Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran berbuhubungan erat dengan kemampuan, kemampuan

penalaran merupakan salah satu dari sekian banyak yang sering kita hadapi

dalam proses belajar-mengajar. Era sekarang, peserta didik di tuntut untuk

belajar lebih dan tenaga pendidik hanyalah sebagai mentor atau

pendamping. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 1 yang

berbunyi:“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”

Salah satu upaya untuk peningkatan mutu pendidikan yaitu dengan

cara memperbaikan proses pembelajaran. Dalam memperbaiki proses belajar

mengajar Pendidik sebagai personil yang menduduki posisi strategis dalam

rangka pengembangan sumber daya manusia, di tuntut untuk lebih kreatif dan

terus mengikuti tumbuh kembangnya peserta didik. Pendidikan di era

1
sekarang peserta didik di tuntut untuk lebih berperan aktif, dan memiliki pola

pikir atau nalaria yang cepat dan kreatif.

Dalam pembelajaran di sekolah kemampuan peserta didik sangat di

perhatikan diantaranya adalah kemampuan penalaran. Kemampuan adalah

suatu potensi dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan akan diasahkan

agar berkembang. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan penalaran yang

matematis, terutama yang menyangkut aktivitas belajar matematika, ini

perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika

dikelas. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu

kesimpulan yang berupa pengetahuan dan juga merupakan suatu proses

menemukan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria

masing-masing.

Penalaran merupakan proses yang “dialektis” artinya bahwa selama

kita bernalar atau berpikir, pemikiran kita selalu ada pertayaan maka

jawaban juga perlu dibahas. Ada tiga proses yang harus dilalui dalam

bernalar, yaitu membentuk pengertian, pendapat, dan kesimpulan. Dengan

demikian ketika kita bernalar maka fokus dan tujuan dari pernyataan harus

atau segera dibahas dalam bentuk suatu hasil atau jawaban yang benar dalam

hal Peningkatan dan pengembangan mutu pembelajaran peserta didik.

matematika merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan pada tiap jenjang

pendidikan. Hal ini dilakukan mengingat dengan tuntutan dunia yang

semakin kompleks yang mengharuskan peserta didik memiliki kemampuan

2
kritis, matematis, sistematis,logis, kreatif, bernalar dan kemauan kerja sama

yang efektif. Rendahnya kualitas hasil belajar peserta didik dalam pelajaran

matematika merupakan indikasi bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai

dengan baik.

Tidak dipungkiri bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat

penting, Hal ini di isyaratkan oleh pemerintah bahwa matematika menjadi

pelajaran wajib di sekolah, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan

tinggi. Matematika sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu

pelajaran yang diajarkan di sekolah, bertujuan untuk

membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi

perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu

berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,

rasional dan kritis. Pembelajaran matematika sekolah diajarkan juga

bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan

matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di

sekolah lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar pembentuk sikap, serta

keterampilan dalam penerapan matematika. Tetapi kenyataan yang terjadi

sekarang ini, masih banyak orang yang memandang matematika sebagai

suatu mata pelajaran yang sangat membosankan dan menyeramkan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudarman bahwa sampai dewasa ini

sebagian siswa masih mempunyai kesan negatif terhadap matematika,

3
misalnya: matematika sebagai momok (Yaniawati, 2007), matematika

menakutkan (Sulaepin, 2006; Lasedu, 2006), matematika sulit dan

membosankan (Becker & Schneider, 2006), matematika tidak

menyenangkan (Zainuri, 2007), matematika merupakan ilmu yang kering,

melulu teoritis dan hanya berisi rumus-rumus, seolah-olah berada ”di luar”

mengawang jauh dan tidak bersinggungan dengan realitas siswa(Sriyanto,

2007). Kenyataan-kenyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil

penelitian Eva yang mengatakan secara umum siswa menganggap bahwa

matematika ilmu yang sulit dan menakutkan. Padahal jika siswa memiliki

kesan negatif terhadap pelajaran matematika, tentu hal ini akan berpengaruh

dalam proses dan hasil belajarnya. Menurut Sriyanto terdapat beberapa

alasan yang sering disampaikan berkaitan dengan ketakutan siswa dalam

mempelajari matematika, antara lain adalah karena matematika berbentuk

teori dan abstrak, banyak rumus, isinya cuma hitung-hitungan, pengaruh

persepsi umum, adanya guru yang kiler, matematika hanya untuk anak

pandai, anak yang mampu bersaing. Senada dengan Sriyanto, Tatang

Herman menjelaskan alasan siswa merasa matematika sulit dan menakutkan

adalah: Pertama matematika adalah jalinan konsep-konsep saling terkait

antara yang satu dengan yang lainnya. Karena adanya koneksi antar konsep

ini, maka konsep-konsep yang telah dipelajari akan menjadi prior

knowledge untuk konsep lain yang akan dipelajri. Dengan demikian, dalam

belajar matematika siswa dipastikan mengalami kesulitan apabila ia tidak

4
menguasai pengetahuan prasyarat. Kedua; matematika adalah pelajaran

yang abstrak, kita tahu bahwa untuk memahami suatu yang abstrak bukan

pekerjaan gampang bagi kebanyakan siswa, ketiga; belajar matematika

lebih menuntut pemahaman yang jauh lebih sukar dikuasai siswa daripada

mengingat atau mengerjakan kegiatan algoritmis. Apabila penguasaan

matematika siswa sangat rendah, artinya begitubanyak bagian matematika

yang tidak dipahami oleh siswa, maka matematika akan menjadi pelajaran

yang tidak disenangi bahkan menimbulkan kecemasan dalam belajar

matematika. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam mempelajari

matematika, antara lain kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu,

kesiapan guru, kesiapan siswa, kurikulum, dan metode penyajiaannya,

Faktor yang tak kalah pentingnya adalah faktor jenis kelamin siswa

(gender).

Perbedaan gender tentu menyebabkan perbedaan fisiologi dan

memengaruhi perbedaan psikologis 15 marwah Vol. XII No. 1 Juni Th.

2013 dalam belajar. Sehingga Siswa laki-laki dan perempuan tentu

memiliki banyak perbedaan dalam mempelajari matematika.

Menurut Susento perbedaan gender bukan hanya berakibat pada

perbedaan kemampuan dalam matematika, tetapi cara memperoleh

pengetahuan matematika. Keitel menyatakan “Gender, social, and cultural

dimensions are very powerfully interacting in conceptualization of

mathematics education.”. Berdasarkan pendapat Keitel bahwa gender,

5
sosial dan budaya berpengaruh pada pembelajaran matematika. Brandon

menyatakan bahwa perbedaan gender berpengaruh dalam pembelajaran

matematika terjadi selama usia Sekolah Dasar. Yoenanto dalam Nawangsari

menjelaskan bahwa siswa pria lebih tertarik dalam pelajaran matematika

dibandingkan dengan siswa wanita, sehingga siswa wanita lebih mudah

cemas dalam menghadapi matematika dibandingkan dengan siswa pria.

Oleh karena itu aspek gender perlu menjadi perhatian khusus dalam

pembelajaran matematika, Dengan kata lain perubahan proses pembelajaran

matematika yang menyenangkan memperhatikan aspek perbedaan jenis

kelamin sehingga siswa laki-laki dan perempuan tidak lagi takut atau cemas

dalam pelajaran matematika.

Penulis menyimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika

merupakan potensi diri yang diasah melalui kegiatan proses berpikir dalam

menghubungkan masalah serta ide pokok atau gagasan sehingga dapat

memperoleh sebuah strategi yang akan di gunakan dalam mengatasi masalah

yang berhubungan dengan pembelajaran matematika yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian materi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan kajian dengan judul “KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIKA SISWA BERDARASARKAN PERBEDAAN

GENDER”

6
B. Rumusan Masalah

Bersarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana mengukur kemampuan penalaran matematika siswa

berdasarkan perbedaan Gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat

kelas VII SMP St. Yosep naikoten kupang tahun ajaran 2020/2021?

2. Bagaimana cara mengetahui kemampuan penalaran matematika siswa

berdasarkan perbedaan Gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat

kelas VII SMP St. Yosep Naikoten kupang Tahun ajaran 2020/2021?

3. Adakah pengaruh kemampuan penalaran matematika siswa berdasarkan

perbedaan Gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat kelas VII SMP

St. Yosep Naikoten Kupang Tahun ajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian

Bersarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tentang kemampuan penalaran matematika siswa

berdasarkan perbedaan gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat

kelas VII SMP St. Yosep Naikoten Kupang tahun ajaran 2020/2021.

2. Mengetahui adakah, kemampuan penalaran matematika siswa

berdasarkan perbedaan gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat

kelas VII SMP St. Yosep Naikoten kupang tahun ajaran 2020/2021.

7
3. Mengetahui pengaruh kemampuan penalaran matematika siswa

berdasarkan perbedaan gender pada sub pokok bahasan bilangan bulat

kelas VII SMP St. Yosep Naikoten kupang tahun ajaran 2020/2021.

D. Batasan Itilah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah dalam tulisan ini,

maka penulisan memberikan batasan-batasan istilah yang ada dalam tulisan

ini sebagai berikut:

1. Kemampuan adalah suatu potensi dari dalam diri yang di bawa sejak lahir

dan akan di asahkan agar berkembang.

2. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan

yang berupa pengetahuan.

3. Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan

perubahan.

4. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini yakni:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan eveluasi diri dalam aktifitas belajar

mengajar.

2. Bagi guru matematika, sebagai pendorong untuk terciptanya persatuan

dalam kegiatan belajar matematika di sekolah.

3. Bagi siswa, sebagai alternatif strategi belajar yang bukan hanya

ditunjukan perbedaan, namun juga tetap memegang teguh persatuan

8
dalam pembelajaran matematika di sekolah maupun di luar lingkungan

sekolah.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Bernalar

1. Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,

kecakapan, kekuatan.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553.

Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy

A.Judge, 2009: 57). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kemampuan adalah kesanggupan seorang individu dalam menguasai

suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan.

Menurut, Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57-61)

menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya

terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :

a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan

yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental

(berfikir, menalar dan memecahkan masalah).

10
b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan,

dan karakteristik serupa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri.

2. Bernalar

Istilah penalaran sebagai terjemahan dari reasoning. Penalaran

merupakan suatu rangkaian proses untuk mencari keterangan dasar yang

merupakan kelanjutan dari keterangan lain yang diketahui terlebih dahulu.

Keterangan baru inilah yang dinamakan kesimpulan. Nalar (Reason) adalah

salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih

dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Penalaran ilmiah

menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan logika induktif penalaran

merupakan salah satu cara berpikir tetapi bukan setiap pemikiran merupakan

penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. penalaran memiliki arti

yang berbeda-beda menurut para ahli,

seperti yang dikemukakan oleh R. G. Sukadijo bahwa penalaran adalah

suatu bentuk pemikiran. Keraf berpendapat penalaran adalah proses berpikir

yang berusaha menghubungkan fakta atau evidensi yang diketahui menuju

suatu kesimpulan. Penalaran juga merupakan konsep yang paling umum

11
menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu

kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah

diketahui. Pernyataan itu terdiri atas pengertian-pengertian sebagai unsurnya

yang antara pengertian satu dengan yang lain hingga ada batas-batas tertentu

untuk menghindarkan kekaburan arti.

Copi menjelaskan penalaran sebagai “Reasoning is a special kind of

thinking in which inference takes place, in which conclusions are drawn from

promises”. Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan kegiatan,

proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat

suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar

ataupun yang dianggap benar.

Suherman dan Winataputra berpendapat bahwa penalaran adalah proses

berfikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik kesimpulan.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada pengamatan

data-data yang ada sebelumnya dan telah diuji kebenaranya.

B. penalaran Matematis

1. Pengertian Matematika

Istilah mathematics (inggris), mathematik (jerman), Mathematique

(perancis), Matematico (italia), Matematiceski (rusia),

ataumathematick/wiskuende (Belanda), berasal dari bahasa latin

Mathematica, yang mulanya diambil dari bahasa Yunani, Mathematike, yang

berarti “relating to learning” perkataan ini mempunyai akar Mathema yang

12
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science), perkataan mathematike.

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan

etimologis menurut Elea Tinggih perkataan matematika berarti “ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Hal ini dimaksudkan bukan

berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam

matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran).

Terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

proses, dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari

pengalaman manusia dan diproses dalam dunia rasio, sehingga membentuk

suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep

matematika yang telah terbentuk itu dapat dipahami oleh orang lain dan

Dapat dengan mudah di manipulasi secara tepat, agar nalaria sebagai fondasi

dasar pikiran hingga digunakan notasi (simbolisasi), dan istilah yang cermat

yang disepakati bersama secara global yang dikenal dengan bahasa

matematika.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia matematika di definisikan

Sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesain masalah mengenai bilangan.

Menurut Sujono matematika diartikan sebagai cabang ilmu

pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu,

matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan

13
masalah yang berhubungan dengan bilangan Menurut Ruseffendi dalam

Heruman matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak

menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang polaketeraturan, dan

struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan,

keunsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya kedalil.

Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek

tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya,

simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu

memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi

menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk

membentuk suatu konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman

terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya

tersusun secara hierarkis. Simbolisasi itu akan berarti jika Simbol itu

dilandasi suatu ide. Jadi, kita harus memahami ide yang terkandung dalam

simbol tersebut. Dengan kata lain, ide harus dipahami terlebih dahulu

sebelum ide tersebut disimpulkan. Secara singkat, dikatakan bahwa

matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan penalaran.

2. Penalaran matematika

Istilah penalaran matematik dalam beberapa literatur disebut dengan

mathematical reasoning. Brodie menyatakan bahwa, “Mathematical

14
reasoning is reasoning about and with the object of mathematics.”

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran matematik adalah

penalaran mengenai dan dengan objek matematika. Gardner mengungkapkan

bahwa penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis,

menggeneralisasi, mensintesis, mengintegrasikan, memberikan alasan yang

tepat dan menyelesaikan masalah tidak rutin. Penalaran merupakan lima

proses yang saling terkait dari aktivitas berpikir matematik yang

dikategorikan sebagai sense-making, conjecturing, convincing, reflecting,

dan generalising”. Sense-making terkait erat dengan kemampuan

membangun skema permasalahan dan merepresentasikan pengetahuan yang

dimiliki. Ketika memahami situasi matematik kemudian mencoba

dikomunikasikan kedalam simbol atau bahasa matematik maka pada saat itu

juga terjadi proses sense-making melalui proses adaptasi dan pengaitan

informasi yang baru diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya sehingga

membentuk suatu informasi baru yang saling berhubungan dalam struktur

pengetahuannya. Proses pemaknaan akan tepat tergantung pada prior

experience dan kualitas prior knowledge (conceptual framework) siswa.

Conjecturing berarti aktivitas memprediksi suatu kesimpulan, dan teori yang

didasarkan pada fakta yang belum lengkap dan produk dari proses

conjecturing adalah strategi penyelesaian. Berargumentasi, dan

berkomunikasi matematis merupakan proses kognitif yang memungkinkan

siswa untuk dapat melakukan proses ini. Convincing berarti melakukan atau

15
mengimplementasikan strategi penyelesaian yang didasarkan pada kedua

proses sebelumnya. Reflecting berupa aktivitas mengevaluasi kembali ketiga

proses yang sudah dilakukan dengan melihat kembali keterkaitannya dengan

teori-teori yang dianggap relevan. Kesimpulan akhir yang diperoleh dari

keseluruhan proses kemudian diidentifikasi dan digeneralisasi dalam suatu

proses yang disebut generalising. Menurut Gardner (dalam Eka Lestari,

2015: 82) mengungkapkan, bahwa penalaran matematis adalah kemampuan

menganalisis, menggeneralisasi, mensintesis/mengintegrasikan, memberikan

alasan yang tepat dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Killpatrick et

al. (dalam Dyah: 2018), mendefinisikan penalaran sebagai konsep

kemampuan matematika yang membutuhkan lima alur saling terkait dan

saling, mempengaruhi-pemahaman konseptual, yang mencakup pemahaman

konsep, operasi, dan hubungan matematis, kelancaran procedural,

melibatkan keterampilan dalam menjalankan procedural secara feksibel,

akrat, efisien, dan tepat.

Menurut Gardner, et al., (2006) mengungkapkan bahwa, penalaran

matematika adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisasi,

mensintensis/mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan

menyelesaikan masalah tidak rutin.

a. Indikator kemampuan penalaran matematis menurut sumarmo (2004),

yaitu:

1) Menarik kesimpulan logis

16
2) Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan

hubungan.

3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi.

4) Menyusun dan menguji konjektur.

5) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi atau

membuat analogi dan generalisasi.

6) Membuat counter example (kontra contoh).

7) Mengikuti aturan inferensi dan memeriksa validitas argumen.

8) Menyusun argumen yang valid.

9) Menyusun pembuktian langsung, tidak langsung, dan menggunakan

induksi matematika.

b. Kemampuan Pernalaran siswa

Penetapan kemampuan penalaran sebagai tujuan dan visi

pembelajaran matematika merupakan sebuah bukti bahwa kemampuan

penalaran sangat penting untuk dimiliki siswa. Hal ini diperkuat oleh

pendapat Shadiq (2004) yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran

siswa sangat dibutuhkan oleh siswa dalam belajar matematika, karena

pola berpikir yang dikembangkan dalam matematika sangat

membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan

kreatif.

Wahyudin (2008) menyatakan bahwa kemampuan penalaran

sangat penting untuk memahami matematika. Sumarmo (2013)

17
mengatakan bahwa “kemampuan penalaran siswa sangat penting dalam

pemahaman matematis, mengeksplor ide, memperkirakan solusi, dan

menerapkan ekspresi matematis dalam konteks matematis yang relevan,

serta memahami bahwa matematika itu bermakna”.

C. Perbedaan Gender

Disadari bahwa isu gender merupakan isu baru bagi masyarakat,

sehingga menimbulkan berbagi tafsiran dan respons yang tidak proposional

tentang gender. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah bermacam-

macamnya tafsiran tentang pengertian gender. Istilah gender menurut Oakley

(1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan

kodrat Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987) menegaskan bahwa gender

merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan selain dari

struktur biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses social dan

cultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan

perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing (Zainuddin,

2006:1). H.T. Wilson mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk

menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan

dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan

perempuan. Elaine Showalter menyebutkan bahwa gender lebih dari sekedar

pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya.

Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat

sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal.Perbedaan biologis ini

18
memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut

memiliki peran dan tugas yang berbeda.Manusia, baik perempuan maupun laki-

laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing.Dalam

kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour), begitu pula dalam

kehidupan keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandani oleh

dua nakhoda. Talcott Persons dan Bales (1979) berpendapat bahwa keluarga

adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan isteri

untuk saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Keharmonisan

hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang

serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui

pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga.

D. Indikator

Tabel 1.1

Jenis presatasi, indikator, dan evaluasi presatasi

Ranah/jenis prestasi Indikator Evaluasi

presatasi

a. Ranah cipta 1) Dapat menunjukkan 1) Tes lisan

(kognitif) 2) Dapat membandingakan 2) Tes tertulis

1. Pengamatan 3) Dapat menghubungkan 3) Observasi

2. Ingatan 1) Dapat menyebutkan 1) Tes lisan

19
2) Dapat menunjukkan 2) Tes tertulis

kembali 3) Observasi

3. pemahaman 1) Dapat menjelaskan 1) Tes tertulis

2) Dapat mendefenisikan 2) observasi

dengan lisan

4. Penerapan 1) Dapat memberikan contoh 1) Tes tertulis

2) Dapat menggunakan secara 2) Observasi

tepat

5. Analisis 1) Dapat menguraikan 1) Tes tertulis

(pemeriksaan dana 2) Dapat mengklarifikasi 2) Tes lisan

penilaian secara

teliti berdasarkan

perbedaan gender)

6. Sintesis (membuat 1) Dapat menghubungkan 1) Tes tertulis

panduan baru dan meteri sehingga menjadi

utuh) kesatuan baru

2) Dapat menyimpulkan 2) Pemberian

20
3) Dapat tugas

menggeneralisasikan(mem

buat prinsip umum)

b. Ranah rasa 1) Menunjukan sikap 1) Tes lisan

(efektif) menerima

2) Menunjukan sikap menolak 2) Tes tertulis

3) Observasi

1. Penerimaan

2. Sambutan 1) Kesediaan 1) Tes skala

berpartisipasi/terlibat sikap

3. Apreasi/ sikap 1) Menganggap bermanfaat 1) Tes skala

menghargai sikap

4. Internalisasi 1) Mengakui dan meyakini 1) Tes skala

(pendalaman) sikap

2) Mengingkari 2) Pemberian

tugas

ekspresif,

proyektif

5. Karakterisasi 1) Melembagakan atau 1) Pemberian

(penghayatan) meniadakan tugas

21
2) Menjelmakan dalam pribadi 2) Pemberian

dan prilaku sehari-hari tugas

ekspresif,

proyektif

6. Ranah karsa Kecakapan 1) Observasi

(psikomotor) mengkoordinasikan 2) Tes

1. keterampilan gerakan mata, tangan, tindakan

bertindak kaki, dan anggota

tubuh lainnya

2. Kecakapan 1) Melafalkan atau 1) Tes lisan

ekspresi verbal mengucapkan

dan non verbal 2) Kecakapan membuat mimik 2) Obsevasi

dan gerak jasmani 3) Tes

tindakan

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

dengan cara melakukan observasi peroses belajar siswa dan aktifitas siswa di

kelas, memberikan angket kepada siswa dan melakukan wawancara serta

melakukan melakukan tes tertulis dan tes secara lisan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII, SMP St. Yosep Naikoten

kupang, yang terdiri dari satu orang siswa laki-laki dan satu orang siswa

perempuan yang di kategorikan memiliki presepsi positif tinggi dan memiliki

kemampuan matematika relatif tinggi. Penelitian ini juga di rencanakan pada

semester genap tahun ajaran 2020/2021.

C. Objek Penelitian

Objek yang menjadi penelitian adalah kemampuan bernalar matematika

siswa berdasarkan perbedaan gender penelitian ini juga merupakan sekumpulan

perangkat yang digunakan oleh peneliti, guna memperoleh dan mengumpulkan

data. Adapun objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Instrumen utama

23
Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti bertindak sebagai

instrumen utama karena peneliti yang mengumpulkan, menganalisis dan

menginterpretasikan data.

2. Instrumen pendukung

a. Tes

Dalam kegiatan ini, peneliti menyiapkan 2 soal yang akan dikerjakan oleh

kedua subjek penelitian. Soal tersebut berbentuk soal uraian. Subjek

penelitian mengerjakan dengan memperhatikan langkah-langkah dalam

mengerjakan soal matematika. Hasil pekerjaan tersebut akan dianalisis oleh

peneliti.

b. Instrumen Angket Persepsi Matematika

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pendukung yaitu : instrumen

angket persepsi matematika untuk mengetahui persepsi yang dimiliki oleh

siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui persepsi matematika

siswa yaitu, berupa angket yang terdiri dari beberapa pernyataan yang akan

dibagikan kepada siswa.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dari siswa. Peneliti melakukan wawancara

terhadap dua subjek yang sudah dipilih. Subjek diberi pertanyaan yang

24
telah disiapkan peneliti untuk digali informasi mengenai proses penalaran

siswa dalam menganalisis soal tes materi bilangan yang diujikan.

D. Bentuk Data

Bentuk data yang disajikan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif berupa hasil tes secara tertulis, dan data kualitatif berupa hasil tes

secara lisan atau wawancara

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi proses

pembelajaran dan aktifitas siswa di kelas, penyebaran angket diahkir

pembelajaran serta melakukan tes tertulis dan tes secara lisan. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini juga berupa:

1. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran di dalamnya terdapat berbagai

pertanyaan-pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau

dijawab oleh responden. Sedangkan tes sebagai alat penilaian adalah

pertayaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban

dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tertulis (tes tertulis),

atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan

tes secara lisan sedangkan bentuk tesnya berupa kemampuan bernalar pada

tes Essay (uraian). Dalam tes uraian dituntut kemampuan siswa dalam hal

mengekspresikan gagasannya melalui bernalar yang di tuangkan melalui

25
bahasa tulisan, tes ini berupa tesuraian yang berjumlah 2 soal. Soal yang

diberikan kepada kedua subjek adalah sama. Soal yang digunakan adalah

soal yang memacu siswa bernalar matematika berdasarkan perbedaan

gender mengenai materi bilangan.

2. Angket Persepsi Matematika

Instrumen angket dalam penelitian ini adalah angket persepsi siswa

yang terdiri dari 10 item pertanyaan, 5 item pertanyaan positf dan 3 item

pertanyaan negatif dan setiap item mempunyai skor 5. Dari hasil analisis

angket maka diperoleh data yang digunakan untuk mengelompokkan siswa

berdasarkan persepsi yang dimilki. Data ini dijadikan salah satu dasar

untuk memilih subjek selanjutnya akan diberikan instrumen berikutnya.

3. Wawancara

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara untuk memperoleh data

yang valid. Wawancara tidak hanya untuk memverifikasi data hasil tes

tertulis, tetapi juga untuk mendapatkan informasi baru yang mungkin tidak

diperoleh disaat tes tertulis berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman Sugiyono (2013), mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data terdiri dari tiga alur,

yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

26
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dalam proses penelitian didapatkan banyak data dari

lapangan, sehingga diperlukan reduksi data untuk memilih data yang

penting, seseuai tema dan merangkum data tersebut untuk mendapatkan data

yang sesuai denga tujuan peneliti.

Tahapan reduksi data dalam penelitian ini adalah:

a Mengoreksi hasil tes yang dikerjakan siswa

b Hasil pekerjaan siswa berupa data mentah ditransformasikan pada

catatan sebagai bahan untuk wawancara.

c Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik

kemudian ditransformasikan kedalam catatan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat

dilakuakan dalam bentuk tabel, grafik pictogram dan sejenisnya. Melalui

penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersususn dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data

merupakan kumpulan data atau informasi yang memungkinkan penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian ata dalam penelitian ini meliputi:

a Penyajian tes pengerjaan siswa

b Penyajian tes wawancara siswa

27
Dari hasil penyajian data dilakukan analisis kemudian disimpulkan

berupa data temuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

G. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap penelitian berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pekerjaan siswa dengan hasil wawancara pada masing-masing sumber data.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bagaimana profil kemampuan bernalar

matematika siswa berdasarkan perbedaan gender pada materi bilangan.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan kegiatan yang dilakukan selama proses

penelitian berlangsung. Secara garis besar, penelitian dilakukan melalui tiga tahap

yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap

penyelesaian.

I. Pengujian Keabsahan Data

Keabsahan data atau kebenaran data merupakan hal yang penting dalam

28
penelitian. Oleh karena itu, untuk bisa memperoleh data yang valid maka penulis

melakukan triangulasi.

Triangulasi adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menjaga

keobjektifan dan keabsahan data dengan cara membandingkan informasi data

yang diperoleh dari beberapa sumber waktu, teknik pengumpulan data sehingga

data yang diperoleh merupakan data yang abash. Triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu. Dalam hal ini, peneliti memberikan

tes secara lisan maupun tertulis dan pemberian tugas ke subjek penelitian. Bentuk

soal tersebut memiliki tujuan yang sama, tetapi pelaksanaanya pada waktu yang

berbeda. Hari pertama dilaksanakan terlebih dahulu kemudaian dilanjutkan

dengan hari ke dua dan dilanjutkan penugasan yang berbeda lalu

membandingkan data yang diperoleh dari subjek penelitian tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai