Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE (ANC)


DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

JUSMIRA S.Kep.
A1C121023

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………...……………) (…..…………………...…....)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

2022
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI KEHAMILAN DAN ANTE NATAL CARE


I. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah masa yang di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari) di
hitung dari hari pertama haid terakhir. (Depkes RI, 2005)
Kehamilan adalah seorang yang mengandung sel telur yang telah dibuahi
oleh seperma. Proses kehamilan merupakan satu mata rantai yang
berkesinambungan yang dimulai dari ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi
spermatozoa dan ovum lalu terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, setelah itu
terjadi nidasi pada uterus, pembentukan plasenta, pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai aterm. (Prawiroharjo, Sarwono, 2010)

2. Fase Kehamilan
a. Menurut Varney, 2007
a) Trimester pertama berlangsung pada minggu pertama sampai minggu ke-
12 (12 minggu)
b) Trimester kedua berlangsung pada  minggu ke-13 sampai minggu ke-27
(15 minggu)
c) Trimester ketiga berlangsung pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40
(13 minggu)
b. Menurut Yuni Kusmiyati,dkk (2010) menyatakan, usia kehamilan dibagi
menjadi:
a) Kehamilan Triwulan I: 0- 12 minggu
b) Kehamilan Triwulan II: 12- 28 minggu
c) Kehamilan Triwulan III: 28-40 minggu

3. Tanda-tanda Kehamilan
1) Presumtif / Tanda-tanda dugaan hamil
a. Amenore ( terlambat datang bulan)
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan
kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan
tafsiran tanggal persalinan dengan memakai rumus dari Naegele (walyani
2015)
b. Mual (nausea) dan muntah
Mual terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai
akhir triwulan pertama disertai kadang-kadang oleh muntah. Sering
terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut
morning sickness. Dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologis,
namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
dan disebut dengan hiperemesis gravidarum (walyani, 2015).
c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin
tuanya kehamilan (walyani, 2015).
d. Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
e. Payudara tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar
payudara bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum. (walyani, 2015)
f. Sering miksi
Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua
umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar
dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali
karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali
kandung kencing
g. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
h. Pingmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi, hidung dan dahi,
kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai
kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mamae juga menjadi
lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah
leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena pengaruh
hormon kortikostiroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit
(Walyani, 2015).
i. Perubahan sekitar payudara
 Hiperpigmentasi areola mamae
 Puting susu makin menonjol
 Kelenjar montgomery menonjol
 Pembuluh darah menifes sekitar payudara
j. Epulis
Hipertropi gusi disebut epulis bisa terjadi bila hamil
k. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi
disekitar genitalia ekterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan
pembuluh darah dapat hilang setelah persalinan (Walyani. 2015).

2) Probabilitas / Tanda kemungkinan hamil


Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat
diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik (walyani,
2015).
Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu :
a. Uterus membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin
lama makin bundar bentuknya
b. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah isthimus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lumak. Sehingga kalau
kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada
dinding perut di atas simpisis, maka ismus tidak teraba seolah-olah
korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus
c. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosavagina
termasuk juga porsio dan serviks.
d. Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut
berkembang lebih dulu.
e. Tanda Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis,
tidak nyeri biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu, tetapi baru dapat
diamati dari pemeriksaan apdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini
akan tetap meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai
mendekati persalinan.
f. Goodell Sign
Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita
merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada
perabaan selunak bibir atau ujung bawah daun.

3) Absolut / Tanda pasti kehamilan


a. Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
b. Teraba bagian anak oleh pemeriksa

c. Terlihat hasil konsepsi dengan USG


d. Teraba gerakan janin oleh pemeriksa

4. Diagnosa Banding Kehamilan


Pembesaran perut wanita tidak selamanya menjadi tanda suatu kehamilan,
sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :
1) Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan
tes biologis menunjukkan kehamilan.
2)      Tumor kandungan atau mioma uteri
 Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil
 Bentuk pembesaran tidak merata
 Perdarahan banyak saat menstruasi
3) Kista ovarium
 Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil
 Datang bulan terus berlangsung
 Lamanya pembesaran perut dpat melampaui umur kehamilan
 Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif
4) Hematometa
 Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil
 Perut terasa sakit setiap bulan
 Terjadi penumpukkan darah dalam rahim
 Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang positif
 Sebab himen in perforata
5)      Kandung kemih yang penuh
 Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan
menghilang.

5. Perubahan Pada Kehamilan


1) Perubahan dan Adaptasi Fisiologis
a. Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. (Manuaba, 2001)
Melasma di wajah yang biasa di sebut cloasma atau topeng
kehamilan, adalah bercak pada kulit di derah tonjolan maksila dan dahi
khususnya pada wanita hamil berkulit hitam. (Bobak, dkk. 2005)
Linea nigra adalah garis pigmentasi dari daerah symfisis pubis
sampai bagian atas fundus di garis tengah tubuh dan stria gravidarum
atau tanda regangan akan terlihat di bagian bawah abdomen. (Bobak,
dkk. 2005)
b. Perubahan kelenjar
Perubahan kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk
seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan payudara
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormone
Somatomatropin, esterogen, dan progesterone, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007)
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu keenam gestasi. Putting susu dan
areola menjadi lebih berpigmen dan lebih erektil. Hipertrofi kelenjar
sebasea / lemak yang muncul di areola primer dan tdisebut Tuberkel
Montgomery. (Bobak, dkk. 2005)
d. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama di bawah
pengaruh esterogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada
dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus.
Berat uterus normal < 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang < 20 cm dan dinding ±
2,5 cm. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007)
Selama minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah uterus dan
limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus,
servik dan istmus melunak secara progresif dan servik menjadi agak
kebiruan, yang disebut “Tanda Chadwick”. (Bobak, dkk. 2005)
Pada sekitar minggu ke 7 dan ke 8, terlihat pola pelunakan uterus
sebagai berikut : istmus melunak dan dapat ditekan (Tanda Hegar), servik
melunak (Tanda Goodell), dan fundus pada serviks mulai fleksi (Tanda
McDonald). (Bobak, dkk. 2005)
e. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormone esterogen mengalami perubahan
pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick.
Warna porsio pun tampak livide. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007)
Selama hamil, pH sekresi vagina menjadi lebih asam. Peningkatan
pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Dan
peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul menyebabkan
peningkatan sensitivitas yang menyolok, yang menyebabkan peningkatan
keinginan dan bangkitan seksual, terutama selama trimester kedua.
(Bobak, dkk. 2005)
f. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil
tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena
tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau
kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar
h. Sistem sirkulasi darah
Perubahan sistem sirkulasi darah menurut Mochtar, Rustam (1998)
adalah:
 Volume darah
Volume darah total dan volume plasma darah meningkat pesat sejak
akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak,
kira – kira 20 %, dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu,
diikuti curah jantung yang meningkat sebanyak ± 30 %.
 Protein darah
Jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam triwulan
pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan.
Beta – globulin dan fibrinogen terus meningkat.
 Hitung jenis dan haemoglobin (Hb)
Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume
plasma darah. Konsentrasi Hb menurun, ini disebabkan volume
plasma yang meningkat.
 Nadi dan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester
kedua, dan akan naik lagi seperti pra hamil. Nadi biasanya naik,
rata – rata 84 x / menit.
 Jantung
Pompa jantung mulai naik kira – kira 30% setelah kehamilan 3 bulan
dan menurun lagi pada minggu terakhir kehamilan.
i. Sistem pernapasan
Pada kehamilan terjadi  juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2. Di samping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32
minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan
O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar
20 – 25% dari biasanya. (Manuaba, 2001)
j. Sistem pencernaan
Saliva meningkat, dan pada trimester pertama mengeluh mual dan
muntah. Tonus otot saluran pencernaan melemah, sehingga motilitas dan
makanan lebih lama berada dalam saluran makanan. Gejala muntah /
emesis gravidarum sering terjadi biasanya pada pagi hari, disebut sakit
pagi / morning sickness.(Mochtar, Rustam. 1998)
k. Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69 – 70%.  (Manuaba, 2001)
l. Metabolisme
Menurut Manuaba (2001), perubahan metabolisme pada ibu hamil
yaitu sebagai berikut :
 Metabolisme basal naik sebesar 15 – 20% dari semula
 Keseimbangan asam basa mengalami penurunan 155 mEq/liter
menjadi 145 mEq/liter
 Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi. Dalam makanan
diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam
tiap hari
 Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
 BB ibu hamil bertambah
2) Perubahan dan Adaptasi Psikologis
a. Perubahan psikologis ibu
Trimester pertama Trimester pertama sering dianggap sebagai
periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah
terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan tehadap
kenyataan ini dan arti bagi semua ini bagi dirinya merupakan tugas
psikologis yang paling penting bagi dirinya. Salam trimester ini wanita
menjadi ambivalen. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Akan tetapi bagi wanita
terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha
keras untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa
dirinya telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal
tubuhnya.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara
wanita satu dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita mengalami
peningkatan hasrat seksual akan tetapi secara umum trimester pertama
merupakan waktu terjadinya penurunana libido dan hal ini memerlukan
komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangannya masing-
masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih saying yang besar
dan cinta kasih tanpa seks.
b. Trimester II
Trimester kedua sering di kenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
rasa ketidaknyamanan yang normal yang dialami oleh ibu hamil.
Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yakni fase pra-queckning dan
pasca quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya
kehidupan yang terpisah , yang menjadi dorongan bagi wanita dalam
melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester ini yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda
dari ibunya.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua,
kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam
hubungan seksual mereka dibandingkan dengan trimester I dan sebelum
hamil. Trimester kedua hamper terbebas  dari segala ketidaknyamanan
fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi
vagina menjadi semakin banyak pada masa ini, kekemasan, kekhawatiran
dan masalah – masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada
wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang
menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang pencari kasih sayang
dari pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan
libido dan kepuasan seksual.
c. Trimester III
Trimester ketiga ini sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Ia mulai menyadari kehadiran bayi sebagi makhluk yang
terpisah sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi. Dalam
trimester ini merupakan waktu persiapan yang aktif menantikan kelahiran
bayinya. Hal ini membuat ia berjaga-jaga dan menunggu tanda dan gejala
persalinan.
Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa cemas
dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti : apakah bayinya
nanti akan lahir abnormal, terkait dengan persalinan dan pelahiran (nyeri,
kehilangan kendali dan hal –hal lain yang tidak diketahui), apakah ia
akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu
keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya
akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangannya.  Hasrat untuk melakukan hubungan seksual 
akan menghilang seiring dengan membesarnya abdomen yang menjadi
penghalang. Alternative possisi dalam berhubungan seksual dan metode
alternative  untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat
menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan
cara- cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan
konsultasi mereka dengan tenaga kesehatan menjadi sangat penting.

II. Ante Natal Care (ANC)


1. Pengertian
Menurut Walyani 2015, Ante Natal Care (ANC) ialah suatu program
yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan
yang aman dan memuaskan.

2. Tujuan Ante Natal Care


Menurut Purwaningsi (2010) tujuan asuhan Antenatal Care (ANC) adalah
sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh k embang janin
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial pada
ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Ekslusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. Frekuensi Kunjungan ANC


Menurut Saifuddin, AB (2002), sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal, yaitu :
1) 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 - 28)
3) 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan
sesudah minggu ke 36)

4. Informasi Saat Kunjungan ANC


1) Trimester I (Sebelum minggu ke 14)
 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil
 Mendeteksi masalah dan menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan, seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan persiapan menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan dan istirahat)
2) Trimester II (Sebelum minggu ke 28)
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre eklamsia
(tanya ibu tentang gejala pre eklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
3) Trimester III (Sesudah minggu ke 36)
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di RS.
(Saifuddin, AB. 2002)

5. Langkah-Langkah dalam Perawatan Kehamilan/ANC


Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Berat badan dihitung setiap ibu datang untuk mengetahui kenaikan BB dan
penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai
16 kg. (prawirohardjo, 2010).) Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor pada ibu hamil. Tinggi
badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya
CPD ( Cephalo Pelvic Disproportion ).
b. Tentukan tekanan darah
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan
tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau
rendah. Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala
kearah hipertensi dan preeklampsia. Apabila turun dibawah normal kita
pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole:
110/80-120/80. (Walyani 2015)
c. Tentukan status gizi (ukur LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko Kurang Energi
Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(Walyani 2015).
d. Tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter, letakkan
titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus
tidak boleh ditekan).
Tabel 2.1. Pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita ukuran
Umur Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri (cm)
Dalam Bulan
20 5 bulan
23 6 bulan
26 7 bulan
30 8 bulan
33 9 bulan
Sumber: Wirakusumah dkk (2012)

Tabel 2.2 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Menggunakan Jari


Tinggi Fundus Usia Kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas 12 minggu
simfisis
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah 20 minggu
pusat
24 minggu
Setinggi pusat
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
½ pusat-procesus xipoideus 34 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari dibawah procesus xipoideus 40 minggu
Sumber : (Walyani,2015)

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mngetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau keapala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit, atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Pemberian imunisasi TT
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum.
Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah- merahan dan bengkak untuk 1-
2 hari pada tempat penyuntikkan. Ini akan sembuh tanpa pengobatan.

Tabel 2.3 Imunisasi TT


Selang Waktu
Imunisasi
Minimal Pemberian Lama Perlindungan
TT
Imunisasi
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 10 tahun
3
TT 5 12 bulan setelah TT 25 tahun/ seumur hidup
4
Sumber: Kusmiyati, 2010

g. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe)


Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat
dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Setiap ibu hamil
harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal
90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Cara
pemberian adalah satu tablet Fe per hari, sesudah makan, selama masa
kehamilan dan nifas. Perlu diberitahukan pada ibu hamil bahwa normal bila
warna tinja mungkin hitam setelah minum obat ini. Dosis tersebut tidak
mencukupi pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutama anemia berat (8
gr% atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 kali 100
mg/hari selama 2 bulan sampai dengan melahirkan.
h. Tes Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah
endemis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
1) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (HB)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya, karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil pada trimester II dilakukan atas indikasi.
3) Pemeriksaan protein dalam urine
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada
trimester II dan III atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya protein uria pada ibu hamil. Protein uria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsi pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester I, sekali pada trimester II dan sekali pada trimester III.
5) Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan
darah malaria dalam rangka skrining pada kunjungan pertama antenatal.
Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan tes sifilis.
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
7) Pemeriksaan HIV
Tes HIV wajib ditawarkan oleh tenaga kesehatan kesemua ibu hamil
secara inklusif dengan pemeriksaan laboratorium rutin lainnya didaerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi dan didaerah epidemi HIV rendah
penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil
dengan IMS dan TB. Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated
Testing And Counselling (PITC) atau tes HIV atas Inisiatif Pemberi
Pelayan Kesehatan (TIPK).
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.
i. Konseling
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi :
a) Kesehatan Ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b) Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur serta olahraga ringan.
c) Peran Suami/Keluarga dalam Kehamilan dan Perencanaan Persalinan
Suami, keluarga atau masyarakatat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas
agar segera dibawah ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Serta Kesiapan
Menghadapi Komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dan
sebagainya.
e) Asupan Gizi Seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hai ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
f) Gejala Penyakit Menular Dan Tidak Menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan
tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan koseling di daerah Epidemi
meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan Tuberkulosis di
daerah Epidemi rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk melakukan tes HIV dan segera
diberikan informasi mengenai risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan konseling
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang
negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif Selama
hamil, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Pemberian ASI Ekslusif
Setiap ibu hamil danjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
penting ASI dilanjukan sampai bayi berusia 6 bulan.
i) KB Pasca Bersalin
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
j) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih
memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami
tetanus neonaturum. Setiap ibu hamil minimal mempunyai mempunyai
status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi.

6. Tanda Bahaya Kehamilan


 Berkaitan dengan ibu
Menurut Saifuddin (2002), tanda bahaya ibu hamil adalah :
a. Perdarahan peervaginam
b. Sakit kepala lebih dari biasa
c. Gangguan penglihatan
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan
e. Nyeri abdomen / epigastrik
 Berkaitan dengan janin
Menurut Manuaba (2001), tanda bahaya pada janin adalah :
a. Badan panas disertai tanda infeksi lainnya
b. Gerak janin terasa berkurang atau menghilang
c. Perut terasa semakin kecil
IV. Pathway
Kehamilan
(Konsepsi dan nidasi)

Perubahan hormonal
(peningkatan hormon estrogen progesteron)

Metabolisme
Meningkat Aktifitas kelenjar Pembesaran Penekakan pada Tonus otot saluran Perubahan
meningkat uterus vesika urinaria pencernaan menurun psikologis

Cardiak out Produksi Hcl


put meningkat lambung dan saliva Diafragma Peran baru
Frekuensi miksi Motilitas usus
meningkat tertekan dalam keluarga
meningkat menurun

Frekuensi nadi Rangsangan Pengembangan diafragma Keterbatasan


meningkat Inhibisi refluks spingter kognitif
terhadap medula tidak optimal
menurun
vomiting center
meningkat
Intake nutrisi
Sisa pencernaan Cemas
berkurang Ekspansi paru tertahan lama pada
Mual dan muntah menurun usus
Kelemahan Gangguan pola
fisik tidur dan
Aktifitas Kekurangan Pola napas tidak
Konstipasi istirahat
intoleras volume cairan efektif
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Oksigenasi
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan akibat desakan pembesaran rahim
pada diafragma, mengakibatkan pergerakan diafragma pada saat respirasi tidak
optimal sehingga terjadi peningkatan respirasi yang fisiologis sekitar 20-25%.
2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Akibat pengaruh peningkatan hormon estrogen dan progesteron terjadi
peningkatan secresi Hcl lambung, mengakibatkan terjadinya mual dan muntah
dalam batas yang fisiologis. Akibat maul dan muntah intake cairan akan berkurang.
3. Kebutuhan Sirkulasi
Tekanan darah agak lebih rendah dari pada normal (8 – 12 minggu), kembali
pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan teakhir. Denyut nadi
meningkat 10-15 %. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan
peningkatan volume, varises, sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada
(terutama pada trimester terakhir).
4. Kebutuhan Nutrisi
Terjadi peningkatan metabolisme basal 15-20%. Akibat pengaruh
peningkatan hormon estrogen dan progesteron terjadi peningkatan secresi Hcl
lambung, mengakibatkan terjadinya mual dan muntah dalam batas yang fisiologis.
Akibat maul dan muntah intake nutrisi akan berkurang.
5. Kebutuhan Eliminasi
Akibat desakan pembesaran rahim terhadap kandung kemih mengakibatkan
kandung kemih cepat terasa penuh, sehinggan menyebabkan frekuensi miksi
meningkat. Akibat peningkatan hormon progesteron peristaltik usus menurun,
sehingga menyebabkan gangguan konstipasi.
6. Kebutuhan Aktifitas
Adanya berbagai respon adaptasi fisiologis pada kehamilan mengakibatkan
bumil cepat mengalami kelelahan pada saat beraktifitas.
7. Kebutuhan Rasa Aman
Respon adaptasi psikologis terhadap penerimaan peran baru dalam keluarga
dan keterbatasan kognitif mengakibatkan timbulnya kecemasan.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
1) Identitas
 Nama suami dan istri  
Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat terjalin
komunikasi dengan baik.
 Usia      
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20 sampai 30
tahun.
 Alamat                   
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan / informasi bila
diperlukan. Bila keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat tersebut
bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya.
 Pekerjaan              
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien.
 Agama     
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien/klien.
 Pendidikan      
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
 Status perkawinan 
Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan
ditanyakan tentang keberapa kalinya.       
 Lama Perkawinan 
Kalau orang hamil suda lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini
harus diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal)
2) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
 Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang
mencari pertolongan.
 Riwayat keluhan utama
 P  : Provokasi / palatif (penyebab)
 Q : Quality / bagaimana gejala dirasakan
 R : Region / dimana gejala dirasakan
 S : Skala keadaan / seberapa parah yang dialami pasien
 T : Time / sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan

2. Riwayat kesehatan sekarang


Yang perlu dikaji : sejak kapan ibu merasakan pergerakan anak, umur
kehamilan, ANC berapa kali, dimana imunisasi TT didapatkan, teraphie yang
didapatkan, penyuluhan yang didapatkan, bila mulai didapatkan gerakan
anak,kalau kehamilan masih muda adalah mual, muntah, sakit kepala,
perdarahan.kalau kehamilan tua adalah bengkak di kaki/muka, sakit kepala,
perdarahan, sakit pinggang dan lain-lain.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid
atau tidak.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.
c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB. Hal
ini penting diketahui apakah kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit menular
yang dapat mempengaruhi persalinan.
c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
a) Inspeksi
1) Muka  : adakah cloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau
merah adakah oedema pada muka,bagaimana keadaan lidah, gigi.
2) Leher : apakah vena terbendung dileher, apakah ada pembesaran kelenjar
gondok dan limpe.
3) Dada  : bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang susu,
keadaan puting susu, adakah kolostrum
4) Abdomen GIT  : bentuk abdomen,warna, adakah luka bekas operasi
apendeksitis, terbagi 9 regio hipokondria kanan (pembesaran hepar),
epigastrik (gastritis), hipokondria kiri (pembesaran lien), lumbal kanan
dan kiri (ginjal), umbilikus, iliaka kanan (apendiksitis), hipokondria,
iliaka kiri (scibala).
5) Abdomen obstetrik  : perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan
pucat, pigmentasi linia alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi
uterus, adakah strie gravidarum atau bekas luka.
6) Vulva  : keadaan perineum, carilah varises, tanda chadwick, condyloma
akuminata, flour albus..
7)   Anggota bawah   : cari varises, oedema, luka, cicatrix pada lipat paha,
CRT kembali ≤ 1 detik untuk mengetahui kemungkinan dehidrasi.
b) Palpasi
1) Tujuan :
 Menentukan besarnya rahim dan dengan ini menentukan usia
kehamilan.
 Menentukan letaknya anak dalam rahim
2) Menentukan usia kehamilan menurut Mc.Donald
 Umur kehamilan dalam bulan di ukur dari panjang antara simfisis
pubis dan puncak fundus uteri dalam sentimeter dibagi 3 ½ cm.
3) Menentukan usia kehamilan menurut perhitungan TFU secara
internasional
1) Kurang dari 12 minggu – belum dapat diraba di atas simpisis.
2) 12 minggu – 1-2 jari di atas sisfisis.
3) 16 minggu – pertengahan antara sisfisis dan pusat
4) 24 minggu – setinggi pusat
5) 28 minggu – 3 jari diatas pusat
6) 32 minggu – pertengahan antara pusat dan px
7) 36 minggu – 3 jari dibawah px
8) 40 minggu – pertengahan px dan pusat (3 jari diatas pusat)
4) Menurut leopold
1) Leopold I
Tujuan :menentukan tinggi fundus uteri (TFU) dan bagian janin yang
terabadalam fundus.
Cara :
a) Pasien dipersiapkan (tidur telentang, kaki ditekukan)
b) Perawat berada di sisi kanan pasien (berhadapan muka) memulai
pemeriksaan dengan meletakkan kedua telapak tangan di perut
pasien bagian bawah lalu bergerak menyusur kefundus uteri untuk
menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat di fundus.
Hasil pemeriksaan :
 Bokong : tidak keras, lebar, tidak melenting
 Kepala : keras, melenting pada saat goyang
 Lintang : teraba bagian kecil janin

Gambar 3.1 Pemeriksaan Leopold 1 (Purwaningsih, 2010)


Tabel : TFU menurut penambahan pertiga jari.
Usia Pengukuran TFU
kehamilan
(Mggu)
12 3 jari diatas simpisis
16 Pertengshan pusat dan
simpisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat dan px
36 3 jari dibawah px
40 Pertengahan pusat dan px
2) Leopold II
Tujuan :menentukan letak punggung janin dan bagian terkecil dari
janin.
Cara :
a) Posisi sama seperti pemeriksaan leopold I
b) Melakukan pemeriksaan dengan meletakan satu tangan di salah
satu sisi perut pasien dan tangan yang lainnya menyusuri pada sisi
yang berlawanan.
Hasil pemeriksan :
 Letak punggung: permukaannya keras dan lebar dan jika
menemukan tangan atau kaki merupakan bagian terkecil dari bayi,
jika punggung janin berada pada sisikanan ibu, dikatakan
punggung kanan pun sebaliknya punggung kiri.
 Letak lintangakan teraba kepala

Gambar 3.2 Pemeriksaan Leopold II (Purwaningsih, 2010)


3) Leopold III
Tujuan Menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian bawah
tersebut terpegang (masuk PAP/belum)
Cara :
a) Posisinya masih samadengan pemeriksaan leopold I dan II
b) Melakukan pemeriksaan dengan meletakkan satu tangan (non
dominan) dibagian fundus dan tangan yang satunya meraba
pada bagian simpisis sambal meminta pasien untuk
menarikana pas dalam.
Hasil pemeriksaan :
 Presentasi kepala : kepala, keras, bulat
 Bokong : lunak, tidak bulat
 Lintang : simfisis pubis terasa kosong
Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien. Bagian
terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan. Di tentukan apa yang menjadi bagia terendah janin dan
ditentukan apakah sudah mengalami engagemen/belum.

Gambar 3.3 Pemeriksaan Leopold III (Purwaningsih , 2010)


4) Leopold IV
Tujuan : menentukan seberapa besar bagian bawah janin masuk PAP.
Cara :
Posisi ibu tidur terlentang dengan kaki diluruskan dan pemeriksan
menghadap kekaki ibu penderita untuk menentukan bagian terendah
janin yang masuk PAP.
Hasil pemeriksaan :
Jika kita rapatkan ke dua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba diluar :
a) Convergent → bagian kecil dari kepala turun ke rongga panggul
b) Sejajar → separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
c) Divergent → sebagian besar dari kepala masuk kedalam rongga
panggul
Auskultasi :stetoskop mononural, stetoskop kepala, doptone.
c) Auskultasi
 DJJ terdengar dimana,frekwensi, irama, dengan cara 5 detik berselang, 30
menit dikalikan 2/dihitung selama 1 menit penuh.
 Kalau bunyi jantung janin kurang dari 120/menit atau lebih dari 160/menit
atau tidak teratur,maka anak dalam keadaan asphyxial (kekurangan O2)
d. Pemeriksaan panggul
 Pengukuran Ukuran-ukuran panggul luar, meliputi :
 Distantia spinarum (N = 23-26 cm)
 Distantia cristarum (N = 26-29 cm)
 Conjungtiva externa/boudelogue ( N = 18-20 cm)
 Lingkar panggul ( N = 80-90 cm)
 Distantia spina illiaca posterior superior ( N = 8-10 cm)
 Distantia tuberum (N = 10,5-11 cm)
 Pengukuran panggul dalam, meliputi :
 Promotorium (N = tidak teraba)
 Linea inominata ( N = teraba 2/3 bagian)
 Sacrum ( N = cekung)
 Spina ischiadica (N = menonjol)
 Arcus pubis ( N = > 900)
e. Pemeriksaan laboratorium
 Urine Albumin
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air kemih, missal :
gejala pre-eklampsia, penyakit ginjal, radang kandung kencing.
 Urine Reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat mendeteksi
penyakit DM pada ibu hamil yang merupakan faktor risiko dalam
kehamilan maupun persalinan.
 Haemoglobin
Untuk mendeteksi adanya anemia, bila Hb kurang dari 10 gr%. (normalnya
: 11 gr%)
f. USG
Untuk mengetahui keadaan janin, letak janin, usia kehamilan dan perkiraan
persalinan.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
 Nutrisi
Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama hamil, apakah
sudah selesai kebutuhan ibu hamil.
 Eliminasi
Bagaimana pola BABnya, konstipasi merupakan hal yang umum selama
kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan peristaltik
usus dan pembesaran uterus yang menahannya. Sering kencing
merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan terakhir
masa kehamilan karena rongga perut dipenuhi oleh pembesaran uterus.
 Istirahat
Waktu istirahat lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil.Istirahat
hendaknya diadakan pula waktu siang hari
 Aktivitas
Bagi ibu hamil pekerjaan rumah tangga dapat dilaksanakan, bekerja
sesuai kemampuan dan makin dikurangi semakin tuanya kehamilan.
 Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu
diperhatikan dalam hygiene kehamilan meliputi : kebersihan mulut,
pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit, muka dan kebersihan pakaian
luar dan dalam.
 SexualPerlu ditanyakan untuk mengetahui masalah yang terjadi selama
kehamilan, berapa kali dalam seminggu melakukannya.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan adanya factor-faktor resiko khusus, krisis situasi,
ancaman pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai
esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan perubahan napsu makan, mual/muntah,
tidak mengenal peningkatan kebutuhan metabolik.
3) Hipovolemia berhubungan dengan output berlebihan (muntah), peningkatan
kebutuhan cairan.
4) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan atau pergeseran
diafragma.
5) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologik, perubahan pola
tingkat aktivitas, sesak.
7) Nyeri berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal
8) Hipervolemia berhubungan dengan perubahan, mekanisme regulator, retensi
natrium/air.
9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

1) Intervensi
1) Ansietas berhubungan dengan adanya factor-faktor resiko khusus, krisis situasi,
ancaman pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-
nilai esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cemas
berkurang/hilang
Kriteria hasil :
- Menerima tanggung jawab untuk menghilangkan kecemasan
- Melaporkan hasil penatalaksanaan kecemasan
Intervensi :
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetik khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus-menerus.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan perubahan napsu makan, mual/muntah,
tidak mengenal peningkatan kebutuhan metabolic.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
 BB Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
 Mengikuti diet yang dianjurkan
 Mengkonsumsi suplemen zat besi atau vitamin sesuai resep
 Menunjukkan penambahan yang sesuai
Intervensi :
a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam, perhatikan kondisi rambut, kuku dan kulit
b. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet prenatal dan
suplemen vitaminzat besi setiap hari.
c. Perhatikan adanya mengidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan
tingkat motivasi untuk makanannya.

d. Timbang BB klien. berikan informasi tentang penambahan prenatal yang


optimum.
e. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
3) Hipovolemia berhubungan dengan output berlebihan (muntah), peningkatan
kebutuhan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam kebutuhan
volume cairan tubuh terpenuhi.
Kriteria hasil :
 Menurunkan keparahan mual dan muntah.
 Mengkosumsi caiarn dalam jumlah cukup per hari
 Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi yang memerlukan tindakan
Intervensi :
a. Tentukan frekuensi/beratnya mual/muntah.
b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (ex ; ulkus peptikum,
gastritis, kolesistitis)
c. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, TD, suhu, masukan/haluran.
d. Anjurkan klien mempertahankan masukan/haluaran, tes urin dan penurunan
BB setiap hari.
e. Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan enam kali
sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat
(popcorn, roti kering sebelum bangun tidur.
4) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan/pergeseran diafragma.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam pola napas
efektif.

Kriteria hasil :
 Melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
 Mendemonstrasikan perilaku yang mengobtimalkan fungsi pernafaskan.
Intervensi :

a. Kaji status pernapasan (mis : sesak napas pada pergerakan tenaga


kesehatan)

b. Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi/ ada sebelumnya
(mis : alergi, rhinitis, asthma, masalah sinus, dan tuberculosis).
c. Berikan informasi tentang rasional : untuk kesulitan pernapasan dan
program aktivitas latihan yang realistis. Anjurkan sering istirahat, tambah
waktu untuk melakukan aktivitas tertentu, dan latihan ringan seperti
berjalan.
d. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi
masalah : mis ; postur yang baik, menghindari merokok, makan sedikit tapi
lebih sering, dengan menggunakan posisi semi – fowler, untuk duduk atau
tidur bila gejala berat
5) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat
memahami perubahan yang terjadi.
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi perilaku yang dapat menurunkan statis urin.
 Menyebutkan tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi intervensi.
 Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
Intervensi :

a. Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan


trimester ketiga.
b. Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas sehari.
c. Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan
penghilangan natrium dan diet.
d. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur, perhatikan
keluhan-keluhan nokturia.
b. Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine dalam waktu
yang lama.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologik, perubahan pola
tingkat aktivitas, sesak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan
pola tidur dapat teratasi.
Kriteria hasil :

 Pola tidur teratur


Intervensi :
a. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan
kehamilan, teruskan pola tidur saat ini.
b. Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur,
anjurkan alat Bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, membaca, mandi
air hangat, dan penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.
c. Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur pada
posisi semi fowler.
d. Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan klien untuk istirahat 
7) Nyeri berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri
hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Ungkapan verbal/non verbal dari kenyamanan
Intervensi :
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien
b. Kaji status pernapasan klien.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara
jalan.
d. Perhatikan adanya kram pada kaki. Anjurkan klien untuk meluruskan kaki
dan mengangkat telapak kaki bagian dalam ke posisi dorsofleksi,
menurunkan masukan susu, sering mengganti posisi dan menghindari
berdiri/duduk lama.
e. Kaji adanya/frekuensi konsistensi Braxton hicks. Berikan informasi
mengenai fisiologi aktivitas uterus.
8) Hipervolemia berhubungan dengan perubahan, mekanisme regulator, retensi
natrium/air.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam kelebihan
volume cairan tubuh teratasi.
Kriteria hasil :
 Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan
masukan dan pengeluaran,
 bunyi nafas bersih/jelas,
 tanda vital dalam rentang yang dapat diterima
 berat badan stabil dan tidak ada edema.
 Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau berat badan secara teratur.
b. Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah, pantau
lokasi/luasnya edema, masukan atau haluaran cairan.
c. Berikan informasi tentang diet (mis ; peningkatan protein, tidak
menambahkan garam meja, menghindari makanan dan minuman tinggi
natrium).
d. Anjurkan meninggikan ekstremitas secara periodic selama sehari.
9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat
toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan
diri sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
a. Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap
pekerjaan, keluarga, komunitas dan diri sendiri.
b. Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.
c. Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan
mengkonsumsi suplemen zat besi setiap hari, sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta. 2001.


Mansjoer, A. Dasar-dasar Keperwatan Maternitas, EGC : jakarta. 2010.

Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC : Jakarta. 2002.

Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2010.

Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.


2010.

Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu bedah kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:


Jakarta. 2010.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai