SKRIPSI
OLEH :
NURYAMIN
L111 12 002
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
SKRIPSI
NURYAMIN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iii
ABSTRAK
RIWAYAT HDUP
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Makassar. Pada tahun 2012 penulis
berhasil diterima sebagai mahasiswa melalui jalur undangan pada Program Studi
Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
dalam kegiatan akademik sebagai asisten pada mata kuliah Oseanografi Fisika
tahun 2014 dan 2015. Serta mengikuti beberapa lomba Karya Tulis Ilmiah.
2015 dan melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Dinas Kelautan dan Perikanan
hanya dengan Ridho dan Rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat
penulis sejak bulan Februari sampai dengan November 2017. Penulis menyadari
bahwa terselesaikannya Skripsi ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak.
1. Kepada kedua orang tua Darwis, S.Tp dan Bahira, saudariku Nurma
moral, do’a, dan materi sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Amran Saru, ST., M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir Abdul
penyelesaian skripsi.
3. Bapak Dr. Supriadi, ST.,M.Si, Bapak Dr. Ir. Muh. Rijal Idrus, M.Sc, dan
Ibu Dr. Dr. Ir Esther Sanda Manapa, MT selaku dosen penguji yang
skripsi ini.
4. Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan dan para Dosen Fakultas Ilmu
il
vii
5. Para staf Departemen Ilmu Kelautan, FIKP, yang telah membantu dan
Andi Reski Setiawan dan Tri Rian Candra, S.Kel yang telah membantu
memberikan semangat.
selama perkuliahan, atas semua canda tawa yang akan terus berkesan.
10. Keluarga besar KEMA JIK FIKP UH, terima kasih atas pengalaman dan
11. Untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak sempat disebutkan
Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dan Semoga Allah SWT
Penulis
viii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE ..................
i ABSTRAK...........................................................................................................
iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
iv UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................
vi DAFTAR ISI ......................................................................................................
viii DAFTAR GAMBAR
.............................................................................................. x DAFTAR TABEL
................................................................................................. xi I.
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
A. Ekosistem Mangrove................................................................................. 4
B. Ekowisata Mangrove ................................................................................. 4
C. Pengertian Wisata dan Ekowisata ............................................................. 6
D. Kelayakan dan Pengembangan Ekowisata ............................................... 7
E. Analisis SWOT ........................................................................................ 15
III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 17
A. Waktu dan Tempat .............................................................................. 17
B. Alat dan Bahan .................................................................................... 17
C. Prosedur Kerja..................................................................................... 18
1. Tahap persiapan.................................................................................. 18
2. Observasi awal .................................................................................... 18
3. Tahap penentuan stasiun .................................................................... 18
4. Tahap pengambilan data ..................................................................... 19
5. Tahap analisis data ............................................................................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
rameter Ekowisata Mangrove di Kelurahan Untia ...............................
26
Ketebalan mangrove............................................................................ 26
Komposisi Jenis mangrove ..................................................................
ixi
25 x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasa-
sekilas hanya merupakan semak belukar yang tidak terawat dan tidak berfungsi.
Kawasan pantai yang ditumbuhi jenis tumbuhan tersebut dikenal sebagai hutan
sejalan dengan minat wisatawan yang mengelompok dan mencari daerah tujuan
ekowisata yang spesifik, alami dan kaya akan keanekaragaman hayati (Bahar,
2004).
pada daerah yang secara ekologi sesuai akan berdampak positif, baik pada sisi
langsung dari masyarakat. Selain itu untuk menjadi kawasan ekowisata harus
bekerja sebagai nelayan dan buruh. Kelurahan Untia memiliki potensi mangrove
Pariwisata Daerah (RIPPDA), kelurahan Untia memiliki potensi yang harus lebih
dikembangkan. Salah satunya yaitu kawasan ekosistem mangrove. maka dari hal
kawasan Untia layak menjadi lokasi ekowisata dengan meninjau aspek ekologi
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai referensi atau informasi untuk
konservasi.
