Anda di halaman 1dari 76

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN


IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2015

Disusun Oleh

IMELDA SYLVANA
NIM : 2013032.B

AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2016

i
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN


IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan D III Kebidanan

Disusun Oleh

IMELDA SYLVANA
NIM: 2013032.B

AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2016

ii
HALAMAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN


IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2015

Disusun Oleh

IMELDA SYLVANA
NIM : 2013032.B

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Akademi kesehatan Sapta Bakti Bangkulu
Pada Tanggal 20 Juni 2016
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Pembimbing

RITA DOVERIYANTI, SST, M. KES.

Penguji I Penguji II

Hj. Djusmalinar, SKM, M. Kes Iin Nilawati, SST, M.Kes

Bengkulu, 20 Juni 2016

Mengetahui
Direktur Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu

Hj. Djusmalinar, SKM, M. Kes


NIDN. 02-0106-5501

iii
AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU
Jl. Mahakam Raya No 16 Lingkar Barat Bengkulu 38225 Telp. (0736) 346300; Fax. (0736)346300
Email : info@saptabakti.ac.id website : http://saptabakti.ac.id twiter : @saptabaktiacid

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Imelda Sylvana
NIM : 2013032.B
Program studi : D.III Kebidanan Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah


Judul : Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2015.
Dosen pembimbing : Rita Doveriyanti, SST, M. Kes

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam Karya Tulis Ilmiah tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan maupun
gagasan penelitian lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui dan seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri
tanpa memberikan pengakuan pada peneliti aslinya.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Kesehatan
Sapta Bakti Bengkulu tersebut (pencabutan gelar kesarjanaan/sanksi) yang telah saya
peroleh.

Bengkulu, Juni 2016


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Yang Membuat Pernyataan

Rita Doveriyanti, SST, M. Kes Imelda Sylvana

iv
HUBUNGAN USIA KEHAMILAN SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN
IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2015

ABSTRAK

Xiii Halaman + 37 halaman inti


Imelda Sylvana, Rita Doveriyanti

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bengkulu meningkat drastis menjadi


11/1000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Data profil RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu di
Ruang Perinatologi Tahun 2015 didapat jumlah bayi baru lahir yang dirawat diruang
Perinatologi sebanyak 698 bayi dan mengalami ikterus sebanyak 61 (15,3%). Terjadi
kenaikan angka kejadian ikterus neonatorum pada bayi baru lahir yang dirawat di ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dangan
Kejadian Ikterus Neonatorum di ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun
2015.
Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional, subjek penelitian adalah seluruh bayi yang dirawat di ruang perinatologi
berjumlah 698 bayi dengan teknik pengambilan sampel secara systematic random
sampling. Menggunakan data sekunder diolah secara univariat dan bivariat, penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 14 Juni-14 Juli tahun 2016 di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu tahun 2015.
Hasil penelitian univariat menunjukkan dari 698 bayi yang dirawat di ruang Perinatologi
BBL Aterm terdapat sebagian kecil 2 (0,6%) bayi mengalami ikterus neonatorum dan
terdapat hampir seluruh 323 (99,4%) yang tidak mengalami ikterus neonatorum, dari 74
BBL Preterm terdapat hampir seluruh 59 (79,7%) bayi mengalami ikterus neonatorum dan
terdapat sebagian kecil 15 (20,3%) yang tidak mengalami ikterus neonatorum. Hasil
analisis bivariat menggunakan uji statistic ( Chi Square) didapat ada hubungan Usia
Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2015, dengan hasil nilai ρ (value) = 0,000 < 0,05.
Petugas kesehatan agar selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan melalui studi literature sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada
Bayi Baru Lahir dalam menangani kasus ikterus neonatorum dengan cepat dan tepat.

Kata Kunci : Usia Kehamilan dan Ikterus Neonatorum


Daftar Pustaka : (2001-2013)

v
RELATIONS GESTATION DURING CHILBIRTH WITH JAUNDICE
EVENTS IN THE PERINATOLOGY HOSPITAL
DR. M. YUNUS BENGKULU
2015

ABSTACT

Page xiii + 37 pages


Imelda Sylvana, Rita Doveriyanti

The Infant Mortality Rate (IMR) in the Province of Bengkulu increased drastically to
11/1000 live births in 2014. Hospital profile Dr. M. Yunus Bengkulu in Perinatology Room
2015 in the number of newborns can be treated in Perinatology many as 698 babies and
jaundice neonatorum experienced by 61 (15,3%). An increase in the incidence of neonatal
jaundice in newborns are cared for in room Perinatology Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu
from 2012 to 2015. The purpose of this study was to determine the Relationship of
Gestation During Childbirth with Jaundice Neonatorum Events in Perinatology Space
Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu 2015.
The study design used is descriptive analytic with cross sectional study design, research
subjects were all babies treated in Perinatology amounted to 698 babies with sampling
technique systematic random sampling . Using secondary is processed using univariate
and bivariate, research was conducted on 14 June to 14 July 2016 in room Perinatology
Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu.
The results of univariate show of 698 infants cared for in room Perinatology newborns
aterm fraction 2 (0,6%) experience jaundice neonatorum and almost all 323 (99,4%) not
experience jaundice neonatorum, from 74 newborns preterm almost all 59 (79,7%)
experience jaundice neonatorum and fraction 15 (20,3%) not experience jaundice
neonatorum. Results of bivariate analysis using statistical tests ( Chi Square) obtained
relationship Gestation During Childbirth with Neonatal Jaundice Events in space
Perinatology Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu 2015 with the result ρ (value) = 0,000 < 0,05.
The health care provides to always strive to improve the knowledge and ability through the
study of literature in order to boost the quality of care in newborns in handling cases of
neonatal jaundice quickly and precisely.

Keywords : Gestation and Jaundice Neonatorum


Bibliography : (2001-2013)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan Dengan
Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Perinatologi Rsud Dr. M. Yunus Kota Bengkulu
Tahun 2015” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini secara khusus peneliti sampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu Rita Doveriyanti, SST, M. Kes sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Selain itu, peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Djusmalinar, SKM, M. Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu sekaligus sebagai penguji I Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan menjadi tenaga kesehatan di
Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu dan atas kesediaannya menguji dan
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Rita Doveriyanti, SST, M. Kes Ketua Program Studi D III Kebidanan Akademi
Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang telah memberikan dukungan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Iin Nilawati, SST, M. Kes selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kesehatan
Sapta Bakti Bengkulu atas kesediaannya menguji dan menyempurnakan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu serta Kepala dan Staf RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,
yang telah memberikan bantuan data dan izin kepada peneliti dalam melaksanakan
penelitian ini.
5. Teman-teman seperjuangan yang tak bisa peneliti sebutkan satu persatu dan
almamaterku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Kepada semua pihak yang telah mebantu dalam proses penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan membalas
kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang berlipat.

vii
Peneliti juga mengucapkan Terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan memberikan hampir seluruh waktunya untuk
suksesnya pendidikan peneliti. Akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Bengkulu, 20 Juni 2016

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii
KEASLIAN PENELITIAN................................................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN............................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH....................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................ 8
A. Usia Kehamilan............................................................................... 8
B. Ikterus Neonatorum........................................................................ 12
C. Hubungan Usia Kehamilan dengan Ikterus Neonatorum............... 20
D. Kerangka Teori................................................................................ 22
E. Kerangka Konsep............................................................................ 22
F. Hipotesis.......................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................... 23
B. Subjek Penelitian............................................................................ 23
C. Identifikasi Variabel......................................................................... 25
D. Definisi Operasional........................................................................ 25
E. Instrumen Penelitian....................................................................... 25
F. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 25
G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data......................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 28
A. Jalannya Penelitian......................................................................... 28
B. Hasil Penelitian............................................................................... 29
C. Pembahasan................................................................................... 30
D. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 34
A. Simpulan......................................................................................... 34
B. Saran............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 36
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Penelitian Serupa Yang Pernah Dilakukan..........................................................7


Table 2.1 Definisi Operasional..............................................................................................25
Table 3.1 Distribusi frekuensi Bayi Baru Lahir dengan BBL Aterm dan BBL Preterm di Ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015..........................................................29
Table 4.2 Distribusi frekuensi Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015............................................................................29
Table 5.3 Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di
Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015................................................30

x
DAFTAR BAGAN

Gambar 1.1 Kerangka Teori.................................................................................................22


Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................................................22
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian........................................................................................23

xi
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

ACTH : Adrenocorticotropic Hormone

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

Aterm : Cukup Bulan

BBL : Bayi Baru Lahir

DINKES : Dinas Kesehan

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

KPSW : Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

KLB : Kehamilan Lebih Bulan

MDG’s : Millenium Development Goal’s

Postterm : Lebih Bulan

Preterm : Kurang Bulan

SDG’s : Sustainabel Development Goal’s

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Master Tabel Pengambilan Penelitian..………………………………….……….38


Lampiran 2 Hasil Tabulasi Data ………………………………………………………………...49
Lampiran 3 Hasil Olah Data SPSS……………………………………………………………...60
Lampiran 4 Jadwal Kegiatan Penelitian ………………………………………………………..62
Lampiran 5 Lembar Konsul dengan Pembimbing …………………………………………….63

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak telah
menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development
Goal’s (MDG’s) 2015 ditetapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu
negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan
kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2012).
Bedasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, terjadi penurunan
AKB dari tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun 2003 AKB 35/1.000 kelahiran
hidup, tahun 2007 AKB 33/1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 AKB
32/1.000 kelahiran hidup. Tetapi penurunan ini masih sangat jauh dengan target
(MDGs) tahun 2015 yaitu menurunkan AKB 23/1.000 kelahiran hidup, namun
target tersebut telah berakhir pada tahun 2015 dan dilanjutkan oleh program
Sustainabel Development Goals (SDG’s) yang menargetkan menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12/1.000 KH dan Angka Kematian Bayi
25/1.000 KH pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2012).
Insiden kematian bayi baru lahir pada era globalisasi sekarang ini,
umumnya masih cukup tinggi seperti yang dikutip dari penelitian World Health
Organization (WHO) tahun 2002 yang menyatakan bahwa sebanyak 10 juta bayi
setiap tahun meninggal sebelum lahir atau pada minggu-minggu pertama
kehidupannya dan hampir semua kematian neonatal terjadi di negara
berkembang. Dua per tiga kematian bayi terjadi pada masa neonatal yaitu bayi
baru lahir umur 0-28 hari (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2013, AKB di Indonesia tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 35 per 1000
kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI

1
2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematianbayi ini paling
banyak terjadi pada masa neonatal yaitu 59,37% dari seluruh kematian bayi (SDKI
2012). Penyebab kematian neonatal diantaranya asfiksia 37%, prematur 34%,
sepsis 12%, hipotermi 7%, ikterus neonatorum 7%, postmatur 3% dan kelainan
kongenital 1% (Riskesdas, 2007). Walaupun AKB tercatat mengalami penurunan
masih jauh dari angka target MDG’s tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran
hidup dan masih tetap tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN (Association of South East Asia Nations ) seperti Singapura (3 per 1000
kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (10
per 1000 kelahiran hidup, Vietnam (18 per 1000 kelahiran hidup), dan 20 per 1000
kelahiran hidup di negara Thailand (Kemenkes RI, 2011).
Angka kematian bayi di Provinsi Bengkulu 3 tahun terakhir yaitu, pada
tahun 2012 10,7 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2013 menurun menjadi
3,1 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 kembali naik menjadi 11 per 1000
kelahiran hidup, dan penyebab kematian bayi adalah BBLR berjumlah 16 orang,
asfiksia 9 orang, ikterus 5 orang, infeksi 3 orang dan lain-lain 17 orang (Profil
Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2015).
Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah
lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari hepar, sistem biliari, atau sistem hematologi. Ikterus dapat terjadi
baik karena peningkatan bilirubin indirek ( unconjugated) dan direk (conjugated)
(Rukiyah, 2010).
Ikterus sering kita jumpai pada neonatus. Frekuensi menurut kepustakaan
pada bayi cukup bulan adalah 50%, pada bayi prematur 80% dalam hari pertama
kehidupan. Terdapat 10% neonatus dengan kadar bilirubin di atas 10 mg%
(Rustam, 2010).
Kematian bayi dengan ikterus terjadi karena kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak. Gejalanya antara lain mata yang berputar,
kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku
dan akhirnya kejang. Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini bertahan hidup

2
dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan
keterbelakangan mental (Suradi, 2001).
Hiperbilirubin ditemukan dalam 24 jam pertama setelah lahir dengan
mengenal faktor-faktor resiko yang mempengaruhi ikterus. Diharapkan
penatalaksanaan oleh tenaga kesehatan dapat mencegah terjadinya ikterus yaitu
dengan adanya pengawasan antenatal yang baik serta pertolongan persalinan
yang aman dengan berpedoman pada asuhan sayang ibu sehingga mampu
menurunkan angka kejadian ikterus neonatorum. Jika tidak ditanggulangi dengan
baik maka 75% bayi hiperbilirubin akan meninggal dan dampak yang akan terjadi
apabila bayi mengalami hiperbilirubin 80% dari bayi yang hidup akan mengalami
keterbelakangan mental (Behman, 2006).
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polistemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila
kadar protein Y berkurang atau pada keadaan protein Y dan protein Z terikat oleh
anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar ( defisiensi enzim glokoranil transferase )
atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis
neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kern
ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
susunan syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek

3
lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila pada bayi terdapat keadaan immaturitas, berat bayi lahir rendah, hipoksia,
hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena
trauma atau infeksi (Indarso, 2006).
Salah satu penyebab ikterus neonatorum adalah kelahiran prematur.
Ikterus neonatorum yang dialami oleh bayi prematur disebabkan karena belum
matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit. Saat lahir hati bayi belum
cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin,
bilirubin ini yang menyebabkan kuning pada bayi dan apabila jumlah bilirubin
semakin menumpuk ditubuh menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan
ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan
kulit. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar
bilirubin darah 5-7 mg/dl (IDAI, 2008).
Faktor predisposisi untuk terjadinya ikterus neonatorum adalah faktor
maternal (komplikasi kehamilan dan pemberian ASI), faktor perinatal (infeksi dan
trauma lahir), dan faktor neonatus (usia kehamilan, BBLR, jenis persalinan,
rendahnya asupan ASI, dan hipoglikemia) (Sukadi, 2012).
Dari hasil penelitian Reisa Maulidya (2013), mengatakan bahwa usia
kehamilan (masa gestasi) berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.
Karena apabila bayi terlahir kurang bulan ( preterm) berhubungan dengan ikterus
tak terkonjugasi pada neonatus. Aktifitas uridine difosfat glukoronil transferase
hepatik jelas menurun pada bayi preterm, sehingga konjugasi menurun. Selain itu
juga terjadi peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek
pada bayi preterm. Penelitian yang dilakukan Ita Dwi Agustiningsih (2013) dengan
nilai ρ value = 0,008 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara Usia
Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum dengan 66,67%
BBL preterm mengalami Ikterus Neonatorum dan 33,33% BBL aterm mengalami
Ikterus Neonatorum. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tutiek

4
Herlina (2012) bahwa Ikterus Neonatorum lebih banyak diderita oleh bayi preterm
81,8% dan 18,2% diderita oleh bayi aterm.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu, peneliti memperoleh data dari rekam medik 3 tahun terakhir di dapatkan
hasil pada tahun 2012 sebanyak 57 bayi ikterus neonatorum (2,28%), tahun 2013
sebanyak 59 bayi ikterus neonatorum (2,29%) dan pada tahun 2014 sebanyak 54
bayi ikterus neonatorum (17,71%) dan peneliti juga memperoleh data kelahiran
prematur 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 sebanyak 144 kelahiran prematur
(5,7%), tahun 2013 sebanyak 194 kelahiran prematur (9,7%), dan pada tahun
2014 sebanyak 168 kelahiran prematur (15,2%).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum
di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dilihat masih tingginya kejadian
ikterus neonatorum dan kelahiran prematur, maka peneliti ingin mengetahui
“Apakah ada Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum Di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diketahui Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi bayi baru lahir aterm dan preterm di ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2015.
b. Diketahui distribusi frekuensi bayi baru lahir dengan Ikterus Neonatorum di
ruang perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2015.
c. Diketahui hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
2015.

5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat di jadikan referensi tentang Hubungan Usia Kehamilan Saat
Persalinan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi tempat penelitian RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi Rumah Sakit tentang Hubungan Usia Kehamilan Saat
Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum, agar nantinya dapat
digunakan sebagai masukan saat memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu sehingga secara tidak langsung angka kematian bayi dapat diturunkan.
2) Bagi Akkes Sapta Bakti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebagai
sumber yang bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Kebidanan Akkes Sapta
Bakti Bengkulu khususnya pemahaman mengenai Hubungan Usia
Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2015, yang dibutuhkan nantinya
sebagai bidan.
3) Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya dengan variabel yang lain.

6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Ikterus Neonatorum sebelumnya sudah pernah diteliti, dapat dilihat
pada tabel:

Table 1.1 Penelitian Serupa Yang Pernah Dilakukan

Judul Penelitian dan


No Variabel Penelitian Jenis Penelitian Hasil Penelitian
Penulis
1 Gambaran Faktor Faktor Risiko Kuantitatif Ikterus neonatorum lebih
Risiko Ikterus Ikterus deskriptif sering terjadi pada neonatus
Neonatorum pada Neonatorum prospektif laki-laki, preterm, berat badan
Neonatus di Ruang lahir normal, dilahirkan
Perinatologi RSUD secara SC, tanpa komplikasi
Raden Mattaher Jambi perinatal, dengan frekuensi
Tahun 2013. Reisa pemberian ASI < 8 kalii/hari.
Maulidya Tazami
2 Hubungan Antara Bayi Berat Badan Lahir Desain Dari hasil penelitian
Berat Lahir Rendah Rendah penelitian didapatkan bahwa dari 21
dengan Kejadian Ikterus bersifat analitik responden sebagian besar
Ikterus Neonatorum di Neonatorum dengan (71,43%) bayi berat lahir
RSUD IBNU Gresik penelitian cross rendah dan sebagian besar
Tahun 2012. Rosa sectional. (66,67%) mengalami ikterus
Mutianingsih neonatorum. Hasil uji Mann
Whitney dan didapatkan
ρ=0,008 dan α=0,05 berarti ρ
< α maka Ho ditolak yang
berarti ada hubungan antara
bayi berat lahir rendah
dengan kejadian ikterus
neonatorum di RSUD Ibnu
Sina Gresik.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Usia Kehamilan
1. Definisi
Usia kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Umur
kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir (HPHT). Usia kehamilan normal adalah 40 minggu
10 hari seperti kebiasaan orang awam 9 bulan 10 hari. Kehamilan disebut
matur atau cukup bulan adalah rentang usia kehamilan 37-42 minggu, bila
kurang dari 37 minggu disebut prematur atau kurang bulan, lebih dari 42
minggu disebut postmatur atau serotinus (Takiya, 2012).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), usia kehamilan adalah masa
sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa usia kehamilan adalah batas
ibu mengandung yang dimulai dari masa sejak terjadinya konsepsi sampai
dengan saat kelahiran dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
2. Klasifikasi
Usia kehamilan ibu saat persalinan digolongkan menjadi:
a. Kehamilan aterm (Cukup bulan)
1) Pengertian
Kehamilan aterm ialah usia kehamilan ibu antara 38-42 minggu.
Secara ginekologis, bila bayi dilahirkan saat kehamilan cukup bulan,
kemungkinan besar bayi tidak akan mengalami gangguan atau penyulit
karena tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus telah
sempurna, sehingga bayi telah mampu untuk dapat beradaptasi dengan
dunia diluar rahim kecuali pada ibu yang memiliki komplikasi-komplikasi
lain dalam kehamilannya seperti pada ibu yang mengalami
preeklampsia, hipertensi, KPSW (ketuban pecah sebelum waktunya),
anemi dalam kehamilan, serta penyakit penyerta lainnya atau gangguan

88
jantung, mengingat gangguan tersebut biasanya akan semakin buruk
dengan bertambahnya usia kehamilan (Takiya, 2012).
b. Kehamilan preterm (kurang bulan)
1) Pengertian
Kehamilan preterm ialah kehamilan yang berlangsung pada umur
kehamilan ibu antara 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Takiya, 2012). Bayi yang lahir pada usia kehamilan
preterm/prematur, perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram
(Nugroho, 2010). Persalinan premature adalah persalinan belum cukup
umur di bawah 37 minggu atau berat lahir kurang dari 2500 gram.
Persalinan prematur merupakan penyebab tertinggi kematian neonatus,
tumbuh kembang janin sering terhambat. Salah satu penyebab utama
kematian neonatus tersebut adalah asfiksia atau sindrom gawat nafas
(Manuaba, 2008).
2) Faktor-faktor penyebab kehamilan preterm
Penyebab usia kehamilan bayi lahir prematur menurut Nugroho (2010)
ada 3 faktor yaitu:
a) Faktor ibu
Umur ibu kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun, gizi saat hamil
yang kurang, jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat, penyakit
menahun ibu seperti hipertensi dan jantung, kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan, serta faktor bekerja terlalu
keras.
b) Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, dan
komplikasi hamil seperti pre-eklamsia, eklamsia dan ketuban pecah
dini.
c) Faktor janin
Kelainan bawaan, infeksi dalam rahim, gawat janin.

