Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PERMOHONAN BANTUAN SARANA/FASILITAS TABUNG KOMPOS


Untuk SD Nasional Tiga Bahasa Dharma Bhakti Samarinda
Tahun Anggaran 2022/2023

Oleh :
Tim Pengelola Adiwiyata
SD Nasional Tiga Bahasa Dharma Bhakti Samarinda
Yayasan Dharma Bhakti Samarinda

Yayasan Dharma Bhakti Samarinda


Kota Samarinda
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan ini didasari oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah
rumah tangga menjadi lebih bermanfaat. Kurangnya kepedulian terhadap pengelolaan sampah tadi
berimbas kepada terus meningkatnya penumpukan timbunan sampah di berbagai TPA, yang disebabkan
sulitnya memisahkan limbah-limbah organik dengan limbah yang dapat didaur ulang. Penumpukan akan
limbah-limbah tadi sejatinya dapat diminimalisir apabila terdapat kesadaran pada masyarakat secara
luas akan pentingnya pengelolaan terhadap limbah organik/dapur yang secara umum mudah dilakukan
oleh individu masyarakat, sehingga proses pemisahan sampah yang masih dapat didaur ulang menjadi
lebih efisien dan efektif oleh pihak yang berperan didalamnya.

Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di
Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar
4,2% akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebanyak 37,6% dibakar, dibuang ke sungai
sebesar 4,9% dan tidak tertangani sekitar 53,3%. Dari sekitar 53,3% sampah yang tidak ditangani
dibuang dengan cara tidak saniter dan menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS)
tahun 2003 rata – rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6 kg/hari.

Pengkomposan menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah
yang bersumber dari limbah dapur yang sejatinya masih dapat diolah menjadi lebih bermanfaat.
Kompos sendiri selain digunakan sebagai media tanam, dapat juga dipakai sebagai pupuk yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah/media tanam agar sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman. Akan
tetapi mindset masyarakat yang masih menganggap teknik pengkomposan cenderung sulit menjadikan
rendahnya minat masyarakat untuk mengolah sampah dapur menjadi kompos. Hal ini membuat peluang
pemasaran komposter sederhana ini terbuka lebar. Sekolah Nasional Tiga Bahasa Dharma Bhakti sebagai
wadah edukasi, menjadi peluang untuk mensosialisasikan program pengomposan sampah rumah tangga
dan organik kepada warga sekolah (siswa, guru dan orang tua) maupun warga sekitar sekolah (RT 10
Sambutan). Pengomposan menjadi peluang usaha untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga
sekolah dan warga sekitar.
TABUR SEMPROT sebagai salah satu komposter sederhana yang menggunakan tabung sebagai tempat
pengomposan yang didesain sedemikian rupa sehingga proses pengomposan bisa berjalan baik. Tabung
Biru Komposter Sampah Dapur Rumah Tangga (TABUR SEMPROT) adalah sebuah tabung yang didesain
untuk pembuatan kompos. Tabung ini dapat mengolah sampah dapur rumah tangga berupa sayur,
buah, dan daun menjadi kompos dengan bantuan bioaktivator yang disemprotkan pada sampah
tersebut setiap dimasukkan ke tabung komposter. Bioaktivator yang digunakan dapat dibuat sendiri
(molase) atau dapat membeli di toko saprodi (EM4). Waktu yang dibutuhkan sampah dapur untuk
menjadi kompos sekitar 1 bulan. Selain menghasilkan kompos, tabung ini juga dapat menghasilkan
pupuk organik cair yang tersaring kebawah melalui lubang pada asbes plastik bergelombang yang
dijadikan sekat. Tujuan dari kegiatan ini selain mendapat keuntungan berupa materi dan pengalaman
juga untuk mengubah pola perilaku masyarakat terhadap sampah. Meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap pengelolaan sampah agar lebih bermanfaat, salah satunya dengan menghasilkan
kompos. Target dari kegiatan ini adalah:

