Anda di halaman 1dari 47

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkakas bengkel hampir selalu tersedia pada setiap satuan kehidupan bahkan di
rumah tangga kebanyakan ditemukan peralatan bengkel standar yang digunakan
untuk perawatan dan perbaikan barang-barang keperluan rumah tangga. Juga di
kantor-kantor, banyak pekerjaan dan perawatan kecil yang lebih efisien jika
dilakukan sendiri oleh karyawan kantor tersebut. Pekerjaan perbengkelan selalu
dibutuhkan oleh setiap unit kehidupan terutama dalam lingkup pertanian.
Kebutuhan manusia atas bahan pangan yang dihasilkan dari lingkup pertanian
semakin meningkat berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk dunia yang
kian semakin banyak. Alat-alat konvensional dalam bidang pertanian masih
kurang memadai untuk meningkatkan produksi bahan pangan tersebut. Maka
dibutuhkan teknologi yang lebih maju dan modern. Dalam perancangan alat atau
mesin yang lebih modern diperlukan tempat serta alat yang layak dan tepat untuk
merancang hingga membuat alat seutuhnya. Pengenalan tentang perbengkelan
dalam bidang pertanian menjadi cukup penting. Sehingga dapat dipelajari tentang
seluruh jenis dan fungsi alat serta mesin penunjang perbengkelan pertanian.
Dalam bengkel manapun perlu pengelompokan alat perbengkelan untuk
mempermudah pada saat akan digunakan sehingga perlu ditata dan dikelompokan
sesuai dengan fungsi sehingga tidak mempersulit pekerja pada saat akan
menggunakan alat dan akan mengefisienkan waktu kerja. Pada usaha tani dengan
skala yang lebih besar, pentingnya bengkel semakin nyata. Alat yang dimiliki
suatu perusahaan pertanian dimaksudkan untuk dapat digunakan dengan
semestinya, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Setiap alat dan mesin memiliki karakteristik berbeda. Dengan mengetahui
jenis dan fungsi alat serta mesin dapat mengurangi resiko kecelakaan. Di dunia
industri modern telah dibuat sistem keselamatan kerja dengan membuat
aturan-aturan atau tata cara pengoperasian alat serta mesin perbengkelan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum Pengenalan dan
Inventarisasi Alat-Alat Bengkel agar mahasiswa dapat mengetahui golongan,
inventarisasi alat serta mengerti cara penggunaan alat bengkel dengan benar.
1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui
fungsi dari alat dan mesin yang digunakan dalam bengkel pertanian dan membagi
alat-alat perbengkelan berdasarkan penggolongannya dan menginventarisasi alat
dan mesin tersebut.
Kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membagi alat-alat
perbengkelan berdasarkan penggologannya dan menerapkannya pada bengkel
pertanian skala kecil maupun skala besar.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bengkel

Bengkel adalah tempat di mana seorang mekanik melakukan pekerjaan melayani


jasa perbaikan dan perawatan mesin-mesin mekanik lainnya. Pengertian bengkel
secara umum tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan atau
pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin (alsin), tempat pembuatan
bagian mesin dan perakitan alat dan mesin. Bengkel pertanian merupakan
tempat untuk melakukan pembuatan, perbaikan, penyimpanan dan perawatan
berbagai alat mesin pertanian (Pernama, 2016).
Pada suatu usaha tani, seberapa apapun ukuran usaha taninya, pastilah
digunakan alsin pertanian. Usaha tani yang paling sederhana misalnya, dengan
alat yang dipakai adalah cangkul dan sabit, setidaknya akan diperlukan perkakas
pengasah semisal batu gerinda atau kikir. Usaha tani yang ukurannya lebih besar,
dengan alsin yang lebih beragam dan lebih rumit, tentulah diperlukan perkakas
yang lebih banyak. Jika alat dan mesin yang dimiliki perusahaan tidak terlalu
banyak, biasanya lebih efisien dan ekonomis untuk menggantungkan perbaikan
pada perusahaan bengkel komersial. Namun jika pemilikan alsin jumlahnya
banyak, sehingga biasanya kepemilikan bengkel sendiri lebih tepat dan berdaya
guna serta lebih ekonomis (Depo, 2018).
Menurut Sulistiadji (2013), bengkel (workshop) pada umumnya mempunyai
arti yaitu:
a. Secara umum berfungsi sebagai tempat service, repair, dan maintenance atau
(perawatan, perbaikan dan pemeliharaan) yang konotasi artinya dapat
dijelaskan sebagai berikut (perbaikan mengganti bagian yg rusak agar tidak
terjadi kesalahan, perawatan agar tetap cantik dan berumur panjang dan
pemeliharaan agar berproduksi secara efisien dan mampu beranak). Alat dan
mesin yang baru sekalipun akan mengalami penurunan kualitas setelah
beberapa kali penggunaan jika tidak dilakukan pemeliharaan yang tepat.
b. Secara khusus berfungsi mirip dengan suatu laboratorium tempat
membuktikan kebenaran ilmu dan melahirkan teknologi. Misal yaitu bengkel
teater, bengkel pengrajin, workshop atau seminar di hotel, dan bengkel r dan
d (research and development).
Menurut Depo (2018), ada beberapa jenis dan status bengkel yang dapat
diterangkan sebagai berikut:
a. Bengkel Bebas (Independent Work Shop)
Bengkel ini berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak mewakili merek tertentu
sehingga kebijakan-kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak
merugikan bengkel itu sendiri.
b. Bengkel Perwakilan (Authorized Work Shop)
Bengkel ini masih mirip dengan bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri
sendiri tapi ada merek yang diwakilinya melalui surat penunjukan dari
pemegang merek. Kebijakan-kebijakan yang diambil disesuaikan dengan
perusahaan yang menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam bagian dari
layanan purna jual merek yang bersangkutan. Jenis bengkel ini
memungkinkan untuk menerima kemudahan-kemudahan dari perusahaan
yang menunjuknya.
c. Bengkel Dealer (Dealer Work Shop)
Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian operasional dari dealer atau
ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit layanan purna jual
untuk mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang dibuat
sepenuhnya tergantung dan tunduk kepada perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Depo (2018), berdasarkan fungsinya bengkel dibagi kedalam:
a. Bengkel Kecil dan Sederhana (Small Scale)
Jenis bengkel ini biasanya hanya digunakan untuk melakukan perawatan pada
mesin pertanian dan peralatan yang sederhana.
b. Bengkel Menengah (Medium Scale)
Jenis bengkel ini, selain sebagai tempat perawatan mesin dan alat, biasanya
digunakan untuk lapangan atau field-workshop. Bengkel menengah (medium
scale) juga sebagai pusat perawatan bagi distributor alat mesin pertanian
untuk mendukung pelayanan penjualan.
c. Bengkel Ukuran Besar (Large Scale)
Jenis bengkel ini bersifat tetap atau permanen. Fungsi dari bengkel ini sebagai
base-workshop dengan ukuran yang lebih besar daripada bengkel medium scale,
untuk menangani pekerjaan bongkaran atau bongkar pasang, memperbaiki dan
mengganti suku cadang, untuk membuat beberapa bagian mesin dan alat pertanian
yang rusak sehingga mampu mengakomodir kebutuhan perbengkelan.

2.2 Alat-alat Perbengkelan

Perbengkelan pertanian membutuhkan pengelompokan alat kerja, hal ini


dilakukukan untuk mendukung proses kegiatan secara optimum. Pengelompokan
alat didasarkan pada fungsi dari alat tersebut sehingga para pekerja bengkel tidak
menggunakan alat diluar fungsi dari alat yang digunakan (Useng, 2012).
Menurut Useng (2012), menyatakan bahwa alat bengkel diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Layout tools (L) merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur atau
menandai kayu, logam, atau bahan lainnya.
b. Cutting tools (C) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memotong,
memisahkan atau memindahkan material dan bahan.
c. Boring tools (Br) merupakan alat-alat yang digunakan untuk melubangi atau
mengubah ukuran dan bentuk lubang.
d. Driving tools (Dr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memindahkan
alat dan material lain.
e. Holding tools (H) merupakan alat-alat yang digunakan untuk menejepit kayu,
logam, plastik dan bahan lain.
f. Turning tools (Tr) merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar
sekrup, palang, baut atau mur.
g. Digging tools (D) merupakan peralatan yang digunakan untuk mengeraskan,
mengendurkan dan membuat rata.
h. Other tools (O) merupakan kelompok peralatan dalam bengkel yang tidak
termasuk ke dalam penggolongan di atas.
Peralatan dan perlengkapan perbengkelan yang dianjurkan adalah hanya yang
dibutuhkan untuk perawatan dan perbaikan sehari-hari, bukan untuk pekerjaan
besar (overhaul) alsin pertanian. Pekerjaan ringan seperti perbaikan konstruksi
alsin pertanian dapat pula ditangan sendiri oleh bengkel. Suatu meja kerja yang
diletakan di dekat dinding dan diikat erat dengan baut sangat dibutuhkan. Lemari
untuk menyimpan paku, baut, mur, suku cadang juga sangat diperlukan. Alat-alat
perbengkelan ini diperlukan untuk mempermudah seluruh kegiatan perawatan dan
perbaikan alat dan mesin pertanian yang ada di bengkel (Arafat, 2015).

2.3 Keselamatan Kerja

Salah satu resiko pekerjaan yang dapat terjadi adalah adanya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja (work accident) akan mengakibatkan adanya efek kerugian
(loss) seberapapun jumlahnya. Keselamtan kerja juga sedapat mungkin
kecelakaan kerja harus dicegah, apabila memungkinan dapat dihilangkan, atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja
tersebut yang ada di tempat kerja sudah harus dilakukan secara serius.
Penanganan di tempat kerja tersebut juga (Hidayat dan wahyuni, 2016).
Kecelakaan kerja (work accident) akan mengakibatkan adanya efek kerugian
(loss) seberapapun jumlahnya. Keselamatan kerja sedapat mungkin kecelakaan
kerja dapat dicegah, apabila memungkinan dapat dihilangkan, atau setidak-
tidaknya dikurangi dampaknya. Alasan efisiensi kerja ini sering kali menyebabkan
terjadi kelalaian terhadap bahaya yang mengancam, misalnya penggunaan pada
alat yang rusak yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan kerja pada
tempat kerja atau perbengkelan (Hidayat dan wahyuni, 2016).
Mesin-mesin modern sudah dilengkapi pelindung dan dirancang untuk
melindungi keselamatan operator, serta menjamin semua perlengkapan dalam
proses pengerjaan menjadi aman. Kecelakaan statistic yang terjadi di sekolah dan
industri menunjukkan hanya sekitar 15% yang dapat dijamin oleh alat-alat
keselamatan tersebut. Sekitar 85% kecelakaan yang terjadi di sekolah dan industri
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat terjangkau oleh alat-alat
keselamatan kerja tersebut. Jadi unsur kelalaian manusia merupakan faktor
yang paling banyak mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja (Depo, 2018).
Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya
keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam
melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, yang tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha
manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan
melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan
kerja ketika kita sedang bekerja (Useng, 2012).
Menurut Useng (2012), menyatakan bahwa alat-alat keselamatan kerja dalam
bengkel adalah sebagai berikut:
a. Helm Las
Helm las maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata
dari sinar las (sinar ultraviolet dan infra merah) yang dapat merusak kulit
maupun mata. Sinar las yang sangat terang dan kuat itu tidak boleh dilihat
dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan
kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultraviolet dan infra merah.
b. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu
menggunakan sepasang sarung tangan.
c. Baju Las atau Apron
Baju las atau apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap
dapat melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas
kepala, harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya
juga harus menggunakan baju las atau apron.
d. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Bila
tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
e. Kamar Las
Kamar las dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting agar orang yang
ada disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas,
sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi. Meja las harus bersih
dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar terjadinya kebakaran
oleh percikan kerak las dan bunga api.
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat Bengkel dilaksanakan pada


hari Sabtu, 26 Februari 2022 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai di
Laboratorium Teknik Bengkel, Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat


Bengkel yaitu yaitu turning tools, holding tools, layout tools, boring tools, cutting
tools, digging tools dan other tools.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi
Alat-Alat Bengkel yaitu alat tulis dan kamera

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat


Bengkel adalah:
1. Menyiapkan semua peralatan perbengkelan.
2. Menggolongkan peralatan perbengkelan berdasarkan fungsinya.
3. Menginventarisasi peralatan perbengkelan.
4. Mengambil dokumentasi peralatan perbengkelan pertanian.
4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel penggolongan alat bengkel


No. Golongan Nama alat Gambar alat Fungsi
1. Golongan C Gergaji Kayu Membelah atau
(Cutting tools)
memotong material
kayu.

Chain Saw Momotong kayu.

Cut saw Memotong material


logam.
Circular saw Membelah atau
memotong material
kayu.

Mata gerinda
Mengikis
Permukaan logam,
baik pada besi,
baja, maupun
stainless.
Gerinda
Memotong atau
menghaluskan
material.

Pemotong kaca Memotong material


kaca.
Gerinda statis Memotong atau
menghaluskan
material.

Geregaji Besi Memotong material


Besi.

2. Golongan Dr Palu
(Driving tools)

Memukul benda
atau paku atau alat
untuk melepaskan
paku dari suatu
objek.
3. Golongan TR Kunci ring
(Turning tools) Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal

Kunci Mengendurkan atau


kombinasi mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.
Kunci pas Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.

Kunci L Mengendurkan atau


mengeratkan baut
dengan kepala
berbentuk cekungan
heksagonal.

Kunci T
Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.

Kunci inggris
Mengendurkan atau
mengeratkan baut
dan mur berbentuk
heksagonal.
Kunci pipa Fungsi kunci pipa
adalah untuk
melepas dan
memasang pipa dari
sambungan ulirnya.

4. Golongan H Tang Memegang material


(Holding tools)
yang sedang
digunakan.

Gegep Fungsi gegep


Untuk mengambil
bahan kimia yang
berbentuk padatan
yang Dipakai untuk
mengaduk larutan.

Catok Dinamis Memegang material


logam yang akan
dilas atau dipotong.
Catok statis Memegang material
logam yang akan
dilas atau dipotong.

5. Golongan Br Bor dada Untuk melubangi


(Boring Tools)
atau mengubah
ukuran lubang.

Mata bor Sebagai alat


pembuat lubang
pada mesin bor
untuk kayu.

Betel Alat yang biasa


digunakan untuk
memecahkan batu.

Bor listrik Untuk melubangi


atau mengubah
ukuran lubang.
6. Golongan L Meteran Mengukur panjang
(Layout tools)
dan lebar material.

Mistar siku Digunakan untuk


membuat tanda
ataupun sebagai
penggaris pada
suatu objek atau
benda.
Waterpass Mengukur atau
menentukan sebuah
benda atau garis
dalam posisi rata
baik pengukuran
secara vertikal
maupun horizontal

4.1.2 Tabel inventarisasi alat bengkel


No. Nama alat Jumlah Fungsi Keterangan
Baik Buruk

1. Gergaji besi Gergaji digunakan 2 1


3 untuk memotong besi.
2. Geregaji 1 Gergaji digunakan 1 -
Kayu untuk memotong Besi.

2. Chain Saw 1 Chainsaw merupakan 1 -


alat untuk memotong
batang pohon ataupun
jenis kayu lainnya,
dimana sistem
pengoperasiannya
lebih mengandalkan
mesin sebagai
penggerak rantai
gergaji di dalamnya.
3. Cut saw Cut saw digunakan 1 -
1 untuk memotong
bahan keras, seperti
logam, genteng, dan
beton.
4. Circular 1 Circular saw biasa 1 -
saw disebut dengan
gergaji bundar, alat
ini berfungsi untuk
memotong kayu
5. Mata 27 Mata batu gerinda 20 7
gerinda berfungsi untuk
mengikis permukaan
logam, besi, dan baja.
6. Gerinda 4 Mesin gerinda 4 -
digunakan untuk
mengasah/memotong
ataupun menggerus
benda kerja dengan
tujuan atau kebutuhan
tertentu.
7. Pemotong 1 Rolling Glass Cutter 1 -
kaca berfungsi untuk
memotong kaca dan
juga keramik yang
dapat Anda gunakan
dengan mudah dan
juga praktis.
8. Gerinda 4 Gerinda statis 4 -
statis berfungsi Memotong
benda kerja yang
ketebalanya yang
tidak relatif tebal.
Menghaluskan dan
meratakan permukaan
benda kerja.
9. Palu Palu atau Martil 1 -
1 adalah alat yang
digunakan untuk
memberikan
tumbukan kepada
benda.
10. Kunci ring 4 Fungsi kunci ring 4 -
adalah untuk
mengencangkan dan
mengendurkan mur
maupun baut yang
ada di dalam
komponen kendaraan
bermotor.
11. Kunci Kunci kombinasi 20 -
kombinasi 20 berfungsi untuk saling
mengisi kekurangan
yang ada pada masing
masing kunci pas dan
ring.
12. Kunci pas 23 Kunci pas ini 23 -
fungsinya untuk
mengencangkan dan
mengendurkan baut
atau mur yang
berbentuk hexagonal
atau segi enam,
13. Kunci L 23 fungsi kunci L 23 -
digunakan untuk
melepaskan dan
mengencangkan baut
dengan jenis tertentu.
14. Kunci T 1 Fungsi kunci T bisa 1 -
diaplikasikan untuk
mengendurkan dan
memasang baut pada
alat secara vertikal
dan dapat menjangkau
area sempit.
15. Kunci 1 Kunci inggris dapat 1 -
inggris digunakan untuk
melepas atau
mengencangkan mur
atau baut dimana
ukuran kunci pas dan
ring tidak ada yang
sesuai, tetapi kunci ini
tidak ditujukan untuk
beban berat,
16. Kunci pipa 1 Fungsi kunci pipa 1 -
adalah untuk melepas
dan memasang pipa
dari sambungan
ulirnya.
19. Tang 2 Tang kombinasi ini 2 -
dapat berfungsi
sebagai pemotong
kabel, pengupas kulit
kabel, maupun melilit
kabel.
20. Gegep 1 Fungsi gegep Untuk 1 -
mengambil bahan
kimia yang berbentuk
padatan yang Dipakai
untuk mengaduk
larutan
21. Catok 8 Catok berfungsi 8 -
sebagai penahan atau
klem bidang kerja
agar tidak berubah
posisi dan ukuran
22. Catok statis 3 Catok statis fungsinya 3 -
menahan bidang kerja