9
3) Gambaran bayi preterm menurut Proverawati (2010), yaitu:
Kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga sangat lunak,
lanugo masih banyak ditemukan terutama pada punggung, jaringan
payudara belum terlihat dan puting masih berupa titik, pada bayi
perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi laki-
laki skrotum belum banyak lipatan dan kadang testis belum turun,
pernapasan yang tidak teratur, aktivitas dan tangisnya lemah, reflek
menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
4) Patofisiologi
Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada
uterus dan komplikasi obstetrik merupakan pencetus kelahiran bayi
prematur. Ibu hamil dengan usia yang masih muda, mempunyai
kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan
terjadinya bayi prematur. Kurangnya masa gestasi dapat menyebabkan
terganggunya fungsi plasenta, sehingga fungsi plasenta menurun dan
plasenta dapat lepas lebih cepat dari waktunya sehingga menimbulkan
rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum
cukup bulan dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya
(Rinawati, 2007).
Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi secara sempurna.
Beberapa masalah yang kerap dihadapi bayi prematur diantaranya
pengaturan suhu tubuh yang belum optimal sedangkan luas permukaan
tubuh relatif besar sehingga bayi mudah kehilangan panas tubuh, belum
maturnya fungsi hati sehingga tidak mendukung proses metabolisme,
surfaktan yang masih kurang sehingga bayi dapat mengalami gangguan
paru. Selain itu, daya hisap, daya telan dan daya serap yang lambat
sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak adekuat (Manuaba, 2007).

10
5) Dampak
Dampak dari bayi lahir preterm menurut Fadlun (2012), yaitu:
a) Dampak jangka pendek
Komplikasi jangka pendek pada bayi yang lahir prematur selalu
dikaitkan dengan pematangan paru janin yang belum sempurna,
antara lain Respiratory Distres Syndrome (RDS), Intra Ventricular
Haemorrhage (IVH), dan Necritizing Enterocolitis.
6) Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut Nugroho (2012), yaitu: Usia ke hamilan
antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari,
kontraksi uterus (HIS) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo
adanya pembukaan servik, selaput ketuban seringkali sudah pecah,
merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang,
mengeluarkan lendir pervaginam bercampur darah.
7) Komplikasi
Pada ibu, setelah partus prematurus, infeksi endometrium lebih
sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomy. Bayi-bayi preterm memiliki resiko infeksi neonatal lebih tinggi
resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necritizingenterocolitis dan
perdarahan intraventrikuler (Nugroho, 2012).
Menurut Surasmi (2003), masalah-masalah yang dapat terjadi
pada bayi yang lahir prematur yaitu: sindrom gawat nafas, hipotermia,
hipoglikemia, perdarahan intracranial, rentan terhadap infeksi,
hiperbilirubinemia, dan kerusakan integritas kulit.
8) Penanganan
Menurut Wiknjosatro (2010), adapun yang perlu diketahui dalam
penanganan ini adalah:
a) Lakukan evaluasi cepat keadaan umum ibu.

11
b) Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kehamilan jika umur
kehamilan kurang dari 35 minggu, bila pembukaan servik kurang dari
3 cm gunakan obat-obatan tokolitik.
c) Jika persalinan berjalan terus, siapkan penanganan selanjutnya jika
janin mati atau hidup dengan letak memanjang lahirkan pervaginam,
tetapi bila janin mati atau hidup dengan letak lintang lahirkan dengan
SC.
B. Ikterus Neonatorum
1. Definisi
Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah
lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari hepar, sistem biliari, atau sistem hematologi. Ikterus dapat
terjadi baik karena peningkatan bilirubin indirek ( unconjugated) dan direk
(conjugated) (Rukiyah, 2010).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit dan mukosa karena adanya
bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah
(Dewi, 2012).
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan
mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin
serum > 5 mg/dl (Cloherty, 2004).
Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3
setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang
dengan sendirinya pada hari ke 10 (Mitayani, 2010).
Dari Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ikterus neonatorum
merupakan suatu keadaan dimana perubahan warna kulit, mukosa dan sklera
yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir akibat penimbunan bilirubin dalam
darah > 5 mg/dl dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10.

12
2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain produksi yang berlebihan misalnya pada pemecahan darah
(hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi
dengan ibunya, fungsi hepar yang belum sempurna, gangguan fungsi liver,
gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin,
gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi
atau kerusakan sel liver) (Dennery, 2001).
3. Manifestasi Klinik
Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya
kira-kira 6 mg/dl (Mansjoer et al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan
bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna
kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini
dapat ditemui pada ikterus yang berat (Nelson, 2007).
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a. Tampak pada hari 3-4
b. Bayi tampak sehat (normal)
c. Kadar bilirubin total < 12 mg%
d. Menghilang paling lambat 10-14hari
e. Tidak ada faktor resiko
f. Sebab; proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis)
(Sarwono et al, 2007).
Gambaran klinis patologis:
a. Timbul pada umur < 36 jam
b. Cepat berkembang
c. Bisa disertai anemia
d. Menghilang lebih dari 2 minggu
e. Ada faktor resiko
f. Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 2007).

13
Menurut Tarigan (2003) Gejala utamanya adalah kuning di kulit,
konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-
gejala:
a. Dehidrasi
Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
b. Pucat
Seringberkaitan dengan anemia hemolitik (misalnya ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah
ekstravaskular.
c. Trauma lahir
Bruising, cepalhematom (perdarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya.
d. Pletorik (penumpukan darah)
Polistemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali
pusat, bayi KMK.
e. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
f. Petekiae (bintik merah dikulit)
Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau ertroblastosis.
g. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi congenital, penyakit hati.
h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
i. Omfalitis (peradangan umbilicus)
j. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan duktus koledokus)
l. Feses dempul disertai urin warna coklat
4. Faktor Resiko
a. Menurut Bobak (2004) Faktor resiko untuk timbulnya ikterus neonatorum
adalah:
1) Faktor maternal
a) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native, America, Yunani)
b) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
c) Penggunaan infuse oksitosin dalam larutan hipotonik

14
d) ASI
2) Faktor Genetik
a) Polistemia
b) Obat (streptomisin, clorampenicol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
c) Rendahnya asupan ASI
d) Hipoglikemia
e) Hipoalbuminemia
3) Faktor risiko
b. Menurut Sukadi (2012) faktor risiko terjadinya ikterus neonatorum adalah:
1) Faktor maternal
a) Komplikasi kehamilan (inkontabilitas golongan darah ABO dan Rh)
b) Pemberian ASI
2) Faktor perinatal
a) Infeksi
b) Taruma lahir (cephalhematoma)
3) Faktor neonatus
a) Usia kehamilan
b) BBLR
c) Jenis persalinan
d) Rendahnya asupan ASI
e) Hipoglikemia
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetrik sebelumnya sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi.
Termasuk dalam hal ini anamnesis mengenal riwayat inkompatibilitas darah,
riwayat tranfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping
itu, faktor resiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis
dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor resiko tersebut antara lain
adalah kehamilan dengan komplikasi, persalinan dengan
tindakan/komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan,

15
kehamilan dengan DM, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal,
dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah
lahir atau setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan
lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu
yang cukup dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih
sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar (Etika et al,
2006).
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara
klinis, mudah dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer
(1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat
yang ditekan akan tampak pucat atau kuning (Mansjoer et al, 2007).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan sesuai dengan waktu
timbulnya ikterus, yaitu:
1) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama, menurut
besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut: infeksi
intrauterine (oleh virus, toksik plasma, lues dan kadang-kadang bakteri);
kadang-kadang oleh defisiensi G-6-PD. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan: kadar bilirubin serum berkala; darah tepi lengkap; golongan
darah ibu dan bayi; uji coombs; pemeriksaan penyaring defisiensi enzim
G-6-PD, biakan darah atau biopsy hepar bila perlu.
2) Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
Ikterus timbul biasanya fisiologis; masih ada kemungkinan
inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat
diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg

16
%/24 jam; defisiensi enzim G-6-PD juga mungkin polistemia, perdarahan
tertutup.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan bila keadaan bayi baik dan
peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan penyaring enzim G-6-
PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu.
3) Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama
Ikterus ini timbul biasanya karena infeksi (sepsis); dehidrasi
asidosis, defisiensi enzim G-6-PD; pengaruh obat; sindrom criggler-
najjar, sindrom gillbert.
4) Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
Ikterus ini muncul karena obstruksi: hipotiroidisme, “breast milk
jaundice”, infeksi, neonatal hepatitis, galaktosemia, danlain-lain.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pemeriksaan bilirubin (direk dan
indirek) berkala, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan penyaring G-6-
PD, biakan darah, biopsy hepar bila ada indikasi, pemeriksaan lainnya
yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab, dapat diambil
kesimpulan bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis sesudah
observasi dan pemeriksaan selanjutnya dasar patologis dan tidak
mempunyai potensi berkembang menjadi “ kern ikterus” (Fraser, 2011).
6. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polistemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan protein Y dan protein Z
terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan

17
anoksia/hipoksia. Keadaan ini yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar ( defisiensi enzim
glokoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya
penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra
hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut
kern ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada susunan syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila
kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui
sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin
tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan
mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan
immaturitas, berat bayi lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan
kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi (Indarso,
2006).
7. Pencegahan
Kejadian ikterus pada bayi baru lahir, dapat dicegah dan dihentikan
peningkatannya dengan pengawasan antenatal yang baik; menghindari obat
yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi, pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin, oksitosin dan lain-lain.
Pencegahan dan menobati hipoksia pada janin dan neonatus; penggunaan
fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus; iluminasi yang baik pada
bangsal bayi baru lahir; pemberian ASI secara dini; pencegahan infeksi
(Rukiyah, 2010).