a. Menjadikan sekolah sebagai wadah edukasi yang berperan utama dalam usaha pengomposan
dan mereduksi sampah rumah tangga. Baik dilingkup kecil hingga luas
b. Menunjang program sekolah dan yayasan yaitu
 Wirausaha bidang lingkungan. Dengan memproduksi pupuk kompos untuk pertanian di
Sambutan, diharapkan menambah finansial sekolah dan warga sekolah
 Edukasi pengomposan yang berhasil diharapkan mampu mendongkrak produksi tabung
biru komposter sampah dapur rumah tangga untuk warga sekitar melalui kegiatan
kepemudaan dan PKK di lingkungan RT 10 Sambutan
 Program bawa sampah dari rumah yang digadang-gadang oleh pihak sekolah kepada
siswa dan guru diharapkan akan sejalan dengan proses pengomposan, penampung
jelantah, cipta eco-enzym dan daur ulang 3R disekolah, sehingga bernilai ekonomis dan
manfaat yang berkelanjutan.
c. Cita-cita kepedulian lingkungan akan menciptakan pembiasaan dan habituasi di warga sekolah
dan sekitar sekolah. Serta berharap secara tidak langsung memberi penghargaan dibidang
lingkungan atas program dan pembiasaan yang dilakukan warga sekolah dan sekitar sekolah.

1.2. Manfaat dan Kegunaan Kompos


Secara garis besar kompos bermanfaat pada peningkatan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar,
memperbaiki struktur tanah dengan dengan meningkatnya kandungan organik tanah serta meningkatkan
tanah dalam mempertahankan kandungan air. Dengan adanya mikroa pada kompos akan memantu
penyerapan unsur hara pada tanah yang menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang dipupuk dengan kompos mempunyai daya tahan yang tinggi dari serangan hama
dan penyakit. Disamping itu kualitas tanaman yang dipupuk kompos juga meningkat (tahan disimpan,
lebih segar, lebih berat dan lebih enak)
Penggolongan manfaat kompos ditinjau dari :
Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya transportasi dan penimbunan sampah


2. Mengurangi volume limbah yang diangkat ke TPA
3. Mempunyai nilai jual lebih tinggi dari bahan asalnya ( sampah )
4. Meminimalisir atau meniadakan perluasan TPA

Aspek Lingkungan :

5. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah


6. Mengurangi polusi air di sekitar TPA

Aspek bagi tanaman / tanah :

7. Meningkatkan kesuburan tanah


8. Memperbaiki struktur tanah
9. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
10. Meningkatkan aktifitas mikroba tanah
11. Meningkatkan kualitas tanaman
12. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
13. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit
14. Meningkatkan ketersediaan hara tanaman

1.3. Tujuan
Tujuan pengomposan menggunakan tabung semprot adalah :

1. Tabung ekonomis namun dapat menampung sampah organik dalam jumlah lebih besar. Ini
dikarenakan menggunakan drum plastik biru dengan kapasitas 120L s/d 200L
2.

1.4. Sasaran
Sasaran kegiatan pembangunan rumah kompos adalah untuk menampung dan memproses sampah organik
maupun an organik dari warga Kelurahan Semampir dan sekitarnya.
1.5. Mekanisme/Alur Persiapan Program

1.

BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA PROGRAM

Ruang lingkup kegiatan pengembangan rumah kompos terdiri dari :


2.1 Bangunan
2.2 APPO ( Alat Pengolah Pupuk Organik )
2.3 Kendaraan bermotor roda 3
2.4 Mikro Organisme Lokal ( MOL )
2.5 Pelatihan

15. Operasional penggunaan alat pengolah pupuk organik ( APPO )


16. Pembuatan Mikro organisme lokal ( MOL )
17. Pembuatan pupuk kompos

2.6 Pengelolaan Rumah Kompos

18. Penetapan petugas pengelolaan rumah kompos


19. Penetapan sistem pengelolaan rumah kompos
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Rumah Kompos

20. Norma

Pembangunan rumah kompos diarahkan pada kawasan yang dipandang memproduksi limbah/sampah
banyak dan ada sumber daya manusia yang kapabel dalam bidangnya lebih – lebih menguasai dari hilir
sampai hulu ( produksi sampah pemanfaatannya ) untuk bidang pertanian / agribisnis.

