Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No.

2, 2013 :25-32

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE


DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA

Strategies of Mangrove Tourism Development in Nusa Penida Marine Protected Area

Dian Wijayanto1, Dian Minggus Nuriasih2, Muhammad Nurul Huda3


dan Camillianda Robby Kurniawan Pamuntjak3
1) Staf Pengajar Fakultas Pendidikan dan Ilmu Kelautan Unuversitas Diponegoro
2) Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro
3) Praktisi/Konsultan Sosial Ekonomi Perikanan

Diserahkan tanggal 20 Oktober 2012, Diterima tanggal 5 Januari 2013

ABSTRAK
Hutan mangrove di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida memiliki prospek untuk
dikembangkan sebagai salah satu pusat pariwisata di kawasan KKP Nusa Penida, Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui daya dukung kawasan (DDK) pariwisata mangrove dan menyusun rekomendasi
strategi pengembangan pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif, dengan pengambilan data dilakukan dengan survei, observasi lapangan dan studi
pustaka yang relevan. Analisis dilakukan untuk mengestimasi daya dukung kawasan pariwisata mangrove
dan analisis SWOT untuk penyusunan strategi pengembangan pariwisata. Hasil analisis menunjukkan
bahwa daya dukung kawasan pariwisata mangrove di wilayah KKP Nusa Penida adalah sebesar 92,028
orang/tahun dengan kondisi beban pariwisata mangrove sekitar 4% DDK. Sedangkan prioritas strategi
pengembangan pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida antara lain: strategi pengembangan pariwisata
berbasis konservasi mangrove, strategi penjagaan dan peningkatan kualitas sumberdaya mangrove,
strategi diversifikasi pariwisata mangrove, strategi promosi pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida,
strategi peningkatan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung pariwisata mangrove, strategi
pengembangan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha pariwisata, dan strategi mitigasi
bencana alam.

Kata Kunci: daya dukung kawasan, pariwisata mangrove, KKP Nusa Penida

ABSTRACT
Mangrove forest in Nusa Penida Marine Protected Areas (MPA) has the prospect to be developed
as a center of tourism in the Nusa Penida MPA, The purpose of this study was to estimate the carrying
capacity mangrove tourism and make a recommendations of mangrove tourism development strategies in
the Nusa Penida MPA. The research used a descriptive method, which, the data collection used the
survey, observation and literature studies. This study estimated the carrying capacity of the mangrove
tourism and used SWOT analysis for determine the mangrove tourism development strategy. The research
proved if the carrying capacity is 92,028 persons/year, which the rate of visit still around 4% of the
carrying capacity. The priority recommendations of development strategies to mangrove tourism in Nusa
Penida MPA are strategy of tourism development based on mangrove conservation, strategy of maintain
and improvement to quality of mangrove resources, strategy of mangrove tourism diversification, strategy
of mangrove tourism promotion, strategy of facilities improvement, strategy of human resources
development and institutional development, and strategy of mitigation.

Key words : carrying capacity, mangrove tourism, Nusa Penida MPA

25
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

PENDAHULUAN kajian ini adalah metode deskriptif, dengan


pengambilan data dilakukan dengan survei,
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) observasi lapangan dan studi pustaka yang
Nusa Penida berada di wilayah Kecamatan relevan.
Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Analisis daya dukung kawasan menggunakan
Bali. KKP Nusa Penida memiliki formulasi yang dipaparkan oleh Manafi, dkk
keanekaragaman hayati laut yang relatif tinggi (2009):
dan merupakan bagian dari kawasan segitiga Lp Wt
terumbu karang dunia (the coral triangle). DDK = K
Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga pulau Lt Wp
utama yaitu: Pulau Nusa Penida (pulau Keterangan:
terbesar), Pulau Nusa Lembongan dan Pulau DDK : Daya Dukung Kawasan (orang/tahun)
Nusa Ceningan. Sebagai gambaran, KKP Nusa K : Potensi ekologis (orang/satuan unit
Penida memiliki 1.419 hektar terumbu karang, area)
230 hektar hutan bakau, dan 108 hektar padang Lp : Luas area atau panjang area yang
lamun (TNC, 2010 dalam Tania, Welly dan dapat dimanfaatkan
Muljadi, 2011). Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Menurut Lumaksono, dkk (2012), sektor Wt : Waktu yang disediakan untuk kegiatan
pariwisata memegang peranan penting dalam wisata dalam satu hari (jam)
perekonomian Indonesia, baik sebagai salah Wp : Waktu yang dihabiskan oleh
satu sumber penerimaan devisa maupun pengunjung (jam)
penciptaan lapangan kerja serta kesempatan Sedangkan strategi pengembangan
berusaha. Pariwisata juga merupakan salah satu pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida
sektor yang memberikan kontribusi terbesar dilakukan dengan menggunakan analisis
dalam perolehan devisa negara melalui SWOT. Beberapa langkah dalam penyusunan
wisatawan mancanegara (wisman). Menurut strategi pengembangan pariwisata mangrove
Supyan. (2011), pengembangan kegiatan wisata dilakukan tahapan sebagai berikut:
alam (mangrove) di Indonesia khususnya di 1. Melakukan analisis lingkungan internal
KKP Nusa Penida mempunyai prospek bagus (internal factors analysis summary atau
sebagai penunjang devisa negara non migas. IFAS) dan lingkungan eksternal
Hutan mangrove di KKP Nusa Penida (eksternal factors analysis summary
berada di sebelah utara Pulau Nusa atau EFAS) yang relevan;
Lembongan. Pada saat ini, pariwita hutan 2. Menentukan critical success factors
mangrove merupakan salah satu jenis wisata (CSF) yang berperan penting dalam
andalan di wilayah KKP Nusa Penida. Namun, penentuan keberhasilan pengembangan
citra maupun intensitas kegiatan pariwisata pariwisata mangrove dan bobotnya
mangrove relatif jauh tertinggal dibandingkan dengan menggunakan teknik paired
pariwisata diving, snorkeling dan watersport di comparison;
wilayah KKP Nusa Penida. Oleh karena itu, 3. Melakukan analisis SWOT (strength,
perlu dilakukan kajian tentang perumusan weakness, opportunity dan threat);
strategi pengembangan pariwisata mangrove di 4. Mengembangkan alternatif strategi
KKP Nusa Penida. Tujuan dari penelitian ini dengan menggunakan matrik TOWS;
antara lain adalah: dan
1. Mengetahui daya dukung kawasan 5. Menentukan prioritas strategi
(DDK) pariwisata mangrove di wilayah berdasarkan hasil rating. Pemberian
KKP Nusa Penida rating kesesuaian antara strategi dan
2. Menyusun strategi pengembangan CSF dilakukan dengan nilai 1 s/d 5,
pariwisata mangrove di KKP Nusa dimana semakin sesuai alternatif strategi
penida. dengan CSF, maka nilainya semakin
besar (mendekati atau sama dengan 5).
METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan KKP Nusa Penida dapat ditempuh
Agustus 2012. Metode yang digunakan dalam dalam waktu sekitar 30 menit dari Pulau Bali
2
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

dengan menggunakan kapal cepat. Menurut pariwisata. Menurut Welly, dkk. (2011), pada
Tania, Welly dan Muljadi (2011), mayoritas KKP Nusa Penida terdapat 13 jenis mangrove
wisatawan manca negara yang datang ke Nusa dan 7 jenis tumbuhan asosiasi. Selain itu, juga
Penida berasal dari Eropa (50% total dijumpai 5 jenis burung air dan 25 jenis burung
wisatawan) dengan Prancis sebagai negara darat yang dijumpai di KKP Nusa Penida.
Eropa penyumbang wisatawan terbesar (20% Menurut TNC (2010) dalam Darma, Riyanto
dari wisatawan asal Eropa). Australia sebagai dan Welly (2010), jenis mangrove di wilayah
negara tetangga Indonesia menempati posisi KKP Nusa Penida antara lain: Bruguiera
kedua (31% total wisatawan). Asia menempati gymnorrhiza, Rhizophora apiculata,
posisi ketiga (13% total wisatawan), dengan Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,
mayoritas merupakan wisatawan domestik Avicennia lanata, Avicennia alba, Avicennia
(47% dari wisatawan Asia). Amerika marina, Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa
menempati urutan keempat (4% total dan Ceriops tagal. Sedangkan jenis tanaman
wisatawan). Rusia menempati urutan kelima asosiasi antara lain: Pandanus tectorius,
dengan total wisatawan 1% dari total Hibiscus tiliaceus, Terminalia catappa,
wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida. Calophyllum inophyllum, Caloptropis
KKP Nusa Penida memiliki keindahan gigantean, Melia indica dan Gliricidia sepium
alam hayati yang menarik, baik keindahan Hutan mangrove di KKP Nusa Penida
sumberdaya pesisir maupun keindahan bawah dapat dinikmati dengan menggunakan jasa
laut. Berdasarkan hasil studi Allen dan Erdman operator mangrove tour yang tersedia.
(2008) dalam Tania, Welly dan Muljadi (2011), Pariwisata mangrove tour sebagai salah satu
ditemukan sebanyak 296 jenis karang dan 576 pariwisata unggulan di wilayah KKP Nusa
jenis ikan (5 di antaranya spesies baru), dimana Penida berpusat di Desa Jungut Batu, Nusa
ikan mola-mola dikenal sebagai icon wisata Lembongan. Lama berkeliling hutan mangrove
diving di perairan KKP Nusa Penida. Darma, sekitas 20-30 menit yang dilakukan dengam
Riyanto dan Welly (2010) menjelaskan bahwa menggunakan sampan. Sampan yang
KKP Nusa Penida memiliki 3 habitat pesisir digunakan dalam mangrove tour mengikuti rute
yang penting, yaitu terumbu karang (1,419 yang menyisiri celah - celah hutan mangrove
hektar), hutan bakau (230 hektar), dan padang dan wisatawan dapat menikmati keindahan
lamun (108 hektar). hutan mangrove beserta berbagai jenis hayati
Hutan mangrove di KKP Nusa Penida yang ada didalamnya.
berada di sebelah utara Pulau Nusa Lembongan
dengan luas 230 hektar. Menurut Indarjani, R Daya Dukung Kawasan
dan Firman Aldy (2011), lokasi hutan Dalam pariwisata sumberdaya alam,
mangrove yang terletak didaerah potensial termasuk pariwisata mangrove, sebaiknya
telah berdampak kepada tingkat eksploitasi memperhitungkan daya dukung kawasan
hutan itu sendiri, salah satuya sebagai tempat (DDK).

Sumber: Dokumentasi Survei Lapangan


Gambar 1. Hutan mangrove dan wisata mangrove menggunakan perahu tour mangrove di KKP Nusa
Penida