18
8. Penatalaksanaan
Menurut Markum (2012) penatalaksanaan ikterus neonatorum yaitu:
a. Terapi Sinar (Fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar
bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah:
1) Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 10 jam, untuk
menghindarkan turunnya energy yang dihasilkan oleh lampu.
2) Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena
sinar.
3) Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
untuk mencegah kerusakan retina.
4) Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.
5) Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm diatas tubuh bayi, untuk
mendapatkan energy yang optimal.
6) Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas
mungkin.
7) Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses dan
mudah diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan.
b. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan,
biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya,
bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda.
Caranya seperempat jam dalam keadaan terlentang, misalnya seperempat
jam kemudian telungkup. Lakukan antara jam 07.00 sampai 09.00 inilah
waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Dibawah jam 7,
sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan diatas jam 9 kekuatannya
sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

19
C. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polistemia, memendeknya umur
eritosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila
kadar protein Y berkurang atau pada keadaan protein Y dan protein Z terikat oleh
anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia.
Keadaan lain yang memperlihatkan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glokoranil transferase ) atau bayi yang
menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau
sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Tokisisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kern
ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
susunan syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek
lebih dri 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila pada bayi terdapat keadaan immaturitas, berat bayi lahir rendah, hipoksia,
hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena
trauma atau infeksi (Indarso, 2006).
Ikterus merupakan salah satu penyebab kematian bayi, ikterus
merupakan manifestasi klinis dari hiperbilirubinemia. Sekitar 25-50% bayi baru
lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Angka kejadian ikterus lebih tinggi

20
pada bayi kurang bulan, dimana terjadi 60% pada bayi cukup bulan dan pada bayi
kurang bulan terjadi sekitar 80% (Rinawati, 2009).
Salah satu penyebab ikterus neonatorum adalah kelahiran prematur.
Ikterus neonatorum yang dialami oleh bayi prematur disebabkan karena belum
matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit. Saat lahir hati bayi belum
cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin,
bilirubin ini yang menyebabkan kuning pada bayi dan apabila jumlah bilirubin
semakin menumpuk ditubuh menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan
ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan
kulit. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar
bilirubin darah 5-7 mg/dl (IDAI, 2008).
Dari hasil penelitian Reisa Maulidya (2013), mengatakan bahwa usia
kehamilan (masa gestasi) berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.
Karena apabila bayi terlahir kurang bulan ( preterm) berhubungan dengan ikterus
tak terkonjugasi pada neonatus. Aktifitas uridine difosfat glukoronil transferase
hepatik jelas menurun pada bayi preterm, sehingga konjugasi menurun. Selain itu
juga terjadi peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek
pada bayi preterm.

21
D. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi (Sukadi, 2012):
Faktor Maternal
1. Komplikasi Kehamilan
2. Pemberian ASI

Faktor Perinatal
1. Infeksi IKTERUS NEONATORUM
2. rauma lahir

Faktor Neonatus : Diteliti


1. Usia Kehamilan
2. BBLR : Tidak diteliti
3. Jenis Persalinan
4. Rendahnya Asupan ASI
5. Hipoglikemi

Gambar 1.1 Kerangka Teori


E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas (independen) Variabel Terikat (dependen)

Usia Kehamilan Ikterus Neonatorum

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis
Ha: Ada hubungan yang Signifikan antara Usia Kehamilan Saat Persalinan
dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu 2015.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan rancangan
cross sectional, yaitu penelitian dilakukan dengan mengukur variabel
independen dan variabel dependen. Variabel diukur dan dikumpulkan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

Ikterus
BBL Aterm

Tidak Ikterus
Bayi Baru Lahir

Ikterus
BBL Preterm

Tidak Ikterus

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua Bayi Baru
Lahir yang dilahirkan di Rumah Sakit dan dirawat di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2015 yaitu sebanyak 698 bayi.
2. Besar sampel
a. Besar sampel diambil dari jumlah populasi dengan teknik simple random
sampling (teknik acak sederhana) memberikan kesempatan yang sama

23
23
pada populasi untuk terpilih menjadi sampel dengan menggunakan rumus
Notoatmodjo (2010) yaitu:
N
n= 2
1+ N (d )
698
n= 2
1+ 698 ( 0,05 )
698
n=
1+ 698(0,0025)
698
n=
1,7475
n = 399,42
n =399
Keterangan:
N : besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)
Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan adalah
399 bayi baru lahir.
b. Teknik pengambilan sampel
Dalam pebelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan metode systematic random sampling, caranya yaitu membagi
jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya
adalah interval sampel, maka yang terkena sampel adalah sampel yang
diambil menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010).
N
i=
n
698
i=
399
= 1,74
=2
Keterangan:
i : interval
N: besar populasi

24
n : besar sampel
Dari hasil perhitungan diatas, pengambilan sampel dengan interval 2.
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel diartikan atribut dari subjektif/objektif yang akan diteliti yang
bervariasi antara satu subjek/objek yang satu dengan yang lain (Riwidikdo, 2009).
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Usia Kehamilan
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah Ikterus Neonatorum
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan terhadap variabel-variabel yang
diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Table 2.1 Definisi Operasional

Variabel
Definisi Operasional Alat ukur Cara Ukur HasilUkur Skala Ukur
Terikat
Ikterus Diagnosa dokter yang tertulis Check Melihat 0: Tidak Nominal
Neonatoru di buku register. list register ikterus
m pasien 1: Ikterus
Variabel
Bebas
Usia Usia kehamilan ibu saat Check Melihat 0: Aterm Nominal
Kehamilan persalinan yang ada di list register 1: Preterm
diagnosa dokter yang tertulis pasien
di buku register.

E. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data diatas adalah daftar cocok
(checklist).
F. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juni sampai dengan 14 Juli 2016.
2. Tempat

25
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


1. Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dengan melihat
buku register di ruang perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2015.
2. Pengolahan data
Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
a. Editing
Dalam persiapan ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang
diperoleh kemudian memudahkan pengecekan kelengkapan data yang
diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian.
b. Coding
Data yang telah disusun dan telah diperiksa kelengkapannya kemudian
dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan kategori yang dibuat
berdasarkan justifikasi atau pertimbangan peneliti sendiri hal ini bertujuan
untuk mempermudah pengelolaan data antara lain:
1) Usia Kehamilan
0: Aterm
1: Preterm
2) Ikterus Neonatorum
0:Tidak Ikterus
1: Ikterus
c. Cleaning
Mengecek kembali data yang selesai dimasukkan, untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, kemungkinan ada data yang hilang
dan mengecek konsistensi data.
d. Processing
Data dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam komputer program statistik.

26
3. Analisis Data
Data-data yang telah diolah dianalisis dengan cara:
a. Analisis Univariat
Dillakukan untuk melihat distribusi dan frekuensi dari variabel dependen
(ikterus neonatorum) dan variabel independen (usia kehamilan)
menggunakan presentase (%) (Notoatmodjo, 2010).
Rentang analisis hasil terbagi atas:
Tidak ada satu pun : 0%
Sebagian kecil : 1%-25%
Hampir sebagian : 26%-49%
Sebagian : 50%
Sebagian besar : 51%-75%
Hampir seluruh : 76%-99%
Seluruh : 100%
(Arikunto, 2008)
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen
(usia kehamilan), dengan variabel dependen (ikterus neonatorum). Analisis
ini akan menggunakan uji statistic ( Chi Square) dengan tingkat kepercayaan
95% atau α= 0,05
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dilihat dari hasil analisis ρ
value:
Ha: diterima jika ρ ≤ 0,05 ada hubungan yang bermakna antara Usia
Kehamilan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2015.

27
Ho: diterima jika ρ > 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara Usia
Kehamilan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2015.
c. Teknik Penyajian Data
Setelah dianalisa selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan narasi kemudian diinterpretasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Usia Kehamilan Saat
Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2015. Tahap persiapan ini meliputi, konsultasi dengan
pembimbing, studi pustaka untuk menemukan penelitian di lapangan, melakukan
survey awal terhadap lokasi penelitian, mengumpulkan data yang diperoleh
selama survey awal, merumuskan masalah yang ditemukan ditempat penelitian,
melakukan penyusunan metode penelitian, menyiapkan instrument penelitian.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan pengambilan data dengan melihat
data di register yaitu seluruh bayi yang di rawat di ruang perinatologi dari periode
Januari sampai Desember 2015 di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu sebanyak 698 bayi, kemudian data tersebut dicatat dan dimasukkan
kedalam format pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 14 Juni –
14 Juli tahun 2016 di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, teknik
pengambilan sampel dilakukan melalui teknik Sistematic Random Sampling yaitu
membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang
diinginkan, maka jumlah seluruh sampel penelitian ini adalah 399 bayi.
Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tabel dengan variabel
Independent (Usia Kehamilan) dan variabel Dependent (Ikterus Neonatorum).
Selanjutnya dilakukan tabulasi silang untuk mencari hubungan dengan
menggunakan uji statistic Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% atau
α=0,05 dan data tersebut diolah dengan menggunakan komputer.

28
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan disajikan 28
dalam analisis univariat dan bivariat, yang
diuraikan berikut ini :
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan
persentase dari variable independen (Usia Kehamilan) dan variable dependen
(Ikterus Neonatorum) di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2015, yang dapat dilihat pada table dibawah ini

Table 3.1 Distribusi frekuensi Bayi Baru Lahir dengan BBL Aterm dan BBL Preterm di
Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.

No Bayi Baru Lahir Frekuensi Persentase (%)


1 BBL Aterm 325 81,45
2 BBL Preterm 74 18,54
Total 399 100,0
Sumber : Data sekunder terolah, tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.1 dari 399 bayi yang dijadikan sampel penelitian
diketahui hampir seluruh 325 (81,45%) BBL aterm, sebagian kecil 74 (18,54%)
BBL preterm.

Table 4.2 Distribusi frekuensi Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Neonatorum di Ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.

No Kejadian Ikterus Neonatorum Frekuensi Persentase (%)


1 Ikterus Neonatorum 61 15,28
2 Tidak Ikterus Neonatorum 338 84,71
Total 399 100,0
Sumber : Data sekunder terolah, tahun 2015

29
Berdasarkan tabel 4.2 di atas bahwa dari 399 bayi yang dijadikan sampel
penelitian diketahui sebagian kecil 61 (15,28%) ikterus neonatorum dan hampir
seluruh 338 (84,71%) tidak ikterus neonatorum.