21. Standar Tehnis

Luas tanah minimal 126 m2 terdiri dari :


– Luas bangunan rumah kompos 6 x 21 M2 yang terdiri dari ruang kantor, ruang penjaga, ruang
pengomposan dan ruang APPO ( Alat Pengolah Pupuk Organik )
– Kelebihan tanah untuk bank sampah dan penjemuran granul
– Perlengkapan listrik dan sumber air disesuaikan dengan kebutuhan operasional rumah kompos

22. Kriteria

– Setiap warga berpartisipasi memilah sampah basah dan kering


– Kelurahan, RT, RW memotivasi dan selalu memberi pengertian tentang pentingnya pengelolaan
sampah
– Terdapat lahan untuk berdirinya rumah kompos
– Adanya POKMAS dan relawan kebersihan lingkungan yang selalu aktif
3.2 Pengadaan Saran Penunjang Rumah Kompos

23. Alat pencacah bahan organik sesuai kapasitas sampah yang terkumpul
24. Alat perlengkapan ; cangkul, garuk, gembor, sabit, dll
25. Alat penghancur bahan organik menjadi pupuk organik cair/tong fermentor
26. Alat angkutan bermotor roda 3

– Bagian belakang ada bak yang berfungsi mengangkut bahan baku dan mendistribusikan hasil

27. Mikro Organisme Lokal ( MOL )

– Fungsi MOL sebagai bahan utama untuk mempercepat proses dekomposisasi bahan organik menjadi
kompos
– Dalam pembuatan MOL diperlukan peralatan antara lain drum, ember, tetes dan bahan – bahan MOL
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Cara Pelaksanaan


Pembangunan fisik rumah kompos dilaksanakan kelompok masyarakat atau relawan kebersihan
lingkungan binaan DTRKP Kota Kediri dengan melibatkan masyarakat yang ahli dalam bidang bangunan
Setiap komponen kegiatan pembangunan dan pengelolaan rumah kompos direncanakan dan dilaksanakan
oleh POKMAS dan atau kebersihan lingkungan Kelurahan binaan DTRKP
Setiap penyusunan rencana kegiatan POKMAS bisa melibatkan masyarakat / tokoh atas bimbingan
DTRKP dan Kepala Kelurahan.
4.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan
Jadwal kegiatan mempertimbangkan kesediaan sumber dana, ketersediaan sumber daya, ketersediaan
sumber daya, ketersediaan bahan / sampah organik dan lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan;

28. Koordinasi dengan instansi terkait DTRKP maupun Dinas Pertanian dapat sesuai jadwal atau
setiap saat dianggap perlu
29. Sosialisasi pembangunan dan pemanfaatan rumah kompos dapat dilaksanakan sejak POKMAS
terbentuk
30. Inventarisasi calon lokasi bisa dilaksanakan Kepala Kelurahan dengan syarat kelayakan agak jauh
dari rumah penduduk
31. Pembuatan rancangan tehnis rumah kompos

4.3 Tahapan Pelaksanaan


4.3.1 Penerbitan Juklak dan Juknis
4.3.2 Koordinasi dilaksanakan oleh DTRKP, Disperta, Pokmas dan Pemerintah Kelurahan
4.3.3 Sosialisasi dilaksanakan DTRKP, Relawan pada sasaran ( warga sekitar rumah kompos )
4.3.4 Inventarisasi calon lokasi dilaksanakan secara terinci agar menunjang kesuksesan pembangunan
rumah kompos
4.3.5 Penetapan Calon Lokasi
Berdasrkan inventarisasi calon lokasi, DTRKP, Kelurahan dan Pokmas menetapkan berdasarkan syarat
pendirian rumah kompos
4.3.6 Pembuatan Rancangan Tehknis
Rancangan tehknis bertujuan sebagai acuan dan dasar bagi Pokmas untuk melaksanakan kegiatan fisik
yang diperlukan sesuai kebutuhan lapangan
Rancangan tehknik meliputi suatu informasi sederhana yang menggambarkan :

32. Peta situasi lokasi lahan yang akan dibangun rumah kompos menggambarkan posisi calon lokasi
dan sarana pendukungnya
33. Peta komponen fisik rumah kompos dilokasi tersebut seperti letak mesin, gudang, luas bangunan,
luas dekomposii, dll
34. Dimensi bangunan fisik dan penampang melintang serta membujur
35. Rencana anggaran yang diperlukan

4.3.7 Musyawarah Tokoh Masyarakat


Musyawarah dengan tokoh masyarakat, RT, RW, diperlukan agar mendapat masukan dan dukungan
dalam pelaksanaan kegiatan
4.3.8 Punyusunan Anggaran Kegiatan
Rancangan anggaran kegiatan disusun oleh Pokmas kebersihan lingkungan dibimbing oleh tim tehknis
dari dinas/ instansi terkait
4.3.9 Pelaksanaan Kegiatan Fisik

36. Penyiapan Lokasi


37. Konstruksi Fisik

Kegiatan pembuatan rumah kompos didasarkan pada hasil rancangan tehknis


BAB V
PENGELOLAAN RUMAH KOMPOS

5.1 Rumah kompos yang telah dibangun beserta pelengkapannya merupakan aset Kelurahan dan
pengelolaannya dilakukan dengan baik dan berkesinambungan agar diperoleh output/keluaran seperti
tujuan yang diharapkan yaitu :

38. Berkurangnya sampah yang dibuang ke TPA ( tempat pembuangan akhir )


39. Produksi pupuk organik yang bisa dimanfaatkan warga
40. Tabungan warga dalam bentuk bank sampah
41. Pemberdayaan warga/ibu-ibu dalam budidaya tanaman dalam palybag

5.2 Pengelolaan rumah kompos dilaksanakan POKMAS pembangunan dan pengelolaan rumah kompos
5.3 Dinas Tata Ruang Kebersihan Kota Kediri wajib memberi bimbingan dan memantau jalannya
pembangunan dan pengelolaan rumah kompos sehingga terhindar dari terhentinya pengoperasian rumah
kompos
5.4 Pokmas harus mampu mengoperasikan dan memelihara berkelanjutan rumah kompos di bawah
bimbingan DTRKP atau instansi terkait. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, pengelola dapat
melakukan study banding ke lokasi rumah kompos yang telah beroperasi dengan baik
5.5 Dalam pengoperasian rumah kompos agar diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

42. Pengelolaan dilakukan secara profesional dengan membentuk struktur organisasi ( Pokmas
pembangunan dan pengelolaan rumah kompos )
43. Menyusun rencana kegitatan dan analisis biaya yang dibutuhkan, tehknis pengumpulan bahan
baku / sosialisasi,pemeliharaan alat agar operasional bisa berjalan
44. Kompos yang dihasilkan diutamakan untuk pemberdayaan warga khususnya ibu-ibu dan
budidaya tanaman di polybag dengan mengganti eash produksi ditambah fee
45. Melaksanakan pembukuan dengan baik setiap lalu lintas keuangan
46. Bila memungkinkan memproduksi pupuk organik yang berkualitas yang akan dijual secara
komersial dan mengajukan permohonan ijin ke Dinas Pertanian Kota sesuai ketentuan yang
berlaku

BAB VI
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

6.1 Output / Kelurahan


Output / Kelurahan yang diharapkan dari kegiatan ini :

47. Tersedianya kompos yang dihasilkan dari kegiatan ini untuk pemberdayaan warga bertanam
dalam polybag
48. Terserapnya tenaga kerja
49. Dimungkinkannya sebagai pabrik pupuk organik yang berkualitas untuk kebutuhan Kota Kediri
6.2 Outcome / Hasil

50. Terlaksananya proses pembuatan kompos dari sampah rumah tangga


51. Terlaksananya bank sampah

6.3 Manfaat / Benefit

52. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah berkurangnya sampah Kelurahan Semampir yang
dibuang ke TPA
53. Tercukupinya media tanam dalam polybag untuk menuju swasembada sayuran

6.4 Dampak / Impact


1. Termotivasinya warga Kelurahan Semampir untuk memilah sampah
2. Tercipnya kegiatan baru yaitu bertanam sayur pada polybag yang sekaligus sebagai taman keluarga
3. Terjadinya penabungan uang melalui bank sampah

BAB VII
PENUTUP

Berdasarkan perkembangan permasalahan sampah yang semakin rumit serta keterbatasan lahan TPA,
maka sangatlah tepat mengurangi sampah ke TPA dengan dengan membangun rumah kompos dan bank
sampah.
Diharapkan dengan adanya rumah kompos akan terjadi perubahan perilaku didalam membuang sampah
yaitu dengan memilah antara sampah basah dan kering.
Hasil rumah kompos dengan mengubah pola bertanam tanaman hias dengan memasukkan sayuran
sebagai bagian dari tanaman hias
Pemanfaatan halaman optimal, kawasan bersih, hijau, dan tercipta swasembada sayuran

Anda mungkin juga menyukai