Anda di halaman 1dari 21

UJIAN TENGAH SEMESTER

RESUME HUKUM PAJAK

Nama : Maria Yolanda Anel Stefani Key

NIM : D1A020320

Kelas : C1

Dosen Pengampu : AD. Basniawati, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021
I. Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak
bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara
untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. 1

Para ahli sendiri memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian


pajak itu sendiri, diantaranya adalah: 2
1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi
sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

1
Https://www.pajak.go.id/id/pajak.
2
Https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-pajak-menurut-para-ahli-lengkap-dengan-jenis-jenisnya-
kln.html?page=2.
2. Rifhi Siddiq
Pengertian Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara
dalam periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus
dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan bentuk balas jasanya tidak
langsung.

3. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R


Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan
yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

4. Pengertian Pajak Menurut P. J. A. Adriani


Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang utama bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pemungutan pajak dilaksanakan untuk
kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak tersebut haruslah terlebih dahulu
disetujui oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945
yang telah diamandemenkan dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara
diatur dengan Undang-Undang”.3

3
Pasal 23A. Indonesia, Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945.
II. Fungsi Pajak
Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapaDilihat dari pengertian Pajak
itu sendiri, terdapat beberapa fungsi penting Pajak dalam menjalankan sebuah
Negara, seperti: 4
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini utamanya
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa


digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka
meningkatkan penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,
diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Guna melindungi produksi
dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk
impor.

4
Https://www.bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_ruu_tentang_perubahan_atas_uu_no._14_tahun_2002_t
entang_pengadilan_pajak.pdf.
3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan


kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dari fungsi-fungsi diatas, jelas menunjukkan bahwa pajak mempunyai peranan


yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan nasional, oleh karena itu
berbagai upaya dilakukan untuk menarik pajak dari masyarakat, namun demikian
dalam penarikan pajak harus dilakukan hati-hati dan memenuhi rasa keadilan.
Pembebankan pajak kepada masyarakat yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah
pembangunanpun tidak akan berjalan karena dana yang kurang.
III. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Yang lebih penting dalam penerimaan Negara melalui pajak adalah sistem dari suatu
Negara untuk melakukan pemungutan dan pengenaan pajak itu sendiri. Dimana terdapat
beberapa sistem yang dikenal, yakni sebagai berikut 5:

a. Self Assesment, yakni sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,


kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk memberikan jaminan “kepastian hukum” (rechtzekerheid) 6 terdapat
pelaksanaan sistem Self Assessment versi Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adanya jaminan bagi Wajib
Pajak ataupun aparat perpajakan. Hal ini ditegaskan dengan adanya penetapan bahwa
setiap Wajib Pajak membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan perundang-
undangan perpajakan dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan
Pajak (SKP). Surat Ketetapan Pajak (Belanda = aansgblijet, Inggris = notice of
assessment) adalah suatu ketetapan tertulis (istilah hukum ini adalah terjemahan dari
(scriflelijke beschkking), yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang (pejabat
pajak) yang menimbulkan hak dan kewajiban memuat besarnya utang pajak jenis
tertentu dari tahun tertentu yang terutang oleh pajak yang sama dan alamatnya
tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak itu 7
b. Official Assesment, adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana aparatur pajak
yang menentukan sendiri (diluar wajib pajak) jumlah yang terutang.
c. Withholding System, adalah perhitungan, pemotongan, pembayaran, serta pelaporan
pajak yang dipercayakan kepada pihak ketiga oleh pemerintah (semi self assessment).

5
hlm. 33. Adrian Sutedi, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor.
6
pada Seminar Hukum Pajak Rochmat Soemitro, Makalah Tinjauan Pajak dari Segi Hukum and Hlm.1. Tanggal 15
Juli 1985.
7
Hlm.3. Rochmat Soemitro, Asas dan dasar Perpajakan 2.
Indonesia dalam sistem pemungutan pajak menurut Undang-Undang Pajak
Nasional menggunakan sistem Self Assesment, dengan prinsip-prinsip meliputi
pertama, dasar hukum pemungutan pajak adalah Undang-Undang Nasional, dimana
peran aktif wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sangat diperlukan guna
pembiayaan Negara dan pembangunan. Kedua, pemerintah yang diwakilkan oleh
fiskus hanya memberikan pembinaan, penelitian serta pelaksanaan kewajiban karena
tanggung jawab pelaksanaan pajak berada pada wajib pajak dan oleh karena itu wajib
pajak sebagai subjek pajak harus terus dibina serta diarahkan agar mau memenuhi
kewajibannya. Ketiga, pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak
untuk menghitung sendiri jumlah seluruh penghasilan yang telah diperolehnya,
menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang, menghitung sendiri jumlah pajak
yang harus dibayar, menyetor sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke kas Negara
melalui bank persepsi, dan wajib pajak wajib mengisi serta melaporkan sendiri Surat
Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Dirjen Pajak atau Kantor
Pajak, sehingga kejujuran wajib pajak sangat diperlukan dalam rangka pemungutan
pajak.8

8
Mitra Wacana Chairil Anwar Pohan, 2014, Perpajakan Indonesia Teori dan Kasus, Jakarta and hlm. 1. Media.
IV. Asas – Asas Pemungutan Pajak
Pemasukan negara terbesar berasal dari sektor pajak, apapun jenisnya. Pajak
dikenakan pada setiap warga negara yang telah menjadi wajib pajak, biasanya para
wajib pajak memiliki identitas berupa NPWP. Mengingat pajak menyangkut
kepentingan banyak orang, maka perlu diperhatikan dasar hukumnya serta asas
pemungutan pajak yang jelas agar tercipta keadilan bagi setiap wajib pajak yang ada
di Indonesia. 9

Asas pemungutan pajak sendiri digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan


regulasi perpajakan. Selain itu, hal ini juga berguna sebagai dasar pedoman yang
digunakan petugas yang berwenang untuk pengumpulan pajak. Secara umum, asas
pajak yang digunakan di dunia ada tiga, yakni asas tempat tinggal, asas kebangsaan
dan asas sumber.

Namun demikian, untuk negara Indonesia sendiri, diterapkan setidaknya tujuh


asas pemungutan pajak. Bukan berarti berbeda secara keseluruhan, namun hanya
dipecah ke dalam beberapa bagian yang lebih mendetail. Tujuannya adalah agar
dalam rangka menjalankan sistem perpajakan, baik petugas maupun wajib pajak
memiliki pegangan yang jelas dalam menjalankan kewajiban dan mendapatkan
haknya.

Ketujuh asas pemungutan pajak yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut.

1. Asas Wilayah
Asas wilayah, hampir sama dengan asas tempat tinggal. Asas ini
berlaku berdasarkan pada lokasi tempat tinggal wajib pajak. Sederhananya,
wajib pajak yang memiliki objek pajak dalam bentuk apapun di wilayah
negara Indonesia, maka wajib mematuhi peraturan perpajakan Indonesia.

9
hlm 8 Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, (Malang:Bayu Media, 2005).
Sama halnya jika ada warga negara asing yang misal memiliki aset
atau objek pajak di Indonesia, maka warga negara asing tersebut wajib
menaati peraturan perpajakan yang berlaku. Mungkin terdapat sedikit
perbedaan, namun pada dasarnya pemberlakuan pengenaan pajak akan
dilakukan secara merata. 10

2. Asas Kebangsaaan
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak pada setiap orang yang lahir
dan tinggal di Indonesia. Hal yang sama juga berlaku untuk warga negara
asing yang telah tinggal atau berada di wilayah negara Indonesia selama lebih
dari jangka waktu 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara.
Untuk WNA yang memenuhi syarat tersebut, maka setiap penghasilan
yang didapatkan akan memiliki tanggung jawab pajak penghasilan yang
berlaku di Indonesia. Dengan demikian, pengenaan pajak juga akan berlaku
secara merata. 11

3. Asas Sumber
Asas sumber diartikan sebagai pemungutan pajak berdasarkan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Pada dasarnya pajak yang
berlaku di Indonesia adalah pajak untuk orang yang tinggal dan bekerja di
Indonesia.
Jika misal seseorang tinggal di Indonesia, namun memiliki
penghasilan di luar negeri, selama penghasilan tersebut akan digunakan di
Indonesia, maka juga akan dikenai pajak. Namun demikian, pajak yang
diberlakukan memiliki peraturan sendiri, akan masuk dalam PPh Pasal 22. 12

10
Https://klikpajak.id/blog/7-asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-indonesia/.
11
Akan%20dapat%20dikenai%20sanksi%20hukum. Https://money.kompas.com/read/2021/06/12/175505326/asas-
pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-
indonesia?page=all#:~:text=Asas%20equalityAkan%20dapat%20dikenai%20sanksi%20hukum.C%20pemungutan%
20pajak%20yang.
12
Https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/asas-pemungutan-pajak-dan-penerapannya-di-indonesia.
4. Asas Umum
Asas umum diartikan sebagai pemungutan pajak yang dilakukan di
Indonesia akan diterapkan pada setiap objek pajak dan wajib pajak secara
umum. Dengan perhitungan yang cermat, setiap wajib pajak akan memiliki
besaran tanggungan pajak yang sesuai dengan porsinya.

Asas umum juga berarti bahwa setiap pemungutan yang dilakukan di


Indonesia hasilnya akan digunakan untuk kepentingan umum. Wujudnya
beragam, seperti jalan raya, pembangunan sarana transportasi, serta fasilitas
umum lainnya. 13

5. Asas Yuridis
Dasar pemberlakuan asas yuridis di Indonesia adalah Pasal 23 Ayat 2
UUD 145. Regulasi ini kemudian juga didukung dengan beberapa regulasi
lain mengenai pemungutan pajak di Indonesia.
 UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
 UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
 UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
 UU Nomor 14 Tahun 2002 Pengadilan Pajak yang Berlaku di Indonesia
 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
 UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah 14

13
Https://ayopajak.com/asas-pemungutan-pajak/.
14
Https://bisnisbestfriend.co.id/asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-indonesia/.
6. Asas Ekonomis
Diartikan bahwa pemungutan pajak idealnya dapat meningkatkan
perekonomian negara dan masyarakat secara umum. Pemungutan pajak yang
dilakukan pemerintah tidak boleh hingga memberatkan masyarakat dan malah
membuat ekonomi secara umum merosot.
Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan sebesar-besarnya pada hasil
pendapatan pajak untuk kepentingan bersama. 15

7. Asas Finansial
Artinya setiap wajib pajak akan dikenakan pajak berdasarkan kondisi
finansial yang bersangkutan. Wajib pajak dengan pendapatan Rp5.000.000
tentu akan memiliki beban pajak yang lebih kecil daripada wajib pajak dengan
pendapatan Rp1.000.000.000. Asas pemungutan pajak yang terakhir ini
menjadi pedoman utama perhitungan beban pajak yang dimiliki. 16

Terkait dengan asas pemungutan pajak, memang ketujuh asas di atas


diberlakukan secara bersamaan demi menjamin keadilan sosial. Tentu saja, dengan
sistem self assessment yang kini diberlakukan, wajib pajak diberikan kepercayaan
penuh oleh negara untuk menghitung, membayar atau menyetor serta melaporkan
pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

15
Https://www.rusdionoconsulting.com/asas-pemungutan-pajak-di-indonesia/.
16
Https://accurate.id/ekonomi-keuangan/asas-pemungutan-pajak-indonesia/.
V. Jenis – Jenis Pajak

Beberapa jenis pajak dilihat dari berbagai aspek, seperti: 17


a. Menurut golongannya:
1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat di bebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:
Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat di bebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut Sifanya
1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh:
Pajak Penghasilan
2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaaan diri Wajib Pajak. Conttoh: Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Menurut lembaga Pemungutnya


 Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak
penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan Bea Materai.
 Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah dareah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah Terdiri
atas:
 Pajak Propinsi, Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
 Pajak Kabupaten/Kota, Contoh; Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Hiburan.

17
Http://eprints.unm.ac.id/5467/1/BAB%20I%2CII%2CIII%20IV%20V.pdf.
VI. Wajib Pajak

1. Pengertian Wajib Pajak. 18

Wajib Pajak merupakan orang pribadi ataupun badan yang memiliki


kewenangan untuk membayar pajak, memotong pajak, dan memungut pajak, serta
memiliki hak dan kewajiban yang berkaitan dengan perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Salah satu hal yang berkaitan atau hal yang identik dengan Wajib Pajak adalah
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan
nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak yang dapat digunakan sebagai sarana
dalam melakukan administrasi perpajakan, dimana nomor ini dapat dipergunakan
oleh Wajib Pajak sebagai tanda pengenal diri atau identitas diri Wajib Pajak yang
bersangkutan dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) akan diberikan kepada Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif yang sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang (UU). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ini tidak akan berubah
sekalipun Wajib Pajak berpindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau
mengalami pemindahan tempat terdaftar.