2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui Hubungan Usia Kehamilan Saat
Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.

Table 5.3 Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015

Kejadian Ikterus Neonatorum


Ikterus Tidak Ikterus Ρ PR
BBL Total
Neonatorum Neonatorum
f % f % F %
BBL Aterm 2 0,6 323 99,4 325 100,0 0,000 4,9
BBL Preterm 59 79,7 15 20,3 74 100,0
Total 61 15,3 338 84,7 399 100,0
Sumber : Data sekunder terolah, tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa dari 325 BBL Aterm terdapat
sebagian kecil 2 (0,6%) bayi mengalami ikterus neonatorum dan terdapat
hampir seluruh 323 (99,4%) yang tidak mengalami ikterus neonatorum, dari 74
BBL Preterm terdapat hampir seluruh 59 (79,7%) bayi mengalami ikterus
neonatorum dan terdapat sebagian kecil 15 (20,3%) yang tidak mengalami
ikterus neonatorum. Bayi yang lahir dengan usia kehamilan Preterm beresiko
4,9 kali lebih besar terjadi ikterus neonatorum dibandingkan dengan bayi yang
lahir dengan usia kehamilan aterm. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai ρ =
0,000 α < 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Usia
Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum pada bayi di
Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.

30
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan dari 399 bayi yang dijadikan sampel
penelitian diketahui hampir seluruh 325 (81,45%) BBL Aterm, dan sebagian kecil
74 (18,54%) BBL Preterm. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan ibu antara 38-42
minggu (Takiya, 2012). Persalinan preterm adalah persalinan belum cukup umur
dibawah 37 minggu atau berat lahir kurang dari 2500 gram (Manuaba, 2008).
Dalam penelitian ini, dari 399 bayi yang dijadikan sampel penelitian
diketahui sebagian kecil 61 (15,3%) Ikterus Neonatorum dan hampir seluruh 338
(84,7%) tidak Ikterus Neonatorum. Ikterus adalah warna kuning pada kulit dan
mukosa karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (Dewi, 2012). Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain produksi bilirubin yang berlebihan
misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada incontabilitas
(ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya, fungsi hepar yang belum sempurna,
gangguan dalam proses uptek dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver,
gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin,
gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver) Dennery (2001).
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 74 BBL Preterm terdapat hampir
seluruh 59 (79,7%) bayi mengalami ikterus neonatorum dan terdapat sebagian
kecil 15 (20,3%) yang tidak mengalami ikterus neonatorum. Teori Bobak (2004)
menyatakan bahwa faktor resiko timbulnya ikterus neonatorum adalah
prematuritas, komplikasi kehamilan, trauma lahir, infeksi, faktor genetik. Menurut
teori Indarso (2006) peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada
beberapa keadaan. Kejadian ini sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polistemia,
memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain,
atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dari 325 BBL Aterm terdapat hampir seluruh 323 (99,4%) tidak
mengalami ikterus neonatorum hal ini dikarenakan secara ginekologis bila bayi

31
dilahirkan saat kehamilan cukup bulan ( aterm) kemungkinan besar bayi tidak akan
mengalami gangguan atau penyulit karena tingkat kematangan fungsi sistem
organ neonates telah sempurna, sehingga bayi telah mampu untuk dapat
beradaptasi dengan dunia diluar rahim (Takiya, 2012).
Dari 325 BBL Aterm terdapat sebagian kecil 2 (0,6%) bayi mengalami
ikterus neonatorum. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi akibat adanya
komplikasi pada kehamilan yaitu DM, trauma lahir ( cepalhematoma, ekimosis),
infeksi (bakteri, virus, protozoa), factor genetic (polistemia, rendahnya asupan ASI,
hipoglikemia, hipoalbuminemia) (Bobak, 2004).
Dari 74 BBL Preterm terdapat hampir seluruh 59 (79,7%) BBL mengalami
ikterus neonatorum. Hal ini dikarenakan salah satu penyebab ikterus neonatorum
adalah kelahiran preterm yang disebabkan karena belum matangnya fungsi hati
bayi untuk memproses eritrosit. Saat lahir hati bayi belum cukup baik untuk
melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut bilirubin, bilirubin ini yang
menyebabkan kuning pada bayi dan apabila jumlah bilirubin semakin menumpuk
ditubuh menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning (IDAI, 2008).
Dari 74 BBL Preterm terdapat sebagian kecil 15 (20,3%) bayi tidak
mengalami ikterus neonatorum. Hal ini kemungkinan dikarenakan BBL preterm
tersebut memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik yang bisa di dapat dari faktor
makanan (ASI). Bayi mendapatkan asupan ASI yang baik sehingga meningkatkan
sitem kekebalan tubuh sehingga tidak terjadi pemecahan darah (hemolisis) yang
berlebihan dan albumin dapat mengikat bilirubin sehingga tidak terjadi ikterus
pada bayi (Dennery, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil uji chi-square yaitu ρ
value=0,000 < α 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara Usia
Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum pada bayi di
Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Ita Dwi Agustiningsih (2013) dengan nilai ρ
value = 0,008 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara Usia Kehamilan
Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum dengan 66,67% BBL
preterm mengalami Ikterus Neonatorum dan 33,33% BBL aterm mengalami

32
Ikterus Neonatorum. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tutiek
Herlina (2012) bahwa Ikterus Neonatorum lebih banyak diderita oleh bayi preterm
81,8% dan 18,2% diderita oleh bayi aterm.
Hasil penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah
penelitian Reisa Maulidya (2013) yang menunjukkan bahwa usia kehamilan (masa
gestasi) berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum. Karena apabila bayi
terlahir kurang bulan (preterm) berhubungan dengan ikterus tak terkonjugasi pada
neonatus. Aktifitas uridine difosfat glukoronil transferase hepatic jelas menurun
pada bayi preterm, sehingga konjugasi menurun. Selain itu juga terjadi
peningkatan hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek pada bayi
preterm.
Menurut teori salah satu penyebab ikterus neonatorum adalah kelahiran
prematur. Ikterus neonatorum yang dialami oleh bayi prematur disebabkan karena
belum matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit. Saat lahir hati bayi
belum cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut
bilirubin, bilirubin ini yang menyebabkan kuning pada bayi dan apabila jumlah
bilirubin semakin menumpuk ditubuh menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning,
keadaan ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada
sklera dan kulit. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl (IDAI, 2008).
Meningkatnya kejadian ikterus neonatorum dari tahun 2014 yaitu 54 bayi
menjadi 61 bayi pada tahun 2015 hal ini mungkin dikarenakan RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Bengkulu.
Pada umumnya pasien-pasien atau bayi yang dirawat di ruang Perinatologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu adalah pasien rujukan dari rumah sakit, BPM, dan lain-lain
yang sudah mengalami ikterus neonatorum dan perlu penanganan yang intensif.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini yaitu ada banyak variable
penyebab ikterus neonatorum tetapi peneliti hanya meneliti satu variable sehingga
hasilnya kurang mewakili, kemudian selain itu juga pada saat pengumpulan data

33
sekunder peneliti hanya melihat buku catatan register pasien sehingga tidak bisa
menggali lebih dalam faktor lain penyebab ikterus neonatorum

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta memperhatikan tinjauan teori,
maka dapat disimpulkan :
1. Sebagian besar 325 (81,45%) BBL aterm, sebagian kecil 74 (18,54%) BBL
preterm di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.
2. Sebagian kecil 61 (15,3%) BBL mengalami Ikterus Neonatorum di Ruang
Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2015.
3. Ada hubungan yang signifikan antara Usia Kehamilan Saat Persalinan dangan
Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2015 dengan hasil ρ (value) 0,000 < α 0,05 yang berarti Ha
diterima.
B. Saran
1. Bagi tempat penelitian RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk pihak
rumah sakit khususnya petugas kebidanan agar selalu berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan melalui studi
literatur dan penelitian sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada
BBL dalam menangani kasus ikterus neonatorum dengan cepat dan tepat dan
petugas kesehatan juga mampu memberikan asuhan kebidanan yang lebih
efektif.

34
2. Bagi Akademik
Diharapkan kepada pihak akademik agar mengadakan pelatihan-pelatihan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP dan wewenang, supaya
menghasilkan lulusan yang CAKAP (Cekatan, Aktif, Komunikatif, Amanah dan
Profesional) serta lebih mengarahkan mahasiswa untuk aktif belajar praktik
secara mandiri di laboratorium terpadu.

3. Bagi peneliti lain


34
Diharapkan kepada penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi peneliti lain, serta sebagai inspirasi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ikterus
neonatorum seperti (komplikasi DM, trauma lahir, BBLR, infeksi dan rendahnya
asupan ASI). Hendaknya dapat mengembangkan ruang lingkup penelitian ini
lebih lanjut dengan menambah variabel penelitian.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, Dwi. 2013. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum
di RSUP NTB Tahun 2013. KTI Tidak dipublikasikan.
Behman, Kliegman, Arvin. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Bobak, Irene M, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 . Jakarta: EGC.
Cloherty, K. 2004. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: Salemba Medika.
Cunningham, F. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dennery P. A. 2001. Neonatal Hyperbilirubinemia. N Engl J Med.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan RI 2007. Jakarta: Depkes.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan RI 2012. Jakarta: Depkes.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info
Media.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2015. Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2014.
Bengkulu: Dinkes Provinsi Bengkulu.
Fadlun, dan Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Fraser, Diane M, dkk. 2011. Buku Ajar Bidan Mayles Edisi 14. Jakarta: EGC.
Herlina, Tutiek. 2012. Hubungan Masa Gestasi dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di
RS Dustira Cimahi Tahun 2012.KTI Tidak Dipublikasikan.
Indarso, Fatimah. 2006. Penyakit-Penyakit yang Mempengaruhi Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Markum, a.h. 2001. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

36
Mitayani. 2010. Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya . Sumatera: Baduose Media.
Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC.
Mutianingsih, Rosa. 2012. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum di RSUD IBNU GresikTahun 2012. KTI Tidak Dipublikasikan.
37
Nelson, Waldo E, dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol . 1. Jakarta: EGC.
Nugroho, M. 2010. Ginekologi dan Obstetri Untuk Keperawatan dan Kebidanan .
Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, A. 2010. BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rinawati. 2007. Fakta Seputar Kelahiran Premature. Jakarta: Dikeluarkan oleh Majalah
Mother and Baby Edisi Mai 2007.
Rukiyah, A. 2012. Buku Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Sukadi. 2012. Diktat Kuliah Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak . Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Suradi, Abdurrahman, dkk. 2001. Perinatologi. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FKUP/RSHS.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia . Laporan Pendahuluan SDKI 2012.
Takiya. 2012. Klasifikasi Umur Kehamilan. Diunduh dari
http:/Takiya10.blogspot.com/2012/umur.kehamilan.Html.
Tarigan, M. 2003. Asuhan Keperawatan dan Aplikasi Discharge Planning Pada Klien
Dengan Hiperbilirubin. Medan: FK Program Studi Ilmu Keperawatan Bagian
Keperawatan Medikal Bedah.
Tazami, Reisa Maulidya. 2013. Gambaran Faktor Risiko Ikterus Neonatorum pada
Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. KTI
Tidak Dipublikasikan.
Wiknjosastro, H, dkk. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
BKKBN. 2012. Hasil SDKI 2012. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/hasil
%20penelitian/SDKI%202012/laporan%20pendahuluan%20SDKI%202012.pdf.2012.

