Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN BELAJAR LAPANGAN 2

GAMBARAN INSPEKSI SANITASI SUMUR GALI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG KOTA
BENGKULU

Oleh :

AULIA DEVI
PUSPITA
NPM
1880100029
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BENGKULU 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN INSPEKSI SANITASI SUMUR GALI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KANDANG KOTA BENGKULU

Oleh :
AULIA DEVI PUSPITA
NPM 1880100029

Bengkulu, November 2021


Dosen Pembimbing Akademik

Bintang Agustina Pratiwi.SKM.,M.KM


NIDN. : 0217088701

ii
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN INSPEKSI SANITASI SUMUR GALI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KANDANG KOTA BENGKULU

Oleh :
AULIA DEVI PUSPITA
NPM 1880100029
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan 2
Nama Penguji
1. (….................................)
(Ketua)
2. (….................................)
(Anggota)
3. (….................................)
(Anggota)
4. (….................................)
(Anggota)
5. (….................................)
(Anggota)

Bengkulu, November 2021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Dr. Eva Oktavidiati, M.Si


NIP. 196810051994022002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar
Lapangan. Penulisan Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
nilai mata kuliah PBL 2 Kesehatan Masyarakat di Universitas Muhammadiyah
Bengkulu.
Selaku penulis, saya telah berusaha untuk memenuhi segala kriteria
dalam penulisan Laporan, namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan
Laporan ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, untuk itu dengan
segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca, guna untuk lebih meningkatkan
kualitas dalam menjalankan segala kegiatan yang akan penulis kerjakan pada
masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam
menyelesaikan Laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
berbagai pihak
Laporan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Penulis telah
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Oleh karena itu,
penulis meminta maaf jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh pembaca. Semoga Laporan ini dapat menjadi karya yang
bermanfaat.

Bengkulu, November 2021

AULIA DEVI PUSPITA

iv
NPM 1880100029

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... Ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ Iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... Iv
DAFTAR ISI................................................................................................... V
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... Vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... Vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 11
B. Identifikasi Masalah............................................................. 11
C. Tujuan .................................................................................. 12
D. Manfaat ................................................................................ 13
BAB II METODE PBL II
A. B. Sasaran PBL 2…………………….......................................... 14
C. D. Waktu dan Tempat ............................................................................. 14
E. F. Teknik Pengumpulan Data 14
...................................................
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. B. Gambaran Wilayah ................................................... 15
C. D. Karakteristik Kondisi................................................ 16
C. Pola Kehidupan Masyarakat ................................................ 18
D. Sarana dan Prasarana ........................................................... 18
E. Upaya Kesehatan ................................................................. 18
BAB IV ANALISIS SITUASI
B. Identifikasi Masalah Kesehatan ......................................................................... 23
B. Prioritas Masalah ................................................................. 24
C. Akar Masalah ....................................................................... 27
D. E. Alternatif Pemecahan Masalah ............................................ 30
v
F. G. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah ............................. 31

BAB V RENCANA PROGRAM


A. Alternatif Intervensi............................................................. 32
B. Prioritas Intervensi............................................................... 32
C. Plan Of Action ..................................................................... 33
BAB VI PELAKSANAAN, MONTORING DAN EVALUASI
B. Pelaksanaan .......................................................................
D. Montoring dan Evaluasi ....................................................
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 34
B. Saran .................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi PB ................................................................................. 15


Gambar 4.1 teori Lawrance Bloom.............................................................. 27

7
DAFTAR TABEL

Table 3.1 Jenis Mata Pencaharian warga.................................................... 16


Tabel 3.2 Sarana Puskesmas Kandang ...................................................... 18
Tabel 4.1 Prioritas Masalah........................................................................ 25
Tabel 4.2 Penyebab Masalah...................................................................... 28
Tabel 4.3 Prioritas Akar Masalah............................................................... 31
Tabel 5.1 Prioritas Intervensi Masalah....................................................... 32
Tabel 5.2 Plan Of Action (POA) ............................................................... 34

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak
diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur gali. Air
tanah lebih banyak penggunaanya karena lebih mudah mendapatkannya dan
relatif lebih aman dari pencemaran apabila dibandingkan dengan air
permukaan. Sumur gali yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama atau
baru nya akan dapat berpengaruh terhadap pencemaran dilihat dari jarak dan
siklus bakteriologis, karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih
mudahnya sumber pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air
tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur (Chandra, 2006).
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi
masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh
karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari
kotoran manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah
tangga(Anggela,2011)
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi
masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Air sumur pada umumnya
lebih bersih daripada air permukaan seperti rawa, empang dan danau. Air
yang merembes ke dalam tanah dan menjadi sumber mata air telah difiltrasi
(disaring) oleh lapisan tanah yang dilewatinya. Kebersihan air secara kasat
mata belum tentu mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi
bakteri, kebersihan dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan
erat dengan lingkungan sekitar sumur(winni,2012)
Sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik
dari segi kuantitas dan kualitasnya. Di Indonesia, umumnya sumber air
minum berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water),

