Oleh :
Tim Pengelola Adiwiyata
SD Nasional Tiga Bahasa Dharma Bhakti Samarinda
Yayasan Dharma Bhakti Samarinda
Kegiatan ini didasari oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah
rumah tangga menjadi lebih bermanfaat. Kurangnya kepedulian terhadap pengelolaan sampah tadi
berimbas kepada terus meningkatnya penumpukan timbunan sampah di berbagai TPA, yang disebabkan
sulitnya memisahkan limbah-limbah organik dengan limbah yang dapat didaur ulang. Penumpukan akan
limbah-limbah tadi sejatinya dapat diminimalisir apabila terdapat kesadaran pada masyarakat secara
luas akan pentingnya pengelolaan terhadap limbah organik/dapur yang secara umum mudah dilakukan
oleh individu masyarakat, sehingga proses pemisahan sampah yang masih dapat didaur ulang menjadi
lebih efisien dan efektif oleh pihak yang berperan didalamnya.
Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di
Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar
4,2% akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebanyak 37,6% dibakar, dibuang ke sungai
sebesar 4,9% dan tidak tertangani sekitar 53,3%. Dari sekitar 53,3% sampah yang tidak ditangani
dibuang dengan cara tidak saniter dan menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS)
tahun 2003 rata – rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6 kg/hari.
Pengkomposan menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah
yang bersumber dari limbah dapur yang sejatinya masih dapat diolah menjadi lebih bermanfaat.
Kompos sendiri selain digunakan sebagai media tanam, dapat juga dipakai sebagai pupuk yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah/media tanam agar sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman. Akan
tetapi mindset masyarakat yang masih menganggap teknik pengkomposan cenderung sulit menjadikan
rendahnya minat masyarakat untuk mengolah sampah dapur menjadi kompos. Hal ini membuat peluang
pemasaran komposter sederhana ini terbuka lebar. Sekolah Nasional Tiga Bahasa Dharma Bhakti sebagai
wadah edukasi, menjadi peluang untuk mensosialisasikan program pengomposan sampah rumah tangga
dan organik kepada warga sekolah (siswa, guru dan orang tua) maupun warga sekitar sekolah (RT 10
Sambutan). Pengomposan menjadi peluang usaha untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga
sekolah dan warga sekitar.
TABUR SEMPROT sebagai salah satu komposter sederhana yang menggunakan tabung sebagai tempat
pengomposan yang didesain sedemikian rupa sehingga proses pengomposan bisa berjalan baik. Tabung
Biru Komposter Sampah Dapur Rumah Tangga (TABUR SEMPROT) adalah sebuah tabung yang didesain
untuk pembuatan kompos. Tabung ini dapat mengolah sampah dapur rumah tangga berupa sayur,
buah, dan daun menjadi kompos dengan bantuan bioaktivator yang disemprotkan pada sampah
tersebut setiap dimasukkan ke tabung komposter. Bioaktivator yang digunakan dapat dibuat sendiri
(molase) atau dapat membeli di toko saprodi (EM4). Waktu yang dibutuhkan sampah dapur untuk
menjadi kompos sekitar 1 bulan. Selain menghasilkan kompos, tabung ini juga dapat menghasilkan
pupuk organik cair yang tersaring kebawah melalui lubang pada asbes plastik bergelombang yang
dijadikan sekat. Tujuan dari kegiatan ini selain mendapat keuntungan berupa materi dan pengalaman
juga untuk mengubah pola perilaku masyarakat terhadap sampah. Meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap pengelolaan sampah agar lebih bermanfaat, salah satunya dengan menghasilkan
kompos. Target dari kegiatan ini adalah:
a. Menjadikan sekolah sebagai wadah edukasi yang berperan utama dalam usaha pengomposan
dan mereduksi sampah rumah tangga. Baik dilingkup kecil hingga luas
b. Menunjang program sekolah dan yayasan yaitu
Wirausaha bidang lingkungan. Dengan memproduksi pupuk kompos untuk pertanian di
Sambutan, diharapkan menambah finansial sekolah dan warga sekolah
Edukasi pengomposan yang berhasil diharapkan mampu mendongkrak produksi tabung
biru komposter sampah dapur rumah tangga untuk warga sekitar melalui kegiatan
kepemudaan dan PKK di lingkungan RT 10 Sambutan
Program bawa sampah dari rumah yang digadang-gadang oleh pihak sekolah kepada
siswa dan guru diharapkan akan sejalan dengan proses pengomposan, penampung
jelantah, cipta eco-enzym dan daur ulang 3R disekolah, sehingga bernilai ekonomis dan
manfaat yang berkelanjutan.
c. Cita-cita kepedulian lingkungan akan menciptakan pembiasaan dan habituasi di warga sekolah
dan sekitar sekolah. Serta berharap secara tidak langsung memberi penghargaan dibidang
lingkungan atas program dan pembiasaan yang dilakukan warga sekolah dan sekitar sekolah.
Aspek Lingkungan :
1.3. Tujuan
Tujuan pengomposan menggunakan tabung semprot adalah :
1. Tabung ekonomis namun dapat menampung sampah organik dalam jumlah lebih besar. Ini
dikarenakan menggunakan drum plastik biru dengan kapasitas 120L s/d 200L
2.