3
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

Daya dukung lingkungan wisata, pada adalah sebesar 92,028 orang tahun-1.
prinsipnya terdapat beberapa jenis, antara lain, Selanjutnya, perlu dilakukan analisis beban
yaitu environmental carrying capacity, social pariwisata mangrove. Berdasarkan hasil kajian
carrying capacity, dan facilities carrying Welly (2011), jumlah keseluruhan wisatawan
capacity (Needham, MD, et.al, 2008). ke wilayah KKP Nusa Penida sekitar 200,000
Environmental carrying capacity mencakup orang tahun-1. Untuk pariwisata mangrove di
lingkungan dalam melayani beban kegiatan KKP Nusa penida, pada bulan Juni-September
pariwisata. Social carrying capacity berkaitan mengalami peak season, dengan jumlah 950
dengan level penerimaan sosial atas berbagai orang bulan-1. Sedangkan saat low season pada
aktivitas wisata yang berpotensi menimbulkan bulan Oktober-Juni, jumlah wisatawannya
konflik sosial. Sedangkan facilities carrying sekitar 120 orang per bulan. Oleh karena itu,
capacity merupakan level ketersediaan fasilitas diperkirakan dalam satu tahun terdapat 3,930
yang mampu disuplai oleh suatu area wisata. orang wisatawan yang berkunjung ke hutan
Untuk kajian environmental carrying mangrove KKP Nusa Penida atau sekitar 4%
capacity, dibutuhkan kajian ekologis yang dari DDK. Hal ini menunjukkan bahwa
dapat membutuhkan waktu yang lama dan data pariwisata mangrove KKP Nusa Penida masih
time series dalam beberapa tahun. Dalam sangat memungkinkan untuk ditingkatkan lagi.
kajian social carrying capacity, diperlukan
survei opini wisatawan. Kajian ini cenderung Critical Success Factors (CSF)
lebih difokuskan pada kajian facilities carrying Dalam penentuan strategi yang tepat
capacity. Hasil kajian estimasi daya dukung untuk pengembangan pariwisata mangrove di
kawasan mangrove di KKP Nusa Penida dapat KKP Nusa Penida digunakan analisis SWOT.
dilhat pada Tabel 1. Sebelum melakukan analisis SWOT, perlu
Hasil estimasi daya dukung kawasan ditetapkan terlebih dahulu critical success
pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida factors (CSF).
Tabel 1. Estimasi Daya Dukung Kawasan Tabel 3. CSF Lingkungan Eksternal
Wisata Mangrove di KKP Nusa
Penida Lingkungan Eksternal Bobot
Adat Istiadat (Kearifan Lokal) Nusa Penida 14%
Wisata Mangrove Jumlah
Keberadaan Konsumen Potensial 14%
K (orang) 2
Keberadaan Produk/Jasa Wisata Substitusi 14%
Lt (m2) 100
Perkembangan Ekonomi Nasional dan Dunia 10%
Wp (jam) 2
Keamanan Lingkungan 10%
Wt (jam) 8
Keberadaan Kelembagaan KKP Nusa Penida 10%
Lp (m2) 2,300,700
Perkembangan Teknologi Informasi 10%
DDK (orang/tahun) 92,028
Regulasi (Konservasi dan Pariwisata) 7%
DDK (orang/hari) 253
Tabel 2. CSF Lingkungan Internal Resiko Bencana Alam 7%
Situasi Politik Nasional dan Daerah 5%
Lingkungan Internal Bobot
100%
Keindahan Hutan Mangrove KKP Nusa Penida 13%
CSF digunakan untuk menentukan
Kelengkapan Fasilitas Wisata Mangrove KKP Nusa Penida
berhasil 13% tidaknya
atau suatu usaha
pengembangan
Kualitas SDM Pelaku Wisata Mangrove KKP Nusa Penida pariwisata
13% mangrove di KKP
Nusa Penida dan pembobotannya dengan
Citra Wisata Mangrove KKP Nusa Penida menggunakan 13% pendekatan paired comparison,
Diversifikasi Wisata Mangrove KKP Nusa Penida 13% dapat dilihat pada Tabel 2
dimana lebih detail
dan Tabel 3
Kuantitas SDM Pelaku Wisata Mangrove KKP Nusa Penida 8%
Akses Wisata Mangrove KKP Nusa Penida 8%
Analisis SWOT
Ketersediaan Jasa Pemandu Wisata Mangrove KKP Nusa Penida Setelah 8%didapatkan CSF-nya, maka
dapat dianalisis6%faktor lingkungan internal
Ketersediaan Fasilitas Akomodasi Pendukung Wisata Mangrove
Ketersediaan Program Mitigasi Bencana (kekuatan dan5% kelemahan) dan faktor
lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).
100%
4
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

Hasil analisis SWOT pengembangan pariwisata kebersihan dan kelestarian sumberdaya