3
C. Ruang Lingkup
vegetasi dan objek biota yang berasosiasi, faktor lingkungaan seperti pasang
A. Ekosistem Mangrove
ekologis mangrove antara lain sebagai pelindung garis pantai, pencegah abrasi,
penampung sedimen, pencegah intrusi air laut, tempat tinggal (habitat), tempat
ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta
Hal serupa juga diberikan oleh Kusmana (2003) bahwa fungsi mangrove
dibagi atas tiga yaitu : fungsi fisik, dapat melindungi lingkungan pengaruh
abrasi dan mencegah intrusi air laut kedarat; fungsi biologi, sebagai daerah
asuhan, daerah mencari makan, dan daerah pemijahan; fungsi ekonomi sebagai
sumber kayu berkelas, bubur kayu, bahan kertas, chips dan arang.
B. Ekowisata Mangrove
karena kondisi mangrove yang sangat unik serta model wilayah yang dapat
serta organisme yang hidup kawasan mangrove. Suatu kawasan akan bernilai
lebih dan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang jika di dalamnya terdapat suatu
yang khas dan unik untuk dilihat dan dirasakan. Ini menjadi kunci dari suatu
ekowisata yang sudah banyak diminati oleh para wisatawan kerena selain
degradasi alam.
sebagai sumber daya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
2009).
2008).
obyek wisata buatan. Peluang ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pada
pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
1. Wisata alam (nature tourism) yaitu aktivitas wisata yang ditujukan pada
yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan
Ekowisat a menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau
Saat ini ekowisata merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan
oleh para wisatawan. Dalam hal ini ekowisata menjadi salah satu pilihan yang
tepat sebagai bentuk perlindungan alam dan pembelajaran serta menjadi sumber
1. Parameter Lingkungan
a. Jenis mangrove
Bruguier a sp, Ceriops sp, Xylocarpus sp, Lumnitzera sp, Laguncularia sp,
8
Aegiceras sp, Aegiatilis sp, Snaeda sp dan Conocarpus sp) yang termasuk ke
yang tinggi, namun demikian hanya terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan
yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat
salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk kedalam empat
famili yaitu famili Rhizophoraceae, (Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Ceriops
Kerapatan jenis adalah jumlah total individu spesies per luas petak
pengamatan dimana luas petak pengamatan adalah jumlah plot atau luas plot
misalnya jumlah plot yang diamati ada 10 buah, dengan luas masing-masing plot
Tentang Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut
insekta, u lar, primata dan burung; 2) Kelompok fauna perairan/akuatik terdiri atas
9
dua tipe yaitu fauna yang hidup dikolom air seperti ikan dan udang, fauna yang
menempati substrat akar dan batang pohon mangrove maupun lumpur seperti
banyak disingggahi oleh beberapa jenis burung imigran. Gunawan (1995) yang
diacu dalam Tuwo (2011) menemukan 53 jenis burung yang berada di hutan
et al (1996) yang diacu dalam Tuwo (2011) menemukan beberapa jenis burung
yang dilindungi yang hidup pada hutan mangrove, yaitu pecuk ular (Anhinga
dan trulek lidi (Himantopus himantopus). Selain itu Witten et a.l (1996) yang
diacu dalam Tuwo 2011 juga melaporkan bahwa ada beberapa jenis burung
yang mencari makan di sekitar hutan mangrove, yaitu Egretta eulophotes, kuntul
perak (E. intermedia), kuntul putih besar (E. alba), bluwok (Ibis cinereus), dan
mangrove yaitu dari kelas gastropoda dan bivalvia. Moluska dari kelas
gastropoda diwakili oleh sejumlah siput, suatu kelompok yang umum hidup pada
akar dan batang pohon bakau (Littorinidae) dan lainya pada lumpur dasar akar
bivalvia diwakili oleh tiram yang melekat pada akar bakau tempat mereka
dalam berbagai ukuran. Substrat dasar merupakan salah satu faktor yang
larva, larva ini akan mencari tempat untuk berkembang menjadi kerang muda.
