OLEH
ABD RAHIM
NIM : 921862010066
PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING
ANDI MATAPPA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
2022
MATERI KELOMPOK 1
PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan ilmu jiwa sosial
Perkembangan ilmu jiwa sosial pada umumnya juga tidak lepas dari publikasi masyarakat.
hal ini terlihat pada awalnya, konsep ilmu jiwa sosial disebut sebagai folk psycologis. Sebutan
ini berlaku bagi ilmuan jerman pada pertengahan abad ke 19. Pada tahun 1860, terbentuk
sebuah jurnal yang mengupas masalah teoritis dan vaktual. Menariknya jika ditilik dari tahun
kelahiranya, ilmu jiwa sosial ini bisa lebih dulu lahir dari pada psikologi itu sendiri (yang
dianggap berdiri sejak percobaan laboratorium psikologi oleh wundt 1879).
Sedangkan kelahiran psikologi diindonesia menjadi awal keberadaan dari ilmu jiwa sosial
diindonesia diawali dengan munculnya bagian psikologi di universitas indonesi pada tahun
1967. Kelahiranya diindonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial
didunia. Selanjutnya ditahun yang sama, vakultas psikologi universitas diindonesia
mengembangkan bagian psikologi sosial dan kemudian muncullah tentang ilmu jiwa sosial.
Adapun definisi ilmu jiwa sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut allport (1968), ilmu jiwa sosial adalah upaya untuk memahami dan menjelaskan
bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu terpengaruh oleh kehadiran orang
lain. Pengaruh tersebut dapat bersifat actual, dalam imjinasi, maupun secara tidak
langung.
2. Menurut shaw dan constanzo (1970), ilmu jiwa sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku individu sebagai fungsi stimulus-stimulus sosial definisi ini tidak
menekanka stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingka
hubungan timbal bali antara keduanya.
3. Menurut baron dan byrne (2006) ilmu jiwa sosial adalah bidang ilmu yang mencari
pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya fikiran serta perilaku individu
dalam situasi-situasi sosial. Definisi menekanka pada pentingnya pemahaman terhadap
asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan Pikiran.
Jadi dari pendapat ahli yang di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam hubunganya
dengan situasi-situasi sosial, interaksi sosial maupun cara mereka bersosialisasi dengan
lingkungannya sehari-hari.
C. Pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial
Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan , persepsi atau tingkah
pengaruh sosial juga dapat memberikan dampak positif dan dampak negative terhadap
perilaku individu.
Ada tiga bentuk pengaruh sosial dalam ilmu jiwa sosial dalam ilmu jiwa sosial yaitu
sebagai berikut:
1. Konformitas
Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah
sikap ada tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (baron dan bryne 2005).
Dalam konformitas ini manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang berlaku dan
ada didalam lingkungannya. Hal dapat tersebut dicontohkan ketika kuliah hendak dimulai
kembayakan mahasiswa mengeluarkan telpon dan mengaktifkan profil silent atau ketikan.
2. Norma sosial
Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok yang membatasi
tingkah laku individu dalam kelompok itu yang membedakan norma sosial dengan
produk-produk sosial dan budaya, serta konsep-konsep psikologi lainnya adalah bahwa
dalam norma sosial ada terkandung sanksi sosial.
Norma sosial berbeda-beda dari satu kelompok orang dengan kelompok yang lainnya.
Dalam lingkungan yang lebih luas lagi, norma sosial berbda antara masyarakat satu
dengan masyarakat yang lain. Antara bangsa dengan bangsa lainnya. Perilaku seorang
individu yang bagaimanapun harus jadi anggota salah satu kelompok besar atau kecil,
tidak dapat dipisahkan dari norma sosial yang berlaku dalam kelompoknya itu. Kare
norma sosial berbeda-beda, maka pola perilakupun berbeda-bda. Suatu perilaku dianggap
wajar dan norma disuatu tempat dapat merupakan perilaku yang aneh atau normal dilain
tempat. Norma sosial merupakan faktor yang mendorong motivasi, norma itu selalu
mempengaruhi tiap tingkah laku dalam hubungan interpersonal seperti presepsi, sikap,
ingatan dan sebagainya. Misalnya, kesukaan wanita terhadap model baju dan sepatu yang
sangat dipengaruhi oleh model yang sedang berlaku. Norma sosial selalu menimbulkan
tekanan psikis. Dalam masyarakat modern, terdapat banyak macam norma, dan norma
yang berlaku berubah cepat sekali sehingga individu seakan-akan terombang ambing,
merasa tidak yakin dengan diri sendiri, merasa ragu akan masa depan, merasa harus
berjuang dan berkompetensi lebih keras dan sebagainya. Dalam kelompok yang belum
berkembang, dimana norma-norma relative tidak berubah, dan segala sesuatu telah diatur
dengan ketat oleh tradisinya disaman sejak dahulu hingga sekarang tetap saja timbul
tekangan psikis itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu jiwa sosial adalah ilmu yang memelajari tentang kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi-situasi sosial interkasi sosial maupu cara mereka bersosialisasi
dengan lingkugan sehari-hari. Ilmu jiwa sosial juga sangat berpengaruh dalam kehidupan kita
bermasyarakat.
