak Kota Palembang Dika Marinda1, Yustini Ardillah2* 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 2 Staf Pengajar Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Info Artikel : Diterima Februari 2019 ; Disetujui September 2019 ; Publikasi Oktober 2019 ABSTRAK Latar belakang: Tempat-tempat umum sarana wisata dikategorikan sebagai tempat yang berpotensi menyebarkan penularan, pencemaran lingkungan, maupun gangguan kesehatan. Penyebab penularan penyakit di tempat-tempat umum disebabkan oleh salah satunya ialah buruknya akses sanitasi. Penelitian ini untuk bertujuan mengevaluasi penerapan sanitasi tempat-tempat umum (STTU) pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota (BKB) Palembang. Metode: Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan evaluasi. Informasi dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen, dan photovoice. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang. Analisis data yang digunakan adalah content analysis. Uji validitas yang dilakukan melalui triangulasi sumber, metode, dan data.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) belum mencukupi, pendidikan SDM sesuai standar, dana berasal dari Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah (APBD), sarana dan prasarana pelaksanaan program STTU hampir sesuai dengan standar persyaratan sanitasi dasar. Kebijakan STTU sudah diimplementasikan, pencatatan, pelaporan, dan monitoring terhadap STTU terkhusus di BKB cukup baik. Pemeriksaan sanitasi di BKB belum terjadwal dengan baik karena terfokus melakukan STTU di sekolah, hotel, restoran, dan lain sebagainya. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan formulir pemeriksaan obyek wisata. Pemberian rekomendasi secara lisan dan tulisan dan hasil STTU sudah mencapai target sebesar 85% dari target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Simpulan: Penerapan sanitasi tempat-tempat umum pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang telah memenuhi syarat kesehatan sanitasi. Disarankan sebaiknya inspeksi sanitasi tempat-tempat umum lebih dioptimalkan pelaksanaannya melalui pemerataan penyehatan lingkungan tempat-tempat umum lainnya, menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata, dan melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum. Kata Kunci: Implementasi; Rekreasi; Sanitasi Tempat-tempat Umum. ABSTRACT Title: Implementation Sanitation of Public Places in the Recreation Benteng Kuto Besak Palembang Background: Public places of tourist facilities are categorized as potential places spread transmission, environmental pollution, and health problems. The cause of disease transmission in public places is caused by one of them is the need for sanitation access . This research aims to evaluate the application public places sanitation (STTU) in the recreation of Benteng Kuto Besak Palembang (BKB). Methods: This research included qualitative research with an evaluation approach. Information is collected through in-depth interviews, observation, document review, and photovoice. The informants this research were 9 people. Analysis of the data used content analysis. Validity testing used through triangulation of sources, methods, and data. Results: The results of the research showed that Human Resources (HR) was insufficient, HR education according to standards, funds obtained from the Regional Education and Expenditure Budget (APBD), facilities and infrastructure for implementing the public places sanitation program are almost in accordance with the standards of basic sanitation requirements. The public places sanitation policy has been implemented, recording, reporting, and monitoring of public places sanitation especially in BKB is quite good. The sanitation inspection at BKB has not been scheduled properly because it focuses on public places sanitation in schools, hotels, restaurants, etc. The assessment is carried out according to the arrangement of the tourist inspetion object. public places sanitation has reached the target of 85% of the set target 80%. Conclusion: The implementation sanitation of public places in the recreation Benteng Kuto Besak Palembang has fulfilled sanitation health requirements. Suggestion that sanitation inspections of public places should be optimized to be carried out through environmental sanitation in other public places, adding basic facilities in tourist attractions, and completing sanitation inspection facilities for public places. Keywords: Implementation; Recreation; Sanitation of Public Places PENDAHULUAN Sekitar 2,4 juta kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua kematian) Indonesia menduduki peringkat ke- dapat dicegah apabila setiap 2 di dunia sebagai negara dengan individu memiliki fasilitas sanitasi sanitasi terburuk setelah India. Hal yang memenuhi syarat sesuai yang ini sangat ironis dibandingkan telah ditentukan oleh Peraturan dengan negara negara di kawasan Menteri Kesehatan, air bersih yang Asia Tenggara seperi Singapura dan memadai dan menjaga sanitasi Malaysia yang cakupan layanan kebersihan baik personal maupun sanitasinya diatas 90 persen. Sanitasi lingkungan sekitar.3 Permasalahan yang buruk dapat menyebabkan sanitasi yang ada di negara timbulnya berbagai macam berkembang disebabkan beberapa penyakit.1 Secara global, faktor diantaranya adalah minimnya permasalahan sanitasi menjadi perhatian dan prioritas yang masalah di seluruh dunia. Buruknya diberikan oleh pemerintah atau dinas akses terhadap fasilitas sanitasi terkait pada sektor sanitasi, berkaitan erat dengan penularan minimnya ketersedian air bersih dan berbagai macam penyakit menular sanitasi, minimnya ketersediaan seperti kolera, diare, disentri, ruang, perilaku kebersihan yang hepatitis A, tipus dan polio. Sanitasi masih minim, serta