KKP Nusa Penida dapat dilihat pada uraian hayati.
berikut: O4: Keamanan lingkungan yang kondusif.
1. Lingkungan Internal O5: Perkembangan jumlah wisatawan yang
Kekuatan (strength) : berkunjung ke Bali dan Kepulauan Nusa
S1: Sumberdaya mangrove di KKP Nusa Penida yang cenderung mengalami
Penida yang asri, tingkat kerapatan relatif peningkatan tiap tahunnya.
tinggi dan indah. O6: Keberadaan lembaga KKP Nusa Penida.
S2: Kuantitas sumberdaya manusia (SDM) O7: Kondisi politik nasional dan daerah yang
pelaku wisata yang memadai. relatif kondusif, dengan kepedulian akan
S3: Ketersediaan program mitigasi dalam isu lingkungan yang semakin menguat
kaitannya dengan tanggap bencana alam, O8: Teknologi Informasi yang mengalami
seperti tsunami. kemajuan, sehingga lebih mempermudah
S4: Keberadaan jasa pemandu wisata proses komunikasi antar wilayah dan
mangrove di KKP Nusa Penida, yaitu 3 antar Negara, sehingga dapat
operator (Welly, dkk., 2011). dioptimalkan untuk keperluan promosi
Kelemahan (weakness) : pariwisata mangrove di KKP Nusa
W1: Kurang lengkapnya fasilitas wisata Penida.
mangrove di KKP Nusa Penida, seperti
dermaga yang masih sederhana, belum Tabel 4. Prioritas Alternatif Strategi
ada tempat peristirahatan, dsb.
W2: Kualitas SDM pelaku wisata yang masih Pri Alternatif Strategi Skor
perlu ditingkatkan, terutama dari sisi ori
manajerial. tas
1 Strategi pengembangan pariwisata 7.35
W3: Kurang kuatnya citra wisata mangrove di
berbasis konservasi mangrove (SO2)
KKP Nusa Penida, dimana relatif masih 2 Strategi penjagaan dan peningkatan 7.18
kurang dikenal dibandingkan wisata kualitas sumberdaya mangrove (SO1)
diving, snorkeling dan watersport di 3 Strategi diversifikasi pariwisata 6.79
wilayah KKP Nusa Penida mangrove (WT1)
W4: Akses wisata mangrove yang masih perlu 4 Strategi promosi pariwisata mangrove 6.53
ditingkatkan, seperti sebagian jalan di KKP Nusa Penida (WO1)
menuju lokasi mangrove tour yang 5 Strategi peningkatan sarana, prasarana 6.53
kurang terawat, dan belum terdapat loket dan fasilitas pendukung pariwisata
mangrove (WO3)
pembayaran tiket.
6 Strategi pengembangan kualitas 6.44
W5: Diversifikasi wisata mangrove di KKP sumberdaya manusia dan
Nusa penida yang minim, yaitu hanya kelembagaan usaha pariwisata (WO2)
sebatas mangrove tour. 7 Strategi mitigasi bencana alam (ST1) 5.77
W6: Keberadaan fasilitas pendukung yang A. Ancaman (threat):
masih perlu ditingkatkan, seperti T1: Resiko bencana alam, diantaranya
restautan, dan hotel representatif dekat tsunami.
lokasi mangrove tour. T2: Keberadaan pariwisata substitusi yang
beragam, seperti diving, snorkeling dan
watersport.
2. Lingkungan Eksternal Alternatif Strategi
Peluang (opportunity): Alternatif strategi pengembangan
O1: Keberadaan regulasi terkait KKP Nusa diperoleh dengan menggunakan matrik TOWS,
Penida, zonasi, dan pariwisata. yaitu membandingkan antara faktor lingkungan
O2: Kondisi perekonomian yang stabil dan internal dengan faktor lingkungan eksternal.
cenderung mengalami pertumbuhan, Alternatif strategi yang digunakan adalah SO
terutama perekonomian nasional, (strengths - opportunities), ST (strengths -
sedangkan perekonomian dunia dalam threats), WO (weaknesses - opportunities), dan
proses recovery atau pemulihan. WT (weaknesses - threats).
O3: Adat istiadat (kearifan lokal) di
Kepualauan Nusa Penida yang memiliki Strategi S-O
kepedulian tinggi dalam menjaga

5
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

SO1: Strategi penjagaan dan peningkatan penentuan prioritas strategi dapat dilihat pada
kualitas sumberdaya mangrove, yaitu tabel 4.
berkaitan dengan faktor S1, S2, O1, O3,
O4, O6, O7, dan O8. Penjabaran Strategi
SO2: Strategi pengembangan pariwisata Penjabaran strategi dari masing-masing
berbasis konservasi mangrove, yaitu alternatif strategi pengembangan pariwisata
berkaitan dengan faktor S1, S2, S4, O1, mangrove di KKP Nusa Penida dapat dilihat
O2, O3, O5, O6 dan O7. pada uraian berikut:
Strategi S-T 1. Strategi pengembangan pariwisata berbasis
ST1: Strategi mitigasi bencana alam, yaitu konservasi mangrove (SO2)
berkaitan dengan faktor S3 dan T1.  Aplikasi zonasi konservasi dalam
Strategi W-O pengembangan pariwisata.
WO1: Strategi promosi pariwisata mangrove di  Aplikasi hasil kajian daya dukung kawasan
KKP Nusa Penida, yaitu berkaitan dalam penetapan batas wisatawan
dengan faktor W3, O3, O5, O7 dan O8. mangrove.
WO2: Strategi pengembangan kualitas  Pembangunan fisik di lokasi hutan
sumberdaya manusia dan kelembagaan mangrove dibatasi maksimal sebesar 10%
usaha pariwisata, yaitu berkaitan dengan dari luas wilayah hutan mangrove, sesuai
faktor W2 dan O6. PP No 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan
WO3: Strategi peningkatan sarana, prasarana Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan
dan fasilitas pendukung wisata Taman Nasional dan Taman Wisata Alam
mangrove, yaitu berkaitan dengan faktor  Penyelenggaraan pariwisata edukasi
W1, W4, W6 dan O2. konservasi mangrove, seperti museum
Strategi W-T mangrove, pelatihan penanaman mangrove
Strategi diversifikasi pariwisata bagi anak-anak, maupun penyediaan
mangrove, yaitu berkaitan dengan faktor W5 research station di kawasan hutan
dan T2. mangrove Kepualauan Nusa Penida.
Strategi S-T 2. Strategi penjagaan dan peningkatan kualitas
ST2: Strategi mitigasi bencana alam, yaitu sumberdaya mangrove.
berkaitan dengan faktor S3 dan T1.  Penanaman kembali mangrove, terutama
Strategi W-O pada kawasan yang mengalami kerusakan.
WO4: Strategi promosi pariwisata mangrove  Perlindungan terhadap hutan mangrove dan
di KKP Nusa Penida, yaitu berkaitan biota yang berasosiasi dengan mangrove,
dengan faktor W3, O3, O5, O7 dan O8. dan diperkuat dengan patroli periodik di
WO5: Strategi pengembangan kualitas kawasan hutan mangrove.
sumberdaya manusia dan kelembagaan  Pengkayaan jenis mangrove yang sesuai
usaha pariwisata, yaitu berkaitan dengan dengan karakteristik Kepulauan Nusa
faktor W2 dan O6. Penida
WO6: Strategi peningkatan sarana, prasarana 3. Strategi diversifikasi wisata mangrove
dan fasilitas pendukung wisata mangrove, (WT1).
yaitu berkaitan dengan faktor W1, W4,  Penyediaan walkway (jalur jalan) sehingga
W6 dan O2. wisatawan dapat melakukan kegiatan jalan-
Strategi W-T jalan dan jogging di kawasan hutan
WT1: Strategi diversifikasi pariwisata mangrove.
mangrove, yaitu berkaitan dengan faktor  Penyediaan menara pemantauan untuk
W5 dan T2. melihat mangrove dari atas, maupun
pengamatan hewan di sekitar mangrove,
yaitu untuk keperluan fotografi dan
penelitian.
Prioritas Strategi  Penyediaan pos tempat peristirahatan di
Penentuan prioritas strategi dapat kawasan hutan mangrove.
diperoleh dengan cara menentukan nilai
 Penyediaan fasilitas outbound di sekitar
alternatif strategi yang diukur dengan
hutan mangrove.
mengkalikan antara nilai bobot CSF dan rating
 Penyelenggaraan wisata edukasi konservasi
dari alternatif strategi. Hasil analisis dalam
mangrove.
6
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

