Anda di halaman 1dari 6

Nama : Khaila Putri Shuhada Ali

NIM : 200200397
TUGAS PERTEMUAN KE- 2

3 Prinsip hukum Internasional lainnya ( selain yang di sampaikan )

1. Egality Right Principle yaitu, asas kesetaraan semua pihak yang terlibat dalam perjanjian
itnternasional sehingga tidak ada perbedaan level antarnegara yang terlibat perjanjian.
Contoh : Perjanjian Internasional Antara Jepang dan Indonesia dalam perjanjian
Indonesia- Jepang Partnership Agreement, tidak ada perbedan Antara Jepang yaitu
Sebagai Negara maju dan Indonesia sebagai Negara berkembang.

2. Self determination Principle yaitu setiap bangsa bebas menetukan nasib sendiri.
Contoh : timor-timor yang berpisah dari NKRI.

3. Reciprocity Principle yaitu prinsip timbal balik atara kedua belah pihak.
Contoh : Indonesia dan Jepang dengan perjanjian IJEPA yaitu kerjasama ekonomi Antara
Jepang dan Indonesia dimana sama sama menguntunkan pihak Indonesia ataupun Jepang
dalam soal investasi,liberalisasi, perdagangan dan kerjasama.

Nama : Khaila Putri Shuhada Ali


NIM : 200200397
TUGAS PERTEMUAN KE-4
APA ITU PEREMTORY NORM?

Peremtoty norm atau Ius Cogen atau Jus Cogen dapat di artikan sebagai hokum yang
memaksa.
Ius atau Jus dalam etimologi yunani berarti hukum sedangkan cogen sendiri di artikan
kedalam Bahasa inggris yaitu Compell jadi dapat di artikan ius cogen/jus cogen adalah Compelling
Law yang berarti Hukum yang memaksa. Premtory norm atau ius cogen atau jus cogen merupakan
sebuah aturan yang substantif, prinsip ini sendiri merupakan prinsip yang membatasi isi perjanjian
dari banyak nya Negara-negara di dunia.
Jadi, Premtory Norm atau yang di sebut Jus Cogen atau Ius Cogen merupakan Sebuah
Prinsip Hukum Internasional yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianggap ‘Fundamental’ bagi
komunitas Internasional dan tidak dapat diabaikan dalam kondisi apapun. Fundamental yang di
maksud karena nilai-nilainya merupakan sebuah prinsip yang terkait dengan hukum alam dan
hukum kodrat atau bias di sebut sebai Moralisasi terhadap Hukum Internasional.
Peremtory Norm sendiri di sebut dalam beberapa Instrumen hukum di dalam dan diluar
hukum internasional. Misalnya, di dalam “ Vienna Convention of The Law of The Treaty “ Tahun
1969 dan “ Vienna Convention on The Law of The States and Internasional Organization “ tahun
1986, dimana menetapkan bahwa sebuah perjanjian tidak berlaku jika bertentanggan dengan Jus
Cogen / Peremtory Norm. Ditetapkan juga di dalam pasal 53 “ Vienna convention on the law of
treaty “ 1969 yang menetapkan bahwa , sebuah perjanjian menjadi batal dan berakhir apabila
bertentangan dengan prinsip Jus Cogen.
Ada juga menurut pasal 4 tentang draft Articles on Resposbility of States for Internasional
wrongfull acts 2001 yang di selesaikan oleh International commission , pasal 42 draft articles on
the responsibility of international organization 2011 yang menetapkan hal yang sama yaitu,
“Negara-negara dan organisasi internasional akan bekerja sama untuk mengakhiri setiap
pelanggaran jus cogens yang serius , dan tidak mengakui secara sah sesuatu situasi yang di ciptakan
oleh pelanggaran tersebut , atau memberikan bantuan atau bantuan dalam mempertahankan situasi
yang menentangg jus cogens”.

Nama : Khaila Putri Shuhada Ali


NIM : 200200397
TUGAS PERTEMUAN KE- 7

1. Dalam Hukum Internasional ada 5 cara memperoleh wilayah, bagaimanakah cara


Indonesia memperoleh wilayah Timor Timur menurut Hukum Internasional yang
berlaku?

5 Cara memperoleh wilayah yaitu, okupasi, akkresi, prespeksi ,cessi dan anekasa
(penggabungan suatu wilayah lain dengan kekerasan atau paksaan kedalam wilayah
Negara yang meganaksasi dan ini tidak dibenarkan.) .

Timor-timor merupakan sebuah provinsi di indonesia yang sudah dijajah selama 450 tahun
oleh Portugal. Indonesia melakukan aneksasi terhadap wilayah timor-timor yaitu Indonesia
melakukan pengambilan wilayah atau tanah sendiri oleh militer dengan skala besar yang
di namai sebagai Operasi Seroja. Dalam operasi tersebut terjadi dua kali invansi ,yaitu :
- Invansi oertama , kapal perang TNI AL, pasukan terjun paying yang membombardir
kota Dili, yang mana invansi ini menghasilkan Indonesia menguasai kota Dili tsb.
- Invansi kedua , menghasilakan penguasaan kota terbesar kedua yaitu Baucau juga daera
Liquisa dan Maubara.
Awal tahun 1997, TNI AL memesan rudal (penembak kapal patrol dari Amerika Serikat,
Australia, Belanda, Korea Selatan, dan Taiwan serta kapal selam dari Jerman, sampai pada
akhirnya Indonesia berhasil menduduki wilayah Timor Timur. Saat Indonesia menjalankan
aksi militer tetap menjalankan pemerintahan sipil. Timor Timur diberi status sama dengan
provinsi lain dengan struktur pemerintahan yang identik. Akhirnya Timor Timur resmi
menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya UU No 7 Tahun 1976 tentang
Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam NKRI.

2. Bagaimana penyelesaian atas kasus Pulau Palmas dan siapa yang akhirnya
menguasai wilayah pulau tersebut?

Kedaulatan Pulau palmas dari bagian wilayah di hindia belanda yang awalnya milik VOC
yang di peroleh dengan cara occupation atau Belanda mengklaim kedaulatan atad pulau
Palmas secara de facto secara terus menerus, damai aman sejak 1672 sebelum adanya
‘Treaty of Paris 1898’ , dalam ‘Treaty of Paris’ Pulau palmas di miliki oleh America yang
di berikan secarah sah diberikan oleh spanyol kepada amerika. Belanda dan America
memperebutkan pulau palmas ini, perselisihan ini menyebabkan keinginan dari kedua
belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan berdasarkan hokum internasional yang
berlaku. Penyelesaiannya akhirnya difasilitasi oleh Pengadilan Abitrase Permanent (PCA)
yang bertujuan untuk menentukan pulau tersebut masuk kedalam wilayah Amerika atau
Hindia Belanda.
Abritrator di dalam pengadilan Abritrase Internasional ini memberikan penyataan atas
syarat-syarat atas sengketa yang diselidiki yaitu :
- Negara mana yang memiliki hak atau cession atau perolehan secara sah yang harus di
sertai kelanjuatan pelaksanaan hak tesebut dan kelanjutan itu pada saat menentukan
penetapan keputusan sengketa.
- Penaklukan dan pendudukan yang lebih kuat.
Hingga akhirnya keputusan Abritrator , Belanda berhasil memberikan fakta-fakta dan
memenangkan kasus ini. Sekarang pulau palmas menjadi pulau di provinsi Sulawesi Utara
di Indonesia yang di kenal sebagai Pulau Miangas.

3. Summary case (Ringkasan kasus )

 Preah Vihear case ( sengketa wilayah Kamboja dan Thailand )


Kamboja dan Thailand merebutkan Kuil Preah Vihear , diaman kuil itu sebelumnya di
berikan PBB melalui badannya yaitu UNESCO kepada kamboja sebagai slah satu warisan
dunia. Akan tetapi, Thailand tidak terima karena Thailand mengklaim bahwa kuil tersebut
ada di wilayahnya. Konflik perbatasan ini mengakibatkan pemberontakan oleh Thailand
dari Juli awal hingga Desember akhir. Akhirnya mereka melakukan penyelesaian secara
bilateral Antara Kamboja dan Thailand tanpa pihak ketiga. Akan tetapi, tidak
mengahasilkan kesepakatan apapun. Hingga akhirnya PBB ikut campur dengan
menyarankan diselesaikan secara regional melalui ASEAN akan tetapi juga belum
memberikan kesepakatan juga. Akhirnya konflik perbatasan ini di bawalah ke mahkamah
internasional dan di akhirkan dengan deskripsi tentang keputusan ICJ yaitu Thailand dan
Kamboja harus bekerjasama dalam melindungi kuil itu sebagai warisan dunia, selain itu
negara juga berkewajiban untuk tidak mengambil langkah-langkah yang memungkinkan
merusak kuil tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

 Sipadan dan Ligitan Case ( Konflik Antara Malaysia dan Indonesia )

Persengketaan Antara Malaysia dan Indonesia atas kepemilikan kedua pulau di selat
Makasar yaitu pulau Sipadan dan Ligitan.
Pada akhir tahun 60an merupakan awal konflik Antara Malaysia dan Indonesia diamana
Indonesia dan Kuala Lumpur Mengklaim bahwwa pulau Sipadan dan Ligitan merupakan
wilayahnya akan tetapi, tidak tercapai kesepakatan bahwan siapa yang memiliki pulau
sipadan dan ligitan akhirnya pulau sipadan dan ligitan diberikan status quo atau disebut
terra nullius yang berate kedua pulau tersebut tidak dimiliki siapapun. Pada awal 1988-
1997 kedua Negara mencoba melakukan cara diplomatis untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan di adakannya pertemuan, yakni Jakarta 17 Juli 1995 dan 26
September 1995 serta di Kuala Lumpur tanggal 22 September 1995 dan 21 Juni 1996.
Kedua Negara tidak menyentuh opsi penyelesaian diplomatis dan tidak menyelesaikan
sengketa yang ada sehingga permasalahan tersebut dicoba di selesaikan dengan bantuan
Mahkama Internasional sebagai pihak netral yang berpernan membantu untuk
menyelesaikan sengketa yang ada dan pada tanggal 17 Desember 2002 , mahkamah
memutuskan bahwa kedaulatan penuh atas Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah
Malaysia.

 Pulau Batu Puteh Case

Sengketa Antara Malaysia dan Singapura yang berlangsung selama 28 tahun. Singapura
akhirnya dinyatakan berdaulat atas sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Batu Puteh.
Itulah putusan Mahkamah Internasional yang berbasis di Den Haag, Belanda. Singapura
mengoperasikan mercusuar Horsburgh di pulau karang tersebut selama 130 tahun tanpa
protes dari tetangganya. Penguasaan efektif ini membuat Mahkamah Internasional
memenangkan Singapura meski pemegang nama sebenarnya dari pulau tersebut terbukti
Kesultanan Johor Malaysia.

 Fisheries Case

Sengketa Antara Inggris dan Norwegia mengenai batas perikanan Norwegia. Ini terjadi
karena Inggris menggugat atas penetapan batas perikanan eksklusif yang di tetapakan oleh
norwegia, inggris menggugat cara penarikan garis pangkal yang menghubungkan titik
pantai Norwegia karena menurut inggris norwegia dalam firman raja 1935 sangat
bertentangan dengan ketentuan hokum internasional yang berlaku dan Inggris merasa di
rugikan oleh Norwegia, sehingga inggris membawa persoalan ini ke Mahkamah
Internasional, dalam putusan Mahkama Internasional mengatakan bahwa persoalan
metodea garis dasar tidak bertentangan dengan hokum internasional.

 Western Sahara Case

Konflik wilayah Antara Maroko dan Front polisario. Pada oktober 1975 atas desakan
berbagai pihak Spanyol akhirnya melepasakan sahara barat, dimana ICJ mengemukakan
bahwa spanyol seharusnya tak mengendalikan Sahara Barat. Maroko dan Mauritania yang
mempunyai hubungan sejarah juga tidak seharusnya menghalangi referendum Sahara
Barat. Namun mundurnya Spanyol dari Sahara Barat secara resmi melalui Perjanjian
Madrid tahun 1975 upaya Maroko untuk menyatukan kembali wilayah kerajaan Maroko
semakin Intensif. Dengan tindakan Maroko dengan menyatukan kembali dengan
mengklaim dan menganeksasi Sangunia El- Hamra dengan mengirim tentara dan
rakyatnya untuk menguasai wilayah tersebut. Pada januari 1976 Front Polisario
memproklamasikan berdirinya Republik Arab Sarawi dan melakukan perang grliya
terhadap penjajahan baru yang dilakukan oleh Maroko dan Mauritania. Pecahnya konflik
ini terjadi karena pecahnya perang sahara yang terjadi dari tahun 1975 hingga 1991.
Pasukan Maroko membom camp pengungsian orang-orang sarawi dan menyebabkan
mereka melarikan diri ke daerah tindof yaitu daerah Negara alzajeir sehingga membuat
Mauritania perlahan mundur dan mengakui kedaulatan RADS dan menandatangani
perjanjian damai untuk mengakhiri sengketa wilayah tahun 1979. Maroko tetap menguasai
Sahara Barat dan tetap melakukan perang griliya sampai keluar Settlement Plan pada tahun
1991 yang disetujui oleh kedua belah pihak (Maroko dan Polisario). Settlement plan yaitu
berisi tentang genjatan senjata amntara maroko dan polisario serta perencanaan referendum
Sahara Barat. PBB membentuk Mission des Nations unies pour l'Organisation d'un
Référendum au Sahara Occidental (MINURSO).
Tahun 2000 utusan khusus PBB yang bernama James Baker mengajukan Baker Plan I
yang tidak diterima oleh keduanya. Kemudian diajukan Baker Plan II yang diterima oleh
Polisario tetapi tidak diterima oleh Maroko. Inti dari Baker Plan II itu adalah pelaksanaan
referendum di wilayah Sahara Barat dengan 4 pilihan, yaitu: 1. Merdeka. 2. Bersatu dengan
Maroko. 3. Self- Government. 4. Menjadi daerah otonom Maroko. Pada bulan Juli 2003,
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 1495 yang mencantumkan dukungan
terhadap Baker Plan II. Sesuai dengan Baker Plan II wilayah Western Sahara sampai saat
ini diatur oleh Badan Otonomi Sahara Barat di dalam kedaulatan Kerajaan Maroko sampai
lima tahun ke depan, terhitung sejak dikeluarkannya Baker Plan II. Pada tahun 2007
diadakan perundingan di bawah PBB putaran kelima perundingan Manhasset tsb, Maroko
mengajukan usulan yaitu rencana untuk memberikan otonomi luas kepada Sahrawi atau
Sahara Barat (West Sahara). Maroko menegaskan rencana itu merupakan salah satu upaya
menyelesaikan perselisihan panjang yang terjadi antaraAljazair dan Maroko secara damai
dan politik. Usulan otonomi itu termasuk “win-win solution”. Pemerintah Maroko tidak
memberikan kemerdekaan dan tidak pula memaksakan integrasi. Dalam usulan Maroko
itu, Sahara Barat boleh membentuk pemerintahan mandiri lengkap dengan parlemen yang
dipilih rakyat. Amerika Serikat (AS) dan Prancis mendukung usulan pemerintah Maroko
ini. Pemerintah AS berharap Front Polisario dapat menerima usulan otonomi luas bagi
wilayah Sahara Barat sesuai usulan pemerintah Kerajaan Maroko guna mengakhiri konflik
yang telah terjadi selama 32 tahun di wilayah tersebut. Namun, Aljazair dan Polisario
menolak usulan otonomi dan tawaran negosiasi Maroko. Sejauh ini, Maroko bersikeras
pada pendiriannya bahwa Sahara Barat berstatus otonom di bawah pemerintahan Maroko.
Di lain sisi, Aljazair yang mendukung Front Polisario bersikeras untuk diadakannya
referendum apakah memilih Maroko atau independen. Sehingga untuk saat ini gencatan
senjata masih menjadi pilihan terbaik.

Anda mungkin juga menyukai