MATERI KELOMPOK 2
2. Faktor Eksternal
a. Imitasi
Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang
mendasari atau yang melandasi interaksi sosial. Imitasi berperan dalam interaksi sosial, misalnya
perkembangan bahasa. Apa yang diucapkan oleh anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya.
Anak mengimitasi apa yang didengarnya yang kemudian menyampaikan kepada orang lain sehingga
dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial.
Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai.
b. Identifikasi
Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain. Anak
mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan dua cara, yaitu:1) Anak mempelajari dan
menerima norma-norma sosial itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya.2) Kesadaran akan
norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan jalan identifikasi yaitu anak
mengidentifikasikan diri pada orang tua, baik pada ibu maupun pada ayah.
c. Sugesti
Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Sugesti dibedakan
menjadi dua, yaitu:1) Auto-sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam
diri individu yang bersangkutan.2) Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang
lemah atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
d. Simpati
Simpati merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan
maka simpati timbul tidak atas dasar logis, rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi.
Contoh: Ucapan turut berduka, tanpa datang ke rumah duka. Jadi hanya ungkapan tanpa tindakan.
Contoh tindakan membantu korban bencana alam.
e. Empati
Empati merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah
bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiwai dalam diri seorang yang lebih daripada
simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam.
f. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan yang
dimotivasikan kepadanya.
D. Situasi Sosial
Situasi sosial adalah tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lain. Situasi-situasi sosial itu dapat dibagi-bagi ke dalam dua golongan utama, yaitu:
1. Situasi Kebersamaan
Situasi kebersamaan itu merupakan situasi di mana berkumpul sejumlah orang yang sebelumnya tidak
kenal mengenal dan interaksi sosial yang lalu terdapat antara mereka itu tidak mendalam. Contoh:
orang yang berkumpul dalam sebuah toko besar atau pasar merupakan suatu situasi sosial yang harus
disebut situasi kebersamaan.
2. Situasi Kelompok Sosial
Situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok di mana kelompok sosial tempat orang-orangnya
berinteraksi itu merupakan suatu keseluruhan. Contoh: suatu kelas di sekolah (mempunyai tujuan atau
misi yang sama).
2. Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat dipahami. Proses
komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.
3. Tindakan Sosial
Tindakan sosial adalah tindakan yang mempengaruhi individu yang mempengaruhi individu lain
dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna yaitu tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan keberadaan orang lain. Berdasarkan cara dan tujuan yang akan dilakukan, maka
tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
Tindakan rasional instrumental, adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh seorang dengan
memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan lalu tujuan apa yang hendak dicapai
dalam tindakan itu.
Tindakan rasional berorientasi nilai, merupakan tindakan yang begitu memperhitungkan
cara.
Tindakan tradisional, merupakan tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan
rasional. Tindakan ini dilaksanakan karena pertimbangan adat dan kebiasaan.
Tindakan efektif, sering kali dilakukan tanpa suatu perencanaan matang dan kesadaran
penuh. Tindakan ini muncul karena dorongan perasaan atau emosi dalam diri pelaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal
balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,
motivasi,simpati dan empati. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan
disasosiatif asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerja sama) (intinya
interaksi sosial yang baik-baik, kerja sama, rukun, harmonis, serasa dll). Disasosiatif meliputi konflik,
kontravensi, dan kompetensi.
B. Saran
Sebagai manusia kita tidak bisa lepas dari interaksi sosial. Dalam berinteraksi seharusnya kita harus
selalu menghormati dan menghargai orang lain dalam hal apa pun.
MATERI KELOMPOK 3
2. Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya, partai politik,
perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini
adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
4. Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh
daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi
bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan
sebagainya.
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam
sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di
sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-
individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.
Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya
kelompok pertemanan.
Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka
berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud
adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal
lain. Kesamaan juga merupakan factor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk
kelompok sosial yang disebut keluarga.