2. Pengelompokkan Wajib Pajak.19

Wajib Pajak pada umumnya terdiri atas Wajib Pajak orang pribadi dan
Wajib Pajak badan. Berikut ini merupakan pengelompokkan dari Wajib Pajak
orang pribadi dan Wajib Pajak badan:

18
Https://www.pajakku.com/read/60caf50558d6727b1651aae5/Apa-itu-Wajib-Pajak-dan-Apa-Saja-Kewajibannya?.
19
Https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pengertian-wajib-pajak.
 Wajib Pajak Orang Pribadi

- Orang Pribadi (Induk)


Meliputi Wajib Pajak yang belum menikah dan Wajib Pajak yang
merupakan suami sebagai kepala keluarga.

- Hidup Berpisah (HB)


Meliputi Wajib Pajak yang merupakan wanita kawin dan dikenai
pajak secara terpisah karena hidup berpisah berdasarkan dengan putusan
dari hakim.

- Pisah Harta (PH)


Wajib Pajak yang merupakan pasangan suami dan istri dan dikenai
pajak secara terpisah karena telah menghendaki perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan secara tertulis.

- Memilih Terpisah (MT)


Meliputi Wajib Pajak yang merupakan wanita kawin, tetapi selain
dari kategori Hidup Berpisah dan Pisah Harta, yang dikenakan pajak
secara terpisah karena memilih untuk melaksanakan hak dan kewajiban
atas perpajakannya secara terpisah dari suaminya.

- Warisan Belum Terbagi (WBT)


Merupakan satu kesatuan, dimana subjek pajak ini adalah
pengganti. Menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.
 Wajib Pajak Badan

- Badan
Wajib Pajak yang merupakan sekumpulan orang atau modal yang
menjadi satu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha.

- Joint Operation
Merupakan Wajib Pajak yang berbentuk kerja sama operasi dalam
melakukan penyerahan atas Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena
Pajak (JKP) yang mengatasnamakan bentuk kerja sama operasi.

- Kantor Perwakilan Perusahaan Asing


Merupakan Wajib Pajak dari perwakilan dagang asing atau kantor
perwakilan perusahaan asing di Indonesia, namun yang bukan termasuk ke
dalam Bentuk Usaha Tetap (BUT).

- Bendahara
Merupakan bendahara pemerintah yang bertugas membayar gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dan diwajibkan
untuk melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.

- Penyelenggara Kegiatan
Meliputi Wajib Pajak yang merupakan pihak selain dari keempat
Wajib Pajak badan lainnya yang melakukan pembayaan imbalan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan.
3. Hak Wajib Pajak.20

Setelah ditetapkan sebagai Wajib Pajak, maka terdapat beberapa hak dan
kewajiban dalam perpajakan yang wajib untuk dilaksanakan oleh setiap Wajib
Pajak. Berikut merupakan hak-hak dari Wajib Pajak:

 Hak pada saat Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan


Sebagai Wajib Pajak yang tengah menjalankan pemeriksaan pajak, maka
Wajib Pajak sendiri berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta
surat perintah untuk pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan
tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan, meminta detail perbedaan
antara hasil pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan (SPT), serta memiliki hak
untuk hadir dalam pembahasan atas akhir hasil pemeriksaan sesuai batas
waktu yang ditentukan.

 Hak untuk mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali


Wajib Pajak yang merasa dirinya tidak setuju dengan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP), maka
berhak untuk mengajukan keberatan. Selain itu, Wajib Pajak juga berhak
untuk mengajukan banding hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

 Hak atas kelebihan pembayaran pajak


Pada saat Wajib Pajak membayar pajak dengan jumlah yang lebih banyak
daripada yang seharusnya, maka Wajib Pajak berhak untuk menerima
kelebihan atas pembayaran pajak tersebut dengan cara mengirimkan surat
permohonan ke Kepala KPP atau melalui surat pemberitahuan.

20
Http://scholar.unand.ac.id/47789/2/Pendahuluan.pdf, ‘No Title’.
 Hak atas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
Bagi Wajib Pajak yang patuh, memiliki hak untuk mendapat
pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak dalam jangka
waktu minimal satu bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan jangka
waktu tiga bulan untuk Pajak Penghasilan (PPh) terhitung sejak surat
permohonan tersebut diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

 Hak atas pengangsuran dan penundaan pembayaran


Pada kondisi tertentu, Wajib Pajak berhak untuk meminta permohonan
pengangsuran atau penundaan atas pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

 Hak atas kerahasiaan


Wajib Pajak juga berhak untuk dijaga kerahasiaannya atas semua
informasi yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait
dengan perpajakan. Hal yang dilindungi adalah data dari pihak ketiga yang
bersifat rahasia.

 Hak atas Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Apabila Wajib Pajak mengalami kondisi tertentu, seperti kerusakan bumi
dan bangunan yang diakibatkan dari bencana alam, maka Wajib Pajak berhak
untuk mengajukan pengurangan pajak yang terutang atas Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).

 Hak atas penundaan pelaporan SPT


Wajib Pajak juga berhak mengajukan permohonan perpanjangan atau
penundaan atas penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) orang
pribadi maupun Pajak Penghasilan (PPh) badan sesuai dengan kondisi
tertentu.
 Hak atas pembebasan pajak
Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan atas pembebasan
pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai dengan kondisi
tertentu.

 Hak atas Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25


Sesuai dengan kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan atas pengurangan jumlah angsungan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25.

 Hak atas insentif perpajakan


Terdapat sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) yang berhak
untuk diberikan fasilitasn pembebasan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
diantaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut, ataupun
perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan sekitar area pabean
oleh Wajib Pajak tertentu.

 Hak atas Pajak yang ditanggung pemerintah


Wajib Pajak berhak untuk mendapatkan atau menerima hal-hal yang
berkaitan dengan aspek perpajakan yang ditanggung oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Kewajiban Wajib Pajak.21

Selain hak, Wajib Pajak juga memiliki sejumlah kewajiban yang perlu
dilaksanakan, yaitu:

 Kewajiban untuk mendaftarkan diri


Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak yang utama adalah mendaftaran
dirinya atau usahanya untuk mendapatkan NPWP.

 Kewajiban untuk memberi data


Wajib Pajak diwajibkan untuk memberikan informasi yang berhubungan
dengan aspek perpajakan yang akan dilakukan kepada DJP.

 Kewajiban untuk melakukan pembayaran, pelaporan, pemungutan atau


pemotongan pajak
Wajib Pajak diharuskan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perpajakan.

 Kewajiban Pemeriksaan
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya, maka wajib untuk memenuhi panggilan untuk menghadiri
pemeriksaan, memberikan izin untuk memasuki ruangan atau tempat yang dirasa
perlu untuk diperiksa, dan memberikan keterangan apabila diperlukan.

21
Http://scholar.unand.ac.id/47789/2/Pendahuluan.pdf.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 33.

Chairil Anwar Pohan, 2014, Perpajakan Indonesia Teori dan Kasus, Jakarta, Mitra Wacana, and
hlm. 1. Media.

Http://eprints.unm.ac.id/5467/1/BAB%20I%2CII%2CIII%20IV%20V.pdf.

Http://scholar.unand.ac.id/47789/2/Pendahuluan.pdf.

Https://accurate.id/ekonomi-keuangan/asas-pemungutan-pajak-indonesia/.

Https://ayopajak.com/asas-pemungutan-pajak/.

Https://bisnisbestfriend.co.id/asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-indonesia/.

Https://klikpajak.id/blog/7-asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-di-indonesia/.

Https://money.kompas.com/read/2021/06/12/175505326/asas-pemungutan-pajak-yang-berlaku-
di-
indonesia?page=all#:~:text=Asas%20equalityAkan%20dapat%20dikenai%20sanksi%20huk
um.C%20pemungutan%20pajak%20yang,
Akan%20dapat%20dikenai%20sanksi%20hukum.

Https://www.bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_ruu_tentang_perubahan_atas_uu_no.
_14_tahun_2002_tentang_pengadilan_pajak.pdf.

Https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-pajak-menurut-para-ahli-lengkap-dengan-jenis-
jenisnya-kln.html?page=2.

Https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/asas-pemungutan-pajak-dan-penerapannya-
di-indonesia.

Https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pengertian-wajib-pajak, ‘No Title’

Https://www.pajak.go.id/id/pajak.

Https://www.pajakku.com/read/60caf50558d6727b1651aae5/Apa-itu-Wajib-Pajak-dan-Apa-
Saja-Kewajibannya?.

Https://www.rusdionoconsulting.com/asas-pemungutan-pajak-di-indonesia/.

Indonesia, Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23A.

Rochmat Soemitro, Asas dan dasar Perpajakan 2, Hlm.3.

Rochmat Soemitro, Makalah Tinjauan Pajak dari Segi Hukum, pada Seminar Hukum Pajak, and
Hlm.1. Tanggal 15 Juli 1985.

Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, (Malang:Bayu Media, 2005), hlm 8.

Anda mungkin juga menyukai