sanitasi yang yang tidak memadai diperkirakan tidak memadai di tempat-tempat menyebabkan kematian 280.000 umum seperti sekolah, rumah sakit, jiwa akibat diare setiap tahunnya puskesmas, masjid, tempat rekreasi, dan merupakan faktor utama dalam restoran dan lain-lain.4 merebaknya beberapa penyakit Penyelenggaraan persyaratan tropis, termasuk cacingan, kesehatan lingkungan pada tempat- schistosomiasis, dan trachoma. tempat umum merupakan bagian Sanitasi yang buruk berkontribusi dari upaya yang harus dilakukan juga terhadap kekurangan gizi.2 dalam peningkatan derajat kesehatan Kota Semarang, berdasarkan masyarakat.5 parameter mikrobiologi MPN fecal coliform diperoleh hasil yaitu Tempat-tempat umum terdiri dari stasiun (874 CFU/cm2), rumah sakit berbagai macam jenis salah satunya (211 CFU/cm2), SPBU (83 adalah objek wisata. Objek wisata CFU/cm2), pasar tradisional (409 merupakan suatu tempat berupa CFU/cm2), dan swalayan (191 bangunan kuno yang terdiri dari CFU/cm2). Jumlah handle toilet peninggalan sejarah kuno, bangunan yang positif mengandung fecal moderen, pemancingan kebun coliform ada 28 sampel (84,8%).8 binatang, dan lain-lain digunakan Kondisi sanitasi yang laik sehat akan untuk kegiatan pariwisata beserta meningkatkan kepuasan wisatawan.9 kelengkapan lainnya yang dikelola Sanitasi tempat-tempat umum secara profesional.6 merupakan usaha usaha untuk Ketersediaan fasilitas pada tempat mencegah dan mengawasi kerugian tempat umum berpotensi untuk akibat dari tempat-tempat umum menyebarkan penyakit dan yang memiliki potensi terjadinya pencemaran lingkungan. Penelitian penularan, pencemaran lingkungan, menyebutkan bahwa ada hubungan ataupun gangguan kesehatan antara tingkat pengetahuan lainnya. Tempat ataupun sarana pedagang (p=0,001), sikap pedagang layanan umum yang wajib (p=0,001), dan ketersediaan fasilitas menyelenggarakan sanitasi (p=0,001) dengan praktik sanitasi lingkungan antara lain : tempat pada pedagang makanan di sekitar umum yang dikelola secara wisata Pantai Logending Kecamatan komersial, tempat yang dapat Ayah Kabupaten Kebume. memfasilitasi terjadinya penularan Berdasarkan survei yang dilakukan penyakit atau tempat layanan umum pada tahun 2012 yang dilakukan yang intensitas jumlah dan waktu pada 10 pedagang makanan disekitar kunjungannya tinggi. Tempat- wisata pantai Logending ditemukan tempat umum diantaranya adalah 7 orang dengan praktik sanitasi terminal, hotel, angkutan umum, makanan yang buruk.7 pasar tradisional atau Beberapa permasalahan sanitasi swalayan/pertokoan, bioskop, salon tempat-tempat umum yaitu salah kecantikan, pangkas rambut, panti satunya fasilitas sanitasi yang tidak pijat, taman hiburan, gedung baik. Berdasarkan hasil uji pertemuan, pondok pesantren, pendahuluan terhadap handle toilet tempat ibadah, objek wisata, dan yang dilakukan di beberapa lain-lain.10 tempattempat umum yang ada di Indonesia, negara kepulauan sampai Merauke. Selain menyimpan terbesar di dunia yang memiliki berjuta pesona alamnya, Indonesia berbagai jenis pariwisata seperti yang kaya akan wisata wisata alam, sosial, maupun wisata budaya yang tersebar dari Sabang Benteng Kuto Besak. Benteng Kuto Besak atau disingkat BKB Budayanya terbukti dengan merupakan wisata sejarah budaya banyaknya peninggalan peninggalan yang memiliki nilai historis tinggi sejarah, keanekaragaman seni, dan dengan berbagai sejarah. Dimana adat budaya masyarakat lokal yang BKB memiliki the best view ke memikat hati para wisatawan lokal Jembatan Ampera, dan Jembatan maupun wisatawan mancanegara. Ampera sebagai icon dari Kota Hal inilah yang menjadikan Palembang, serta berbatasan Indonesia menjadi salah satu tujuan langsung dengan Sungai Musi Kota daerah wisata.11 Palembang. Bertemunya berbagai Salah satu tempat wisata terlaris macam wisatawan tentunya ini akan yang menjadi destinasi wisata menjadi peluang timbul dan kunjungan wisatawan baik penularan penyakit melalui media Nusantara maupun Mancanegara di makanan, minuman, udara, maupun Pulau Sumatera adalah Palembang. air bagi para wisatawan. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Meningkatnya jumlah wisatawan Kota Palembang tahun 2015-2017, baik domestik maupun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, perlu adanya Nusantara dan Mancanegara di Kota penambahan tempat rekreasi, Palembang 3 tahun terakhir pemeriksaan serta pengawasan mengalami kenaikan secara terhadap sanitasi tempat-tempat signifikan. Pada tahun 2015 jumlah umum khususnya tempat rekreasi. wisatawan sebanyak 1.732.303, Berdasarkan fakta yang telah tahun 2016 sebanyak 1.909.148 diuraikan di atas, penelitian ini wisatawan, dan tahun 2017 bertujuan untuk mengetahui sebanyak 2.011.417 wisatawan.12 implementasi penerapan sanitasi Palembang atau yang sering disebut tempat-tempat umum pada rekreasi Kota Pempek ini mempunyai Benteng Kuto Besak Kota beberapa objek wisata primadona Palembang. yang menjadi wisata andalan yaitu tempat wisata religi dan tempat wisata bersejarah. Salah satu wisata bersejarah di Palembang yaitu MATERI DAN METODE sanitarian Puskesmas Merdeka, dan Kepala Bidang Destinasi & Industri Desain penelitian yang digunakan Pariwisata/kepala UPTD dalam penelitian ini adalah desain Pengelolaan Sarana & Pariwisata evaluasi dengan pendekatan metode (BKB, Monpera, & Ampera). kualititatif. Penelitian evaluasi Sedangkan, informan biasa pada merupakan suatu penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi rangka untuk melakukan penilaian Daya Tarik Wisata dan 5 wisatawan. terhadap pelaksanaan dari program Variabel dalam penelitian ini yang sedang berjalan dengan berdasarkan input, process, dan harapan mencari alternatif output yang terdiri dari: sumber penyelesaian atau solusi yang akan daya manusia, dana, sarana dan dijadikan acuan untuk memperbaiki prasarana, kebijakan, pencatatan dan suatu program. Proses penelitian pelaporan, monitoring, pemeriksaan yang dilakukan melalui wawancara dan penilaian, dan angka cakupan mendalam, observasi, telaah pengawasan dan penerapan STTU. dokumen, dan photovoice kemudian Validitas data yang digunakan dalam data diolah dan dianalisis dengan penelitian ini adalah metode menggunakan content analysis dan triangulasi. Triangulasi merupakan disajikan dalam bentuk narasi untuk metode pencarian data yang diinterpretasikan guna mengetahui dilakukan oleh peneliti untuk tingkat penerapan sanitasi tempat- mendapatkan gambaran dari tempat umum di Benteng Kuto fenomena yang sedang diteliti guna Besak.Sumber informasi dalam memperkuat kesahihan dan penelitian ini didapat dari informan memperkecil bias dari data dan yang dipilih secara purposive informasi yang diperoleh. sampling yaitu dimana sampel/informan dipilih berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Daya Manusia (SDM) pertimbangan tertentu dengan Seluruh petugas sanitarian dalam menentukan terlebih dahulu kriteria pelaksanaan STTU ini baik di Dinas yang akan dimasukkan dalam Kesehatan maupun di Puskesmas penelitian. Dalam penelitian ini Merdeka memiliki petugas dengan memiliki 9 informan yang terdiri latar belakang minimal pendidikan dari 4 informan kunci dan 5 DIII Kesehatan Lingkungan (KL) informan biasa. Informan kunci sesuai dengan standar yang telah pada penelitian ini ialah Kepala ditentukan, Strata-1, dan Strata-2. Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Jumlah petugas Seksi Kesehatan Kesehatan Kota Palembang, Kepala Lingkungan di Dinas Kesehatan Kasi Kesehatan Lingkungan Dinas Kota Palembang sebanyak 13 orang Kesehatan Kota Palembang, petugas dengan 1 orang sebagai Kepala Kasi Faktor penting yang menjadi Kesling, 2 orang pemegang keberhasilan suatu program adalah program, dan 10 lainnya sebagai tersedianya sumber daya manusia anggota Kasi Kesling. Sementara, yang cukup, baik dari segi kualitas jumlah petugas di Puskesmas maupun kuantitasnya. Perencanaan Merdeka Bagian Penyehatan kebutuhan SDM kesehatan menjadi Lingkungan sebanyak 1 orang salah satu fokus utama dalam dengan merangkap jabatan sebagai pengembangan SDM guna petugas sanitarian yang turun ke menjamin ketersediaan, lapangan. pendistribusian, dan peningkatan kualitas SDM kesehatan.13 ”Dalam pelaksanaan sanitasi tempat- Berdasarkan hasil penelitian yang tempat umum terdapat kualifikasi telah dilakukan diketahui bahwa yang harus dipenuhi oleh pegawai kualifikasi pendidikan petugas yang akan menjalankan program pelaksana program STTU baik di TTU. Standar sumber daya manusia Puskesmas Merdeka maupun Dinas yang dibutuhkan untuk menjalankan Kesehatan Kota Palembang program sanitasi tempat-tempat memiliki pendidikan paling rendah umum yaitu pegawainya harus yaitu DIII Kesehatan Lingkungan minimal dia dari pendidikan dasar (AKL) yang merupakan petugas kesehatan lingkungan, bisa dari kalo sanitarian kesehatan. Petugas yang dulu D1 ya. Pembantu Penelitian bertugas dalam inspeksi sanitasi tapi sudah ditingkatkan menjadi tempat-tempat umum di Puskesmas program diploma. Jadi pasti, Merdeka berjumlah satu orang dan pertama Dinas Kesehatan ini mempunyai tugas/jabatan rangkap mempunyai petugas sanitasi sebagai kepala penyehatan puskemas. Latar belakang lingkungan. Sedangkan, pendidikan mereka dari lingkungan ketersediaan SDM baik di jadi setara dengan DIII Puskesmas Merdeka dan Dinas Lingkungan kurang lebih Kesehatan Kesehatan masih kurang dan belum Lingkungan (KL)... merata. Peraturan Menteri Kalau di dinas kesehatan seluruhnya Kesehatan No. 32 Tahun 2013 kan terlibat. Seluruh yang di dinas tentang penyelenggaraan pekerja seksi KL Kesling (Kesehatan tenaga sanitarian dalam melakukan Lingkungan) sembilan orang. Tapi, kegiatannya harus berasal dari seluruh staf saling membantu. tenaga kompeten dan mempunyai Pemegang program ada dua. Tapi kualifikasi pendidikan di bidang seluruh staf bertanggung jawab kesehatan lingkungan. Kualifikasi mengawasi TTU tersebut.” (IK 2) tenaga sanitarian kesehatan ditetapkan berjenjang dan berkelanjutan terdiri dari Sanitarian Dana Ahli (Ijazah Profesi Kesehatan Dana merupakan sumber daya yang Lingkungan), Sanitarian utama menjadi penghambat dalam suatu (Diploma III Penilik Kesehatan), program apabila tidak sesuai Teknisi Sanitarian Madya (Diploma ataupun kekurangan. Dana menjadi III Ahli Madya Sanitasi dan pendukung berjalannya suatu Kesehatan Lingkungan/Teknologi program. Pendanaan untuk program Sanitasi), Teknisi Sanitarian Utama (Diploma I Kesehatan Lingkungan/ tempat-tempat umum berasal dari Pembantu Penilik Hygiene) dan APBD dengan menggunakan Asisten Teknisi Sanitarian (tamatan bantuan Biaya Operasional Sekolah Menengah Kejuruan). Kesehatan (BOK) yang diajukan Tenaga sanitarian ini dapat melalui Rencana Usulan Kegiatan melaksanakan tugasnya apabila telah (RUK).Total jumlah keseluruhan memiliki Surat Tanda Registrasi dana program sanitasi sebesar Sanitarian (STRTS) yang diterbitkan Rp.382.000.000,-. Dana tersebut oleh Kementerian Kesehatan digunakan untuk biaya transportasi Republik Indonesia. Ketersediaan petugas, biaya pemeliharaan dan SDM pada tingkat Puskesmas perawatan trasportasi, pengadaan Merdeka masih sangat kurang blanko, pemeliharaan sarana dan sebanyak 4 orang. Petugas masih prasarana, dan biaya pelaksanaan menjalankan kerja dan jabatan kegiatan program sanitasi. rangkap sebagai tenaga penyehatan ”Anggaran dana yang digunakan lingkungan dan petugas sanitarian untuk menjalankan program sanitasi STTU yang turun ke lapangan. Hal tempat-tempat umum berasal dari ini dikarenakan keterbatasan dana dana APBD, Anggaran Pemerintah APBD kabupaten untuk Belanja Daerah. Nah itu dia, itu penambahan SDM. Pada tingkat setelah