rumah (host) dan tamu (guest) menikmati secara positif, interaksi yang
tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan pada keindahan
(Triwibo o, 2015).
w
1
1
tidak hanya dipakai sebagai sarana untuk membawa wisatawan dari suatu
tempat ketempat lain saja, namun juga digunakan sebagai atraksi wisata yang
menarik.
yang disediakan di hotel dan menjadi bagian atau fasilitas hotel. Adapula yang
berdiri sendiri secara independen. Dimanapun restoran itu berada, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain: menu, fasilitas, harga dan lokasi.
d. Obyek dan atraksi wisata (tourist objects & tourist attraction), dapat
dibedakan atas dasar asal usulnya atraksi tersebut, yaitu objek atau atraksi
wisata yang bersifat alami, buatan manusia serta perpaduan antara buatan
Pada dasarnya usaha tersebut merupakan fasilitas minimal yang harus ada
pada suatu daerah tujuan wisata. Jika salah satu tidak ada maka dapat diketahui
dan kebutuhannya.
1
2
4. Dukungan pemerintah
a. Perencanaan pariwisata
b. Pembangunan pariwisata
Peratura n Menteri Pariwisata Nomor 23 tahun 2015 tentang dana alokasi khusus
kios cinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza pusat jajanan/kuliner
seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata
terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana yang
sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk transportasi darat,
c. Kebijakan pariwisata
terutama politik luar negeri bagi daerah tujuan wisata yang mengandalkan
pariwisata berkelanjutan secara garis besar terbagi menjadi empat bagian yakni :
d. Peraturan pariwisata
Tanda daftar usaha pariwisata pada BAB IV pasal 6 pemerintah kota dalam
dalam lingkup kota; i) memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang
daya alam seperti; flora dan fauna yang langka, air, tanah dan udara agar tidak
E. Analisis SWOT
dan pra-analisis, pada tahap ini data dapat dibagi dua yaitu : pertama data
(opportunities) dan acaman (threaths) dapat diperoleh dari lingkungan luar yang
Kemudian menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal sesuai dengan
tingkat kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Setelah itu
mengalikan antara bobot dengan nilai peringkat dari masing-masing faktor untuk
skor total. Tahap selanjutnya adalah analisis data untuk menyusun faktor-faktor
strategi, diolah dalam bentuk matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan
melalui tabel kombinasi analisis SWOT, dimana setiap unsur SWOT yang ada
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menentukan
posisi koordinat di lapangan, roll meter untuk mengukur jarak atau ketebalan
meter, alat tulis kantor (ATK) untuk mencatat data hasil pengamatan, hasil
jaring insang mesh size 2 inci untuk menangkap ikan yang akan diidentifikasi,
rambu p asang surut untuk mengukur pasang surut, senter untuk pengamatan
pasut dimalam hari, handphone untuk alat perekam suara pada saat wawancara,
C. Prosedur Kerja
Langkah-langkah penelitian ini dibagi dalam lima tahapan, yaitu : (1) Tahap
Persiapan, (2) Observasi Awal, (3) Tahap Penentuan Stasiun, (4) Tahap
1. Tahap Persiapan
dilakukan studi literatur untuk menentukan parameter dan membuat daftar isian
pertanyaan (kuesioner).
2. Observasi Awal
Tahap observasi awal ini dilakukan pada bulan Februari 2017 di Desa
pemukiman penduduk.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara umum dapat dibagi dua
yakni :
a. Data primer yang ingin diperoleh adalah data mangrove dan organisme
meter yang ditarik tegak lurus terhadap garis pantai mulai dari hutan
surut yang ditempatkan pada lokasi dimana pada saat pasang tertinggi dan
2
0
surut terendah, rambu pasut masih terendam air. Pengukuran pasang surut
insang mesh size 2 inci (gillnet). Jaring dipasang melintang terhadap kanal
Burung dilakukan pengamatan pada waktu pagi hari jam 07.00 dan sore
hari jam 17.30. Pengamatan dilakukan dengan cara duduk diam dan
tiang skala yang ditancapkan pada area mangrove pada saat pasang
tertinggi.
