PENDAHULUAN
Perkakas bengkel hampir selalu tersedia pada setiap satuan kehidupan bahkan di
rumah tangga kebanyakan ditemukan peralatan bengkel standar yang digunakan
untuk perawatan dan perbaikan barang-barang keperluan rumah tangga. Juga di
kantor-kantor, banyak pekerjaan dan perawatan kecil yang lebih efisien jika
dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan perbengkelan selalu
dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan terutama dalam lingkup pertanian.
Kebutuhan manusia atas bahan pangan yang dihasilkan dari lingkup pertanian
semakin meningkat berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk dunia yang
kian semakin banyak. Alat-alat konvensional dalam bidang pertanian masih
kurang memadai untuk meningkatkan produksi bahan pangan tersebut. Maka
dibutuhkan teknologi yang lebih maju dan modern. Dalam perancangan alat atau
mesin yang lebih modern diperlukan tempat serta alat yang layak dan tepat untuk
merancang hingga membuat alat seutuhnya. Pengenalan tentang perbengkelan
dalam bidang pertanian menjadi cukup penting. Sehingga dapat dipelajari tentang
seluruh jenis dan fungsi alat serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.
Dalam bengkel manapun perlu pengelompokan alat perbengkelan untuk
mempermudah pada saat akan digunakan sehingga perlu ditata dan dikelompokan
sesuai dengan fungsi sehingga tidak mempersulit pekerja pada saat akan
menggunakan alat dan akan mengefisienkan waktu kerja. Pada usaha tani dengan
skala yang lebih besar, pentingnya bengkel semakin nyata. Alat yang dimiliki
suatu perusahaan pertanian dimaksudkan untuk dapat digunakan dengan
semestinya, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Setiap alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda. Dengan mengetahui
jenis dan fungsi alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia
industri modern telah dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat
aturan-aturan atau tata cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum Pengenalan dan
Inventarisasi Alat-Alat Bengkel agar mahasiswa dapat mengetahui golongan,
inventarisasi alat serta mengerti cara penggunaan alat bengkel dengan benar.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui
fungsi dari alat dan mesin yang digunakan dalam bengkel pertanian dan membagi
alat-alat perbengkelan berdasarkan penggolongannya dan menginventarisasi alat
dan mesin tersebut.
Kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membagi alat-alat
perbengkelan berdasarkan penggologannya dan menerapkannya pada bengkel
pertanian skala kecil maupun skala besar.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bengkel
Salah satu resiko pekerjaan yang dapat terjadi adalah adanya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja (work accident) akan mengakibatkan adanya efek kerugian
(loss) seberapapun jumlahnya. Keselamtan kerja juga sedapat mungkin
kecelakaan kerja harus dicegah, apabila memungkinan dapat dihilangkan, atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja
tersebut yang ada di tempat kerja sudah harus dilakukan secara serius.
Penanganan di tempat kerja tersebut juga (Hidayat dan wahyuni, 2016).
Kecelakaan kerja (work accident) akan mengakibatkan adanya efek kerugian
(loss) seberapapun jumlahnya. Keselamatan kerja sedapat mungkin kecelakaan
kerja dapat dicegah, apabila memungkinan dapat dihilangkan, atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya. Alasan efisiensi kerja ini sering kali menyebabkan
terjadi kelalaian terhadap bahaya yang mengancam, misalnya penggunaan pada
alat yang rusak yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan kerja pada
tempat kerja atau perbengkelan (Hidayat dan wahyuni, 2016).
Mesin-mesin modern sudah dilengkapi pelindung dan dirancang untuk
melindungi keselamatan operator, serta menjamin semua perlengkapan dalam
proses pengerjaan menjadi aman. Kecelakaan statistic yang terjadi di sekolah dan
industri menunjukkan hanya sekitar 15% yang dapat dijamin oleh alat-alat
keselamatan tersebut. Sekitar 85% kecelakaan yang terjadi di sekolah dan industri
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat terjangkau oleh alat-alat
keselamatan kerja tersebut. Jadi unsur kelalaian manusia merupakan faktor
yang paling banyak mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja (Depo, 2018).
Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya
keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam
melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, yang tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha
manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan
melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan
kerja ketika kita sedang bekerja (Useng, 2012).