nanti kita ajukan .Melalui puskesmas rata-rata hanya terdapat 1 Bapedda, kemudian DPR anggota orang petugas sanitarian yang dewan nanti baru kalo sudah di seharusnya 5 orang sanitarian ketok palu. Baru itu bisa analisis kesehatan lingkungan per dikerjakan. Kita buat perencanaan, puskesmas. Selain itu, tugas yang tapi terkadang tidak sesuai apa yang dilakukan oleh petugas sanitarian kita rencanakan atau bisa sesuai. Ya, yang tidak optimal karena ga terlalu besar-besar sih. banyaknya sanitasi yang harus Ya paling berapa, 15 juta,20 juta diawasi. gitu.” (IK 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan Kota Palembang dan Puskesmas Merdeka sampai tingkat desa. Anggaran dana sudah memiliki ketersediaan dana yang disediakan untuk keseluruhan yang bersumber dari APBD kota program penyehatan lingkungan. dengan jumlah yang terbatas. Rincian penggunaan dana yaitu Program STTU merupakan salah untuk Saluran Pembuangan Air satu program kesehatan yang di Limbah (SPAL), air bersih, jamban, Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Dana untuk melaksanakan program dan Sanitasi Tempat-tempat Umum TTU diperoleh dari APBD (STTU). Dana menjadi salah satu Kabupaten. Menurut Peraturan hal penunjang penting dalam Menteri Kesehatan Republik berjalannya suatu program Indonesia No. 13 Tahun 2015 kesehatan. Terhambat atau telatnya tentang penyelenggaraan pelayanan pemberian dana berarti dapat kesehatan lingkungan di puskesmas, menghambat keberhasilan dari suatu kegiatan penyehatan lingkungan di program kesehatan yang sudah Puskesmas harus didukung dengan direncanakan. Dana yang berasal pendanaan yang memadai. dari APBD harus dimanfaatkan Pendanaan tersebut dibebankan pada dengan sebaik mungkin agar anggaran Pemerintah, pemerintah penggunaan dana efektif dan efisien daerah, dan/atau sumber lain yang sesuai dengan sasarannya. Dalam sah sesuai dengan ketentuan hal ini penggunaan dana secara tidak peraturan perundang-undangan. berlebih dan meminimalisir setiap Dana APBD dialokasikan untuk pengeluarannya. Hal tersebut managemen proyek, honorraium, merupakan salah satu bentuk dari pelatihan, monitoring, perjalanan, pemanfaatan dana keuangan operasional kantor dan sarana kerja kesehatan. lainnya baik di tingkat kabupaten Sarana dan Prasarana Namun, belum tersedianya tempat Pelaksanaan program Sanitasi cuci tangan pada sarana wisata ini. Tempat-tempat Umum (STTU) Sementara, prasarana yang tersedia memerlukan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan TTU yaitu dalam kegiatan penunjangnya. blanko pemeriksaan, surat tugas, Sarana yang tersedia dalam SOP/ juknis inspeksi, kerangka mendukung penerapan sanitasi acuan pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum di Benteng TTU. Kondisi sarana yang tersedia Kuto Besak terdiri dari tersedia belum cukup baik untuk pelaksanaan penyediaan air bersih, tempat sanitasi tempat-tempat umum di pembuangan kotak sampah, saluran tempat wisata karena masih banyak pembuangan air limbah dan toilet. sarana yang kurang terawat dan terpelihara dengan baik. yang ada di BKB sebagai tempat ”Pengawasan sarana yang ada di cuci tangan. Hal ini tentunya akan tempat-tempat umum dilakukan oleh menyebabkan timbulnya atau petugas sanitarian di berbagai penularan penyakit. Fasilitas cuci fasilitas sanitasi dasar. Sarana tangan adalah fasilitas yang mesti yang ada di tempat-tempat umum itu dimiliki pada fasilitas umum, lokasi kita lihat dan awasi toiletnya, penempatannya harus mudah tempat sampah, air bersih. dijangkau, dan terdapat sabun dan Kemudian, kalo di BKB kran air pengering tangan.14 siap minum. Ketersediaan sarana Menurut Peraturan Menteri kalo dibanding dengan pengunjung Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tidak sesuai. Jadi disiapkan dengan tentang penyelenggaraan pekerja jumlah yang perbandingan sesuai tenaga sanitarian, pemerintah aturan 1:20, 1 toilet digunakan untuk kabupaten/kota harus melengkapi 20 orang petugas sanitarian yang bertugas Di bandingkan dengan pengunjung dengan peralatan kesehatan tidak sesuai pada saat jam-jam sibuk lingkungan. Jika dibandingkan ya jam-jam kunjungan rame, hari dengan Peraturan Menteri libur, sabtu-minggu kan rame itu Kesehatan, diketahui bahwa di jumlahnya.”(IK 2) Puskesmas Merdeka belum memiliki sarana yang lengkap untuk Hasil penelitian ini diketahui menunjang kegiatan petugas di bahwa sudah ada upaya untuk lapangan.15 menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menjalankan Petugas yang melakukan kegiatan pemeriksaan sanitasi tempat rekreasi hanya dilengkapi dengan formulir di BKB. Sarana fasilitas dasar yang pelaksanaan yang berupa checklist harus dipenuhi dan dimiliki yaitu air untuk observasi lapangan. Dalam bersih, tempat pembuangan sampah, Standar Operasional Prosedur (SOP) saluran pembuangan air limbah, inspeksi sanitasi tempattempat tempat cuci tangan, dan jamban. umum Puskesmas Cikancung, Namun, berdasarkan observasi yang menyebutkan bahwa dalam dilakukan di Benteng Kuto Besak pemeriksaan STTU diperlukan menunjukkan bahwa tidak adanya adanya sarana dan prasarana yang fasilitas tempat cuci tangan yang pendukung pemeriksaan sanitasi disediakan oleh dinas-dinas terkait diantaranya termometer, Lux Meter, dalam mendukung program STTU pH Meter, Sound Level Meter, dan tersebut. Sehingga, terdapat senter.Kurangnya sarana dan beberapa wisatawan yang prasarana pendukung akan menggunakan kran siap air minum mempengaruhi kegiatan pemeriksaan. Selain itu, kondisi “Kebijakan yang digunakan dalam sarana dan prasarana pemeriksaan pengawasan TTU itu ado. TTU itu sanitasi BKB juga harus kan ada di peraturan menteri diperhatikan karena hal tersebut kesehatan ado dasarnya. Kalo Perda dapat mempengaruhi hasil No. 20 Tahun 2011 Perda Kesling.” pemeriksaan sanitasi tersebut. (IK 2) Berdasarkan penelitian tersebut, Hasil penelitian diketahui bahwa maka sangat penting Dinas sudah ada kebijakan untuk Kesehatan maupun Puskesmas melaksanakan program STTU di Merdeka untuk melengkapi wilayah kerja Puskesmas Merdeka ketersediaan sarana dan prasarana dan Dinas Kesehatan Kota untuk pemeriksaan sanitasi. Palembang. Kebijakan tersebut Kurangnya sarana dan prasarana dibuat oleh Direktorat Jenderal akan menyebabkan pemeriksaan Pengendalian Penyakit dan yang dilakukan tidak optimal. Selain Penyehatan Lingkungan (P2PL) itu, perlunya penjagaan kondisi Kementerian Kesehatan Republik sarana dan prasarana yang ada Indonesia dan Pemerintah Daerah karena hal ini dapat menyebabkan Kota Palembang. Peraturan daerah tingkat akurasi dalam pengukuran yang digunakan ialah Perda Kota yang dilakukan. Sebaiknya, terdapat Palembang No. 20 Tahun 2011 penambahan sarana fasilitas tempat tentang pengawasan dan pembinaan cuci tangan di BKB. hygiene sanitasi. Kegiatan TTU Kebijakan yang dijalankan Puskesmas Merdeka dan Dinas Kesehatan mengacu Kebijakan yang digunakan dalam kepada kebijakan yang ada baik pelaksanaan TTU menggunakan Permenkes maupun Perda. Dalam peraturan pemerintah pusat yang hal ini, semua telah sesuai dengan berasal dari Kementerian Kesehatan aturan-aturannya. Kebijakan Republik Indonesia dan pemerintah tersebut dipatuhi oleh semua petugas daerah berasal dari Peraturan Daerah kesehatan di Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Terkhusus untuk dan Dinas Kesehatan. Apabila program STTU Dinas Kesehatan terdapat petugas kesehatan di Kota Palembang dan Puskesmas Puskesmas yang tidak mematuhi Merdeka menggunakan Perda No. kebijakan ataupun 20 Tahun 2011 tentang pengawasan dan pembinaan higiene sanitasi. peraturan-peraturan yang sudah Peraturan ini menjadi pedoman dibuat maka petugas tersebut akan petugas penyehatan lingkungan dan mendapatkan sanksi baik secara petugas sanitarian dalam lisan maupun tertulis. Namun, menjalankan tugas inspeksi TTU. sejauh ini belum ada hal itu terjadi di Puskesmas Merdeka maupun mengkoordinir seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan. Kebijakan pada puskesmas. Pelaporannya dilakukan tempat-tempat umum harus setiap bulan dikirim ke dinas dipahami dan dimengerti oleh kesehatan beserta dengan laporan seluruh petugas sanitarian. Hal ini program kesehatan lainnya.Tahap dimaksudkan agar ketika dalam pelaporan di puskesmas terdapat 3 pelaksanaan sanitasi tempat-tempat tahapan mengenai pemeriksaan umum, petugas mengetahui secara sanitasi tempat wisata yaitu pertama keseluruhan penerapan sanitasi dan petugas melakukan pencatatan dan hal yang dilakukan dalam inspeksi pelaporan harian yang berlangsung sanitasi. Selain itu, perlu diadakan setelah pemeriksaan dilakukan. sosialisasi kebijakan kepada petugas Setelah itu, tahap kedua petugas petugas sanitarian dan pemilik merekap dan melaporkan hasil tempat-tempat umum supaya pemeriksaan ke bagian TU. Tahap mengetahui pentingnya penerapan terakhir, petugas TU akan merekap sanitasi di tempat-tempat umum. dan melaporkan seluruh hasil Selain itu, penetapan standar pemeriksaan kesehatan lingkungan operasional lingkungan dan hygiene ke dinas kesehatan termasuk laporan yang sesuai dan sebagaimana TTU. mestinya harus dilakukan di sebuah ”Dalam melakukan pencatatan hasil obyek wisata umum bermanfaat TTU biasanya kita langsung lapor ke untuk meningkatkan mutu layanan dinas hasil-hasil pemeriksaannya. kepada pengunjung. Sehingga, Langsung, betul.Tapi, kita pelaporan dengan demikian ikut turut serta seandainya pemeriksaan tanggal 15 dalam menjaga kebersihan dan tapi akhir bulan kan kita catat bahwa kesehatan pengunjung serta kegiatan di bulan seandainya seperti mencegah penyebaran penyakit baik ini, ini bulan Agustus mungkin diantara pengunjung maupun pemeriksaan tanggal 15 kemarin petugas.16 jadi kita bikin akhir Agustus dan Pencatatan dan Pelaporan laporan langsung ke dinas, dalam Pencatatan hasil pemeriksaan pencatatan itu tidak bisa ditunda. dilakukan oleh petugas setelah Proses pencatatannya kita punya pemeriksaan sanitasi tempat-tempat blanko, ada blanko. Makanya dari umum. Hasil pemeriksaan tersebut ceklis form penilaian tadi kan kita sesuai dengan formulir pemeriksaan bisa nilai skornya memenuhi syarat dan penilaian STTU berdasarkan atau tidak.” (IK 3) poin-poin yang tertera di dalamnya Pencatatan yang dilakukan hal ini bertujuan untuk memudahkan berdasarkan hasil pengukuran yang Dinas Kesehatan yang akan dilakukan oleh petugas sanitasi. Ketersediaan sarana dan prasarana jadwal yang telah ditentukan. mempengaruhi pencatatan. Hal ini Apabila pencatatan ditunda, maka disebabkan dalam proses pencatatan dapat menyebabkan bias informasi. sesuai dengan hasil pemeriksaan Selain itu, perlu adanya pengarsipan yang dilakukan secara langsung oleh pencatatan dan pelaporan data secara petugas yang memeriksa sanitasi lengkap oleh Puskesmas Merdeka BKB tersebut. Proses pencatatan bukan hanya sekadar laporan jumlah berdasarkan form pemeriksaan yang sarana wisata yang memenuhi disediakan sesuai dengan standar persyaratan kesehatan. Sehingga, inspeksi sanitasi. Pencatatan berisi semua informasi dapat diketahui hasil pemeriksaan sanitasi yang telah secara mudah untuk dicari solusi dilakukan petugas. Beberapa poin penyelesaiannya. yang dicatat ialah kondisi dan Monitoring ketersediaan sarana di BKB. Selain itu, tertera juga petugas pemeriksaan Monitoring dilakukan sebulan dan tanggal pemeriksaan sanitasi. sekali oleh dinas kesehatan bersama Setelah pencatatan dilakukan, maka dengan seluruh petugas sanitarian tahap selanjutnya yaitu melaporkan melalui pertemuan rutin dengan hasil pemeriksaan diserahkan ke TU bentuk evaluasi dan pengawasan kemudian akan dilaporkan ke Dinas terhadap kegiatan-kegiatan