9
dan air hujan. Termasuk air permukaan adalah air sungai dan air danau,
sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur dalam,
maupun mata air(Winni,2012)
Berdasarkan peraturan yang telah ditentukan oleh Permen ESDM No
31 tahun 2018 bahwa kondisi fisik sumur harus memenuhi syarat tinggi
dinding sumur, bibir sumur, kondisi lantai sumur, dan jarak sumur dari
sumber pencemar. Hal tersebut ditujukan untuk melindungi dari resapan air
sekitar sumur dan mencegah pencemaran dari luar. Kondisi konstruksi dan
lokasi sumur gali dapat meningkatkan risiko pencemaran sumber air
(Prajawati, 2008). Pencemaran air sumur gali diperngaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah geografis, hidrogeologi, topografi tanah, musim,
aliran air tanah dan kontruksi bangunan fisik sumur gali (Sirait, 2010). Hal itu
memungkinkan air sumur gali di sekitar Sungai Asem Binatur mempunyai
kandungan kromium (Cr) yang tinggi pula. Suatu air sungai yang tercemar air
limbah domestik dan batik, akibatnya adanya leakage dan infiltrasi pada dasar
sungai maka limbah itu akan mengalir ke dalam tanah dan mencemari daerah-
daerah di dalam tanah itu seperti sumur gali.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada sumur gali di daerah
wilayah puskesmas kandang ada terdapat 3 kelurahan menjadi sampel
mengenai gambaran inspeksi pada sumur gali yaitu kelurahan kandang ada 10
sumur gali yang di inspeksi dan terdapat 6 sumur gali yang masih tinggi
resiko kotaminasi air, kelurahan kandang mas dari 10 sumur gali yang di
inspeksi dan terdapat 8 sumur gali yang masih tinggi resiko kotaminasi air,
dan kelurahan muara dua dari 10 sumur gali yang di inspeksi dan terdapat 5
sumur gali yang masih tinggi resiko kotaminasi air. Oleh karena itulah,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran inspeksi
sanitasi sumur gali di wilayah kerja puskesmas kandang Kota Bengkulu.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan didapatkan
beberapa masalah kesehatan lingkungan yang ada di wilayah kerja puskesmas
kandang Kota Bengkulu yaitu:
1. Terdapat 6 sumur gali yang masih tinggi resiko kotaminasi air di
kelurahan kandang sebagai sumber air bersih/ baku untuk keperluan
10
domestik sehari-hari.

2. Terdapat 8 sumur gali yang masih tinggi resiko kotaminasi air di


kelurahan kandang mas sebagai sumber air bersih/ baku untuk keperluan
domestik sehari-hari.
3. Terdapat 5 sumur gali yang masih tinggi resiko kotaminasi air di
kelurahan muara dua sebagai sumber air bersih/ baku untuk keperluan
domestik sehari-hari.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui resiko kontaminasi air sumur gali di wilayah kerja


puskesmas kandang Kota Bengkulu ditinjau dari segi pengamatan dan
konstruksi bangunan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan
Program pada Bidang/Unit Praktik Pengalaman Belajar Lapangan 2
(PBL 2)
b. Mahasiswa mampu membuat prioritas masalah program pada
Bidang/Unit praktik Pengalaman Belajar Lapangan 2 (PBL 2)
c. Mahasiswa mampu menganalisis akar penyebab masalah pada
bidang/unit praktik Pengalaman Belajar Lapangan 2 (PBL 2)
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif penyelesaian masalah
berdasarkan akar penyebab masalah pada bidang/unit praktik
Pengalaman Belajar Lapangan 2
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana program intervensi pada
bidang/unit praktik Pengalaman Belajar Lapangan 2 (PBL 2)
f. Mahasiswa mampu melaksanakan program intervensi pada bidang/unit
praktik Pengalaman Belajar Lapangan 2 (PBL 2)

11
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Kegiatan interaksi antara mahasiswa dengan masyarakat lokal maupun


dengan para pemangku kepentingan lokal merupakan kesempatan untuk
memperkaya kedua pihak baik di aspek kognitif maupun sosial budaya,
guna membangun atmosfir ilmiah yang lebih positif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Akademik

a. Terbinanya suatu jaringan dengan Kelurahan kandang, kandang mas,


dan muara dua dalam upaya meingkatkan keterkaitan antara substansi
akademik dengan pengetahuan dan keterampilan SDM yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan
menghasilkan peserta didik yang terampil.
3. Bagi Instansi PBL 2

Pemerintah Daerah tempat dilaksanakannnya PBL 2 dapat


mengembangkan kemitraan dengan perguruan tinggi untuk kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi sehingga meningkatkan kerjasama guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

12
BAB II

METODE PBL II

A. Sasaran PBL II
Sasaran pada PBL II ini adalah Masyarakat Kelurahan
Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua
Kota Bengkulu.

B. Waktu dan Tempat


Waktu PBL dilaksankan pada tanggal 4 oktober 2021 - 5
November 2021 di laksanakan di Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengambilan data menggunakan survey. Survey adalah
suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,adalah
prosedur dimana  peneliti melaksanakan survey atau memberikan
angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap,
opini, perilaku, atau karakteritik responden penelitian. Dari hasil
survei ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada
dalam populasi.Data yang dikumpulkan berupa keadaan konstruksi
sumur gali yang terdapat di Kelurahan Kandang, Kelurahan
Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua kota Bengkulu.

