Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi sosial dalam bentuk komunikasi lisan penting untuk diajarkan

pada anak semenjak dini. Kemampuan berkomunikasi pada dasarnya bersifat

dinamis, timbal balik antar individu, antar kelompok, dan antar individu dengan

kelompok. Interaksi sosial terjadi apabila satu individu melakukan suatu tindakan

sehingga menimbulkan reaksi bagi individu lainnya. Interaksi sosial secara tidak

langsung menyadarkan anak bahwa manusia hidup tidak akan pernah lepas dari

lingkungan sosial di sekitarnya dengan beragam kegiatan dan persoalan yang ada.

Kesadaran atas pribadi masing-masing akan mempengaruhi proses

berkomunikasi dalam interaksi sosial. Dengan demikian, interaksi sosial

merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi maka

tidak akan ada kehidupan bersama. Interaksi sosial ini terwujud karena adanya

kontak dan juga komunikasi. Bagaimana mengawal serta mengasah secara baik

proses komunikasi dan interaksi sosial anak dengan lingkungan sekitarnya

merupakan hal penting untuk diperhatikan.

Interaksi yang rendah akan memicu sikap acuh tak acuh terhadap sesama

teman bahkan menyakiti teman. Kenyataan yang ada bahwa setiap manusia

membutuhkan interaksi sosial yang baik karena manusia adalah makhluk sosial

yang tidak pernah lepas dari hubungan yang satu dengan yang lain. Interaksi yang

sering dilakukan manusia adalah komunikasi, yakni proses penyampaian dan

pertukaran pesan. Pada dasarnya komunikasi dilakukan sejak manusia tersebut

1
terlahir dan terus berjalan seiring dengan kehidupan manusia (Mirza Maulana,

2007: 182)

Oleh karena itu, manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan

manusia lain dipastikan akan tersesat, mengapa, karena tidak akan sempat menata

dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang memungkinkan individu

membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk

menafsirkan situasi apa pun yang bisa dihadapi. Komunikasi pula yang

memungkinkan untuk mempelajari dan menerapkan strategi-strategi untuk

mengatasi situasi problematika yang dimasuki. Tanpa melibatkan diri dalam

komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara

sebagai manusia, dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-

cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan

pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi

Komunikasi akan ada selama segala interaksi sosial berlangsung. Setiap

manusia tentunya akan menggunakan komunikasi sebagai sarana dalam

berinteraksi sosial.

Maka dari itu, sangatlah penting untuk mengajarkan anak untuk

bersosialisasi sejak dini. Berkomunikasi bisa membantu sang anak untuk

berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, tidak semua anak juga bisa

bersosialisasi dengan baik.

Beberapa orang mengalami gangguan dalam berkomunikasi disebabkan

oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah gangguan komunikasi dalam

berinteraksi. Gangguan Interaksi tersebut secara medis disebut autis.

2
Autis adalah ....................................................................... .Anak autis

tentunya akan mengalami perbedaan komunikasi dalam berinteraksi sosial dengan

anak normal karena anak autis memiliki tiga gangguan pokok dalam komunikasi,

interaksi sosial dan perilaku. Anak autis cenderung sibuk sendiri sehingga

gangguan-gangguan yang dialami anak autis kadang tidak dimengerti oleh orang-

orang di sekitanya.

Oleh karena itu, kita sebagai orang yang bisa bersosialisasi dengan baik

harus mengetahui bagaimana cara bersosialisasi dengan anak autis agar mereka

tidak mengacuhkan kita. Peran orang tua juga penting untuk mengetahui gejala-

gejala yang terjadi pada anak autis.

Anak autis akan tampak normal pada tahun pertama atau kedua

kehidupannya. Ketika memasuki umur dimana seharusnya mulai mengucapkan

beberapa kata, misalnya ayah, ibu, dan seterusnya, balita ini tidak mampu

mengucapkannya. Di samping itu, anak autis juga mengalami keterlambatan

dalam beberapa perkembangan kemampuan yang lainnya. Inilah waktu yang tepat

bagi orang tua mulai menyadari bahwa ada kelainan yang dialami anak mereka

(Mirza Maulana, 2012: 11).

Anak autis mungkin akan sangat terlihat sangat sensitif atau bahkan tidak

responsif terhadap stimulus dari kelima panca indera. Anak autis sangat beragam

baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan

perilakunya. Anak autis ada yang bersifat agresif ada pula yang bersifat pasif.

Bila anak autis berada satu ruangan dengan orang lain, anak autis akan cenderung

menyibukkan diri dengan aktivitas yang melibatkan diri sendiri, pada umumnya

3
dengan benda-benda mati. Ketika dipaksa bergabung dengan yang lainnya, anak

autis akan kesulitan untuk melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.

Pada umumnya anak autis cenderung tidak mau bergabung dengan anak lainnya.

Berdasarkan kemampuan komunikasi yang dimiliki anak autis, beberapa

diantaranya ada yang tidak mau berbicara sedangkan beberapa lainnya memiliki

keterbatasan dalam bahasa. Beberapa anak autis ada yang mengulang-ulang kata

(ekolalia) karena keterbatasan dalam berbahasa (Abdul Hadis, 2006: 57).

Karena itu, peran orang tua sangatlah penting. Mengapa demikian, karena

jika orang tua sudah mengetahui gejala yang diderita oleh anaknya dan juga sudah

mengetahui cara yang paling tepat untuk melakukan tindakan maka, orang tua dari

anak yang mengalami gangguan dalam hal berkomunikasi (autis) dapat membantu

anak tersebut dengan cara yang benar.

Autisme merupakan gejala kekacauan atau kelainan (disorder)

perkembangan anak, gejala ini berdampak pada keterlambatan atau kehilangan

daya pertumbuhan atau perkembangan untuk mengucapkan kata-kata atau kalimat

atau bahasa, Dampak hilangnya gesture communication yaitu ia jarang melakukan

gerakan menunjukkan sesuatu dengan jari (pointing); sulit memulai atau menjaga

untuk tetap berbicara dengan orang lain; dan munculnya kebiasaan mengulang

(stereotyped) dalam menggunakan kata atau kalimat atau Bahasa yang aneh,

seperti meniru percakapan dari televise atau video, menggunakan ungkapan

kalimat yang tidak jelas atau kurang dimengerti, dan hilangnya spontanitas dalam

berkomunikasi dengan teman sebayanya atau permainan social yang sepadan

dengan tingkat perkembangan anak.

4
Istilah pervasive development disorder sering sekali digunakan untuk

menandai anak-anak yang memiliki banyak gejala autis, akan tetapi tidak dalam

jumlah kombinasi yang benar untuk mendiagnosis anak tersebut sebagai

penyandang autis. Gangguan perkembangan pervasive terdiri dari kelompok

kondisi yang saling terikat dalam gabungan kerusakan hubungan sosial, stereotype

atau ritualistic behavior, perkembangan Bahasa yang aneh atau abnormal; begitu

juga penggunaan kata-kata. (Prof. Dr. F. G. Winarno, 2013: 7).

Tentu saja setiap anak memiliki gejala yang berbeda dengan yang satu dan

lainnya. Pada umumnya, anak-anak kecil mengalami kerusakan atau gangguan

bicara dan berkomunikasi atau tidak berbicara sama sekali, Secara umum

penyandang autisme memiliki enam gejala yang Kadang dapat diringkas menjadi

tiga gejala utama.

Mereka tidak dapat mengenali anggota keluarga atau orang lain yang

berada di sekitar. Perkembangan intelektual sekilas tampak normal, khususnya

pada beberapa bagian, tetapi pada bagian yang lain ternyata abnormal seperti

dalam hal berkomunikasi. Beberapa di antaranya adalah gejala mengulang-ulang

gerakan tubuh dan kata yang ia dengar entah dari percakapan atau dari televise

dan lainnya tetapi ia tidak dapat mengkomunikasikannya dengan baik atau

abnormal.

Beberapa di antara mereka tidak peka terhadap rasa sakit. Sebagian besar

tidak bereaksi secara normal terhadap stimuli suara gaduh atau tajamnya cahaya

atau sinar. Perbedaan yang besar dari kelakuan atau tingkah laku mereka, yaitu

5
bahwa anak autis bersifat hiperaktif dan sangat sulit berkomunikasi sedangkan

anak yang normal akan sangat pasif

Anak autis memiliki kesulitan dalam pembentukan kedekatan terhadap

orangtuanya sendiri dan kerabatnya sendiri, apalagi terhadap orang lain. Kesulitan

ini Kadang-kadang muncul pada usia dini, yaitu saat anak masih bayi.

Anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi dalam hal non verbal

behavior, seperti kontak mata, ekspresi wajah, body posture, dan gesture untuk

mengatur komunikasi dalam interaksi social. Dia gagal mengembangakan

hubungan age-appropriate dengan teman seusia. Dia kehilangan upaya untuk

berbagai kesenangan atau hal-hal yang memikat bersama orang lain. Hal itu

ditandai dengan hilangnya daya saling tukar-menukar (give and take) emosional

dalam komunikasi hubungan social.

Gangguan Bahasa merupakan gejala umum dan universal bagi anak autis.

Meskipun sulit mendengar bukan satu-satunya gejala autism, pada awalnya anak

autis sering dianggap tuli (mengalami gangguan pada sistem pendengaran). Para

pakar percaya bahwa anak autis memiliki kesulitan yang besar dalam mengenali

arti perkataan dalam berkomunikasi meskipun dapat mendengar dengan jelas.

Anak autis mengalami keterlambatan dalam perkembangan, khususnya terhadap

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Tanda-tanda khusus anak autis

berupa echolalia, yaitu kecendrungan untuk mengulang suara dan kata-kata orang

lain yang ia dengar. Biasanya ia suka menirukan bunyi setelah orang lain

berbicara. Tetapi beberapa anak autis lainnya memiliki kemampuan rendah untuk

mengingat seluruh pembicaraan atau program televisi sehingga memerlukan

6
waktu lama untuk mengartikan makna yang ia dengar dan lihat. Meskipun

tampaknya ia berkomunikasi secara masuk akal, hal itu masih sering diwarnai

dengan beberapa kesalahan gramatikal dan keanehan lain. Salah satu karakteristik

anak autis adalah kecendrungan mencampuradukkan atau memutarbalikkan

makna ucapanya. Misalnya, anak autis minta minum akan mengatakan “Kamu

mau minum?” Anak autis juga sulit mengingat nama benda disekitanya bahkan

namanya sendiri. Dia berbicara mengenai sesuatu yang abstrak dan menggunakan

Bahasa yang sulit dimengerti. Cara bicara anak autis yang biasanya datar, tanpa

intonasi dan emosi atau ekspresi. Bila intonasinya berubah, sering kali terjadi

secara tidak tepat. Ekspresi nonverbal yang keluar dari emosi, seperti gestur dan

ekspresi wajah, sering tidak diikuti dengan perkataan. Semua kebiasaan tersebut

berlangsung sampai usia dewasa jika tidak dibatasi, hal ini tentunya membuat

mereka untuk berkomunikasi dengan baik menjadi tantangan yang besar.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana saja cara

berkomunikasi selain menggunakan lisan. Jika kita mengetahui bagaimana saja

cara berkomunikasi selain melalui lisan maka, kita dapat berkomunikasi dengan

mereka yang mengalami gangguan dalam hal berkomunikasi. Dan juga, kita harus

mengetahui bagaimana cara memperlakukan anak autis, agar mereka tidak

merasakan yang namanya ketidakadilan terhadap perlakuan.

Salah satu hal penting dari penyandang autisme adalah meskipun mampu

menangkap banyak Bahasa, ia tidak menggunakannya untuk berkomunikasi.

Bahasa yang dikuasai juga mungkin bisa canggih, tetapi tidak dapat menerapkan

kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar. Anak autis berbeda dari anak-

7
anak yang hanya memiliki daya berbicara yang lambat atau keterlambatan seluruh

proses perkembangan atau hilangnya kemampuan sosial dan komunikasi

Anak autis menggunakan Bahasa lain yang tidak normal, atau bahkan

sama sekali tak dapat kita mengerti. Dia berkelakuan memberontak dan

retualistik. Artinya dia melakukan tindakan berulang yang kemungkinan besar

akibat proses perkembangan kecerdasan dan kemampuan sosialnya yang tidak

normal. Autisme pada masa kanak-kanak adalah gangguan perkembangan yang

biasanya tampak jelas sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Autisme

merupakan jenis gangguan yang berkelanjutan dan yang paling umum terjadi

dalam prevalensi lima dari setiap 10.000 anak dan terjadinya dua sampai empat

kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Autisme berbeda dari keterbelakangan mental, walaupun sebagian anak

peyandang autis ternyata juga mengalaminya. Autisme dipandang sebagai

kelainan pada perkembangan sosial dan mental untuk berkomunikasi dan

sebagainya oleh gangguan pada perkembangan otak akibat kerusakan selama

pertumbuhan fetus, atau saat kelahiran, atau pada tahun pertama kehidupannya.

Hasil penelitian memastikan adanya suatu kecendrungan yang akan

semakin parah atau lanjut, yaitu otak anak autis tidak melakukan reaksi sama

sekali terhadap ekspresi wajah layaknya otak yang berfungsi normal, alhasil

8
komunikasi pun sulit dilakukan. Salah satu gejala umum yang menggambarkan

kemungkinan terjadinya autism pada bayi adalah mereka biasanya sangat pasif

sehingga suasana di rumah sangat sunyi, seolah-olah tidak ada bayi di rumah.

Namun, sebagian anak kecil justru berteriak terus-menerus dan tidak dapat diam,

walaupun biasanya kasus seperti itu jumlahnya relatif kecil.

Masyarakat dihimbau agar tidak menganggap remeh atau memandang

sebelah mata terhadap anak-anak penyandang autis. Mereka bisa saja memiliki

potensi besar untuk maju dan sukses. Banyak anak autis yang mengalami

kemajuan dan sukses setelah beranjak dewasa, asalkan penananganannya

dilakukan dengan telaten, benar, dan cermat di tangan yang tepat, maka hal ini

bisa saja tergapai. Berikut ada contoh beberapa tokoh besar didunia ini yang

diduga memiliki atau menyandang autism. Seperti Leonardo Da Vinci; pelukis

besar dunia; salah satu lukisannya yang paling terkenal adalah “Monalisa”.

Setelah ini ada ilmuwan terkemuka, Albert Einstein, ahli matematika dan

fisikawan terkemuka yang sangat berfokus pada bidang tertentu serta memiliki

karakter unik dan nyentrik; diduga menyandang autism. Konon, beliau baru dapat

berbicara secara jelas setelah menginjak usia tiga tahun. Bill Gates, siapa yang

tidak tahu dengan beliau, seorang ahli computer, dan salah satu orang terkaya di

dunia; juga diamati oleh para ahli autism sebagai tokoh yang berada dalam salah

satu spectrum autism, yang terakhir adalah Stephen Wiltshire; didiagnosis

menderita autis sejak usia tiga tahun, dia juga sulit berkomunikasi dengan baik,

tetapi ia terkenal karena lukisannya “London Eye”. Lukisan itu memiliki panjang

3,5 meter dengan detail gambar yang melukiskan bentang 25 kilometer kota

9
London. Ia berhasil membuat lukisan itu berdasarkan ingatannya setelah

melihatnya sekali dari dalam helicopter yang ia naiki. Setelah mengetahui tokoh-

tokoh tadi kita dapat mengetahui bahwa anak autis dapat hidup dengan selayaknya

walau mereka pada awalnya akan sangat kesulitan berkomunikasi dan sering

dipandang rendah oleh masyarakat.

Maka dari itu, peranan orang tua sangatlah penting terhadap

perkembangan anak autis. Jika orang tua mengetahui cara penangangan yang tepat

maka bisa saja anak mereka yang autis mengalami kemajuan. Namun, hal tersebut

hanya bisa digapai dengan cara yang tepat. Sebaliknya, jika sang orang tua tidak

dapat melakukan penanganan yang tepat maka mungkin saja anak mereka yang

autis tidak meglami kemajuan atau bahkan lebih buruk.

Autisme dapat disandang oleh setiap anak tanpa pandang bulu; dapat

terjadi pada semua kelompok masyarakat, etnis, budaya, bangsa, suku, tingkat

ekonomi, dan tingkat ketenaran orangtua; baik di desa maupun di kota sekalipun;

berpendidikan maupun tidak. anak autis adalah anak yang mempunyai dunia

sendiri dikarenakan adanya kelainan pada bahasa, kognitif, sosial, afektif, di tiga

tahun pertama kehidupan, sehingga mengalami ketertinggalan pada

perkembangannya. Anak autis pada umumnya sering mengalami gangguan dalam

hal komunikasi dan sosial pada perkembangan di bidang sosial yang

menyebabkan anak menarik diri

Banyak bintang film dan selebriti dunia yang memberitahu public secara

terbuka mengenai anak mereka yang positif menderita autis. Orangtua penderita

autis memang harus percaya, tidak minder, malu, atau lelah berusaha apalagi

10
putus asa bahwa autism bukan akhir dari segalanya. Salah satu tantangan terbesar

nya adalah gangguan berkomunikasi dalam bersosialisasi, hal ini menjadi

masakah dikarenakan manusia sendiri adalah mahluk sosial yang tidak dapat

hidup sendirian, jika ia tak dapat berkomunikasi dengan benar maka ia akan

kesulitan dalam berkehidupan sosial, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan mengenai kemampuan interaksi sosial dan komunikasi anak

autis dalam kehidupan sosial.

Kita sebagai orang tua memang sudah seharusnya memotivasi anak kita.

Apalagi, anak kita yang mengalami gangguan, jangan kita malah menambahkan

aura negative pada sang anak dengan cara putus asa, memarahi, malu, apalagi

dengan memberikan sikap ketidakadilan terhadap mereka. Suapaya mereka dapat

berinteraksi dengan baik di kalangan masyarakat sosial.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin menghubungkan antara

kemampuan anak autis berkomunikasi dengan cara mereka berkomunikasi dengan

masyarakat dalam interaksi sosial menjadi sebuah subjek karya tulis ilmiah yang

berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dalam Interaksi Sosial”.

11
1.2. Identifikasi Masalah

Penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis dalam

Interaksi Sosial” berupa penyebab anak autis mengalami gangguan interaksi

sosial dalam hal berkomunikasi.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi

Anak Autis Dalam Interaksi Sosial’ adalah Bagaimana kemampuan komunikasi

anak autis berinteraksi di lingkungan sosial?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis

Dalam Interaksi Sosial” untuk mengetahui kemampuan komunikasi anak autis

ketika melakukan interaksi sosial.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat: Dapat memberikan gambaran mengenai problematika

anak autis, khususnya dalam kemampuan komunikasi.

2. Bagi penulis: Dapat memperkaya pengetahuan mengenai kemampuan

komunikasi anak autis yakni dalam hal interaksi sosial.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris

“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa

Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam

kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu

suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam

pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu

merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi

manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in

relationships, group, organizations and societies—respond to and create

messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi

manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,

kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan

untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat

dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat

komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold

Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in

13
Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What

In Which Channel To Whom With What Effect?

2.1.2. Jenis Jenis Komunikasi

Komunikasi dapat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu unsur, proses,

konsep, fungsi, dan jenisnya itu sendiri

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2. Pesan (mengatakan apa?)

3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

4. Komunikan (kepada siapa?)

5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses

komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan

menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang

menimbulkan efek tertentu.

Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan

komunikasi secara prosesnya komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi

14
adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar,

warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi

kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain ,

komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan

komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi

(encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini

berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam

lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian

giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini

berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan

komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses

penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat

menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi

akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh

komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan

pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang

diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of

experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang

pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,

komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman

15
komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul

kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang

diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin

berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar

apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga

sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut

dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak

akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara

si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,

pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.

Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses

komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan

penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik

dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam

bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman,

orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu

mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

16
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan

komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif

jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio,

televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat

diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media

nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).

Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang

komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.

Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari

seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik

secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran),

surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai

proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi

tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik

(pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam

konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini

mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan

seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon

orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang

disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan

17
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau

membujuk untuk melakukan sesuatu.

Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:

a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku.

b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang

disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya

lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain

(komunkate).

d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang

sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang

diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

2. Komunikasi sebagai interaksi.

Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-

akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan,

baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban

verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima

respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

18
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam

Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas

pada bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,

lukisan, seni , dan teknologi.

William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan

fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari

tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja

sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi,

RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai

diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan

orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar

bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan

siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir

anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda

merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan

demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)

19
mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk

orang-orang disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam

membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang

tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan

kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others,

untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional.

Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita.

Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok

rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan

berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini,

orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri

kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter

Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran

perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini,

lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.

b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan

dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi

pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri

terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun

mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan

langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara

panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang

terkadang tidak relevan.

20
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh

kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk

mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang

lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum,

dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan.

Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan

untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan

hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina

hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan

bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis,

keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu

kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin

memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk

memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa

diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat

dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan,

untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan

solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-

tujuan sosial serta hiburan.

21
2. Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)

kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan

nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,

marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan

secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih

sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan

kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan

matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa

kampus dengan melakukan demontrasi.

3. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang

tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage,

mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman,

pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata

atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti

berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera

(termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul

Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam

bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada

tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.

4. Sebagai komunikasi instrumental

22
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan

tindakan, dan juga menghibur.

Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan

membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.

Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita

gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi

keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai

tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan

jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,

menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan

material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan

kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti

berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya

yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti

yang kita inginkan.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian

komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun

keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling

berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat

digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam

karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan

kekayaan.

23
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari

para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Misal pendapat Onong

Effendy (1994), ia berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan

informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Harold D

Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27) memaparkan fungsi

komunikasi sebagai berikut:

1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni

penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai

masyarakat.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk

menanggapi lingkungannya .

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

Secara umum ragam tingkatan komunikasi dibagi beberapa jenis sebagai berikut:

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi

yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi

melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan

komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak

komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil

komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai

unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa

lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat

pribadi.

24
3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang

berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan

Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi

kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna

memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,

pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat

menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan

penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun

informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).

5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat

didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah

audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau

elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik.

Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara

dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu

persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah

(umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi

kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.

25
2.2. Cara anak autis berkomunikasi

anak autis lebih sulit daripada anak normal pada umumnya,

seorang guru sekaligus komunikator harus memiliki kesabaran tinggi dan mampu

memahami permasalahan mendasar autisme. Aristoteles menyebut karakter

komunikator ini sebagai ethos, terdiri dari pikiran baik, akhlak baik, dan maksud

baik. Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator terdiri

dari kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Kredibilitas menyangkut keahlian

komunikator dalam menyampaikan suatu pesan, atraksi menyangkut daya tarik

komunikator dari segi penampilan maupun bahasa tubuh serta tutur kata, dan

kekuasaan menyangkut pengaruh yang diberikan dari komunikator kepada

individu sehingga individu mau menurut, misalnya, anak autis yang sudah

menyukai gurunya, tentu akan lebih mudah diarahkan untuk melakukan berbagai

hal. Seorang guru harus memiliki ketiga efektifitas komunikator tersebut agar

mampu mendidik anak autis menjadi pribadi yang dapat mengubah hal-hal

merusak dalam gangguan autismenya menjadi bekal untuk meraih masa depan

cemerlang, seperti yang terjadi pada Tomas.

          Anak autis dengan gangguan bahasa mengalami kesulitan komunikasi baik

komunikasi isyarat (non verbal) maupun komunikasi berbahasa (verbal) dapat

berupa kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan berbicara atau

bahasanya. Mereka kurang memahami pembicaraan, sehingga kadang–kadang

membingungkan, karena seolah–seolah seperti seorang anak dengan gangguan

pendengaran. Hasil dari riset menyatakan bahwa sebagian dari anak–anak autis

tetap sulit berbicara sampai usia dewasa. Kemampuan bicara yang terbatas ini

26
menjadi kendala pokok dalam berkomunikasi. Mereka hanya mampu membeo

yaitu menirukan apa yang didengar (ekolalia). Kalimat – kalimat yang diucapakan

monoton dan di ulang – ulang, seolah – olah terpaku pada kalimat yang itu – itu

saja (handojo, 2002 : 17).

Gangguan pervasif adalah gangguan berat dalam area perkembangan yang

ditandai dengan abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik,

perkembangan bahasa dan perilaku, manifestasinnya pada usia dini yaitu pada

usia tiga tahun dan pada umumnya mempengaruhi area perkembangan lainnya.

Salah satu tantangan autisme adalah gangguan perkembangan berat yang

mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan)

dengan orang lain.2 Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang

lain secara berarti serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan

orang lain terganggu karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan

mengerti perasaan orang lain. Ditinjau dari segi perilaku, anak-anak dengan

gangguan autis cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri,

bersikap agresif, menanggapi secara kurang atau terhadap stimulasi eksternal, dan

menggerak-gerakkan anggota tubuhnya secara tidak wajar. Mereka seringkali

berkomunikasi dengan Bahasa yang tidak kita mengerti

2.3. Autis

Autisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “Autos” yang berarti sendiri.

Istilah autisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada gaya berpikir yang

aneh pada penderita skizofrenia oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler, pada tahun

27
1906. Anak-anak dengan gangguan autisme dahulu dideskripsikan sebagai

atypical children, symbiotic psychotic children, dan childhood

schizophrenia. Istilah “psikosis” kemudian dihilangkan dan diganti dengan

istilah gangguan perkembangan pervasive. Kelompok gangguan

perkembangan pervasive ditandai oleh abnormal kualitatif yang merupakan

gambaran gangguan meluas dari fungsi individu dalam segala situasi. Berbeda

dengan gangguan spesifik, anak-anak yang mengalami gangguan pervasive

menunjukkan gangguan kualitatif berat yang tidak normal bagi setiap tahap

perkembangan manapun, karena gangguannya berupa penyimpangan dalam

perkembangan.

Gaya berpikir autistik merupakan kecenderungan memandang diri sendiri

sebagai pusat dunia dan percaya bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu

pada diri sendiri. Psikiater Leo Kanner, pada tahun 1943, dalam tulisannya

“Autistic Disturbance of Affective Contact” memunculkan istilah “autisme

infantile awal” yang digunakan untuk sekelompok anak dengan ciri utama tidak

dapat berhubungan dengan orang lain, seolah-olah mereka hidup dalam

dunia mereka sendiri. Penjelasan bahwa anak-anak tersebut “hidup didunia

mereka sendiri” menggambarkan keterpisahan dan sikap mereka yang tidak

bisa dimengerti (Nevid, 2003).

Autis sendiri merupakan suatu gejala yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor

yang berbeda untuk masing-masing anak. Oleh karena itu, pengklasifikasian anak

autis sangatlah penting dalam menyusun program penanganan yang sesuai untuk

anak

28
autis di sekolah.

anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antar lain3 :

a. Autis persepsi

Autis persepsi dianggap asli karena kelainan sudah timbul sebelum

lahir. Autis ini terjadi karena berbagai faktor baik itu berupa pengaruh dari

keluarga (heriditer), maupun pengaruh lingkungan (makanan, rangsangan)

maupun faktor lainnya. Ketidakmampuan anak berbahasa termasuk pada

penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan

anak bekerja sama dengan orang lain, sehingga anak akan

bersikap masa bodoh.

b. Autis reaksi

Timbulnya autis reaktif karena beberapa permasalahan yang

menimbulkan kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah

rumah atau sekolah dan sebagainya. Anak autis jenis ini akan memunculkan

gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang

kejang dan mulai terlihat pada usia 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan

berpikir logis, mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang

timbul setelah lahir, baik karena maupun psikis.

c. Autis yang timbul kemudian

Autis jenis ini disebabkan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah

anak lahir. Hal ini akan mempersulit memberikan pelatihan dan pendidikan

untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa

pengalaman baru dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

29
Menurut Lornawing klasifikasi anak autis dapat di kelompokkan berdasarkan

interaksi sosial, saat muncul kelainannya.4

a. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial :

Dalam interaksi social anak autis dibagi dalam 3 kelompok :

1. Allof (kelompok yang menyendiri )

Banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan

akan kesal bila diadakan pendekatan sosial.

2. Kelompok yang pasif

Dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika

pola permainanya disesuaikan dengan dirinya.

3. Kelompok yang aktif tapi aneh

Secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering

kali tidak sesuai dan sering sepihak

b. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainannya :

1. Autis infantile : kelainanya sudah nampak sejak lahir

2. Autis faksasi : anak yang tanda-tanda autistiknya muncul kemudian setelah

berumur dua atau tiga tahun.

3. Ciri-ciri Anak Autis

Gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan gangguan perilaku, ketiga

gangguan utama autis tersebut saling keterkaitan. Jika perilaku bermasalah, dalam

perkembangan aspek interaksi sosial dan komunikasi akan mengalami masalah.

Sebaliknya, jika kemampuan komunikasi anak tidak berkembang, anak akan

30
mengalami kesulitan dalam mengembangkan perilaku dan interaksi sosial yang

bermakna.5 Ciri-ciri anak autis yang dapat diamati sebagai berikut :

a. Perilaku

1) Cuek terhadap lingkungan

2) Perilaku tak terarah

3) Kelekatan terhadap benda tertentu

4) Terpukau terhadap benda yang bergerak

b. Interaksi Sosial

1) Tidak mau menatap mata lawan bicara

2) Dipanggil tidak menoleh

3) Tak mau bermain dengan teman sebayanya

4) Asyik bermain dengan dirinya sendiri

5) Tidak memiliki empati atau tidak dapat merasakan yang dirasakan

orang lain

c. Komunikasi dan Bahasa

1) Terlambat bicara

2) Tak ada usaha berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa tubuh

3) Berkomunikasi dengan bahasa yang tak dapat dipahami

4) Tidak dapat memahami pembicaraan orang lain

BAB III

31
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dalam

Interaksi Sosial” merupakan penelitian berjenis kualitatif. Jenis penelitian ini

bersifat deskriftif dan cenderung menggunakan analisis.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dalam

Interaksi Sosial” menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah

metode penelitian yang bersifat menggambarkan suatu obyek penelitian secara

lengkap berdasarkan hasil olahan data penilitian.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data penelitian, penulis menentukan

sejumlah populasi dan sampel yang diperlukan sehubungan dengan hasil

penelitian.

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak Autis

Dalam Interaksi Sosial” berjumlah dua orang terdiri atas satu laki-laki dan satu

wanita.

32
3.3.2. Sampel Penilitian

Pengambilan sampel penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi

Anak Autis Dalam Interaksi Sosial” dilakukan dengan sampel total. Pengambilan

sampel total dilakukan dengan pertimbangan waktu untuk melakukan penelititan

sangatlah sedikit, objek untuk di teliti sangatlah sulit untuk dicari dan biaya yang

diperlukan sangatlah besar.

3.4. Teknik Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data penelitian, penulis

menggunakan dua buah teknik, yakni teknik pengumpulan data dan teknik

pengolahan data. Teknik pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk

mengumpulkan sejumlah hasil penelitian dengan menggunakan berbagai cara

tertentu. Sedangkan, teknik pengolahan data adalah cara pengolahan data yang

telah dikumpulkan dalam bentuk hasil lengkap.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi

Anak Autis Dalam Interaksi Sosial” dengan menggunakan teknik wawancara dan

observasi. Teknik observasi adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa

orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

33
3.4.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Anak

Autis Dalam Interaksi Sosial” dengan menggunakan analisis data. Teknik analisis

data adalah suatu cara atau metode untuk mengolah sebuah data menjadi

informasi. Sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami

dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan terutama adalah

masalah tentang sebuah penelitian.

3.5. Hipotesis (Dugaan Sementara)

Hipotesis atau dugaan sementara hasil penelitian berjudul “Kemampuan

Komunikasi Anak Autis Dalam Interaksi Sosial” adalah bermasalah terhadap

ekpresi dan sering bersikap apatis.

BAB IV

PEMBAHASAN

34
4.1. Data Awal Kosakata yang dimiliki anak autis

Kosakata yang diucapkan anak autis cenderung berulang, hal ini disebut

Ekolalia. Ekolalia adalah pengulangan kata atau frasa tertentu yang

diucapkan seseorang, baik langsung setelah kata diucapkan, maupun

nanti kemudian. Kondisi ini sering diumpamakan dengan mimikri burung

beo. Sebagai contoh, ketika ditanya, “Apa kamu mau makan nasi?” anak

penderita ekolalia menjawab “Mau makan nasi?” Ekolalia, tingkat tertentu,

dianggap sebagai bagian pembelajaran bahasa pada anak-anak kecil.

Namun, anak autis akan sangat bergantung pada ekolalia dan dapat terus

digunakan sampai masa remaja dan dewasa. Dalam kata lain Orang

dengan echolalia sering mengungkapkan sesuatu yang sama sekali tidak

berhubungan dengan situasi yang dihadapi. Mereka juga sering kali

mengulang pertanyaan berkali-kali sebelum menjawabnya. Mereka

cenderung mencetuskan kata-kata saat ia sedang melakukan sesuatu.

Tabel 1. kosakata yang sering diucapkan dan diulang

Kosakata yang diucapkan Digunakan saat

Tolong Saat tidak dihiraukan

Bodoh Saat marah

Allahuakbar Saat sedang menonton acara kesukaan nya

Tolol Saat marah

35
Kenapa Saat bertanya

Dimana Saat bertanya

Kemana Saat hendak bepergian

Bolehkah Saat meminta makan yang diluar diet

hariannya

Rasyid pintar Saat merasa tersinggung

Polisi polisi Saat dimarahi

Kata kata diatas sering digunakan dan sering diulang ulang walau pernyataan dari

dia sudah dijawab, ia akan mengulangi pertanyaan tersebut sampai berhenti

dengan sendirinya, misalnya : “Rasyid bolehkah makan pizza?”. Walau

pertanyaan itu sudah dijawab ia akan mengulangi pertanyaan tersebut

Berdasarkan tabel di atas, responden memiliki 10 (sepuluh) buah kata

yang sering disebutkan berulang setiap hari. Jika dilihat dari data urutan kata

pertama dan terbanyak disebutkan tiap hari adalah “Tolol”

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, tingkat keseringan penyebutan kata itu

dipengaruhi oleh seringnya responden mendengar kata" itu diucapkan pada

tayangan YouTube. Responden adalah penonton YouTube yang kurang baik, di

mana rata" per hari, responden menonton YouTube sebanyak 5 - 6 jam. Hal itu,

berpengaruh besar pd penggunaan kosa kata pada responden yg diamati.

36
Berdasarkan pernyataan di atas, responden memiliki 1 (satu) buah kata

yang sering disebutkan berulang setiap hari. Jika dilihat dari data jenis kata yang

terbanyak disebutkan tiap hari dapat disimpulkan bahwa responden sulit untuk

mengendalikan emosi serta cara mengekspresikannya

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, tingkat keseringan penyebutan kata itu

dipengaruhi oleh seringnya responden mendengar kata" itu diucapkan pada

tayangan YouTube. Responden merupakan seorang yang enggan memikirkan

dampak kepada seseorang yang dia ucapkan dalam kata lain responden bersifat

acuh tak acuh terhadap lingkungan sosial, responden cenderung sedikit lebih

merespons terhadap hinaan dibandingkan dengan panggilan lainnya seperti

panggilan saat kita menyuruhnya melakukan sesuatu , responden cenderung

mengulang kata tersebut beberapa kali,walau mengatakannya tanpa ekspresi,

responden cenderung melontarkan kata tersebut dengan muka yang datar walau

berulang kali, hal ini berpengaruh pada kemampuan berkomunikasi responden

dengan lingkungan sosialnya.

4.2. Kemampuan komunikasi Anak autis berinteraksi di lingkungan sosial

Responden menyatakan bahwa responden mampu mengutarakan apa yang

dipikirkannya, dimana sebelumnya responden belum

mampu melakukannya. Hal tersebut mampu dilakukan responden sejak SD,

misalnya, keinginan subjek untuk makan, “Mama Rasyid mau ayam kentaki” atau

”Mama Rasyid mau makan pizza”, responden sudah dapat menyampaikannya.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tentang hambatan kemampuan

Komunikasi anak dengan autism dan fenomena yang ditemui peneliti, penelitian

37
ini bertujuan untuk perlu diindentifikasi lebih lanjut bagaimana kemampuan anak

dengan autism dalam berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.

TABEL 1. DAFTAR PENGAMATAN

HARI JANGKA WAKTU JENIS INTERAKSI KOMUNIKASI

KE YANG TERJADI

1 3 menit Menyuruh Ketika peneliti

responden untuk memanggil namanya,

tidur siang ketika ia hanya melamun

responden sedang dengan gambarannya,

asyik menggambar Setelah beberapa saat

akhirnya responden

membalas dengan

dialog, “Rasyid tidak

mau na, Rasyid mau

menggambar saja”.

2 30 menit Menyuruh Ketika di panggil,

responden untuk responden langsung

mebersihkan kamar merespon dengan

cepat, namun 10 menit

kemudian responden

kembali melamun dan

meninggalkan

pekerjaannya, ketika

38
di panggil lagi,

responden

melanjutkan pekerjaan

nya, namun hal serupa

terjadi lagi, hingga

akhirnya responden di

teriyaki dengan

lantang agar

perhatiannya kembali

lagi

3 30 menit Menyuruh respoden Membutuhkan waktu

untuk menghafal yang cukup lama, tap

beberapa surah responden merespon

pendek dari Al- tanpa ada hambatan,

Quran karena responden

hanya disuruh

mengulangi kata yang

ia dengar.

4 45 menit Menyuruh Responden kesulitan

responden menjawab beberapa

mengerjakan tugas soal hitungan,

39
yang diberikan dari responden

guru nya menanyakan

bagaimana cara

menjawab soal

tersebut dengan

rangkaian kata yang

aneh seperti ini,

“Rasyid susah na

menghitung, tolong

soal nya jahat na”,

“dua puluh di bagi

empat apa na?”.

5 30-60 menit Bermain sendiri Responden asyik

dengan mainan sendiri dengan

mobil-mobilan kegiatannya, ia hanya

mengoceh dan

berteriak sembari

memainkan mobil-

mobilannya, seperti

sedang mengkhayal

akan sesuatu.

6 1 jam hingga 2 jam Membaca buku Perhatian responden

tentang pesawat hanya terpaku pada

40
tempur dan majalah buku yang ia baca,

mobil ketika peneliti

mencoba memanggil

nama responden,

butuh suara yang

lantang agar perhatian

responden dapat

merespons.

7 2 jam Main laptop dan Responden sangat

menonton YouTube sulit ketika dipanggil,

bahkan responden

hanya menoleh jika di

panggil beberapa kali

dengan sauara lantang,

responden sering

mengulangi kata-kata

yang ia dengar seperti,

“Dasar kau tidak

berguna”, dan

beberapa kalimat

dalam Bahasa Spanyol

41
Berdasarkan pernyataan di atas, responden akan sangat sulit berinteraksi

jika responden sedang melakukan hal yang ia sukai, dapat disimpulkan bahwa

responden memang memiliki hambatan dalam berinteraksi yaitu tidak

memberikan respon ketika diajak berinteraksi oleh peneliti dan hanya fokus pada

hal tertentu saja dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, tingkat kemampuan interaksi

responden dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitar responden dan kondisi

respondennya. Responden adalah seorang yang sulit diajak berkomunikasi jika

sedang melakukan sesuatu, di mana rata" per hari, responden. Melakukan hal yang

ia sukai, seperti menggambar dan lain lain. Hal itu, berpengaruh besar pd

pemusatan perhatian responden ketika diajak berinteraksi.

42
43

Anda mungkin juga menyukai