Kesehatan. Proses pencatatan hasil penyehatan lingkungan termasuk pemeriksaan dilakukan setelah tempat-tempat umum. pemeriksaan berlangsung. Kegiatankegiatan yang dilakukan Tujuannya agar hasil pemeriksaan saat monitoring adalah sharing, tercatat semua dan terhindar dari materi, tanya jawab, dan kegiatan bias informasi. Petugas akan lainnya. membawa form pemeriksaan “Monitoring sanitasi tempat-tempat sanitasi yang akan dicatat seluruh umum yang kita lakukan kepada pemeriksaan.17 Pencatatan yang petugas sanitarian sudah terjadwal dilakukan sudah tepat sesuai dengan ya. Sebetulnya, memang satu bulan form inspeksi sanitasi sarana wisata. sekali kita lakukan untuk Pelaporan yang dilakukan oleh pengawasan itu. Nah terus juga, kita petugas sanitarian kepada Dinas bukan hanya dinas kesehatan saja Kesehatan masih kurang lengkap karena kita ada perpanjangan tangan dan tepat dalam memberikan hasil puskesmas sebagai perpanjangan pengawasan TTU karena hanya tangan...Yang jelas setiap bulan ini melaporkan jumlah sarana wisata kita ada pertemuan untuk tenaga yang telah diperiksa. Sementara, sanitarian. Kemudian, nanti isi ketepatan waktu pelaporan yang dilakukan sangat baik sesuai dengan dengan kegiatan-kegiatan lain... “ kepada petugas wisata BKB. (IK 1) Temuan atau masalah itu nantinya akan dibahas kembali di dalam rapat Hasil penelitian yang telah bulanan agar masalah tersebut dapat dilakukan diketahui bahwa dicarikan solusinya. Seorang monitoring yang dilakukan oleh koordinator yang bertugas di suatu Dinas Kesehatan dan Puskesmas wilayah kerja harus memiliki Merdeka terhadap semua kegiatan kemampuan leadership dan public yang dilakukan di BKB, salah speaking yang baik serta wawasan satunya adalah yang luas bukan hanya sebatas pemeriksaan sanitasi tempat-tempat berpendidikan tinggi. Hal ini di tempat wisata BKB. Proses dikarenakan kemampuan softskill monitoring dilakukan untuk melihat seseorang berpengaruh terhadap dan memantau kegiatan yang telah setiap penyelesaian masalah yang dilakukan oleh petugas dalam dihadapi di wilayah kerja tersebut. pemeriksaan sanitasi tempat wisata. Pemeriksaan dan Penilaian Monitoring juga bertujuan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana Pemeriksaan dan penilaian yang yang telah ditetapkan. Melalui dilakukan pada sanitasi tempat- pengawasan dan pembinaan dengan tempat umum dilakukan sebulan frekuensi waktu sebulan sekali. Hal sekali. Namun, pemeriksaan sanitasi ini dimaksudkan untuk melihat tempat-tempat umum sarana wisata kegiatan yang dilakukan oleh masih kurang terjadwal dengan baik petugas secara langsung dan melihat karena pemeriksaan terfokus pada kendala-kendala yang ditemui di sekolah, hotel, restoran, dan tempat lapangan oleh petugas. Monitoring umum lainnya. Pemeriksaan TTU yang dilakukan apabila terdapat sarana wisata tidak dilakukan setiap temuan-temuan permasalahan yang bulan seperti tempat-tempat umum ditemukan secara langsung ataupun lainnya. Hal ini dikarenakan sarana temuan pada saat pemeriksaan wisata yang ada dianggap tidak berlangsung. Temuan yang menimbulkan dampak yang besar ditemukan seperti kondisi salah satu terhadap penularan penyakit maupun toilet yang tidak terawat kecelakaan. Pada saat pemeriksaan kebersihannya, kondisi kotak belum adanya komunikasi dan sampah yang banyak tidak memiliki koordinasi yang baik antara Dinas penutup. Hasil temuan tersebut Kesehatan Kota Palembang dan dilaporkan terlebih dahulu kepada Puskesmas Merdeka dengan Dinas koordinator pemeriksaan sanitasi Pariwisata Kota Palembang. kemudian koordinator “Pemeriksaan dan penilaian sanitasi mengkomunikasikan temuan-temuan tempat- tempat umum yang dilakukan petugas adalah fasilitas dengan formulir penilaian sarana sanitasi dasar. Sarana sanitasi pemeriksaan kesehatan lingkungan dasar bisa air bersih, jamban, tempat (inspeksi sanitasi) obyek wisata. sampah.” (IK 2) Pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan poin-poin yang “Terdapat penilaiannya dalam terdapat dalam form pemeriksaan pemeriksaan tempat-tempat umum, obyek wisata. Adapun yang ada bobot nilainya. Kalo dia diperiksa saat penelitian yaitu air rentangnya itu ada skalanya kan 69- bersih, toilet, saluran pembuangan 80 baik sehat, dari 49-59 itu air limbah, tempat pembuangan mungkin pra sehat, di bawah itu sampah, dan kran air siap minum. tidak sehat tidak memenuhi syarat. Pemeriksaan yang dilakukan pada Berdasarkan sarana, kuisioner bagian-bagian tersebut dengan seandainya menggunakan prasarana yang telah airnya penuh kita conteng airnya ada. Pemeriksaan dilakukan oleh penuh dan bersih penilaian sesuai petugas sanitarian Puskesmas dengan indikator ceklis yang Merdeka dengan melihat kondisi sudah disiapkan. Alat yang kebersihan dan ketersediaan pada digunakan pake ceklis.” (IK 3) bagian-bagian yang diperiksa Hasil penelitian yang dilakukan tersebut. Selain itu, petugas diketahui bahwa pemeriksaan sanitarian juga menitikberatkan sanitasi tempat-tempat umum pemeriksaan terhadap ada atau dilakukan sebulan sekali. Namun, tidaknya tanda-tanda keberadaan pada pemeriksaan STTU di BKB vektor penyakit di BKB. Hal ini tidak dilakukan sebulan sekali. Hal dimaksudkan meminimalisir ini dikarenakan Dinas Kesehatan terjadinya penularan penyakit di dan Puskesmas Merdeka lebih obyek wisata.Proses penilaian yang cenderung fokus ke tempat-tempat dilakukan oleh petugas sanitarian seperti sekolah, hotel, rumah makan, berdasarkan kriteria penilaian yang dan lain sebagainya dibandingkan telah ditetapkan di formulir dengan tempat-tempat wisata. pemeriksaan sanitasi obyek wisata. Kegiatan yang dilakukan dalam Pada formulir pemeriksaan sanitasi pemeriksaan TTU adalah kegiatan obyek wisata BKB dengan melihat dan menyaksikan secara menggunakan nilai sesuai dengan langsung serta menilai tentang tiga variabel