N = Jumlah populasi
b. Data sekunder yang merupakan data penunjang yang diperoleh dari Dinas
Untia.
tahap proses analisis, yaitu analisis awal dan analisis lanjut. Analisis awal
tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat
Keterangan :
Nilai maksimum = 3
Keterangan : Wj = Bobot
rp = Parameter (p=1,2,3… n)
c. Analisis SWOT
Dari hasil identifikasi, dipilih 3 (Tiga) point yang dianggap penting dari
(SO, WO, ST, dan WT), yang selanjutnya akan terjabarkan dalam bentuk
Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Batas daerah atau wilayah Kelurahan
sebagai berikut :
itu Kelurahan Untia ini bisa ditempuh dengan mudahnya menggunakan semua
dimanfaatkan sama sekali oleh masyarakat sebagai objek wisata. Namun pada
umumnya hutan bakau pada kawasan Untia sudah banyak dikonversi menjadi
berfungs sebagai tempat bermain dan mencari makan bagi ekosistem, juga
berfungs
i
2
6
1. Ketebalan mangrove
2 berikut ini.
200
180
160 186
140
120
100
80 101
60 81
40
20
0
I II III
Stasiun
meter dan Stasiun III memiliki ketebalan mangrove 81 meter. Hal ini menjelaskan
dan III adalah tidak sesuai untuk kegiatan wisata karena kurang dari 200 m.
mangrove itu sendiri seperti kegiatan penebangan dan konversi lahan yang
mucronata, dan Rhizophora stylosa. Untuk data jenis mangrove yang ditemukan
yang terdiri dari 2 spesies yaitu Avicennia marina dan Rhizophora mucronata,
28
terdapat juga 18 anakan serta 96 semaian yang terdiri dari 2 spesies yaitu
yang terdiri dari 2 spesies yaitu Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. 27
anakan serta 82 semaian yang terdiri dari 2 spesies yaitu Avicennia marina dan
Rhizophora mucronata. Pada Stasiun III terdapat 32 pohon yang terdiri dari 4
Rhizophora stylosa.
Nontji (2005) yang diacu dalam Rizky et al. (2013) menyatakan dari sekian
Untia ini memberikan nilai edukatif yang berarti bagi setiap yang mendatanginya.
dari pohon mangrove dengan bentuk yang melengkung kesana kemari serta
batang dengan tekstur yang tidak merata, dedaunan yang lebat, rindang, bunga
dan buah yang khas pada ekosistem mangrove menambah daya tarik bagi
wisatawan.
29
Kerapatan jenis adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area. Nilai
kawasan tidak hanya memperoleh informasi yang bersifat edukatif tetapi juga
akan dapat menikmati udara segar yang cukup sulit dinikmati di perkotaan.
pasut pada posisi koordinat LS= 5º3’53,09” dan BT= 119º28’20,06” Untuk grafik
140
120
100
80
60
40
20
0
Waktu Pengamatan
Jenis pasang surut yang ada di kawasan Untia termasuk tipe pasang surut
harian ganda (semi diurnal tide). Jenis pasang surut ini merupakan pasang surut
yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam sehari.
31
Data mengenai pasang surut merupakan data primer yang diolah dari hasil
pengukuran di lokasi penelitian selama 39 jam. Dari analisis data pasang surut
memperlihatkan bahwa tinggi muka air di lokasi penelitian pada saat pasang
tertinggi mencapai 123 cm pada rambu pasut sedangkan tinggi muka air pada
saat surut terendah adalah 7 cm. Ini menunjukkan bahwa kisaran pasang surut
yang diperoleh adalah sebesar 116 cm. Dari data hasil pengukuran pasang surut
5. Objek Biota
organisme laut dan darat dan menggambarkan suatu rangkaian dari darat ke laut
dan begitu pula sebaliknya (Nybakken, 1992). Ekosistem mangrove sangat unik,
a. Ikan
berasosiasi dengan mangrove. Potensi ini merupakan modal yang sangat besar
ikan yang ditemukan di lokasi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
32
b. Burung
bagi migrasi tahunan dan dapat menjadi tempat berlindung pada musim
c. Reptil
ekosistem mangrove untuk berlindung dan mencari makan. Jenis reptile yang
ditemukan di kawasan hutan mangrove Untia disajikan pada Tabel 8 dibawah ini:
d. Crustacea
Hutan mangrove merupakan tempat hidup yang sangat sesuai untuk jenis
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
I II III
Stasiun
tertinggi maka didapatkan hasil pada Stasiun I dan II kedalaman perairan setinggi
0,5 meter. Pada Stasiun III kedalaman perairan setinggi 0.8 meter. Saru (2013)
antara lain dapat dilakukan dengan pembuatan jalan berupa jembatan diantara
tanaman pengisi hutan mangrove. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan ini adalah boardwalk. Track daratan dibuat dengan pertimbangan dibuat
pada dae rah yang memenuhi kriteria sesuai dengan indeks kesesuaian wisata
atau kat egori sesuai bersyarat. Track yang dibuat mengacu pada keadaan
Kelurahan Untia dapat ditempuh melalui jalur laut dan jalur darat.
Sarana penunjang untuk jalur laut yaitu adanya fasilitas berupa dermaga
ditempuh melalui dua alternatif, yaitu melalui Jl Daengta Qalia dan melaui Jl
maupun roda empat, baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
tingkat kesesuaian lahan untuk Stasiun I disajikan dalam Tabel 10 dibawah ini :
pasang surut di Kelurahan Untia sebesar 1.16 meter. Untuk kegiatan ekowisata
kedalaman perairan pada saat pasang tertinggi di Stasiun I setinggi 0.5 meter.
Hal ini menjadi acuan untuk membuat jalan setapak bilamana nantinya akan
tertinggi dari ketiga Stasiun, hal ini dipengaruhi adanya rehabilitasi mangrove
yang dilakukan pada Stasiun II. Untuk parameter kerapatan mangrove diperoleh
2
hasil 23 pohon/100m dan merupakan kerapatan tertinggi dari ketiga Stasiun.
Untuk parameter jenis mangrove diperoleh hasil 2 jenis yaitu Avicennia alba dan
mangrov e ada burung, kepiting, ikan dan reptile. Amplitudo pasang surut di
perairan pada saat pasang tertinggi di Stasiun II setinggi 0.5 meter. Hal ini
tingkat kesesuaian lahan untuk Stasiun I disajikan dalam Tabel 12 dibawah ini
terendah dari ketiga Stasiun, hal ini dipengaruhi adanya pengambilan bibit
mangrove yang dilakukan pada Stasiun III. Untuk parameter kerapatan mangrove
2
diperoleh hasil 10 pohon/100m dan merupakan kerapatan terendah dari ketiga
Stasiun. Untuk parameter jenis mangrove diperoleh hasil 4 jenis yaitu Avicennia
objek biota yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove ada burung, kepiting,
ikan dan reptil. Amplitudo pasang surut di Kelurahan Untia sebesar 1.16 meter.
Stasiun III setinggi 0.8 meter. Hal ini menjadi acuan untuk membuat jalan
adalah 77,733% dengan kategori sesuai bersyarat dan Stasiun III adalah 69,4%
D. Persepsi Stakeholder
1) Jumlah Responden
a. Usia Responden
8% 10%
12 - 25
25% 26 - 45
46 - 65
65 - keatas
57%
tahun, 25% dari responden berusia 46 – 65 tahun, 10% dari responden berusia
b. Pendidikan responden
3%
5%
Tidak sekolah
30% SD
32%
SMP
SMA
30% S1
3%.
2%
Buruh
13%
IRT
30% Nelayan
20%
Pegawai swasta
Pegawai Negeri
Wirausaha
5% 13% 17%
dll
paling tinggi adalah sebagai IRT sebanyak 30%. Masyarakat yang berwirausaha
sebanyak 20%, masyarakat yang menjadi nelayan 17%, masyarakat yang jadi
Gambar 8.
28% 30%
Baik
Sedang
Buruk
42%
dengan perolehan persentase sebanyak 30% baik dan 42% sedang. Sebagian
dan fungsinya, namun ada beberapa masyarakat yang sama sekali belum
42% Ya
58% Tidak
lestari.
untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekowisata disajikan pada Gambar 10 di bawah
ini.
7%
93%
yang tidak ingin terlibat. Masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan ekowisata
ini ada yang bersedia menjadi pemandu dan menyewakan rumahnya untuk
penginapan ekowisatawan.
bersama, memiliki interpretasi alam dan budaya yang baik, mampu menciptakan
rasa nyaman, aman dan pembelajaran kepada wisatawan serta dapat menjalin
E. Analisis SWOT
secara eksternal.
pembangunan pesisir.
Kekuatan
di Kota Makassar
Aksesibilitas terjangkau
Kelemahan
Peluang
Ancaman
yang disajikan sebagai area ekowisata dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 14. Matriks faktor-faktor strategi internal ekosistem mangrove
Faktor Strategi Internal
No Bobot Rating Skor Akumulasi
Kekuatan (Strengths)
akumulasi dari faktor internal ini sebesar 0.167. Dari segi internal pemanfaatan
komponen peluang sebesar 3.5 dan komponen ancaman sebesar -2. Dari faktor
(0.167 : 1.5)
Kelemahan Kekuatan
Ancaman
Pada Gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa dari berbagai faktor internal
dan eksternal didapatkan hasil yang berada pada Kuadran I. langkah yang
ekowisata mangrove
memanfaatkan peluang.
A. Kesimpulan
berbagai jenis satwa dalam hal ini burung, reptile, ikan dan kepting.
ekowisata.
B. Saran
kegiatan ekowisata
Kelena, P.P. 2015. Kondisi Habitat Polymesoda erosa Pada Kawasan Ekosistem
Mangrove Cagar Alam Leuweung Sancang. Jurnal Akuatika Vol.VI No 2
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Tentang
Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Jakarta
Rizky, M., Yunasfi, Lubis M.R.K. 2013. Kajian Potensi Ekowisata Mangrove di
Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tuwo, A., 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut : Pendekatan Ekologi,
Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional,
Surabaya
Indeks Kesesuaian
Parameter Bobot Skor Ni
Wisata (%)
Ketebalan
0.222 3 2 1 0.666 0.444 0.222 22.20 14.80 7.40
mangrove
Kerapatan
0.194 3 2 1 0.582 0.388 0.194 19.40 12.93 6.47
Mangrove
Jenis Mangrove 0.166 3 2 1 0.498 0.332 0.166 16.60 11.07 5.53
Penutupan Lahan
0.138 3 2 1 0.414 0.276 0.138 13.80 9.20 4.60
Pantai
Objek Biota 0.111 3 2 1 0.333 0.222 0.111 11.10 7.40 3.70
Pasang Surut 0.083 3 2 1 0.249 0.166 0.083 8.30 5.53 2.77
Kedalaman
0.055 3 2 1 0.165 0.11 0.055 5.50 3.67 1.83
Perairan
Aksesibilitas 0.031 3 2 1 0.093 0.062 0.031 3.10 2.07 1.03
Total 3 2 1 100 66.67 33.33
Interval Kelas (%) S1 S2 N
>77.77 - 100 >55,55 - 77,77 33,33 - 55,55
Pemahaman
Persentase
tentang Jumlah
(%)
mangrove
Baik 12 30
Sedang 17 43
Buruk 11 28
Jumlah 40 100