13
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Gambaran Wilayah Puskesmas Kandang


Puskesmas Kandang Mas merupakan puskesmas yang meliputi 3 kelurahan
dalam wilayah kerjanya yaitu kelurahan kandang mas,kelurahan kandang dan
kelurahan muara dua, sementara waktu puskesmas di pindahkan lokasi di
karenakan sedang masa renovasi

Gambar 3.1 Lokasi PBL

Lokasi PBL 2 terletak di UPTD Puskesmas Kandang mempunyai


empat daerah binaan yaitu kelurahan kandang, kelurahan kandang mas, dan
kelurahan muara dua yang terletak di Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu. Luas wilayah puskesmas Kampung Bali yaitu 8 km². Beriklim
tropis dengan suhu udara rata-rata 28̊ C pada msuim hujan dan 33̊ C pada
msuim kemarau. Seluruh wilayah kerja sudah dapat dilalui kendaraan roda 2
(dua) maupun 4 (empat), dan sarana jalan yang ada sudah 100% diaspal.
Secara geografis, berbatasan dengan:

14
 Timur : Kelurahan Bumi Ayu
 Barat : Kelurahan Sumber Jaya
 Utara : Kelurahan Pagar Dewa
 Selatan : Samudra Indonesia

B. Karakteristik Kondisi RT 05

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi ekonomi warga dapat dibedakan dari mata pencarian


mereka, umumnya warga yang bermata pencarian sebagai pedagang,
dapat dikategorikan sebagai warga sedang dan atau kurang mampu, ada
pula sebagai Wiraswasta yang dikategorikan sebagai warga Sederhana
atau cukup, dan ada pula PNS yang dapat memenuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangganya yang dikategorikan sebagai warga mampu.
Hal yang melatar belakangi kondisi sosial ekonomi warga dikarenakan
usaha Atau pekerjaan yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda
pula. Bila pekerjaan menghasilkan pendapatan yang lebih maka akan
berdampak baik bagi keluarga. Jika anggota kelurga terjangkit penyakit
berbasis lingkungan maka dapat segera dirujuk untuk berobat, dan
keluarga tidak kekurangan uang untuk membayar mengingat tingkat
pendapatan mencukupi.

2. Kondisi Sosial Budaya

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang


berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku
dan diterapkan dalam masyarakat. Warga dalam kehidupannya masih
kental dengan budaya setempat seperti gotong royong dan sifat
kekeluargaan. Warga di ini Selalu saling mengingatkan akan
pentingnya menjaga lingkungan dan juga selalu saling mengingatkan
dalam kebaikan. Hubungan antar warga ini sangat baik, karena hampir
semua warga yang bertempat tinggal di sini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang dekat. Seluruh warga selalu gotong royong dan
saling tolong menolong jika ada acara di salah satu rumah warga baik
15
suka maupun duka. Jarak antara rumah warga itu sangat dekat bahkan
berdampingan
3. Kondisi Sosial Keagamaan

Warga kelurahan kandang mas mayoritas pemeluk agama Islam,


hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang Islami. Kehidupan
Islami warga bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah vertikal yang
sifatnya Hablum Minalloh seperti sholat lima waktu, pelaksanaan
puasa, dan pergi haji saja, akan tetapi tercermin pula dalam sikap
ibadah horizontal yang sifatnya Hablum Minannas yaitu sikap saling
tolong menolong diantara warga masyarakat dan terciptanya kerukunan
dalam kehidupan sebagai bentuk kesolehan sosial.

C. Pola Kehidupan Masyarakat


Warga kelurahan kandang mas merupakan warga Asli Bengkulu
mencapai 70% dari total jumlah KK, 30% dari luar Bengkulu. Sehingga
toleransi dan saling menghormati antar sesama dapat terwujud, Gotong
Royong masih kental sebagai tradisi untuk memelihara kelestarian dan
kekompakan warga.
Warga kelurahan kandang mas juga rutin menggelar Pengajian yang
biasanya sudah dijadwalkan setiap malam jumat. Warga setempat juga
mengadakan arisan bulanan yang berisikan ibu-ibu rumah tangga.

D. Sarana dan Prasarana


Tabel 3.2
Sarana Puskesmas Kandang

No Jenias sarana Jumlah


.

1 Puskesmas 1

2 Puskesmas Pembantu 4

3 Pos Kesehatan 1

4 Klinik Kesehatan 2

16
5 Bidan Praktek Mandiri 3

6 Dokter Praktek 5

7 Posyandu Balita 10

8 Posyandu Lansia 4

9 Posbindu PTM 4

10 Klub Prolanis 1

11 Posyandu Remaja 1

Total 36

E. Upaya Kesehatan
Kelurahan Kandang Mas merupakan salah satu wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawab dari Puskesmas Kandang. Adapun kegiatan rutin
dari Puskesmas yang dilakukan adalah
1. Promotif, preventif oleh petugas kesehatan : Melalui posyandu
2. Pemantauan kesehatan bumil, balita, dan pengendalian risiko : Melalui
posyandu.
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi
posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyakat di bidang kesehatan
masyarakat dengan penanggung jawab kepala lurah.
1. Tujuan Posyandu

Tujuan posyandu antara lain:

a. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu


hamil), melahirkan dan nifas.
b. Membudayakan NKBS

c. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan


kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang
untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
17
d. Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera,
gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga
sejahtera.

2. Kegiatan yang dilakukan Posyandu kasih Ibu antara lain:

a. KIA

b. KB

c. Imunisasi

d. Gizi

3. Pelaksanaan Layanan Posyandu

Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem


5 meja yaitu:
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan
Meja 3 : Pengisian KMS
Meja 4 : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

Meja 5: Pelayanan kesehatan berupa: Imunisasi, Pemberian vitamin A


dosis tinggi, Pembagian pil KB atau kondom, Pengobatan
ringan, dan Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
meja V merupakan meja pelayanan medis.
4. Keberhasilan Posyandu

Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.


S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik

Keberhasilan Posyandu berdasarkan: 1) Baik/ kurangnya peran serta

18
masyarakat; 2) Berhasil tidaknya program posyandu.
5. Manfaat Posyandu
Posyandu memberikan manfaat berupa layanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan penyakit diare

a. Kesehatan ibu dan anak

1) Ibu

Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilandan


nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.
2) Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus.
Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit.
3) Penimbangan Balita
Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu. Penimbangan
secara rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi
sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan
yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status
pertumbuhan balita, apabila penyelenggaraan posyandu baik maka
upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan
balita dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari
bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan
anaknya. Kriteria Berat Badan balita di KMS:
a) Berat badan naik :Berat badan bertambah mengikuti salah
satu pita warna, berat badan bertamabah ke pita warna
diatasnya.
b) Berat badan tidak naik :Berat badanya berkurang atau turun,
berat badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi
pindah ke pita warna di bawahnya.
Berat badan dibawah garis merah Merupakan awal tanda balita
gizi buruk Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT
diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.

19
b. Keluarga Berencana

Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi


kondom, pil KB, dan suntik KB
c. Imunisasi

Imunisasi di posyandu balita akan mendapatkan layanan


imunisasi. Macam imunisasi yang diberikan di posyandu adalah :
1) BCG untuk mencegah penyakit TBC.

2) DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan),


tetanus.
3) Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.

4) Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit


kuning).
d. Peningkatan Gizi

Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita,


sangat tepat untuk meningkatkan gizi balita. Peningkatan gizi
balita di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa memberikan
penyuluhantentang ASI, status gizi balita, MPASI, Imunisasi,
Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita

e. Penanggulangan diare

Penyediaan oralit di posyandu. Melakukan rujukan pada penderita


diare yang menunjukan tanda bahaya di Puskesmas.. Memberikan
penyuluhan penggulangan diare oleh kader posyandu.

20
BAB IV
ANALISIS SITUASI

A. Identifikasi Masalah Kesehatan

Setelah melakukan observasi dan wawancara ditemukan beberapa


masalah kesehatan lingkungan. Adapun masalah kesehatan yang ada adalah:
1. Apakah lantai di sekeliling sumur gali tidak kedap air dan lebar kurang
dari 1 meter
Sebagian masyarakat menggunakan air sumur untuk keperluan memasak
dan mencuci, baik dari sumur gali ataupun sumur bor. Pembuatan sumur
bor dinilai lebih mahal daripada sumur gali sehingga lebih banyak sumur
gali dari pada sumur bor. Tetapi, masyarakat yang memakai sumur gali
tidak menggunakan lantai yang kedap air dan lebar lantai kurang dari 1
meter.
2. Sumur tidak memiliki pagar pelindung

Masih banyak masyarakat yang acuh terhadap persyaratan sumur gali


menggunakan pagar pelindung, terbukti dari beberapa masyarakat yang
membangun sumur gali tanpa pagar pelindung. fungsi pagar pelindung
adalah untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam
sumur. Hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran karena bakteri
pada umunya.
3. Sumur sumur gali tidak mempunyai cicin kedap air minimal 3 meter dari
permukaan tanah

Sebagian masyarakat masih tidak menggunakan cincin kedap air dari


permukaan tanah sehingga dapat mengakibatkan pencemaran pada air
dan lingkungan sekitar masyarakat.

21
B. Prioritas Masalah

Prioritas masalah adalah suatu proses yang di lakukan dengan


menggunakan metode tertentu untuk menentukan mana masalah yang paling
penting sampai dengan masalah yang tidak begitu penting. Setelah semua
sudah teridentifikasi dan terkumpul maka di lakukan prioritas masalah
menggunakan teknik matrik. Dalam menentukan prioritas masalah
menggunakan teknik hanlon kuantitatif. Hanlon kuantitatif memiliki beberapa
komponen yaitu:
1. Komponen A : Ukuran/Besarnya Masalah (Magnitude)

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang
kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara
langsung terkena dampak dari masalah tersebut. Ukuran/besarnya
masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik
keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang
berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Nilai maksimal dari
komponen ini adalah 10
2. Komponen B : Tingkat Keseriusan Masalah (Seriousness)

Harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan


tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor
yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Harus berhati-hati
untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu
masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk
dipersamakan di tempat yang lain. dengan sistem scoring dengan score 1
–5
1 : Tidak Penting
2 : Kurang Penting
3 : Cukup Penting
4 : Penting
5 : Sangat Penting

22
Faktor yang dapat digunakan adalah:

a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat


kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap
masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan
b. Tingkat keparahan (keganasan) : tingkat daya tahan hidup, rata-rata
usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur
relatif.
c. Penyebaran atau luasnya masalah: untuk masyarakat (kota/daerah

/Negara), dan untuk masing-masing individu

3. Komponen C : Kemudahan dalam Penanggulangan (Causability)


Komponen ini harus dianggap sebagai Seberapa baikkah masalah ini
dapat diselesaikan. Komponen ini mungkin merupakan komponen
formula yang paling subyektif. Semakin sulit, skor semakin kecil.
Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem
scoring dengan nilai 1 – 5 dimana:
5 = sangat mudah
4 = mudah
3 =cukup mudah

2 = sulit

1 = sangat sulit
Tabel 4.1
Prioritas Masalah

NO DAFTAR I T R JUM Prioritas


MASALAH P S RI DU SB PB PC IxTxR
1 lantai di sekeliling 5 5 4 5 3 5 3 5 5 750 I
sumur gali tidak
kedap air dan lebar
kurang dari 1 meter

23
2 Sumur Tidak 5 5 5 4 3 5 5 4 5 640 II
memiliki pagar
pelindung
3 sumur gali tidak 5 2 3 2 3 2 3 2 3 120 III
mempunyai cicin
kedap air minimal
3 meter dari
permukaan tanah

Dari table diatas diketahui bahwa yang menjadi prioritas masalah adalah lantai
di sekeliling sumur gali tidak kedap air dan lebar kurang dari 1 meter.

1) Penjabaran Masalah

Dalam menganalisis penyebab masalah utama yang ada dalam laporan


praktikum, prioritas masalah dijabarkan oleh penulis dalam 5W 1H yaitu:

a. What : Apa masalah yang harus dipecahkan ?

Masalah yang harus dipecahkan adalah lantai di sekeliling sumur


gali tidak kedap air dan lebar kurang dari 1 meter

b. When : Kapan masalah itu terjadi ?

Masalah ini terjadi sejak masyarakat menggunakan sarana sumur


sebagai sumber air.
c. Where : Dimana masalah itu terjadi ?

Masalah itu terjadi di wilayah kerja puskesmas Kandang


d. Who : Siapa yang terlibat dalam masalah ?

Yang terlibat dalam masalah ini adalah semua masyarakat di


Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan
Muara Dua.
e. Why : Mengapa masalah tersebut bisa terjadi ?

Masalah tersebut terjadi karena masyarakat acuh terhadap


keberadaan lantai kedap air dan lebarnya lantai kurang dari 1
meter.
24
f. How : Bagaimana masalah tersebut bisa terjadi ?

Masalah tersebut terjadi ketika tidak adanya sosialisasi kesehatan


tentang ketersedian lantai kedap air dan lebar lantai pada sumur
gali.
2) Dampak yang ditimbulkan dari masalah utama

Sebagai akibat dari masalah ketersedian lantai kedap air dan lebar
lantai pada sumur sebagai sumber air di setiap rumah warga di Kelurahan
Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua adalah
sebagai berikut: 1) Dapat menimbulkan berbagai penyakit; 2) Membuat
tanah di lingkungan kurang baik; 3) Dapat mencemari sumber air; 4)
Membahayakan kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumi air dari
sumber air yang tercemar karena bakteri.

C. Akar Penyebab
Setelah prioritas masalah ditemukan maka langkah selanjutnya adalah
mencari akar masalah. Akar penyebab menggunakan fishbone dengan
berdasarkan teori Lawrance Bloom.

1. Akar Masalah Menggunakan Fishbone

Pengetahuan
Sikap

Kurangnya pengetahuan
tentang gambaran inspeksi
Kurangnya kesadaran sanitasi pada sumur gali
masyrakat tentang
sanitasi pada sumur gali

Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
akibat sanitasi dan
fasilitas sarana sanitasi
yang kurang baik
Kurangnya koordinasi
pelaksanaan kebersihan

Kurangnya
Masih belum optimal dalam penyuluhan secara
upaya meningkatkan berkala mengenai
kesadaran masyrakat penggunaan 25
sumbur gali
Tenaga kesehatan
Pemerintah

Kurangnya
sosialisasi

26
Untuk lebih jelas mengetahui penyebab dari ketersedian lantai kedap air dan lebar
lantai pada sumur gali yang tidak sesuai dengan persyaratan di rumah warga bisa
dilihat di table dibawah ini:

Tabel 4.2 Penyebab


Masalah

NO Penyebab Masalah Akar Masalah


1 Perilaku  Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai pembuatan lantai kedap air dan
lebar lantai sumur lebih dari 1 meter dan cara
membangun lantai kedap air dan lebar leih
dari 1 meter .
 Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya keberadaan kebersihan lingkungan
disebabkan pencemaran pada air.
2 Lingkungan  Ketua kelurahan yang jarang berperan atau
jarang memberikan motivasi untuk
pengelolaan pada sumur gali khususnya pada
pembuatan lantai di sekeliling sumur dan
lantai kedap air.
 Tidak semua rumah yang tidak sesuai dengan
persyaratan pembuatan sumur gali khususnya
pada pembuatan lantai di sekeliling sumur.
3 Pelayanan Kesehatan  Petugas kesehatan lingkungan jarang
memberikan penyuluhan tentang sanitasi
isnpeksi pada sumur gali khususnya
persyaratan pembuatan sumur gali khususnya
pada pembuatan lantai di sekeliling sumur.
 Petugas kesehatan lingkungan belum optimal
atau tidak kompeten dalam melakukan
sosialisasi kesehatan tentang persyaratan
27
pembuatan sumur gali khususnya pada
pembuatan lantai di sekeliling sumur dan
lantai kedap air

2. Penyebab Menggunakan Teori HL Blumm

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam


pembuatan sumur gali khususnya pada pembuatan lantai di sekeliling sumur
dan lantai kedap air, yaitu:

a. Lingkungan (Environment)

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural


maupun buatan manusia) contohnya sampah, air, udara dan
perumahan, dan sosial kultur (seperti ekonomi, pendidikan, pekerjaan
dll). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini
dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas
lingkungan, contohnya ketersediaan air bersih pada suatu daerah
akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air
dalam kehidupan hari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan
dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat.
Apabila air yang dipakai berasal dari sumber air yang
tercemar kotoran manusia maka kesehatan akan terganggu. Semakin
miskin individu atau masyarakat maka akses untuk mendapatkan
derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Misalnya,
ketika seseorang terkena penyakit akibat mengkonsumsi sumber air
yang tercemar tinja ingin melakukan pengobatan tetapi tidak
mempunyai biaya. Demikian juga dengan tingkat pendidikan
individu atau masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan individu
atau masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan semakin

28
baik. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan
derajat kesehtan masyarakat.
b. Perilaku (Life styles)

Gaya hidup individu atau masyarakat sangat berpengaruh


terhadap derajat kesehatan. Misalnya dalam masyarakat yang
mengalami transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat
modem, akan tetapi perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut
yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya pada
masyarakat tradisional dimana . sarana transportasi masih sangat
minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktifitas,
sehingga individu atau masyarakat senantiasa menggerakkan anggota
tubuhnya (berolahraga).

Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan


lingkungan merupakan perilaku yang dapat memengaruhi derajat
kesehatan. Masyarakat yang tidak memiliki kesadaran akan
kurangnya pengetahuan tentang persyaratan tangki septik yang baik
maka akan berdampak besar pada kesehatan diri. Adanya sikap acuh
mengenai pembuatan tangki septik yang sangat berdekatan dengan
sumber air dapat menyebabkan sumber air tercemar oleh air tinja.
Jika sumber air tersebut dipakai untuk kebutuhan sehari-hari maka
bakteri yang terkandung akan menginfeksi tubuh.
c. Pelayanan Kesehatan (Health Care Sevices)

Pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi derajat kesehatan.


Pelayanan kesehatan disini adalah pelayanan kesehatan paripurna dan
intregatif antara menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan kesehatan, serta
faktor lokasi atau jarak ketempat pelayanan kesehatan, sumber daya
manusia, informasi, kesesuaian program pelayanan kesehatan dengan
kebutuhan masyarakat. Semakin mudah akses individu atau
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan
masyarakat semakin baik.
Kurangnya upaya promotif dan preventif tentang tangki septik
29
yang sesuai dengan persyaratan dan mengenai kapan jamban yang
dipakai bisa disebut jamban sehat dari pihak Puskesmas dapat
memengaruhi perilaku masyarakat dalam membangun jamban dan
tangki septik. Mereka hanya membangun tanpa memerhatikan syarat
yang harus dipenuhi.

D. Prioritas Akar Masalah

Penetapan prioritas akar masalah menggunakan rumus USG. Metode


USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta
kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar.

30
1. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Tabel 4.3
Prioritas Akar Masalah

N Penyebab masalah Kriteria Total


o U S G
1 Kurangnya 4 3 4 11
pengetahunan
masyarakat
2 Kurangnya fasilitas 5 4 4 13
3 Kurangnya sosialisasi 5 3 3 12
4 Belum ada kebijakan 4 4 3 11

Keterangan : berdasarkan skala likert 1-


5 5 = sangat besar
4 = besar

3 = sedang

2 = kecil

1 = sangat kecil

Dari table diatas diketahui bahwa yang menjadi akar masalah adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Jarak tangki septik dengan
sumber air yang sesuai dengan persyaratan

31
E. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah adalah prioritas


suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang
baik yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif
dan kuantitatif serta dirumuskan secara sistematis.

Metode yang akan dijelaskan adalah metode Bryant, dengan


menggunakan skor tertentu pada 5 kriteria yaitu Magnitude, Severity,
Vulnerability, Cost dan Community Concern. Masing-masing kriteria diberi
skor, kemudian skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara
masalah-masalah yang dinilai. Makin besar skor maka makin besar
masalahnya sehingga makin tinggi skala urutan prioritasnya Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam pemberian skor yaitu:

1. Besarnya masalah (magnitude)

2. Derajat keparahan masalah (severity)

3. Ada tidaknya cara penanggulangan yang efektif (vulnerability)

4. Biaya (cost)

5. Kepedulian Masyarakat (Community Concern)

Contoh: Misal, masalah dengan magnitude yang tinggi diberi skor 4


atau 5, bila magnitudenya rendah, diberi nilai 2 atau 1. Demikian halnya
dengan severity, vulnerability, dan public concern. Namun untuk cost, bila
biaya mahal diberi skor rendah. Dengan memakai table, dapat ditetapkan.

Tabel 4.4 Prioritas Alternatif Pemcehan Masalah


Community
No Masalah Magnitude Severity Vulnerability Cost Total
Concern
1 Perilaku 5 5 3 1 2 16
2 Lingkungan 5 5 5 2 2 20
Kurangnya
3 4 3 3 3 3 16
sosialisasi
4 Pelayanan 3 3 3 2 2 13
32
kesehatan

33
BAB V

RENCANA PROGRAM

A. Alternatif Intervensi
Dilihat dari penyebab masalah di bab sebelumnya dapat dilakukan
alternatif penyelesaian masalahnya atau alternatif intervensinya sebagai
berikut:
1. Penyuluhan/edukasi door to door
2. Pembagian pamflet

B. Prioritas Intervensi
Prioritas intervensi diharapkan dapat menetapkan intervensi yang akan
dilakukan dalam menghadapi akar masalah yang didapatkan yaitu kurangnya
pengetahuan. Penetapan prioritas intervensi menggunakan rumus USG.

Tabel 5.1 Prioritas Intervensi Masalah

No Pemecahan Masalah M I V C Total Urutan


1. Penyuluhan/edukasi door 5 4 5 3 33,3 I
to door
3. Pembagian pamflet 4 4 3 3 16 II
Scoring untuk Penyelesaian Masalah yang terjadi :
M : Magnitude of the problems yaitu besarnya masalah
I : Importancy adalah kegawatan masalah
V : Vulnerability yaitu sensitive atau tidaknya penyelesaian masalah
C : prioritas pemecahan masalah
Dengan penilaian :
1 : Tidak Penting
2 : Kurang Penting
3 : Cukup Penting
4 : Penting
5 : Sangat Penting

34
C. Plan Of Action (POA)
Sebelum menyusun Plan of Action (PoA), yaitu dengan memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau
komponen masukan (input), seperti: infformasi, organisme atau mekanisme, teknologi atau cara dan sumber daya manusia (SDM).
(supriyanto, 2007) Rencana usulan kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk matriks (gantt chart) yang berisikan rincian kegiatan,
tujuan, sasaran, target,waktu, besaran kegiatan (volume), dan hasil yang diharapkan. Seperti tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Plan Of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/Sumber Waktu Tempat Penanggun Indikator
g jawab keberhasilan
1 Penyuluhan/ Tujuan Masyarakat Operasional Selama Rumah Tim petugas Masyarakat
edukasi door to umum: Kelurahan Puskesmas PBL II Masyarakat kesehatan sadar akan
door Meningka Kandang, Berlangs dan pentingnya
tkan Kelurahan ung Mahasiswa menggunakan
pengetahuan Kandang PBL II Pagar
masyarakat Mas, dan Pelindung,
tentang Kelurahan Kedap air dan
inspeksi Muara Dua lebar lantai
sanitasi pada lebih dari 1
sumur gali meter, dan
Tujuan Cincin kedap
Khusus: air minimal 3
Terselenggara meter diatas
nya permukaan
penyuluhan tanah
untuk
BAB VI

PELAKSANAAN, MONITORING DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Kegiatan

LEMBARAN KEGIATAN
HARIAN PERORANGAN PENGALAMAN BELAJAR
LAPANGAN (PBL) 2
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

No Tanggal Kegiatan

1. 04-10-2021 Membantu di bagian pelayanan


2. 05-10-2021 Perkenalan lingkungan puskesmas
3. 06-10-2021 Posbindu
4. 07-10-2021 Membantu tim pelayanan
5. 08-10-2021 Vaksin di puskesmas kandang
6. 09-10-2021 Turun lapangan data kesling
7. 11-10-2021 Turun lapangan data kesling
8. 12-10-2021 Vaksin di kecamatan selebar
9. 13-10-2021 Turun lapangan data kesling
10. 14-10-2021 Turun lapangan data kesling
11. 15-10-2021 Posyandu
12. 16-10-2021 Turun lapangan data kesling
13. 18-10-2021 Turun lapangan data kesling
14. 19-10-2021 Membantu tim pelayanan
15. 20-10-2021 Mendata sekolah sehat
16. 21-10-2021 Mendata sekolah sehat
17. 22-10-2021 Mendata sekolah sehat
18. 23-10-2021 Membantu tim pelayanan
19. 25-10-2021 Mendata sekolah sehat
20. 26-10-2021 Turun lapangan data kesling
21. 27-10-2021 Turun lapangan data kesling
22. 28-10-2021 Turun lapangan data kesling
23. 29-10-2021 Turun lapangan data kesling
24. 30-10-2021 Membantu tim pelayanan
25. 31-10-2021 Membantu tim pelayanan
26. 01-11-2021 Turun lapangan data kesling
27. 02-11-2021 Turun lapangan data kesling
36
29. 03-11-2021 Merekap data kesling

30. 04-11-2021 Merekap data kesling

B. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring juga sering disimpulkan sebagai upaya mengumpulkan dan
menganalisis indikator yang telah diseleksi guna membantu manajer atau
pengelola program untuk mengukur apakah aktivitas kunci telah dilaksanakan
seperti direncanakan dan memperoleh efek yang diinginkan pada target
populasi. Monitoring adalah upaya untuk mengikuti perkembangan dari suatu
program yang sedang dilaksanakan dan selanjutnya diupayakan jalan keluar
atau perbaikannya bila terjadi penyde4dzimpangan-penyimpangan. Evaluasi
adalah upaya untuk melihat suatu program terlaksana dengan baik atau tidak ,
selanjutnya diupayakan jalan keluar atau perbaikannya bila terjadi kesalahan.

1. Teknik Monitoring dan Evaluasi

Dalam hubungan dengan pencatatan monitoring rutin, beberapa teknik


dapat diganakan untuk mengumpulkan data untuk kepentingan monitoring
adalah sebagai berikut:

a. Observasi dengan menggunakan cek list.

b. Survey cepat (rapid survey)

c. Wawancara pasca-pelayanan (Exit interviews) terhadap pengguna


pelayanan kesehatan sewaktu mereka selesai dilayani. Umumnya
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

d. Interviews terhadap petugas kesehatan baik terstruktur, tidak terstruktur


(informal) dan FGD.

37
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa mengidentifikasi permasalahan yang ada Kelurahan


Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua
Kecamatan Kampung Melayu yang meliputi pengunaan pagar pelindung,
kedap air dan lebar lantai lebih dari 1 meter, dan cincin kedap air
minimal 3 meter diatas permukaan tanah pada sumur gali sebagai
sumber air yang digunakan masyarakat.
2. Mahasiswa menemukan prioritas masalah yang ada di Kelurahan
Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua
Kecamatan Kampung Melayu yaitu pada sumur gali masih ada yang
tidak menggunakan pagar pelindung, kedap air dan lebar lantai lebih dari
1 meter, dan cincin kedap air minimal 3 meter diatas permukaan tanah
pada sumur.
3. Mahasiswa menganalisis akar penyebab masalah yang terjadi di
Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara
Dua Kecamatan Kampung Melayu yaitu kurangnya pengetahuan tentang
lantai menggunakan kedap air yang memenuhi persyaratan, kurangnya
kesadaran pentingnya keberadaan pagar pelindung, pemerintah kelurahan
kurang memotivasi, petugas kesling tidak melakukan penyuluhan dan
petugas kesling kurang belum optimal atau tidak kompeten dalam
melakukan sosialisasi kesehatan tentang pemanfaatan pagar pelindung
dan penutup sumur.
4. Mahasiswa menemukan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan akar
penyebab masalah yang ada di Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang
Mas, dan Kelurahan Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu yaitu
penyuluhan dan pembagian pamflet
5. Mahasiswa menyusun rencana program intervensi yang akan dilakukan
di Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara
Dua Kecamatan Kampung Melayu.

38
6. Mahasiswa melaksanakan program di Kelurahan Kandang, Kelurahan
Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu.
B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai masukan untuk melakukan intervensi terhadap bahaya pada
sumur gali tidak menggunakan pagar pelindung dan penutup sumur
dengan baik dan tepat.
b. Meningkatkan kerjasama dalam melaksanakan Praktek Belajar
Lapangan
c. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran
d. Mahasiswa harus lebih proaktif dan kreatif dalam melaksanakan
Praktek Belajar Lapangan (PBL-2)
2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Memberikan pembekalan yang lebih matang dan sesuai dengan semestinya


sebelum melaksanakan PBL.
3. Bagi pihak Tempat pengambilan data PBL

a. Warga Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan


Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu menjaga kesehatan
lingkungan tempat tinggal

b. Warga Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan


Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu membuat pagar pelindung,
kedap air dan lebar lantai lebih dari 1 meter, dan cincin kedap air
minimal 3 meter diatas permukaan tanah pada sumur

c. Ketua Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan


Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu memberikan informasi
kepada warga setempat mengenai penggunaan pagar pelindung kedap
air dan lebar lantai lebih dari 1 meter, dan cincin kedap air minimal 3
meter diatas permukaan tanah pada sumur.

39
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta:


EGC
Angela S.2011. Gambaran kondisi fisik sumur gali di tinjau dari aspek kesehatan
lingkungan dan perilaku pengguna sumur gali di Kelurahan Sumompo
Kecamatan Tuminting Kota Manado Vol. 1, No. 1, Januari 2012. Jurnal
KESMAS Universitas Sam Ratulangi. Manado
Winni T. 2012. Analisis Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di
Sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah dari Daur
Ulang Aki Bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang. Jurnal FKM Universitas Sumatera Utara. Medan

Dinas Kesehatan. 2017. Profil Kesehatan Kota Bengkulu. Dinkes Kota Bengkulu

Kurniawan, B. 2006. Skripsi : Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah


Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Galuga
Cibungbulang Bogor). Bogor. IPB

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 193

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 04


Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Berita Negara Tepublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 279

Pinontoan, O.R & Sumampouw, O.J. 2019. Dasar Kesehatan


Lingkungan.
Yogyakarta: Deepublish

Sekretariat Nasional STBM. 2015. Panduan Penggunaan Sistem Monitoring


STBM. Jakarta
40
Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Kependidikan Dalam
Keperawatan.
Jakarta: EGC\
Supriyanto, Stefanus dan Damayanti, Nyoman Anita. 2007. Perencanaan dan
evaluasi. Surabaya: Airlangga University Press.

Soeparman, H.M & Suoarmain. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cari:
Suatu Pengantar. Jakarta: EGC

Triwibowo, Cecep & Pusphandani, M.E. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan
Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Keperawatan & Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika
WSP-EAP. 2009, Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific
Permen ESDM No 31 Tahun 2018. Tentang pedoman penetapan zona
konservasi air tanah peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Mineral Republic Indonesia No 31 Ahun 2018

41
LAMPIRAN KEGIATAN

42

Anda mungkin juga menyukai