Menurut Useng (2012), menyatakan bahwa alat-alat keselamatan kerja dalam
bengkel adalah sebagai berikut:
a. Helm Las
Helm las maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata
dari sinar las (sinar ultraviolet dan infra merah) yang dapat merusak kulit
maupun mata. Sinar las yang sangat terang dan kuat itu tidak boleh dilihat
dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan
kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultraviolet dan infra merah.
b. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu
menggunakan sepasang sarung tangan.
c. Baju Las atau Apron
Baju las atau apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap
dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas
kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya
juga harus menggunakan baju las atau apron.
d. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Bila
tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
e. Kamar Las
Kamar las dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang
ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas,
sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi. Meja las harus bersih
dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar terjadinya kebakaran
oleh percikan kerak las dan bunga api.
3. METODOLOGI
4.1 Hasil
Mata gerinda
Mengikis
Permukaan logam,
baik pada besi,
baja, maupun
stainless.
Gerinda
Memotong atau
menghaluskan
material.
2. Golongan Dr Palu
(Driving tools)
Memukul benda
atau paku atau alat
untuk melepaskan
paku dari suatu
objek.
3. Golongan TR Kunci ring
(Turning tools) Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal
Kunci T
Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.
Kunci inggris
Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.
Kunci pipa Fungsi kunci pipa
adalah untuk
melepas dan
memasang pipa dari
sambungan ulirnya.
Merah
Menandakan bahwa alat
4.
tersebut adalah alat yang
mudah terbakar.
4.2 Pembahasan
Bengkel pertanian sudah menjadi suatu bagian yang sangat penting untuk
pengembangan pertanian. Perkembangan pertanian saat ini tidak bisa terlepas dari
peranan dan penggunaan alat dan mesin pertanian. Dalam pengaplikasiannya
diperlukan alat-alat yang tidak lain menggunakan system control atau
instrumentasi. Dalam hal ini mesin-mesin atau alat pertanian juga memerlukan
pengukuran dalam penerapannya. Selain itu, tuntutan perkembangan dan
kemajuan teknologi telah menciptakan banyak alat-alat yang mampu
mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Alat-alat bantu ini
menggunakan sistem instrumentasi yang banyak digunakan untuk melakukan
pengukuran dan kontrol terhadap peralatan yang digunakan dalam bengkel.
Instrumentasi pada umumnya digunakan untuk mengukur dan mengendalikan
suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi sebagai alat
pengukur merupakan bagian pengendali dan bisa berupa pengukur dari semua
jenis besaran fisis, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya
yaitu alat ukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan,
aliran, level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torsi, sifat listrik (arus listrik,
tegangan listrik, tahanan listrik), viskositas, densitas dan lain sebagainya. Di era
teknologi sekarang ini sudah banyak alat-alat yang mampu mempermudah dan
mempercepat pekerjaan manusia. jangka sorong, tachometer, vibration meter, lux
meter dan sound level meter yang dimana masing-masing alat tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Alat-alat bantu ini menggunakan sistem
instrumentasi yang banyak digunakan untuk melakukan pengukuran dan kontrol
terhadap peralatan yang digunakan dalam bengkel.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum Instrumentasi
Bengkel Pertanian untuk mengetahui jenis–jenis peralatan instrumentasi serta
fungsi masing-masing peralatan tersebut dan mampu untuk menggunakannya.
Dan dimaksudkan agar tujuan penggunaannya dapat tercapai, terlebih lagi untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dan tepat.
Instrumentasi adalah kajian tentang berbagai peralatan yang tersusun dalam suatu
sistem kerja dan membentuk suatu sistem kerja dalam sistem tersebut. Sedangkan
sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah untuk
memberikan suatu nilai numerik yang sesuai dengan variabel yang diukur.
Sebagai contoh, thermometer dapat digunakan untuk memberikan suatu nilai
numerik dari temperature sebuah cairan. Namun hal yang harus dipahami juga
yaitu karena berbagai alasan, nilai numerik ini mungkin tidak mempresentasikan
nilai variabel yang sebenarnya. Jadi, dalam kasus thermometer, sangat mungkin
terdapat sejumlah error pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan akurasi
dalam kalibrasi skala, atau error pembacaan dikarenakan nilai pembacaan yang
jatuh antara dua tanda sekala, atau mungkin juga terjadi error karena pencelupan
thermometer dingin kedalam suatu cairan panas, yang menyebabkan terjadinya
penutunan temperature cairan sehingga temperatur yang sedang diukur pun
berubah. Dengan demikian, suatu sistem pengukuran tersebut akan dipandang
memiliki masukan berupa nilai sebenarnya dari variabel yang sedang diukur dan
keluaran berupa nilai variabel yang terukur (Wardhana, 2013).
II.2. Fungsi Instrumentasi dalam Industri Pertanian
Istilah instrumentasi berasal dari kata instrument atau peralatan. Sehingga secara
khusus instrumentasi merupakan suatu bidang keahlian yang berkaitan dengan
pengembangan peralatan, khususnya peralatan untuk pengukuran dan
pengendalian. Bidang keahlian instrumentasi yang merupakan bidang
multidisiplin memerlukan pengetahuan yang meliputi aspek dasar lain (khususnya
fisika) dan aplikasinya dalam sebuah perangkat (instrumen). Bidang ini menjadi
signifikan khususnya dalam dunia modern yang banyak mempergunakan
peralatan dalam mendukung aktivitas manusia (Septia, 2012).
Instrumentasi perbengkelan merupakan suatu alat yang telah dirancang
sedemikian rupa dengan tujuan untuk mengukur tingkat perubahan energi yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan perbengkelan, alat-alat tersebut dibuat dengan
perbandingan yang sangat teliti sehingga hasilnya sangat akurat dan hasilnya
dapat dilihat dalam bentuk angka atau digital. Instrumentasi perbengkelan
meliputi alat ukur dimensi (mistar ukur, mistar geser atau jangka sorong, mistar
geser ketinggian mistar geser kedalaman dan mikrometer), tachometer, avometer,
alat pengukur getaran (vibration meter, vibration analyzer, shock pulse meter, dan
osiloskop), dan alat ukur kebisingan (sound level meter) (Salim, 2016).
II.3.1. Tachometer
Tachometer adalah sebuah instrumen atau alat yang mampu untuk mengukur
kecepatan putaran dari poros engkol atau piringan, seperti yang terdapat pada
sebuah motor atau mesin lainnya. Alat ini biasanya menampilkan rotation per
minute (RPM) pada sebuah pengukur skala analog, namun yang versi tampilan
digital juga sudah semakin populer (Nisa dkk., 2014).
Tachometer yang terdapat pada mobil, pesawat terbang dan kendaraan
lainnya biasanya menunjukan tingkat rotasi atau perputaran pada poros engkol
mesin, dan secara tipikal sudah menandakan indikasi jangkauan keselamatan dari
perputaran mesin. Hal ini mampu menolong pengemudi dalam menyeleksi
akselerasi yang pas dan pengaturan rotasi mesin untuk segala macam kondisi
pengendaraan yang ada (Nisa dkk., 2014).
Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan
kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Gerak dapat dikatakan sebagai
perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Dalam konsep
gerak ada beberapa hal yang terkait antara lain kedudukan, waktu, kecepatan dan
percepatan benda tersebut. Jika suatu benda bergerak , maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kecepatan, yaitu seberapa cepat kedudukan benda tersebut
berubah. Definisi kecepatan adalah perubahan kedudukan atau perpindahan yang
ditempuh tiap satuan waktu (Nisa dkk., 2014).
II.3.2. Sound level meter
Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu
mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000
Hz. Dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri,
contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat
kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pengukuran tingkat
kebisingan juga merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang
ditujukan untuk aktivitas tertentu dengan parameter tertentu. Alat ini didesain
memberikan respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat
dalam rangkaian elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih
kecil pada frekuensi rendah dan tinggi (Hishomudin, 2016).
II.3.3. Vibration Meter
Vibration meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur getaran.
Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan
harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector nuntuk memilih
parameter getaran yang akan diukur (Salim, 2016).