BAB III
PENUTUP
Seperti telah disebutkan bahwa pembahasan makalah ini bertujuan untukmembantu
masyarakat supaya lebih memahami arti kelompok sosial secara utuh atau tidak secara parsial.
Pembahasan pada makalah, salah satunya menerangkan bahwa kelompok sosial merupakan himpunan
manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong
menolong. Dari arti ini saja jelas bahwa manusia akan memerlukan bantuan orang lain dalam
menjalani kehidupan sosial. Kasus yang kami ambil sebagai latar belakang pembuatan makalah ini
merupakan satu bentuk tolong menolong terhadap anggota kelompoknya yang teraniaya, namun
cenderung menyalahi norma dan tentunya tidak dibenarkan dalam agama. Tindakan destruktif tidak
akan menyelesaikan suatu masalah, malah akan menumbuhkan dendam yang berkepanjangan. Dari
sinilah patut dipahami bahwa adanya rasa sepenanggungan sesame anggota kelompok patut diimbangi
dengan keterbukaan terhadap kelompok lain agar nantinya kita tidak akan bersifat terlalu fanatik pada
kelompok sosial sendiri.
MATERI KELOMPOK 4
1. Pengertian Motif
Baik hewan maupun manusia merupakan makhluk yang hidup, makhluk yang
berkembang, makhluk yang aktif. Hewan dan manusia dalam berbuat atau bertindak terikat
oleh faktor-faktor yang terdapat dalam diri organisme yang bersangkutan. Oleh karena itu
baik hewan maupun manusia dalam bertindak selain ditentukan oleh faktor luar juga
ditentukan oleh faktor dalam, yaitu berupa kekuatan yang datang dari organisme yang
bersangkutan yang menjadi pendorong dalam tindakannya. Dorongan yang datang dari dalam
untuk berbuat itu yang dinamakan motif. Motif berasal dari bahasa Latin movere yang berarti
bergerak atau to move (Branca, 1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan drive force.
Pada dasarnya, motif merupakan pengertian yang melingkupi penggerak. Alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia itu
berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Juga
tingkah laku yang disebut tingkah laku secara fefleks dan yang berlangsung secara otomatis
mempunyai maksud tertentu meskipun maksud itu tidak disadari oleh manusia. Motif
manusia bisa bekerja secara sadar dan juga secara tidak sadar. Untuk mengerti dan memahami
tingkah laku manusia dengan lebih sempurna, patutlah kita pahami dan mengerti terlebih
dahulu apa dan bagaimana motif-motifnya dari pada tingkah lakunya.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian mengenai motif. Sherif & Sherif (1956),
misalnya menyebut motif sebagai suatu istilah generik yang meliputi semua faktor internal
yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal , seperti
kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan,
aspirasi dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Giddens (1991:64)
mengartikan motif sebagai inpuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia
sepanjang lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak
harus dipersepsikan secara sadar. Ia lebih merupakan suatu “keadaan perasaan”. Secara
singkat, Nasution menjelaskan bahwa motif adalah segala daya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. R.S. Woodworth mengartikan motif sebagai suatu set yang dapat
atau mudah menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (berbuat
sesuatu) dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Jadi, motif itu adalah tujuan. Tujuan ini disebut insentif (incentive). Adapun insentif
bisa diartikan sebagai suatu tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif.
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata
motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Jadi istilah “motif” erat
berkaitan dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga
dengan perbuatan atau tingkah. Motif dalam psikologi berarti ransangan, dorongan atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif, dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi. Sebenarnya motivasi
merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang
ditimbulkannnya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga
dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu
kepuasan atau tujuan.
2. Bentuk-bentuk Motif
Dalam masalah motif terdapat ada bermacam-macam motif, namun ternyata pendapat
ahli yang satu dapat berbeda dengan pendapat ahli yang lain. Disamping itu ada ahli yang
menekankan pada sesuatu macam motif, tetapi juga ahli yang menekankan pada macam motif
yang lain. Namun demikian para ahli pada umumnya sependapat bahwa ada motif yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme, yaitu yang disebut sebagai motif biologis
(Gerungan, 1965) atau sebagai kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970)
1. Motif fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis pada umumnya berakar pada keadaan
jasmani, misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual,
dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan-dorongan tersebut adalah
berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai
makhluk hidup. Karena itu motif ini juga sering disebut sebagai motif dasar (basic
motives) atau motif primer (primary motives), juga da motif yang dipelajari.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motif itu timbul apabila adanya
kebutuhan yang diperlukan. Apabila ada kebutuhan, maka hal ini memicu organisme
untuk bertindak atau berperilaku untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan.
2. Motif sosial
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari
banyak perilaku atau perbuatan manusia. Dikatakan sosial karena motif ini dipelajari
dalam kelompok sosial (sosial group), walaupun menurut kunkel dalam diri manusia
adanya dorongan alami untuk untuk mengadakan kontak dengan orang lain.karena
motif ini dipelajari, maka kemapuan untuk berhubungan dengan orang lain satu
dengan yang lain itu dapat berbeda-beda. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka
memahami motif sosial adalah merupakan yang penting untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku individu kelompok. McCelland berpendapat bahwa motif
sosial itu dapat dibedakan dalam :
a. Kebutuhan akan berprestasi
Kebutuhan akan berprestasi merupakan salah satu motif sosial yang
dipelajari secara mendetail dan hal ini dapat diikuti sampai pada waktu ini.
Orang yang mempunyai kebutuhan atau need ini akan
meningkatkan peformance, sehingga dengan demikian akan terlihat tentang
kemampuan berprestasinya.
b. Kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain
Afiliasi menunjukan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan
berhubungan dengan orang lain. Penggunaan alat seperti halnya dalam
mengungkapkan n-achievement, maka dalam mengungkap kebutuhan afiliasi
ini peneliti juga akan dapat memberikan gambaran tentang besar kecilnya,
atau kuat atau tidaknya seseorang dalam kaitannya dengan kebutuhan akan
afiliasi ini. Orang yang kuat akan kebutuhan afiliasi, akan selalu mencari
teman, dan juga akan mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan
orang lain tersebut. Sebaliknya apabila kebutuhan akan afiliasi ini rendah,
maka orang akan segan mencari hubungan dengan oranglain, dan hubungan
yang telah terjadi tidak dibina secara baik agar tetap dapat bertahan.
c. Kebuthan akan kekuasaan
Kebutuhan akan power ini timbul dan berkembang dalam interaksi
sosial. Dalam interaksi sosial orang akan mempunyai kebutuhan untuk
berkuasa (power). Kebutuhan akan kekuasaan ini bervariasi dalam
kekuatannya dan dapat diungkapkan dengan teknik proyeksi. Orang yang
mempunyai (power need) tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan
atau memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah
satu manifestasi dari power need tersebut.
3. Teori kebutuhan dari Murray
Murray mengemukakan suatu daftar dari dua puluh kebutuhan yang pada
umumnya mendorong manusia untuk bertindak atau berperilaku. Daftar yang berisi
kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat bervariasi, diantaranya mengandung kebutuhan
yang berlawanan satu dengan yang lain, misalnya kebutuhan akan nurturance, yaitu
kebutuhan untuk memberikan care, untuk memberikan asuhan, dan
kebutuhan succorance (n-succorance), yaitu kebutuhan untuk menerima asuhan.
Kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan Marry atau juga disebut motif-motif adalah
sebagai berikut, merendah atau merendahkan diri (abasement), berprestasi
(achievement), afiliasi (afiliation), agresi, otonomi, counteraction, pertahanan,
hormat, dominasi, pamer, penolakan perusakan, infavoidance, memberi bantuan,
teratur, bermain, menolak, seintence, bantuan atau pertolongan dan mengerti. Kedua
puluh motif atau kebutuhan tersebut berkaitan dengan motif sosial.
4. Motif Eksplorasi
Pembicaraan mengenai motif belumlah tuntas apabila belum mengemukakan
tentang ketiga motif ini, khususnya menyangkut manusia. Ketiga macam motif itu
adalah (1) motif untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan (2) motif untuk
menguasi tantangan yang ada dalam lingkungan dan menanganinya secara efektif,
dan (3) motif untuk aktualiasasi diri, yang berkaitan sampai seberapa jauh seseorang
dapat bertindak atau berbuat untuk mengaktualisasikan dirinya seperti yang
dikemukakan oleh maslow.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motifasi
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Ekstern
Lingkungan kerja
Pemimpin dan kepemimpinannya
Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
Dorongan atau bimbingan atasan
2. Faktor Intern
Pembawaan individu
Tingkat pendidikan
Pengalaman masa lampau
Keinginan atau harapan masa depan.
B. Sikap Sosial
1. Pengertian sikap sosial
Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam lapangan psikologi sosial.