upaya yaitu variabel kondisi atau keadaan kemudian upaya I, variabel upaya II, dan melakukan tindakan serta saran- variabel upaya III. Obyek wisata saran perbaikan yang harus dinyatakan laik sehat apabila dilakukan.Pemeriksaan sanitasi memperoleh nilai sekurang- tempat-tempat umum berdasarkan kurangnya 65% dengan catatan masingmasing variabel upaya adalah tulisan dilakukan dengan variabel upaya I sebesar 70%, memberikan catatan-catatan kecil variabel upaya II sebesar 65%, dan berupa temuan dan penjelasan. variabel upaya III sebesar 60%. Adapun rekomendasi yang diberikan Dalam setiap variabel upaya terdapat adalah meningkatkan kembali bobot skor penilaian pada masing- pengawasan agar lebih proaktif masing komponen yang dinilai. dalam menjaga dan mengawasi Hasil akhir penilaian dengan tempat-tempat umum tetap bersih, menjumlahkan seluruh skor yang mengawasi persediaan air bersih, dinilai pada pemeriksaan sanitasi dan mengawasi persediaan tempat obyek wisata tersebut. Pemeriksaan pembuangan sampah, dan larangan dan penilaian tempat-tempat umum merokok. Kotak sampah yang harus dilakukan secara berkala. Hal terdapat di BKB banyak yang tidak ini disebabkan karena tidak ada yang memiliki penutup. Hal ini akan bisa menjamin tempat-tempat umum berdampak pada gangguan terbebas dari penularan penyakit. kesehatan jika kebersihan pada Sanitasi yang tidak memenuhi syarat tempat itu tidak dijaga dengan baik. kesehatan akan menimbulkan Dalam ilmu kesehatan lingkungan, perkembangan vektor yang menjadi suatu pengelolaan sampah dianggap sumber penularan penyakit serta baik jika sampah tidak menjadi gangguan tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi media kesehatan di tempat-tempat umum. perantara menyebarluasnya suatu Apalagi jika tidak terjaga dan penyakit. Syarat lainnya yang harus terpeliharanya tempat-tempat dipenuhi dalam pengelolaan sampah tersebut. Pihak pengelola adalah tidak mencemari udara, air, diwajibkan untuk mengelola tingkat dan tanah serta tidak menimbulkan kebersihan di lingkungan obyek bau (segi estetis) dan tidak akan pariwisata tersebut untuk menarik menimbulkan kebakaran. 19 pengunjung. Hal ini dikarenakan pengunjung akan merasa nyaman Selain itu, pemberian rekomendasi apabila lingkungan atau tempat diberikan secara tulisan setelah wisata yang mereka kunjungi bersih semua proses selesai. Durasi waktu dan sehat.18 yang singkat pada pemeriksaan akan mengakibatkan tidak adanya Di sisi lain, penilaian dilakukan pemberian rekomendasi secara pemberian rekomendasi secara lisan lisan.20 disampaikan langsung oleh petugas sanitarian kepada penanggung jawab Angka Cakupan Pengawasan dan rekreasi yang bersangkutan. Penerapan STTU Target dalam Pemberian rekomendasi secara program TTU sebesar 80%. Hasil pencapaian persentase program TTU ditingkatkan lagi terkhusus di BKB. yang diperoleh sebesar 85% Hal ini dikarenakan banyak tempat- melebihi target yang telah tempat umum yang perlu diperiksa ditetapkan. Persentase ini sesuai agar tidak terjadi timbul atau dengan tempat-tempat umum yang munculnya penularan penyakit. memenuhi syarat kesehatan di Target pencapaian dalam wilayah Kerja Puskesmas Merdeka pemeriksaan sanitasi tempat wisata dan sarana wisata yang diperiksa untuk penerbitan Sertifikat Laik yaitu Benteng Kuto Besak dan Sehat (SLS) adalah dengan melihat Kambang Iwak. target dari pengeluaran sertifikat tersebut. Menurut Peraturan Daerah “Pada program sanitasi tempat- Kota Palembang No. 20 Tahun 2011 tempat umum target kita 80% dalam tentang Pembinaan dan Pengawasan penerapannya, sementara Hygiene Sanitasi, menyebutkan pencapaian yang didapatkan sebesar bahwa setiap tempat-tempat umum 85%. Iya, pengawasan melebihi daerah wajib memiliki Sertifikat target.”(IK 2) Angka pemeriksaan Laik Sehat (SLS). SLS ini berlaku sanitasi didasarkan pada jumlah selama 3 tahun dan bisa pemeriksaan STTU yang dilakukan diperpanjang dengan mengajukan oleh petugas sanitarian. Angka permohonan baru. Tempat-tempat tersebut adalah hasil kumulatif dari umum yang telah dinyatakan keseluruhan pemeriksaan yang memenuhi syarat kesehatan, maka dihitung berdasarkan periode bulan akan diberikan SLS oleh Pemerintah dan tahun. Berdasarkan laporan Kota. Pemilik/ pengusaha/pengelola kegiatan tempat-tempat umum tempat-tempat umum yang sarana wisata yang diperiksa setiap mendapatkan SLS, diwajibkan bulannya berjumlah 7 tempat dengan memperhatikan dan melaksanakan yang memenuhi syarat sebanyak 6 petunjuk teknis hygiene dan sanitasi Target pencapaian dalam berdasarkan ketentuan peraturan pemeriksaan sanitasi adalah sebesar perundang-undangan yang berlaku. 80%. Sementara, hasil yang Berdasarkan peraturan tersebut, didapatkan pada pencapaian sebesar maka setiap sarana wisata yang telah 85%. Berdasarkan target tersebut, mendapatkan SLS wajib untuk maka TTU sarana wisata telah menerapkan dan menjaga sanitasi mencapai target yang ditentukan. lingkungan yang terdapat di sarana Pemeriksaan sanitasi yang dilakukan wisatanya. Penerapan dan oleh Puskesmas Merdeka telah pengawasan tempat-tempat umum dilakukan dengan baik. Hasil belum sepenuhnya maksimal. Masih pencapaian tersebut perlu terdapat banyak tempat-tempat dipertahankan jika perlu umum yang membutuhkan 5. Suryadi I, Rinawati S, pemeriksaan dan monitoring. Rachmawati S. Penerapan Hygiene dan Sanitasi Hotel Kusuma Kartika Perlu adanya komitemen seluruh Sari di Kota Surakarta. Journal of puskesmas dalam melakukan Industrial Hygiene and Occupational inspeksi sanitasi tempattempat Health. 