4. Strategi promosi wisata mangrove di KKP  Penetapan jalur evakuasi, lokasi evakuasi,
Nusa Penida (WO1). dan pengadaan rambu mitigasi yang
 Pembuatan website yang berisi berbagai relevan, baik terkait resiko tsunami,
informasi relevan yang menarik terkait maupun gempa bumi.
pariwisata mangrove di KKP Nusa Penida  Penyiapan Search and Rescue (SAR),
 Mengadakan event promotion di daerah termasuk SDM terlatih.
atau negara yang menjadi target dalam  Pengadaan simulasi evakuasi bencana yang
menjaring wisatawan, seperti Australia dan melibatkan pelaku pariwisata mangrove dan
Eropa, sedangkan di tanah air wilayah yang masyarakat sekitar.
prospektif adalah DKI Jakarta dan beberapa
kota besar lainnya. KESIMPULAN
 Penyediaan pondok wisata dan brosur.
Brosur dapat disebarkan di lokasi strategis, Berdasarkan uraian pada hasil kajian
seperti Bandara Ngurah Rai, hotel dan dan penelitian ini, maka dapat diambil
restauran di Bali, Desa Jungut Batu di Pulau beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Nusa Lembongan, dsb. 1. Daya dukung kawasan (DDK) pariwisata
 Penyiapan paket wisata mangrove dengan mangrove di wilayah KKP Nusa Penida
tawaran portofolio jenis wisata dan harga adalah sebesar 92.028 orang/tahun dengan
yang menarik. beban wisata mangrove pada saat ini sekitar
5. Strategi peningkatan sarana, prasarana dan 4 % dari DDK.
fasilitas pendukung wisata mangrove. 2. Prioritas strategi pengembangan pariwisata
 Pemeliharaan jalan menuju lokasi hutan mangrove di KKP Nusa penida adalah
mangrove sebagai berikut:
 Perbaikan dan pemeliharaan dermaga untuk a. Strategi pengembangan pariwisata berbasis
tour mangrove konservasi mangrove;
 Penyediaan restaurant, hotel, maupun b. Strategi penjagaan dan peningkatan kualitas
homestay dekat kawasan mangrove. sumberdaya mangrove;
 Penyediaan fasilitas umum, terutama toilet, c. Strategi diversifikasi pariwisata mangrove;
anjungan tunai mandiri (ATM), fasilitas d. Strategi promosi pariwisata mangrove di
kesehatan di sekitar lokasi pariwisata KKP Nusa Penida;
mangrove. e. Strategi peningkatan sarana, prasarana dan
 Penyediaan pos penjagaan keamanan, dan fasilitas pendukung pariwisata mangrove;
pos pembayaran tiket pariwisata mangrove. f. Strategi pengembangan kualitas
6. Strategi pengembangan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan
sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha pariwisata mangrove, serta
usaha pariwisata. g. Strategi mitigasi bencana alam.
 Penetapan kelembagaan usaha pariwisata,
DAFTAR PUSTAKA
dengan alternatif membentuk badan usaha
milik daerah (BUMD) pariwisata atau
pemberian kewenangan pengelolaan Darma, Riyanto dan Welly. 2010. “Profil
pariwisata mangrove kepada pihak swasta Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
yang disertai dengan kesepakatan konsesi, Nusa Penida Kabupaten Klungkung,
dimana pihak swasta tersebut disarankan Propinsi Bali”. Coral Triangle Center
merupakan konsorsium gabungan pelaku (CTC), Bali.
pariwisata mangrove dari masyarakat
sekitar. Indarjani, R dan Firman Aldy. 2011. “Analisis
Kapasitas Habitat Mangrove Urban
 Pelatihan SDM, baik teknik konservasi,
Dalam Menunjang Eksistensi Monyet
bahasa asing, maupun kemampuan
Ekor Panjang (Macaca fascicularis)”.
manajerial.
Jurnal Mitra Bahari Vol.5 No.2, Mei-
 Tetap melibatkan masyarakat sekitar
Agustus 2011.
(pemberdayaan dan pendampingan) dalam
pariwisata mangrove, misalnya sebagai Lumaksono, Adi; D.S. Priyarsono; Kuntjoro
operator mangrove tour dan konservasi dan Rusman Heriawan. 2012. “Dampak
hutan mangrove di KKP Nusa Penida. Ekonomi Pariwisata Internasional Pada
7. Strategi mitigasi bencana alam (ST1). Perekonomian Indonesia”. Forum
7
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 :25-32

Pascasarjana Vol. 35 No. 1 Januari Supyan. 2011. “Pengembangan Daerah


2012: 53-68. Konservasi Sebagai Tujuan Wisata”.
Jurnal Mitra Bahari Vol.5 No.2, Mei-
Manafi, dkk. 2009. “Aplikasi Konsep Daya
Agustus 2011.
Dukung Untuk Pembangunan
Berkelanjutan di Pulau Kecil (Studi Tania, Welly dan Muljadi. 2011. “Willingness
Kasus Gugus Pulau Kaledupa, to Pay Kawasan Konservasi Perairan
Kabupaten Wakatobi)”. Jurnal Ilmu- Nusa Penida Kabupaten Klungkung,
Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Bali”. Coral Triangel Center (CTC),
Jilid 16, No. 1: 63-71. Bali.
Needham, MD, et.al, 2008. “Recreation Welly, dkk. 2011. “Profil Wisata Bahari Nusa
Carrying Capacity and Management at Penida Kabupaten Klungkung, Provinsi
Kailua Beach Park on Oahu, Hawaii”. Bali”. Coral Triangel Center (CTC).,
University of Hawaii at Manoa. Bali.

Anda mungkin juga menyukai