Menurut Salim (2016), getaran yang dihasilkan oleh peralatan bengkel dapat
berpengaruh terhadap tubuh, berikut dampak getaran terhadap tubuh berdasarkan
besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:
a. 3-9 Hz akan menimbulkan resonansi pada dada dan perut.
b. 6-10 Hz dengan intensitas 0,6 gram berpengaruh pada tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian oksigen dan volume pendenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan pada sistem peredaran darah.
c. 10 Hz dapat menimbulkan resonansi pada leher, kepala, pinggul, kesatuan
otot dan tulang.
d. 13-15 Hz dapat menimbulkan resonansi pada tenggorokan.
e. <20 Hz dapat menyebabkan tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis
ini otot menjadi lemas, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Pemilihan parameter getaran yang akan diukur menentukan jenis sensor
yang digunakan. Hal ini dikarenakan perbedaan objek yang diukur serta untuk
kemudahan penggunaan. Sensor eddy-current merupakan sensor yang biasa
digunakan untuk parameter perpindahan (displacement), umumnya digunakan
untuk mengukur perpindahan poros terhadap rumah bearing. Sensor swing coil
velocity merupakan sensor yang biasa digunakan untuk parameter kecepatan
(velocity). Sementara parameter percepatan (acceleration) biasanya menggunakan
sensor piezoelectric accelerometer (Hishomudin, 2016).
Sementara parameter percepatan merupakan parameter yang mendefinisikan
besaran perubahan kecepatan per satu satuan waktu. Getaran yang merupakan
sebuah gerakan mempunyai karakteristik sebagaimana gerakan sebuah pegas yang
dipetakan terhadap fungsi waktu (Hishomudin, 2016).
II.3.4. Lux Meter
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
dalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini
terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut
diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Luminasi
menyatakan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada
suatu arah. Luminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan
kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan
cahaya oleh permukaan disebut faktor refleksi atau reflektansi (Nasrudin dan
Dzulkiflih, 2015).
II.3.5. Relative Humidity (RH) Meter
Relative Humidity meter adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengukur jumlah air dan kelembapan dalam sebuah objek tertentu. Alat ini dapat
mengukur kelembapan, aliran udara, dan tingkat suhu suatu zat. Humidity meter
juga dapat menentukan apakah suatu zat layak untuk digunakan dalam suatu
lingkungan tertentu atau kondisi perindustrian. Alat ini biasanya dilengkapi
dengan layar LCD untuk menampilkan hasil pengukuran (Islam dan Nabilah,
2016).
II.3.6. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser dan schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya
terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung
yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong
dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran
yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang membedakan tingkat
ketelitian jangka sorong (Amani dan Dodi, 2015).
Setiap alat ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan pada periode
tertentu harus dilakukan kalibrasi sesuai standart nasional ataupun internasioanl.
Defenisi pengukuran dalam arti luas adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur (Amani dan Dodi, 2015).
II.3.7. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu peralatan intrumentasi yang
berfungsi mengukur diameter luar suatu benda. Mikrometer sekrup eksternal
merupakan alat ukur panjang yang ketelitian pengukurannya sangat teliti
dibanding dengan jangka sorong karena memiliki ketelitian 0,01 mm (Amani dan
Dodi, 2015).
2.3.8 Mistar Ukur
Menurut Salim (2016), mistar ukur terdiri dari beberapa jenis, dibedakan
berdasarkan kegunaannya masing-masing. Mistar ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda, berikut beberapa jenis mistar ukur:
a. Mistar ukur.
b. Mistar geser atau jangka sorong.
c. Mistar geser ketinggian.
d. Mistar geser kedalaman dan
e. Mikrometer.
3. METODOLOGI
Alat yang digunakan pada Praktikum Instrumentasi Bengkel Pertanian antara lain
adalah siku, jangka sorong, Tachometer digital, mikrometer sekrup dan Waterpass
yang terdapat pada layout tools.
Adapun bahan yang digunakan pada Praktikum Instrumentasi Bengkel
Pertanian yaitu buku, pulpen, potongan pipa dan kamera handphone.
4.1 Hasil
Tabel 2-1. Spesifikasi alat perbengkelan pertanian.
No Nama dan Gambar Alat Keterangan dan Fungsi
.
1. Tachometer digital 1. Infrared laser shot berfungsi
untuk mengeluarkan cahaya
1 infra merah pada bidang yang
diukur kecepatannya.
4
2. Display berfungsi untuk
3 menampilkan hasil kecepatan
2
pengukuran pada benda yang
diukur.
3. Tombol MEM (memory
button) berfungsi untuk
memulai pengukuran
kecepatan pada suatu benda
yang hasil ukurnya di
tampilkan di display.
4. Tombol TEST (test button)
berfungsi untuk menahan
kecepatan konstan pada suatu
benda.
2. Mikrometer Sekrup 1. Ratchet berfungsi untuk
1 membantu menggerakkan
poros geser dengan
penggerakan lebih perlahan
dibandingkan menggerakkan
thimble.
2. Thimbel berfungsi untuk
memutar poros geser
3. Sleeve berfungsi untuk
pembacaan skala pengukuran,
2 4. Pengunci berfungsi untuk
mengunci pergerakan poros
3
7 geser.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui, bahwa penggunaan
instrumentasi bengkel pertanian dalam penggunaannya perlu diperhatikan karena
instrumentasi ini merupakan alat-alat pengukuran dan pengendalian suatu sistem
yang dimana hasil dari pengukuran alat tersebut sangat akurat dalam ukuran
tertentu atau tingkat pengukuran ketidakpastiannya cukuplah minim yang
kemudian hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat dalam bentuk angka atau
digital. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Salim (2016), bahwa instrumentasi
perbengkelan merupakan suatu alat yang telah dirancang sedemikian rupa dengan
tujuan untuk mengukur tingkat perubahan energi yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan perbengkelan, alat-alat tersebut dibuat dengan perbandingan yang sangat
teliti sehingga hasilnya sangat akurat dan hasilnya itu dapat dilihat dalam bentuk
angka atau bentuk digital.
Adapun alat yang digunakan dalam pengukuran kegiatan instrumentasi
perbengkelan ini yaitu dengan menggunakan jangka sorong dengan melakukan
pembacaan skala yaitu jangka sorong dimana dari hasil pembacaan skalanya yaitu
diameter dalam sebesar 4,3 cm, diameter luar sebesar 3,1 cm. Penggunaan jangka
sorong ini yaitu secara manual, dengan terlebih dahulu harus melakukan
pembacaan skala utama dan skala nonius untuk menentukan ukuran ketebalan
pulpen. Hal ini sesuai dengan pendapat Amani dan Dodi (2015), bahwa jangka
sorong dilengkapai dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di
dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Peralatan instrumentasi inilah yang membantu dalam melakukan kegiatan
dalam bengkel, baik itu kegiatan perancangan, perawatan, perbaikan, pembuatan
maupun proses kontrol pada suatu alat dan mesin pertanian. Karena dengan
menggunakan intrumentasi tersebut pengguna dapat mengetahui data mengenai
sistem yang bekerja pada alat dan mesin pertanian. Dengan informasi inilah yang
akan diolah lebih lanjut untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wardhana (2013), yang menyatakan bahwa dengan
demikian, suatu sistem pengukuran akan dipandang memiliki masukan berupa
nilai sebenarnya dari variabel yang terukur.
5. PENUTUP
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum yaitu bahwa
instrumentasi bengkel pertanian adalah alat-alat bengkel pertanian yang dimana
alat-alat tersebut sudah dirancang sehingga sesuai dengan tujuan yaitu untuk
mengukur tingkat perubahan energi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
perbengkelan. Adapun alat-alat instrumentasi perbengkelan meliputi jangka
sorong, tachometer, vibration meter, lux meter dan sound level meter yang dimana
masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, N. dan Dodi, SA. 2015. Kalibrasi Jangka Sorong Nonius Berdasarkan
Standar JIS B7507 di Laboratorium Pengukuran Teknik Mesin.
Universitas Riau: Riau.
Hishomudin, M. 2016. Rancang Bangun Alat Ukur Tingkat Bunyi (Sound Level
Meter) dengan Sensor Microphone Berbasis Arduino dan Android.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Islam, HI. dan Nabilah, N. 2016. Sistem Kendali Suhu Dan Pemantauan
Kelembaban Udara Ruangan Berbasis Arduino Uno Dengan
Menggunakan Sensor Dht22 Dan Passive Infrared (Pir). Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Nasrudin, AA. dan Dzulkiflih. 2015. Rancang Bangun Aplikasi Lux Meter
Bh1750 Sebagai Alat Ukur Kekeruhan Air Berbasis Mikrokontroler.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
Nisa, C., Nurfitria, WP., Aji, S. dan Endah, R. 2014. Perancangan Instrumentasi
Pengukur Waktu dan Kecepatan Mengunakan Dt-Sense Infrared
Proximity Detector untuk Pembelajaran Gerak Lurus Beraturan.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
Lampiran
2-1. Dokumentasi Praktikum Instrumentasi Bengkel Pertanian.
Gambar 2-1. Dokumentasi pengukuran menggunakan Tachometer digital.