2018;2(2):142 . umum di masing-masing wilayah kerja puskesmasnya demi 6. Gunawan K. Pedoman menciptakan lingkungan yang sehat. Pelaksanaan Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Provinsi SIMPULAN Daerah Istimewa Yogyakarta. Penerapan sanitasi tempat-tempat Yogyakarta: Dinkes Provinsi DIY; umum di Benteng Kuto Besak Kota 2003. Palembang sudah berjalan dengan 7. Wati CAI. Faktor yang cukup baik. Saran penelitian ini Berhubungan dengan Praktik sebaiknya inspeksi sanitasi tempat- Sanitasi pada Pedagang Makanan di tempat umum lebih dioptimalkan Sekitar Wisata Pantai Legonding pelaksanaannya melalui pemerataan Kecamatan Ayah Kabupaten penyehatan lingkungan tempat- Kebumen. Unnes Journal of Public tempat umum lainnya, menambah Health. 2013;2(4):1-2. fasilitas sarana dasar di tempat wisata, dan melengkapi sarana 8. Sari P, Nurjazuli, Sulistiyani. pemeriksaan sanitasi tempattempat Analisis Hubungan dan Sanitasi umum. dengan Keberadaan Coliform Fecal pada Handle Pintu Toilet di Tempat- DAFTAR PUSTAKA tempat Umum di Kota Semarang. 1. World Health Organization, Jurnal Kesehatan Mayarakat. Progress Drinking Water & 2015;3(3):777-8. Sanitation Update 2015. 9. Saraswati LA, Werdiningsih I, Switzerland; 2015 2. World Health Purwanto P. Evaluasi Kondisi Organization. Media Centre. Sarana Sanitasi yang Disediakan Sanitation Fact Sheet. 2015. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 3. Bartram J, Cairncross S. dan Tingkat Kepuasan Wisatawan Hygiene, Sanitation, and Water: Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta Forgotten Foundations of Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Health.Journal.pmed.1000367. 2010. Lingkungan. 2016;8(2):64-72. 4. Itchon GS, Gensch R. Water, 10. Santoso I. Inspeksi Sanitasi Sanitation, Health. Sustainable Tempat-tempat Umum. Yogyakarta: Sanitation Water Managemet, Pustaka Baru, 2015. Xavier University. 2013. 11. Devy HA, Soemanto RB. Pemeriksaan Sanitasi di Kantor Pengembangan Obyek dan Daya Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tarik Wisata Alam sebagai Daerah Jambi [thesis]. Yogyakarta: Fakultas Tujuan Wisata di Kabupaten Kedokteran Universitas Gajah Karanganyar. Jurnal Sosiologi Mada; 2012. Dilema. 2017;32(1):34-35. 18. Maulini ML, Syaifudin A, 12. Dinas Pariwisata Palembang. Boediarsih. Hubungan Sikap Data Kunjungan Wisata Nusantara Pengelola Wisata Terhadap Upaya & Mancanegara 2018. Palembang: Pemeliharaan Kesehatan Dinas Palembang; 2018. Lingkungan di Juwana Water Fantasy (JWF). Jurnal Keperawatan 13. Mujiati, Yuniar Y. Ketersediaan Komunitas. 2013;1(2):75-76 Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat 19. Daulay NF, Hasan W, Pertama dalam Era Jaminan Marsaulina I. Pelaksanaan Kesehatan Nasional di Delapan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Kabupaten-Kota di Indonesia. Pedagang untuk Menciptakan 2016;26(4):201-210 Lingkungan Bersih di Basement Pasar Petisah Kota Medan Tahun 14. Suparlan. Pengantar Pengawasan 2012. Jurnal Lingkungan dan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Keselamatan Kerja. 2013;2(3):9. Umum Wisata & Usaha-Usaha untuk Umum. Surabaya: Percetakan 20. Adriyani R. Managemen Sanitasi Dua tujuh, 2012. Pelabuhan Domestik di Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 15. Kementerian Kesehatan 2005;1(2):137-140 Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerja Sanitarian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. 16.Rahmawati D, Handayani RD, Fauzzia W. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan di Obyek Wisata Kampung Tulip. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2018:1(1):87- 94. 17. Mardiana SW. Evaluasi Kinerja Pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan Jambi dalam RESENSI : Pemeriksaan sanitasi di BKB belum terjadwal dengan baik karena terfokus melakukan STTU di sekolah,hotel,restoran,dan lain sebagainya.Disarankan sebaiknya inspeksi sanitasi tempat-tempat umum lebih di optimalkan pelaksanaannya melalui pemerataan penyehatan tempat-tempat umum lainnya,menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata,dan melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum.Indonesia menduduki peringkat ke 2 di dunia sebagai negara dengan sanitasi terburuk setelah India.Buruknya akses terhadap fasilitas sanitasi berkaitan dengan penularan berbagai macam penyakit menular seperti,kolera,diare,disentri,hepatitis A,tipus,dan polio.Faktor utama dalam merebaknya beberapa penyaki tropis,termasuk cacingan,schistosomiaris,dan trachoma.Sanitasi yang buruk berkontribusi juga terhadap kekurangan gizi.Permasalahan sanitasi yang ada di negara berkembang d sebabkan beberapa faktor diantaranya adalah minimnya perhatian dan prioritas yang diberikan oleh pemerintah atau dinas terkait pada sektor sanitasi.Bertemunya berbagai macam wisatawan tentunya akan menjadi peluang timbul dan penularan penyakit melalui media makanan,minuman,udara,maupun air bagi para wisatawan.Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah desain evaluasi dengan pendekatan metode kualitatif.Validitas data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi.Triangulasi merupakan metode pencarian data yang di lakukan oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran dari fenomena yang sedang di teliti.Sarana fasilitas dasar yan harus di penuhi dan di miliki yaitu air bersih,tempat pembuangan sampah,saluran pembuangan air limbah,tempat cuci tangan,dan jamban.Kurangnya sarana dan prasarana akan menyebabkan pemeriksaan yang di lakukan tidak optimal.Proses monitoring di lakukan untuk melihat dan memantau kegiatan yang telah di lakukan oleh petugas dalam pemeriksaan sanitasi tempat wisata.
Penerapan sanitasi tempat-tempat umum di Benteng Kuto Besak Kota
Palembang sudah berjalan dengan cukup baik.Saran penelitian ini sebaiknya inspeksi tempat-tempat umum lebih di optimalkan pelaksanaanya melalui pemerataan penyehatan lingkungan tempat- tempat umum lainnya,menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata,dan melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum.