Anda di halaman 1dari 4

Anak kesulitan belajar

Menurut H. Abin Syamsudin Makmun (2000: 307) “Kesulitan belajar adalah suatu kejadian
atau peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran, sejumlah siswa
mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas bahan yang diajarkan atau dipelajari”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar
adalah seseorang yang memiliki IQ rata-rata hingga superior, yang mengalami kesulitan atau
gangguan dalam mempelajari bidang akademik dasar tertentu sebagai akibat dari
terganggunya sistem syaraf pusat yang terkait, atau pengaruh tidak langsung dari berbagai
faktor lain seperti gangguan
Komunikasi anak kesulitan belajar
Anak yang berprestasi rendah (underachievers), menurut Delphie (2006:35) umumnya kita
temui disekolah, karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang tertentu yang
diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Ada sebagian besar dari
mereka mempunyai nilai pelajaran sangat rendah ditandai pula dengan test IQ di bawah re-
rata normal. Mereka mempunyai karakteristik khusus berupa kesulitan di bidang akademik,
masalah-masalah kognitif, dan masalah emosi sosial.
Dalam bidang kognitif, berkaitan erat dengan kemampuan berpikir. Umumnya peserta didik
yang berprestasi rendah menunjukkan kekurangmampuan dirinya dalam mengadaptasi proses
informasi yang datang pada dirinya. Baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun persepsi
tubuhnya (visual, auditory and spatial perception).
Karakteristik anak dengan kesulitan belajar sangat berbeda dengan anak-anak lain
diantaranya:
a. Kemampuan persepsi yang rendah
b Kesulitan menyadari tubuh sendiri
c. Kelainan gerak
d. Tingkat atensi yang tidak tepat
Interaksi sosial anak kesulitan belajar
interaksi sosial merupakan suatu proses hubungan timbal balik atau interaksi dua orang atau
lebih yang saling mempengaruhi sebagai langkah perbaikan tingkah laku individu dalam
situasi sosial dimanapun mereka berada. Beckstread & Goetz (1990, hlm. 5) mengungkapkan
bahwa interaksi sosial ditandai dengan adanya aspek/dimensi interaksi sosial, yaitu role
(peran), purpose (tujuan), dan topography (keterlibatan/partisipasi). Adapun pemaparan
mengenai aspek/dimensi interaksi sosial secara rinci yaitu : Role (peran) terdiri dari initiation
(memulai) dan acknowledgement (merespon).
Interaksi sosial merupakan salah satu tugas perkembangan sosial yang harus dicapai dengan
baik oleh peserta didik, karena dengan dapat mencapai kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama
Masing-masing siswa memiliki gejala kesulitan yang berbeda dan memiliki hambatan yang
berbeda dalam berinteraksi sosial dengan guru maupun teman sebayanya. Frekuensi terendah
yang ditemukan dalam kesulitan belajar yaitu siswa lebih banyak memilih bolos sekolah
ketika ada pelajaran guru mata pelajaran yang tidak di sukai, Memilih tidak bersekolah ketika
sedang hujan, dan cenderung tidak tertarik untuk menyimak penjelasan materi yang
dipaparkan oleh guru. Sedangkan frekuensi terendah yang ditemukan dalam interaksi sosial
yaitu cenderung tidak percaya bahwa pendapat yang dilontarkan itu tidak pernah keliru
merasa di saat menjadi seorang ketua dalam sebuah kegiatan semua anggota harus bisa
menerima pendapat yang dilontarkan, dan cenderung tidak menyanggupi apapun tugas yang
diberikan oleh guru. Kesulitan yang paling sering dialami oleh siswa yang mengalami
hambatan dengan guru maupun teman sebaya yaitu siswa memerlukan waktu yang lebih lama
dalam memahami materi dibandingkan dengan teman-teman yang lain, merasa bingung
terkait pelajaran yang disampaikan oleh guru, hanya memahami sebagian materi yang
dijelaskan oleh guru dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya, sulit memahami tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru, terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan
oleh guru sesuai batas waktu yang ditentukan, mengantuk jika guru menjelaskan materi
pembelajaran, belajar tidak harus mematuhi peraturan yang ada di sekolah, malas untuk pergi
kesekolah, tidak perlu lagi membaca materi yang diberikan guru ketika di rumah, tidak peduli
jika mendapat nilai jelek dan tidak tertarik untuk memperoleh juara kelas.
Perilaku sosial anak kesulitan belajar

Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Secara Umum

Menurut Clement yang dikutip oleh Hallahan dan Kauffman (1991:133) terdapat gejala   
yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar yaitu:

1. Hiperaktif

2. Gangguan persepsi motorik

3. Emosi yang labil

4. Kurang koordinasi

5. Gangguan perhatian

6. Impulsive

7. Gangguan memori dan berfikir

8. Kesulitan pada akademik khusus(membaca, matematika, dan menulis)

9. Gangguan dalam berbicara dan mendengarkan

10. Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neorologis yang tidak
jelas
Selanjutnya para peneliti mengelompokkan kesepuluh cirri tersebut dengan menggabungkan
hal-hal yang dianggap sejenis yaitu:

1. Masalah persepsi dan Koordinasi

Hallahan (1975) megemukaan bahwa beberapa anak  kesulitan belajar menunjukan gangguan
persepsi penglihatan dan pendengaran.  Seperti yang dialami oleh tuna netra atau tuna rungu.
Anak yang mengalami gangguan persepsi visual tidak dapat membedakan huruf atau kata-
kata yang mirip seperti hurub “d” dengan “b”  kata “sabit” dengan “sakit”. Anak berkesulitan
belajar  ada juga yang mengalami masalah koordinasi motorik, yaitu gangguan keterampilan
motorik halus seperti gangguan dalam menulis dan keterampilan motorik kasar  seperti  tidak
dapat melompat dan menendang bola secara tepat.

2. Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif

Para ahli menekankan dalam hal ini masalahnya bukan pada kelebihan gerakya akan tetapi 
lebih mendasar sulitnya berkonsentrasi.  Anak yag hiperakti banyak gerak sulit melakukan
kontak mata dan sulit mengkonsentrasikan perhatiannya. Sebagai contoh apabila anak diberi
tugas melakukan sesuatu ia tidak dapat menuntaskan pekerjaannya karena peratiannya segera
beralih pada objek lainnya.

3. Mengalami gangguan dan i masalah mengigat dan berikir

a. Masalah mengingat 

Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk meningat sesuatu
contoh: kepada beberap anak diperlihatkan suatu daftar kata untuk diingatkan. Anak pada
umumnya spontan dapat mengkatagorikan kata-kata tersebut dengan mudah. Sedangkan anak
yang berkesulitan belajar tidak mampu melakukan strategi tersebut.

b. Masalah Berfikir

Berfikir meliputi kemapuan untuk memecahkan masalah. Anak berkesulitan belajar


mengalami kelemahan dalam masalah tersebut.  Contoh Bagaimana mengungkapkan kembali
suatu cerita yang telah dibacanya. Anak berkesulitan belajar tidak mampu dalam
menceritakannya kembal.

4. Kurang mampu Menyesuaikan Diri

Anak berkesulitan belajar kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak
yang berkesulitan belajar sering mengalami kegagalan. Dampak dari kegagalan tersubut anak
anak menjadi kurang percaya diri, merasa cemas,  dan takut melakukan kesalahan.

5. Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif

Anak berkesulitan belajar kurang mampu malakukan strategi untuk memecahkan masalah
secara spontan. Contohnya Anak berkesulitan belajar tidak berani menjawab soal dipapan
tulis secara spontan.

6. Pencapaian hasil Belajar yang Rendah


Sebagian Anak berkesulitan belajar  memiliki ketidakmampuan dalam berbagai bidang
akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan tulisan, berhitung, dll

Sumber referensi
Wahyudiansyah. 2022. “Modul 8: Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar”. Di akses pada
tanggal 27 Februari 2022. https://www.wahyudiansyah.com/2020/12/pendidikan-anak-
berkesulitan-belajar.html
Ratman Anggar. INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD
NEGERI BANYUSOCO II. Artikel Jurnal Skripsi. Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta
Fatma Laili Khoirun Nida. 2013. “Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”. Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam. AT – TABSYIR

Herawati,Suherman. 2017. Kesulitan Belajar Berlatar Interaksi Sosial Peserta Didik Di


Sekolah. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice &Research (2018)

Anda mungkin juga menyukai