Bahkan ada sementara ahli yang berpendapat bahwa psikologi sosial menempatkan maasalah
sikap sebagai problem sentralnya. Seperti yang dikemukakan oleh Krech dan Crutchfield
(1954: 151):
“Istilah sikap yang dalam bahasa inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan
oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental
seseorang. Kemudian pada tahun 1888 lange menggunakan konsep ini dalam suatu
eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli
psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa
individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda dalam didalam situasi yang
sebagian besar gejala ini diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli
sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan
kebudayaan.
Menurut L.L. Thurstone (1946), sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat
positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi disini
meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.
Zimbardo dan Ebbesen mengartikan sikap suatu predisposisi (keadaan mudah
terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive,
effective, dan behavior.
D.Krech and RS. Crutchfield, sikap adalah organisasi yang tetap dari
proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
John H. Harvey dan William P. Smith, sikap merupakan kesiapan merespon secara
konsisten dalam bentu positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Menurut Gerungan pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap
terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi
sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek
tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap
suatu hal.
Sedangkan Warren (1931) dan juga Cantril (1931) merumuskan sikap sebagai
disposisi atau prodisposisi untuk bereaksi; Baldwin (1905) dan juga Allport (1975)
merumuskan sebagai kesiapan; sedangkan Allport menyebut sebagai berfungsinya disposisi.
Dari berbagai defenisi diatas dapat dismpulkan bahwa sikap merupakan
kencnderungan bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide,
situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untu
berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda,
tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Dengan demikian, pada kenyataannya, tidak ada
istilah sikap yang berdiri sendiri.
3. Bentuk-bentuk sikap
1) Sikap sosial
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang
sekelompoknya.
Obyeknya adalah obyek sosial (obyeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan
berulang-ulang.
Misalnya : sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena meninggalkannya seorang
pahlawannya.
Jadi yang menandai sikap sosial adalah :
a. Subyek : orang-orang dalam kelompoknya.
b. Obyek : obyeknya sekelompok, obyeknya sosial.
c. Dinyatakan berulang-ulang.
2) Sikap individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Obyeknya pun bukan merupakan
obyek sosial. Misalnya : sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau
salah satu jenis tumbuh-tumbuhan. Individu sangat senang terhadap rujak cingur. Senang
yang bersiafat individual. Mungkin orang-orang lain meskipun dalam kelompoknya belum
tentu senang akan rujak cingur. Obyeknya bukan obyek sosial.
Disamping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas :
1. Sikap positif
Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui,
serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap negatif
Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Sikap positif/negatif itu tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan
tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang
berlaku.
4. Ciri-ciri sikap
Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan
perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa
sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-
ciri sikap adalah sebagai berikut :
1. Sikap itu dipelajari (learnability)
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi
lainnya. Misalnya: lapar, haus, adalah motif psikologis yang tida dipelajari,
sedangkan pilihan kepada lapangan eropa adalah sikap.
Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian
individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila
individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri),
membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya
perseorangan.
2. Memiliki kestabilan (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap stabil, melalui
pengalaman. Misalnya : perasaan like dan dislike terhadap warna tertentu(spesifik)
yang sifatnya berulang-ulang atau memiliki frekuensi yang tinggi.
3. Personal-sicietal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang
dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa oranglain menyenangkan,
terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan
favorable.
4. Berisi kognisi dan affeksi
Komponen cognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang Faktual, misalnya :
obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Approach-avoidance directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan
mendekati atau membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang
unfavorable, mereka akan menghindarinya.
Adapun pendapat lain yang menjelaskan tentang ciri-ciri sikap adalah sebagai
berikut : 1) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, ini berarti bahwa manusia pada waktu
dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap seseuatu objek; 2) sikap itu selalu
berhubungan dengan objek sikap, oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam
hubungannnya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek
tersebut; 3) sikap dapat tertuju pada satu objek saja, taapi juga dapat tertuju pada sekumpulan
objek-objek; 4) sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar; 5) sikap itu mengandung
faktor perasaan dan motivasi.
3. skala Bordagus
Emery Bordagus pada tahun 1925 menemukan suatu skala yang disebut skala jarak
sosial (social distance Scale) yang secara kuntatif mengukur tingkatan jarak seseorang yang
diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok-kelompok lain. Dengan
skala bordagus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pernyataan satu atau semua
dari 7 pernyataan untuk melihat jarak sosial terhadap kelompok etnik group lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila seseorang merasa
lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan
sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu.
Motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa tujuan yang ingin di capai mempunyai interaksi
dengan orang lain.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman
orang lain.
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku
mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari seseorang
kepada orang lain.
Kepatuhan (Obedience) adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintah satu
orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang diharapkannya
MATERI KELOMPOK 5