Anda di halaman 1dari 20

BAHASA INDONESIA 2

PENALARAN INDUKTIF

Nama : Suci May Iswandhari


Npm : 16119170
Kelas : 3KA22

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI


JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan terima kasih kepada kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karuniannya sehingga terwujudnya makalah berjudul "Penalaran
Deduktif dan Induktif". Makalah ini dibuat untuk menambah kazanah ilmu
pengetahuan sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan dosen
pengajar Habib Wakidatul Ihtiyar. Serta bentuk tanggungjawab kami terhadap
kedua orang tua, kakak yang selalu mendukung kami. Saya ucapkan terima kasih
kepada dosen pengajar yang selalu membimbing dan memberikan arahan serta ilmu
yang telah beliau sampaikan. Terima kasih juga kepada pihak- pihak yang
mendukung pembuatan makalah yang sederhana ini.

Makalah ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan penalaran atau


logika deduktif dan induktif. Sesuai perolehan materi yang akan penulis
sampaikan ke dalam ruang kelas untuk itu makalah ini dibuat untuk bahan materi
yang akan penulis jabarkan ke dalam kelas mengajar.

Penulis memperhatikan pentingnya penalaran dalam membuat sebuah


simpulan. Dari hal-hal umum menjadi lebih khusus atau sebaliknya, membuat
sebuah kesimpulan dari premis-premis, peryataan-peryataan, dan sebab-akibat.
Harapan dari penulis pembaca dapat mampu berfikir objektif sesuai perolehan data
yang didapat setelah melakukan penelitian ilmiah . Keobjektivitasan seseorang
dalam menilai sesuatu mampu memberikan data secara benar dengan penyusunan
kata-kata sesuai EYD. Untuk itu pentingnya memahami materi ini ketika duduk
dibangku perkuliahan khususnya jenjamg strata S1 dalam pembuatan karya
ilmiah yaitu skripsi.

Tugas makalah ini dibuat dengan penuh rasa tanggungjawab, perolehan


data diambil dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
validitasinya. Diharapkan. pembaca dapat berfikir lebih dalam lagi dalam
menyimpulkan atau mengeneralisasikan sesuatu berdasarkan hipotesa-hipotesa
ilmiah, rangkaian hubungan dalam bahasan masalah fakta yang diperoleh dengan

ii
teori-teori membutuhkan cara yang dapat dilakukan salah satunya dengaan
deduktif dan induktif atau penggabungan dari keduannya.

Kami mengucapkan mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam


penbuatan makalah ini, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik membangun
demi terciptannya kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
bermafaat.

Tulungagung, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................. .................... 3
2.1 Pengertian Penalaran........................................................ ....... 3
2.2 Jenis Penalaran Induktif........................................................... 4
2.3 Pengertian Penalaran Deduktif ................................................ 6
2.4 Kesalahan Bernalar.................................................................. 7
BAB III PENUTUP……………………………………………….. 8
3.1 Kesimpulan............................................................................. 8
3.2 Saran ...................................................................................... 8
DAFTAR PUTAKA........................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar masih sulit
untuk diterapkan. Terlebih lagi dalam penyusunan karya ilmiah berupa
penggunaan EYD. Penggunaan kata dalam karya ilmiah menetukan apakah
pembaca dapat memahami maksud atau sudut pandang penulis. Sehingga
setiap pemilihan kata (diksi) akan sangat mempengaruhi pola bahasa yang
digunakan. Paragraf tidak hanya sebuah kumpulan kalimat tetapi didalam
paragraf tersebut memiliki pola ketatabahasaan kalimat deduktif atau kalimat
induktif.
Sering kali mahasiswa kesulitan dalam menulis karya ilmiah. Keterbatasan
kemampuan menulis karya ilmiah membuat mahasiswa sering kali mengkopi
karya milik orang lain. Dengan demikian pengetahuaan ketatabahasaan sangat
diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa adalah sarana
bernalar.Bagaimana seseorang berbahasa,termasuk menulis,akan
mencerminkan pula bagaimana orang itu menata jalan pikirannya
(Akhadiah 2001). Karena bahasa sangat penting maka dari itu pembahasan kali
ini memuat tentang permasalahan menentukan logika deduktif dan induktif,
seseorang dapat membedakan kedua jenis logika ini menentukan alur pemikiran
penulisnya. Mengetahui perbedaan kedua logika ini agar penulis juga lebih
objektif terhadap fenomena yang ada dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan
nalar bukan hanya deskrip karangan semata tetapi karangan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Kajian ini sangat berarti untuk para mahasiswa yang akan membuat
karya ilmiah seperti makalah, skripsi, jurnal ilmiah dll. Kemampuan dalam
menalar informasi dan pengolahan kalimat memudahkan mahasiswa menulis
karya ilmiah sesuai prosedur ketatabahasaan yang berlaku di Indonesia.
Logika yang demikian rumit perlu dikelola dengan bahasa yang baik, lugas,
dan jelas. Tidak membuat keambiguan pembaca, mudah dicerna oleh akal
sehat manusia. Maka dari itu pembuatan karya ilmiah dirasa masih sangat sulit
dilakukan mahasiswa terlebih lagi di zaman yang serba instan ini membuat

1
mahasiswa malas menulis karangan yang membutuhkan kemampuan bernalar
ilmiah tinggi.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang maksud dari penalaran ?
1.2.2 Jenis-jenis penalaran selain deduktif dan induktif?
1.2.3 Seperti apa penalaran deduktif itu?
1.2.4 Apakah semua penalaran dikatakan ilmiah?
1.2.5 Contoh dari penalaran deduktif dan induktif yang benar seperti apa?
1.2.6 Adakah salah penalaran, jika ada tolong sebutkan kesalaahan dalam
bernalar?

1.3 Tujuan Kajian


Sebagai ilmu pengetahuan dalam kajian pembuatan paragraf sesuai kaidah dan
aturan yang berlaku. Mahasiswa dapat memahami apa yang akan ditulis
sebagai karya ilmiah dengan melakukan analisa data dan pemilihan kata yang
tepat sebagai bahan kajian yang berkualitas demi meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Serta makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENALARAN

Bahasa dan pemikiran tidak dapat dipisahkan dari hasil bernalar seseorang.
Penggunaan bahasa diyakini dapat memanisfestasikan pemikiran abstrak kita yang
3
dapat tertuang dalam karya ilmiah. Bisa atau tidaknya pemikiran yang tertuang
dalam bahasa tergantung orang tersebut. Penalaran yang baik mampu membuat
rangkaian kata-kata yang mudah pembaca pahami. Penalaran disini mampu
berfikir kritis, logis, serta anjeg.

Hubungan pikiran dengan bahasa dikenal dengan inner speech dan


external speech. Inner speech merupakan suatu ujaran, yakni pikiran yang
berkaitan dengan kata. Kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk,
sedangkan external speech menerangkan bahwa pikiran itu terwujud dalam kaa-
kata. (Dardjowidjojo 2003:284).

4
Menurut piaget, beliau telah melakukan peneliti mengenai hubungan
pikiran dan bahas. Menurutnya ada dua macan modus pikirian terarah (directed)
atau pikiran intelegen (intelligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran austitik
(austitic).

Peneliti lain dari abad 18 dan abad 19 oleh seorang Jermanis yang
akhirnya dikembangkan lagi oleh Franz Boas dkk di Amerika. Boas melihat
bahwa cara berfikir seseorang dipengaruhi oleh struktur bahasa yang menereka
pakai (Dardjowidjojo 2003:284)

Berdasarkan peryataan diatas bahwa jalan pikiran seseorang dapat dilihat


dari bagaimana seseorang menggunakan bahasannya. Bahasa yang digunakan
juga menunjukkan bagaiamana seseorang bernalar.

Bahasa adalah sarana bernalar. Bagaimana seseorang berbahasan,


termasuk menulis, akan mencerminkan jalan pikirannya(Akhidah 2001).
Sehubungan dengan pembahasa bernalar, keraf (1982) dan Moeliono(1989)
menegaskan bahwa penalaran adalah proses berfikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta, petunjuk, eviden, atau hal lainnya yang bisa dapat dijadikan
bahan bukti untuk menarik kesimpulan. Umumnya, penalaran bisa dilakukan dengan
dua cara, yaitu induktif dan dedektif

Tidak semua penalaran itu bersifat ilmiah. Hal ini dikarenakan pikiran
manusia tidak harus selalu dapat dibutikan kebenarannya. Hal ini biasannya
dikarenakan dari pengalaman yang tidak bisa dibuktikan benar atau salah. Lebih
kepada budaya yang dianggap benar atau salah sehingga tidak memungkinkan
dilakukan uji kebenaran.

2.2 JENIS PENALARAN INDUKTIF

2.2.1 Penalaran Induksi

5
Penalaran induksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa peristiwa
yang khusus kemudian beranjak ke peristiwa yang sifatnya umum. Secara umum
penalaran induksi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Penalaran 1Generalisasi

1Generalisasi dibuktikan dengan fakta

6
Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai dengan fakta (data).
Fakta atau data dapat diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Jumlah data atau fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa
yang khusus kemudian menuju peristiwaperistiwa yang umum. Contohnya adalah:

Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah
terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah terbakar.
Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar
apabila terkena api akan mudah terbakar.

Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir Jalan Jendral Sudirman.


Seminggu kemudian, seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah.
Sehari kemudian, polisi menemukan bercak-bercak darah dikursi belakang mobil
Anwar. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di Jalan
Jenderal Sudirman dalam kantung celana Anwar. Dengan demikian, Anwar
adalah orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban tentang hilangnya tiga
anak itu.

2.2.2 Penalaran Analogi

Berdasarkan banyaknya kesamaan tersebut ditariklah suatu kesimpulan.


Penalaran jenis ini berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai
kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan : Apakah apa yang
berlaku pada satu hal itu berlaku pada sesuatu hal lainnya. Contohnya adalah :

Orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya tidak akan menjalani
hidupnya dengan baik, ia akan selalu dalam keraguan, sama seperti seseorang
yang hidup di dalam rumah tanpa penerangan. Ia akan berjalan tak tahu arah, tak
jelas kemana ia berjalan sehingga ia akan mudah tertabrak benda yang ada
disekitarnya.

7
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. Bayi akan
dibentuk pribadinya sesuai dengan didikan yang diterimanya seperti kertas putih
dapat diisi dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi
dididik dengan baik maka akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang baik
dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk kepribadian
baik seseorang anak ibarat menulis kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.

8
2.2.3 Penalaran Sebab Akibat

Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian


disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan
mengemukakan peristiwa peristiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu
merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi hubungan sebab akibat
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Hubungan Sebab Akibat

Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab,


sampai kemudian pada kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah :
Karena Surya jarang mandi , maka dia sering sakit kulit.
Karena kemarin Surya mandi dua kali sehari, maka hari ini Surya tidak sakit kulit.

b. Hubungan Akibat Sebab


Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang menjadi akibat selanjutnya
dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya adalah :

Tulungagung termasuk daerah yang sering banjir, hal itu disebabkan


warganya sering buang sampah sembarangan dan drainase yang kurang baik.

Fredo mendapat IPK 3.87, karena Fredo rajin membaca buku.

c. Hubungan Sebab Akibat 1 – Akibat 2

9
Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat menimbulkan lebih dari satu
akibat. Akibat yang pertama dapat menjadikan sebab yang akan menimbulkan
akibat yang kedua dan seluruhnya. Contohnya adalah :

Mang Kodir adalah seorang perokok berat, karena dia sering merokok
tanpa henti akhirnya dia menagalami radang paru-paru, tidak lama kemudian dia
dinyatakan radang paru-paru kronis oleh pihak rumah sakit. Andi keponakan
mang Kodir tiba-tiba batuk serta mengeluarkan darah padahal andi tidak merokok,
setelah diperiksa ternyata Andi menjadi seorang perokok pasif akibat mamangnya
si Kodir.

10
Jalur pendakian Gunung Arjuno untuk sementara ditutup karena ada seorang
bocak SMA hilang dan belum ditemukan jasadnya hingga 21 Maret 2019, para tim
SAR sudah berjuang semaksimal mungkin melakukan pencarian hampir satu bulan
penuh. MAPALA HIMALAYA organisasi pencinta alam dari kampus IAIN
Tulungagung yang akan berencana melakukan pendakian bersama harus merubah
jadwal pendakian ke gunung lainnya setelah mendengar kabar tersebut.

2.3 PENGERTIAN PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwaperistiwa


yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada dasarnya merupakan
penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan kedalam data-data khusus. Pola
penalaran ini diterapkan dalam penulisan paragraf deduktif, yaitu pada paragraf
yang kesimpulannya ditulis pada awal. Contoh:

Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan


kesejahteraan rakyat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pemuliaan
tanaman. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi
tanaman pangan. Usaha tersebut diterapkan pada hampir semua jenis tanaman,
misalnya: padi, palawija, buah, sayur dan tanaman hias. Padi yang ditemukan
sekarang mempunyai umur singkat, batang pendek, dan butir gabah banyak.
Buah-buahan yang dijual di pasar selalu berkualitas tinggi begitu juga dengan
sayur dan tanaman hias, semua menunjukkan kondisi baik.

2.4 KESALAHAN BERNALAR

Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir


karena keliru menafsirkan atau menarik simpulan.Kekeliruan ini dapat terjadi
karena factor emosional,kecerobohan,atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus
2003:1.47).

11
Secara garis besar,salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima,yakni
generalisasi yang terlalu luas,kerancuan analogi,kekeliruan kausalitas,kesalahan
relevansi,dan penyandaran terhadap prestise seseorang.

12
Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yang disebabkan oleh
kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan).

Kerancuan analogi merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi
yang tidak tepat.Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan karakter yang
esensial (pokok).Kesamaan yang terjadi hanya sebagian kecil.

Kekeliruan kausalitas merupakan salah nalar yang terjadi sebagai akibat


kekeliruan menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat.

Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika
bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang
sebuah kesimpulan.

Penyandaran pada prestise seseorang tanpa memperhatikan keahlian seseorang,jenis


pernyataan,serta kebenaran pernyataan yang menjadi sandaran.Bila kita akan
mengutip pernyataan seseorang tentang kondisi ekonomi sebagai sebuah sandaran
kesimpulan perlu memperhatikan apakah orang tersebut memang ahli ekonomi,
yang dibicarakan tentang ekonomi yang berasal dari pemikiran yang telah teruji
kebenarannya. Contohnya adalah :
a. Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi
makam leluhurnya.
b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

13
BAB III

KESIMPULAN

3.1
Simpulan

Penguraian masalah dalam karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengen berbagai
cara, misalnya dengan jelas, atau lengkap, abstrak, objektif , bernalar, konseptual.
Dengan berbagai cara ini pembahasan diuraikan ke dalam bagian bagian yang
lebih spesifik .

Masalah yang diuraikan dalam karangan ilmiah biasanya jelas dan lengkap untuk
membantu pembaca memahami titik permasalahn secara menyeluruh dari suatu
masalah yang diangakt dalam karangan ilmiah.

Objektifitas penguraian masalah dalam karya ilmiah sangat diperlukan untuk


menghindari tafsir ganda atau kesalahan penafsiran. Karya ilmiah didasarkan pada
kondisi nyata dari objek yang diteliti sehingga tergambar permasalahan yang perlu
pembuktian dan jawaban operasional.

Demikian juga dengan penalaran dan kelogisan masalah dalam karya tulis ilmiah
mengikuiti kerangka berfikir yang runtun dan bernalar. Pola penalaran yang
dilakukan pengarang dalam menguraikan masalah dapat menggunakan pola
hubungan sebab-akibat dari suatu permasalahan (Suherli Kusmana 2010:38).

Penguraian masalah di dalam karya tulis ilmiah dapat pula dibuat dari konsep-
konsep keilmuan atau sudut pandang tertentu tentang suatu hal. Konsep sebgai
titik tolak penguraian masalah. Comtohnya karangan Prof. Dr. Engkus Kusmana,
M. Pd yang menguraiakan masalah berdasarkan konsep tujuan pendidikan tahun
1989.

3.2 SARAN
14
Agar terhindar dari salah bernalar mahasiswa harus banyak membaca buku karena
dari membaca isi buku secara keseluruhan dapat terhindar dari salah menafsirkan,
mengetahui sudut pandang penulis juga sangat diperlukan untuk melatih diri agar
terbiasa membuat karya ilmiah yang berlandaskan objektifitas atau kesesuian data
dengan penalaran yang telah dilakukan seperti pengarang dalam menulis bukunya.

15
Daftar Pustaka

Kusmana, Suherli (2010) Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Brotowidjojo, Mukkayat (1993) Penulisan Karangan Ilmiha. Jakarta: Akademika


Presindo.

Hernowo (2001) Mengikat Makna: Kiat-kiat Ampuh untuk Melejitkan


Kemampuan Menbaca dan Menulis Buku. Bandung: Penerbit Kaifa

Irsyat Wiyadi, Muhammad, dkk (2017) "Penalaran dan Pengembangan Paragraf".


Makalah Bahasa Indonesia. Semarang: Penerbit UNS

16

Anda mungkin juga menyukai