1.4. Sasaran
Sasaran kegiatan pembangunan rumah kompos adalah untuk menampung dan memproses sampah organik
maupun an organik dari warga Kelurahan Semampir dan sekitarnya.
1.5. Mekanisme/Alur Persiapan Program
1.
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA PROGRAM
20. Norma
Pembangunan rumah kompos diarahkan pada kawasan yang dipandang memproduksi limbah/sampah
banyak dan ada sumber daya manusia yang kapabel dalam bidangnya lebih – lebih menguasai dari hilir
sampai hulu ( produksi sampah pemanfaatannya ) untuk bidang pertanian / agribisnis.
22. Kriteria
23. Alat pencacah bahan organik sesuai kapasitas sampah yang terkumpul
24. Alat perlengkapan ; cangkul, garuk, gembor, sabit, dll
25. Alat penghancur bahan organik menjadi pupuk organik cair/tong fermentor
26. Alat angkutan bermotor roda 3
– Bagian belakang ada bak yang berfungsi mengangkut bahan baku dan mendistribusikan hasil
– Fungsi MOL sebagai bahan utama untuk mempercepat proses dekomposisasi bahan organik menjadi
kompos
– Dalam pembuatan MOL diperlukan peralatan antara lain drum, ember, tetes dan bahan – bahan MOL
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
28. Koordinasi dengan instansi terkait DTRKP maupun Dinas Pertanian dapat sesuai jadwal atau
setiap saat dianggap perlu
29. Sosialisasi pembangunan dan pemanfaatan rumah kompos dapat dilaksanakan sejak POKMAS
terbentuk
30. Inventarisasi calon lokasi bisa dilaksanakan Kepala Kelurahan dengan syarat kelayakan agak jauh
dari rumah penduduk
31. Pembuatan rancangan tehnis rumah kompos
32. Peta situasi lokasi lahan yang akan dibangun rumah kompos menggambarkan posisi calon lokasi
dan sarana pendukungnya
33. Peta komponen fisik rumah kompos dilokasi tersebut seperti letak mesin, gudang, luas bangunan,
luas dekomposii, dll
34. Dimensi bangunan fisik dan penampang melintang serta membujur
35. Rencana anggaran yang diperlukan
5.1 Rumah kompos yang telah dibangun beserta pelengkapannya merupakan aset Kelurahan dan
pengelolaannya dilakukan dengan baik dan berkesinambungan agar diperoleh output/keluaran seperti
tujuan yang diharapkan yaitu :
5.2 Pengelolaan rumah kompos dilaksanakan POKMAS pembangunan dan pengelolaan rumah kompos
5.3 Dinas Tata Ruang Kebersihan Kota Kediri wajib memberi bimbingan dan memantau jalannya
pembangunan dan pengelolaan rumah kompos sehingga terhindar dari terhentinya pengoperasian rumah
kompos
5.4 Pokmas harus mampu mengoperasikan dan memelihara berkelanjutan rumah kompos di bawah
bimbingan DTRKP atau instansi terkait. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, pengelola dapat
melakukan study banding ke lokasi rumah kompos yang telah beroperasi dengan baik
5.5 Dalam pengoperasian rumah kompos agar diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
42. Pengelolaan dilakukan secara profesional dengan membentuk struktur organisasi ( Pokmas
pembangunan dan pengelolaan rumah kompos )
43. Menyusun rencana kegitatan dan analisis biaya yang dibutuhkan, tehknis pengumpulan bahan
baku / sosialisasi,pemeliharaan alat agar operasional bisa berjalan
44. Kompos yang dihasilkan diutamakan untuk pemberdayaan warga khususnya ibu-ibu dan
budidaya tanaman di polybag dengan mengganti eash produksi ditambah fee
45. Melaksanakan pembukuan dengan baik setiap lalu lintas keuangan
46. Bila memungkinkan memproduksi pupuk organik yang berkualitas yang akan dijual secara
komersial dan mengajukan permohonan ijin ke Dinas Pertanian Kota sesuai ketentuan yang
berlaku
BAB VI
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
47. Tersedianya kompos yang dihasilkan dari kegiatan ini untuk pemberdayaan warga bertanam
dalam polybag
48. Terserapnya tenaga kerja
49. Dimungkinkannya sebagai pabrik pupuk organik yang berkualitas untuk kebutuhan Kota Kediri
6.2 Outcome / Hasil
52. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah berkurangnya sampah Kelurahan Semampir yang
dibuang ke TPA
53. Tercukupinya media tanam dalam polybag untuk menuju swasembada sayuran
BAB VII
PENUTUP
Berdasarkan perkembangan permasalahan sampah yang semakin rumit serta keterbatasan lahan TPA,
maka sangatlah tepat mengurangi sampah ke TPA dengan dengan membangun rumah kompos dan bank
sampah.
Diharapkan dengan adanya rumah kompos akan terjadi perubahan perilaku didalam membuang sampah
yaitu dengan memilah antara sampah basah dan kering.
Hasil rumah kompos dengan mengubah pola bertanam tanaman hias dengan memasukkan sayuran
sebagai bagian dari tanaman hias
Pemanfaatan halaman optimal, kawasan bersih, hijau, dan tercipta swasembada sayuran