37
38
Lampiran 1

FORMAT PENGUMPULAN DATA

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN SAAT PERSALINAN DENGAN KEJADIAN


IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2015

Bayi Baru Lahir Ikterus Neonatorum


No Nama
Aterm Preterm Ya Tidak
1 By. Ny. R √ √
2 By. Ny. D √ √
3 By. Ny. A √ √
4 By. Ny. N √ √
5 By. Ny. R √ √
6 By. Ny. S √ √
7 By. Ny. S √ √
8 By.Ny. Y √ √
9 By. Ny. P √ √
10 By. Ny. B √ √
11 By. Ny. P √ √
12 By. Ny. S √ √
13 By. Ny. S √ √
14 By. Ny. U √ √
15 By. Ny. Y √ √
16 By. Ny. E √ √
17 By. Ny. E √ √
18 By. Ny. R √ √
19 By. Ny. C √ √
20 By. Ny. A √ √
21 By. Ny. S √ √
22 By. Ny. I √ √
23 By. Ny. T √ √
24 By. Ny. J √ √
25 By. Ny. K √ √
26 By. Ny. D √ √
27 By. Ny. P √ √
28 By. Ny. M √ √
29 By. Ny. E √ √
30 By. Ny. B √ √
31 By. Ny. R √ √
32 By. Ny. W √ √
33 By. Ny. I √ √

38
34 By. Ny. O √ √
35 By. Ny. F √ √
36 By. Ny. H √ √
37 By. Ny. H √ √
38 By. Ny. M √ √
39 By. Ny. E √ √
40 By. Ny. J √ √
41 By. Ny. M √ √
42 By. Ny. W √ √
43 By. Ny. Y √ √
44 By. Ny. I √ √
45 By. Ny. M √ √
46 By. Ny. A √ √
47 By. Ny. F √ √
48 By. Ny. K √ √
49 By. Ny. A √ √
50 By. Ny. N √ √
51 By. Ny. K √ √
52 By. Ny. C √ √
53 By. Ny. Q √ √
54 By. Ny. S √ √
55 By. Ny. O √ √
56 By. Ny. D √ √
57 By. Ny. O √ √
58 By. Ny. N √ √
59 By. Ny. A √ √
60 By. Ny. I √ √
61 By. Ny. S √ √
62 By. Ny. B √ √
63 By. Ny. G √ √
64 By. Ny. N √ √
65 By. Ny. E √ √
66 By. Ny. W √ √
67 By. Ny. I √ √
68 By. Ny. I √ √
69 By. Ny. I √ √
70 By. Ny. C √ √
71 By. Ny. E √ √
72 By. Ny. L √ √
73 By. Ny. T √ √
74 By. Ny. G √ √
75 By. Ny. N √ √
76 By. Ny. E √ √
77 By. Ny. B √ √
78 By. Ny. I √ √

39
79 By. Ny. M √ √
80 By. Ny. B √ √
81 By. Ny. I √ √
82 By. Ny. K √ √
83 By. Ny. A √ √
84 By. Ny. L √ √
85 By. Ny. A √ √
86 By. Ny. E √ √
87 By. Ny. E √ √
88 By. Ny. A √ √
89 By. Ny. I √ √
90 By. Ny. S √ √
91 By. Ny. M √ √
92 By. Ny. B √ √
93 By. Ny. S √ √
94 By. Ny. O √ √
95 By. Ny. W √ √
96 By. Ny. Y √ √
97 By. Ny. U √ √
98 By. Ny. K √ √
99 By. Ny. I √ √
100 By. Ny. L √ √
101 By. Ny. P √ √
102 By. Ny. A √ √
103 By. Ny. D √ √
104 By. Ny. I √ √
105 By. Ny. R √ √
106 By. Ny. R √ √
107 By. Ny. E √ √
108 By. Ny. I √ √
109 By. Ny. N √ √
110 By. Ny. C √ √
111 By. Ny. H √ √
112 By. Ny. A √ √
113 By. Ny. P √ √
114 By. Ny. T √ √
115 By. Ny. L √ √
116 By. Ny. Y √ √
117 By. Ny. A √ √
118 By. Ny. F √ √
119 By. Ny. Q √ √
120 By. Ny. D √ √
121 By. Ny. L √ √
122 By. Ny. S √ √
123 By. Ny. B √ √

40
124 By. Ny. D √ √
125 By. Ny. R √ √
126 By. Ny. P √ √
127 By. Ny. H √ √
128 By. Ny. N √ √
129 By. Ny. T √ √
130 By. Ny. R √ √
131 By. Ny. N √ √
132 By. Ny. A √ √
133 By. Ny. A √ √
134 By. Ny. F √ √
135 By. Ny. I √ √
136 By. Ny. E √ √
137 By. Ny. B √ √
138 By. Ny. C √ √
139 By. Ny. Y √ √
140 By. Ny. H √ √
141 By. Ny. J √ √
142 By. Ny. O √ √
143 By. Ny. C √ √
144 By. Ny. Y √ √
145 By.Ny. I √ √
146 By. Ny. K √ √
147 By. Ny. B √ √
148 By. Ny. N √ √
149 By. Ny. D √ √
150 By. Ny. M √ √
151 By. Ny. E √ √
152 By. Ny. I √ √
153 By. Ny. B √ √
154 By. Ny. L √ √
155 By. Ny. Z √ √
156 By. Ny. U √ √
157 By. Ny. J √ √
158 By. Ny. E √ √
159 By. Ny. A √ √
160 By. Ny. A √ √
161 By. Ny. L √ √
162 By. Ny. R √ √
163 By. Ny. I √ √
164 By. Ny. N √ √
165 By. Ny. S √ √
166 By. Ny. M √ √
167 By. Ny. Y √ √
168 By. Ny. A √ √

41
169 By. Ny. H √ √
170 By. Ny. R √ √
171 By. Ny. I √ √
172 By. Ny. E √ √
173 By. Ny. D √ √
174 By. Ny. T √ √
175 By. Ny. A √ √
176 By. Ny. A √ √
177 By. Ny. P √ √
178 By. Ny. I √ √
179 By. Ny. K √ √
180 By. Ny. D √ √
181 By. Ny. E √ √
182 By. Ny. S √ √
183 By. Ny. A √ √
184 By. Ny. J √ √
185 By. Ny. W √ √
186 By. Ny. A √ √
187 By. Ny. I √ √
188 By. Ny. D √ √
189 By. Ny. E √ √
190 By. Ny. E √ √
191 By. Ny. A √ √
192 By. Ny. I √ √
193 By. Ny. N √ √
194 By. Ny. Y √ √
195 By. Ny. C √ √
196 By. Ny. P √ √
197 By. Ny. G √ √
198 By. Ny. T √ √
199 By. Ny. B √ √
200 By. Ny. P √ √
201 By. Ny. O √ √
202 By. Ny. C √ √
203 By. Ny. E √ √
204 By. Ny. H √ √
205 By. Ny. P √ √
206 By. Ny. D √ √
207 By. Ny. M √ √
208 By. Ny. R √ √
209 By. Ny. L √ √
210 By. Ny. I √ √
211 By. Ny. M √ √
212 By. Ny. Y √ √
213 By. Ny. T √ √

42
214 By. Ny. A √ √
215 By. Ny. T √ √
216 By. Ny. B √ √
217 By. Ny. E √ √
218 By. Ny. W √ √
219 By. Ny. M √ √
220 By. Ny. N √ √
221 By. Ny. I √ √
222 By. Ny. S √ √
223 By. Ny. N √ √
224 By. Ny. P √ √
225 By. Ny. S √ √
226 By. Ny. M √ √
227 By. Ny. A √ √
228 By. Ny. A √ √
229 By. Ny. P √ √
230 By. Ny. K √ √
231 By. Ny. D √ √
232 By. Ny. B √ √
233 By. Ny. T √ √
234 By. Ny. S √ √
235 By. Ny. E √ √
236 By. Ny. J √ √
237 By. Ny. I √ √
238 By. Ny. C √ √
239 By. Ny. B √ √
240 By. Ny. D √ √
241 By. Ny. T √ √
242 By. Ny. B √ √
243 By. Ny. I √ √
244 By. Ny. U √ √
245 By. Ny. I √ √
246 By. Ny. K √ √
247 By. Ny. Y √ √
248 By. Ny. E √ √
249 By. Ny. M √ √
250 By. Ny. J √ √
251 By. Ny. H √ √
252 By. Ny. F √ √
253 By. Ny. F
254 By. Ny. N √ √
255 By. Ny. D √ √
256 By. Ny. Q √ √
257 By. Ny. A √ √
258 By. Ny. I √ √

43
259 By. Ny. F √ √
260 By. Ny. Y √ √
261 By. Ny. A √ √
262 By. Ny. D √ √
263 By. Ny. T √ √
264 By. Ny. R √ √
265 By. Ny. P √ √
266 By. Ny. A √ √
267 By. Ny. S √ √
268 By. Ny. U √ √
269 By. Ny. R √ √
270 By. Ny. G √ √
271 By. Ny. H √ √
272 By. Ny. J √ √
273 By. Ny. L √ √
274 By. Ny. I √ √
275 By. Ny. A √ √
276 By. Ny. E √ √
277 By. Ny. S √ √
278 By. Ny. D √ √
279 By. Ny. I √ √
280 By. Ny. E √ √
281 By. Ny. A √ √
282 By. Ny. S √ √
283 By. Ny. C √ √
284 By. Ny. N √ √
285 By. Ny. I √ √
286 By. Ny. L √ √
287 By. Ny. R √ √
288 By. Ny. E √ √
289 By. Ny. M √ √
290 By. Ny. D √ √
291 By. Ny. F √ √
292 By. Ny. H √ √
293 By. Ny. I √ √
294 By. Ny. E √ √
295 By. Ny. W √ √
296 By. Ny. S √ √
297 By. Ny. A √ √
298 By. Ny. A √ √
299 By. Ny. C √ √
300 By. Ny. P √ √
301 By. Ny. M √ √
302 By. Ny. I √ √
303 By. Ny. H √ √

44
304 By. Ny. I √ √
305 By. Ny. E √ √
306 By. Ny. S √ √
307 By. Ny. A √ √
308 By. Ny. C √ √
309 By. Ny. H √ √
310 By. Ny. J √ √
311 By. Ny. E √ √
312 By. Ny. W √ √
313 By. Ny. S √ √
314 By. Ny. U √ √
315 By. Ny. Y √ √
316 By. Ny. I √ √
317 By. Ny. L √ √
318 By. Ny. M √ √
319 By. Ny. C √ √
320 By. Ny. N √ √
321 By. Ny. S √ √
322 By. Ny. E √ √
323 By. Ny. R √ √
324 By. Ny. T √ √
325 By. Ny. P √ √
326 By. Ny. I √ √
327 By. Ny. O √ √
328 By. Ny. A √ √
329 By. Ny. R √ √
330 By. Ny. E √ √
331 By. Ny. T √ √
332 By. Ny. U √ √
333 By. Ny. B √ √
334 By. Ny. T √ √
335 By. Ny. I √ √
336 By. Ny. L √ √
337 By. Ny. D √ √
338 By. Ny. G √ √
339 By. Ny. H √ √
340 By. Ny. A √ √
341 By. Ny. A √ √
342 By. Ny. S √ √
343 By. Ny. E √ √
344 By. Ny. E √ √
345 By. Ny. R √ √
346 By. Ny. T √ √
347 By. Ny. P √ √
348 By. Ny. O √ √

45
349 By. Ny. I √ √
350 By. Ny. Y √ √
351 By. Ny. T √ √
352 By. Ny. Y √ √
353 By. Ny. M √ √
354 By. Ny. N √ √
355 By. Ny. W √ √
356 By. Ny. E √ √
357 By. Ny. R √ √
358 By. Ny. T √ √
359 By. Ny. F √ √
360 By. Ny. V √ √
361 By. Ny. C √ √
362 By. Ny. B √ √
363 By. Ny. E √ √
364 By. Ny. W √ √
365 By. Ny. R √ √
366 By. Ny. T √ √
367 By. Ny. A √ √
368 By. Ny. A √ √
369 By. Ny. A √ √
370 By. Ny. S √ √
371 By. Ny. I √ √
372 By. Ny. O √ √
373 By. Ny. P √ √
374 By. Ny. C √ √
375 By. Ny. D √ √
376 By. Ny. E √ √
377 By. Ny. R √ √
378 By. Ny. T √ √
379 By. Ny. H √ √
380 By. Ny. H √ √
381 By. Ny. I √ √
382 By. Ny. L √ √
383 By. Ny. A √ √
384 By. Ny. R √ √
385 By. Ny. B √ √
386 By. Ny. N √ √
387 By. Ny. A √ √
388 By. Ny. S √ √
389 By. Ny. S √ √
390 By. Ny. C √ √
391 By. Ny. T √ √
392 By. Ny. I √ √
393 By. Ny. B √ √

46
394 By. Ny. Y √ √
395 By. Ny. U √ √
396 By. Ny. L √ √
397 By. Ny. E √ √
398 By. Ny. R √ √
399 By. Ny. A √ √

Lampiran 2

TABULASI DATA

47
Ikterus
No Nama BBL
Neonatorum
1 By. Ny. R 0 0
2 By. Ny. D 1 1
3 By. Ny. A 1 1
4 By. Ny. N 0 0
5 By. Ny. R 0 0
6 By. Ny. S 0 1
7 By. Ny. S 1 1
8 By. Ny. Y 0 0
9 By. Ny. P 0 0
10 By. Ny. B 0 0
11 By. Ny. P 0 0
12 By. Ny. S 1 1
13 By. Ny. S 0 0
14 By. Ny. U 0 0
15 By. Ny. Y 0 0
16 By. Ny. E 0 0
17 By. Ny. E 0 0
18 By. Ny. R 0 0
19 By. Ny. C 1 1
20 By. Ny. A 0 0
21 By. Ny. S 0 0
22 By. Ny. I 0 0
23 By. Ny. T 1 0
24 By. Ny. J 0 0
25 By. Ny. K 1 0
26 By. Ny. D 0 0
27 By. Ny. P 0 0
28 By. Ny. M 0 0
29 By. Ny. E 0 0
30 By. Ny. B 0 0
31 By. Ny. R 1 1
32 By. Ny. W 0 0
33 By. Ny. I 1 0
34 By. Ny. O 0 0
35 By. Ny. F 0 0
36 By. Ny. H 0 0
37 By. Ny. H 0 0
38 By. Ny. M 0 0

48
39 By. Ny. E 0 0
40 By. Ny. J 0 1
41 By. Ny. M 0 0
42 By. Ny. W 1 0
43 By. Ny. Y 1 1
44 By. Ny. I 0 0
45 By. Ny. M 0 0
46 By. Ny. A 0 0
47 By. Ny. F 0 0
48 By. Ny. K 0 0
49 By. Ny. A 0 0
50 By. Ny. N 0 0
51 By. Ny. K 0 0
52 By. Ny. C 0 0
53 By. Ny. Q 1 1
54 By. Ny. S 0 0
55 By. Ny. O 0 0
56 By. Ny. D 0 0
57 By. Ny. O 0 0
58 By. Ny. N 1 1
59 By. Ny. A 0 0
60 By. Ny. I 0 0
61 By. Ny. S 0 0
62 By. Ny. B 0 0
63 By. Ny. G 0 0
64 By. Ny. N 0 0
65 By. Ny. E 0 0
66 By. Ny. W 1 0
67 By. Ny. I 0 0
68 By. Ny. I 0 0
69 By. Ny. I 0 0
70 By. Ny. C 0 0
71 By. Ny. E 0 0
72 By. Ny. L 0 0
73 By. Ny. T 1 1
74 By. Ny. G 0 0
75 By. Ny. N 0 0
76 By. Ny. E 0 0
77 By. Ny. B 1 1
78 By. Ny. I 0 0

49
79 By. Ny. M 0 0
80 By. Ny. B 0 0
81 By. Ny. I 0 0
82 By. Ny. K 1 1
83 By. Ny. A 1 0
84 By. Ny. L 0 0
85 By. Ny. A 0 0
86 By. Ny. E 0 0
87 By. Ny. E 1 1
88 By. Ny. A 0 0
89 By. Ny. I 0 0
90 By. Ny. S 0 0
91 By. Ny. M 1 0
92 By. Ny. B 0 0
93 By. Ny. S 0 0
94 By. Ny. O 1 1
95 By. Ny. W 0 0
96 By. Ny. Y 0 0
97 By. Ny. U 0 0
98 By. Ny. K 0 0
99 By. Ny. I 0 0
100 By. Ny. L 0 0
101 By. Ny. P 0 0
102 By. Ny. A 0 0
103 By. Ny. D 1 1
104 By. Ny. I 0 0
105 By. Ny. R 0 0
106 By. Ny. R 0 0
107 By. Ny. E 1 1
108 By. Ny. I 0 0
109 By. Ny. N 0 0
110 By. Ny. C 1 0
111 By. Ny. H 1 1
112 By. Ny. A 0 0
113 By. Ny. P 0 0
114 By. Ny. T 1 1
115 By. Ny. L 0 0
116 By. Ny. Y 0 0
117 By. Ny. A 0 0
118 By. Ny. F 0 0

50
119 By. Ny. Q 0 0
120 By. Ny. D 0 0
121 By. Ny. L 0 0
122 By. Ny. S 1 1
123 By. Ny. B 0 0
124 By. Ny. D 0 0
125 By. Ny. R 0 0
126 By. Ny. P 0 0
127 By. Ny. H 1 1
128 By. Ny. N 0 0
129 By. Ny. T 0 0
130 By. Ny. R 0 0
131 By. Ny. N 0 0
132 By. Ny. A 0 0
133 By. Ny. A 0 0
134 By. Ny. F 0 0
135 By. Ny. I 1 0
136 By. Ny. E 0 0
137 By. Ny. B 0 0
138 By. Ny. C 1 0
139 By. Ny. Y 1 1
140 By. Ny. H 0 0
141 By. Ny. J 0 0
142 By. Ny. O 0 0
143 By. Ny. C 0 0
144 By. Ny. Y 0 0
145 By.Ny. I 0 0
146 By. Ny. K 1 1
147 By. Ny. B 0 0
148 By. Ny. N 0 0
149 By. Ny. D 0 0
150 By. Ny. M 0 0
151 By. Ny. E 0 0
152 By. Ny. I 1 1
153 By. Ny. B 0 0
154 By. Ny. L 0 0
155 By. Ny. Z 0 0
156 By. Ny. U 1 1
157 By. Ny. J 0 0
158 By. Ny. E 0 0

51
159 By. Ny. A 0 0
160 By. Ny. A 0 0
161 By. Ny. L 0 0
162 By. Ny. R 0 0
163 By. Ny. I 0 0
164 By. Ny. N 0 0
165 By. Ny. S 0 0
166 By. Ny. M 0 0
167 By. Ny. Y 0 0
168 By. Ny. A 0 0
169 By. Ny. H 0 0
170 By. Ny. R 0 0
171 By. Ny. I 1 1
172 By. Ny. E 0 0
173 By. Ny. D 0 0
174 By. Ny. T 0 0
175 By. Ny. A 0 0
176 By. Ny. A 0 0
177 By. Ny. P 0 0
178 By. Ny. I 0 0
179 By. Ny. K 0 0
180 By. Ny. D 1 0
181 By. Ny. E 1 1
182 By. Ny. S 0 0
183 By. Ny. A 0 0
184 By. Ny. J 0 0
185 By. Ny. W 0 0
186 By. Ny. A 0 0
187 By. Ny. I 0 0
188 By. Ny. D 0 0
189 By. Ny. E 0 0
190 By. Ny. E 1 1
191 By. Ny. A 0 0
192 By. Ny. I 0 0
193 By. Ny. N 1 1
194 By. Ny. Y 0 0
195 By. Ny. C 0 0
196 By. Ny. P 0 0
197 By. Ny. G 0 0
198 By. Ny. T 0 0

52
199 By. Ny. B 0 0
200 By. Ny. P 0 0
201 By. Ny. O 0 0
202 By. Ny. C 0 0
203 By. Ny. E 0 0
204 By. Ny. H 1 1
205 By. Ny. P 0 0
206 By. Ny. D 0 0
207 By. Ny. M 0 0
208 By. Ny. R 1 1
209 By. Ny. L 1 1
210 By. Ny. I 0 0
211 By. Ny. M 0 0
212 By. Ny. Y 1 0
213 By. Ny. T 1 0
214 By. Ny. A 0 0
215 By. Ny. T 0 0
216 By. Ny. B 0 0
217 By. Ny. E 1 1
218 By. Ny. W 0 0
219 By. Ny. M 0 0
220 By. Ny. N 0 0
221 By. Ny. I 0 0
222 By. Ny. S 1 1
223 By. Ny. N 0 0
224 By. Ny. P 0 0
225 By. Ny. S 0 0
226 By. Ny. M 0 0
227 By. Ny. A 0 0
228 By. Ny. A 0 0
229 By. Ny. P 0 0
230 By. Ny. K 0 0
231 By. Ny. D 0 0
232 By. Ny. B 0 0
233 By. Ny. T 0 0
234 By. Ny. S 0 0
235 By. Ny. E 0 0
236 By. Ny. J 0 0
237 By. Ny. I 1 1
238 By. Ny. C 0 0

53
239 By. Ny. B 0 0
240 By. Ny. D 0 0
241 By. Ny. T 0 0
242 By. Ny. B 0 0
243 By. Ny. I 0 0
244 By. Ny. U 0 0
245 By. Ny. I 0 0
246 By. Ny. K 0 0
247 By. Ny. Y 0 0
248 By. Ny. E 0 0
249 By. Ny. M 0 0
250 By. Ny. J 0 0
251 By. Ny. H 0 0
252 By. Ny. F 0 0
253 By. Ny. F 0 0
254 By. Ny. N 1 1
255 By. Ny. D 0 0
256 By. Ny. Q 0 0
257 By. Ny. A 1 1
258 By. Ny. I 0 0
259 By. Ny. F 0 0
260 By. Ny. Y 1 0
261 By. Ny. A 1 0
262 By. Ny. D 1 1
263 By. Ny. T 0 0
264 By. Ny. R 0 0
265 By. Ny. P 0 0
266 By. Ny. A 1 1
267 By. Ny. S 0 0
268 By. Ny. U 0 0
269 By. Ny. R 0 0
270 By. Ny. G 0 0
271 By. Ny. H 0 0
272 By. Ny. J 0 0
273 By. Ny. L 0 0
274 By. Ny. I 0 0
275 By. Ny. A 1 1
276 By. Ny. E 0 0
277 By. Ny. S 0 0
278 By. Ny. D 0 0

54
279 By. Ny. I 0 0
280 By. Ny. E 0 0
281 By. Ny. A 1 1
282 By. Ny. S 0 0
283 By. Ny. C 0 0
284 By. Ny. N 0 0
285 By. Ny. I 0 0
286 By. Ny. L 1 1
287 By. Ny. R 0 0
288 By. Ny. E 0 0
289 By. Ny. M 0 0
290 By. Ny. D 0 0
291 By. Ny. F 0 0
292 By. Ny. H 0 0
293 By. Ny. I 0 0
294 By. Ny. E 0 0
295 By. Ny. W 1 1
296 By. Ny. S 0 0
297 By. Ny. A 1 1
298 By. Ny. A 0 0
299 By. Ny. C 0 0
300 By. Ny. P 0 0
301 By. Ny. M 0 0
302 By. Ny. I 1 1
303 By. Ny. H 0 0
304 By. Ny. I 0 0
305 By. Ny. E 0 0
306 By. Ny. S 1 1
307 By. Ny. A 0 0
308 By. Ny. C 0 0
309 By. Ny. H 0 0
310 By. Ny. J 1 1
311 By. Ny. E 0 0
312 By. Ny. W 0 0
313 By. Ny. S 0 0
314 By. Ny. U 0 0
315 By. Ny. Y 0 0
316 By. Ny. I 0 0
317 By. Ny. L 0 0
318 By. Ny. M 0 0

55
319 By. Ny. C 0 0
320 By. Ny. N 1 1
321 By. Ny. S 0 0
322 By. Ny. E 0 0
323 By. Ny. R 0 0
324 By. Ny. T 0 0
325 By. Ny. P 0 0
326 By. Ny. I 0 0
327 By. Ny. O 0 0
328 By. Ny. A 0 0
329 By. Ny. R 0 0
330 By. Ny. E 1 1
331 By. Ny. T 0 0
332 By. Ny. U 0 0
333 By. Ny. B 0 0
334 By. Ny. T 0 0
335 By. Ny. I 0 0
336 By. Ny. L 0 0
337 By. Ny. D 1 1
338 By. Ny. G 0 0
339 By. Ny. H 0 0
340 By. Ny. A 0 0
341 By. Ny. A 0 0
342 By. Ny. S 0 0
343 By. Ny. E 0 0
344 By. Ny. E 1 1
345 By. Ny. R 0 0
346 By. Ny. T 0 0
347 By. Ny. P 0 0
348 By. Ny. O 1 1
349 By. Ny. I 0 0
350 By. Ny. Y 0 0
351 By. Ny. T 0 0
352 By. Ny. Y 0 0
353 By. Ny. M 0 0
354 By. Ny. N 1 1
355 By. Ny. W 0 0
356 By. Ny. E 0 0
357 By. Ny. R 0 0
358 By. Ny. T 1 1

56
359 By. Ny. F 0 0
360 By. Ny. V 0 0
361 By. Ny. C 0 0
362 By. Ny. B 0 0
363 By. Ny. E 0 0
364 By. Ny. W 1 1
365 By. Ny. R 0 0
366 By. Ny. T 0 0
367 By. Ny. A 0 0
368 By. Ny. A 0 0
369 By. Ny. A 0 0
370 By. Ny. S 0 0
371 By. Ny. I 0 0
372 By. Ny. O 0 0
373 By. Ny. P 0 0
374 By. Ny. C 0 0
375 By. Ny. D 0 0
376 By. Ny. E 0 0
377 By. Ny. R 0 0
378 By. Ny. T 0 0
379 By. Ny. H 1 1
380 By. Ny. H 0 0
381 By. Ny. I 1 1
382 By. Ny. L 0 0
383 By. Ny. A 0 0
384 By. Ny. R 0 0
385 By. Ny. B 0 0
386 By. Ny. N 1 1
387 By. Ny. A 0 0
388 By. Ny. S 0 0
389 By. Ny. S 1 1
390 By. Ny. C 0 0
391 By. Ny. T 0 0
392 By. Ny. I 0 0
393 By. Ny. B 1 1
394 By. Ny. Y 0 0
395 By. Ny. U 0 0
396 By. Ny. L 0 0
397 By. Ny. E 0 0
398 By. Ny. R 0 0

57
399 By. Ny. A 0 0

Keterangan :

BBL Ikterus Neonatorum


0 : Aterm 0 : Tidak
1 : Preterm 1 : Ya

Lampiran 3
HASIL ANALISIS DATA

1. ANALISIS UNIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia Kehamilan * Ikterus


399 100.0% 0 .0% 399 100.0%
Neonatorum

58
Usia Kehamilan * Ikterus Neonatorum Crosstabulation

Ikterus Neonatorum

tidak ya Total

Usia aterm Count 323 2 325


Kehamilan
Expected Count 275.3 49.7 325.0

% within Usia Kehamilan 99.4% .6% 100.0%

preterm Count 15 59 74

Expected Count 62.7 11.3 74.0

% within Usia Kehamilan 20.3% 79.7% 100.0%

Total Count 338 61 399

Expected Count 338.0 61.0 399.0

% within Usia Kehamilan 84.7% 15.3% 100.0%

2. ANALISIS BIVARIAT

59
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.913E2a 1 .000

Continuity Correctionb 285.231 1 .000

Likelihood Ratio 242.324 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
290.578 1 .000
Association

N of Valid Casesb 399

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31.

b. Computed only for a 2x2


table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Usia Kehamilan


635.233 141.559 2850.553
(aterm / preterm)

For cohort Ikterus Neonatorum =


4.903 3.120 7.704
tidak

For cohort Ikterus Neonatorum =


.008 .002 .031
ya

N of Valid Cases 399

Lampiran 4
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan APRIL MEI JUNI JULI


MINGGU KE
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

60
I PENDAHULUAN
Mengidentifikasi Masalah
Penentuan Judul/Topik
Pembuatan Proposal
Konsul Pembimbing
Perbaikan Proposal
Ujian Proposal
Perbaikan Proposal
II PELAKSANAAN
Penelitian
Pengolahan Data
III PENYUSUNAN
Laporan
Konsultasi Pembimbing
Perbaikan dan Penyelesaian
Seminar KTI
Perbaikan KTI
Penggandaan KTI

Lampiran 5
LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Imelda Sylvana

NIM : 2013032.B

Jurusan : DIII Kebidanan

61
Judul KTI : Hubungan Usia Kehamilan Saat Persalinan dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2015.
Pembimbing : Rita Doveriyanti, SST, M. Kes

No Tanggal Materi Keterangan Paraf

1 7April 2016 Mengajukan Masalah Perbaikan

2 14 April 2016 Mengajukan Masalah ACC Masalah dan Judul

3 29 April 2016 Bab I, Bab II, Bab III Perbaikan

4 30 April 2016 Bab I, Bab II, Bab III Perbaikan

5 2 Mei 2016 Bab I, Bab II, Bab III Perbaikan

6 3 Mei 2016 Bab I, Bab II, Bab III ACC Ujian Proposal

7 17 Juni 2016 Bab IV dan Bab V Perbaikan


8 18 Juni 2016 Bab IV dan Bab V ACC Ujian KTI

62

Anda mungkin juga menyukai