24. Mata bor 40 Mata bor merupakan 40 -


suatu alat yang
berfungsi untuk
membuat lubang pada
kayu, plastik, dinding,
besi, logam dan kaca
25. Betel 3 Betel atau Belah 3 -
adalah alat yang biasa
digunakan untuk
memecahkan batu.
26. Bor dada 3 Bor dada berfungsi 3 -
untuk pengeboran
setelah memberi tanda
titik pengeboran
dengan
penitik/bolpoin
27. Bor listrik 3 Bor listrik digunakan 3 -
untuk membuat
lubang suatu
permukaan seperti
kayu, beton, kayu,
plastik, dinding, besi,
logam dan kaca, serta
mengencangkan
ataupun melepaskan
baut.
28. Bor statis 2 Bor statis berfungsi 2 -
Mengangkat cutting
(serbuk bor) ke
permukaan.
29. Meteran 2 Berfungsi untuk 2 -
mengukur jarak atau
panjang. Meteran juga
berguna untuk
mengukur sudut,
membuat sudut siku-
siku, dan juga dapat
dipakai untuk
membuat lingkaran.
30. Mistar siku 2 Siku Ukur paling 2 -
sering digunakan
untuk membuat tanda
ataupun sebagai
penggaris pada suatu
objek atau benda.
31. Waterpass 2 Waterpass merupakan 2 -
alat untuk mengukur
sebuah benda atau
garis dalam posisi rata
baik pengukuran
maupun horizontal.
32. Kaca Mata 4 Kaca mata las 4 -
Las berfungsi melindungi
mata dari percikan
api.
33. Helm 5 Helm Pelindung 5 -
Pelindung berfungsi melindungi
muka dari percikan
api
34. Sarung 1 Sarung tangan 1 -
Tangan Pasang berfungsi melindungi
tangan dari resiko
cedera atau luka.

4.1.3 Tabel Perlengkapan Keselamatan

No. Nama alat Gambar Fungsi dan Kegunaan


1. Kacamata Melindungi mata ketika
pelindung bekerja di bengkel

2. Pelindung Melindungi muka dari


wajah benda kecil, debu,
percikan api ketika
bekerja di bengkel

3. Kaos tangan Melindungi tangan dari


benda kecil, debu,
percikan api ketika
bekerja di bengkel

4.1.4 Warna Keselamatan kerja dalam Bengkel


No Warna Gambar Makna
.
1. Kuning Menandakan pengguna
bengkel harus hati-hati

2. Kuning Menandakan pengguna


bengkel harus hati-hati. Tanda
tersebut mengintruksikan
bahwa pengguna bengkel harus
mematikan listrik.
3. Merah Menandakan bahwa larangan
menyentuh alat karena
merupakan alat yang
berbahaya.

Merah
Menandakan bahwa alat
4.
tersebut adalah alat yang
mudah terbakar.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum pengenalan dan inventarisasi alat-alat pertanian, dilakukan


pengenalan alat dan mesin yang terdapat dalam bengkel pertanian. Hal pertama
yang dikerjakan yaitu mengelompokkan alat-alat berdasarkan fungsinya. Kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui pembagian-pembagian alat dan mesin dalam
bengkel. Pembagian tersebut dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, seperti
turning tools yang merupakan alat-alat yang digunakan untuk memutar sekrup,
baut atau mur, contohnya kunci kombinasi dan obeng. Yang kedua yaitu cutting
tools yang digunakan untuk memotong atau memisahkan material, contohnya
gergaji, gunting, circular saw dan gerinda. Yang ketiga yaitu holding tools yang
digunakan untuk memegang material. Contohnya tang dan catok. Yang keempat
yaitu layout tools, digunakan untuk mengukur atau menandai material, contohnya
meteran roll. Kelima yaitu boring tools, digunakan untuk melubangi atau
mengubah ukuran dan bentuk lubang, contohnya bor. Keenam yaitu driving tools
yang digunakan untuk memindahkan alat dan material, contohnya palu. Ketujuh
yaitu other tools yang merupakan perkakas begkel lainnya yang mendukung
kegiatan perbengkelan. Contohnya compressor dan alat las. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Useng (2012), bahwa alat-alat dalam perbengkelan dapat
dibagi atas 8 kelompok yaitu layout tools, cutting tools, boring tools, driving
tools, holding tools, turning tools, digging tools dan other tools. Alat-alat
perbengkelan tersebut memiliki tujuan dan fungsinya masing-masing, sehingga
memudahkan dalam melakukan aktivitas dalam bengel pertanian.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat berada di bengkel pertanian
yaitu keselamatan diri. Karena peralatan yang terdapat pada bengkel pertanian
pada umumnya sangat rentan untuk membahayakan apabila salah dalam
penggunaanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan useng (2012), bahwa
keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia dalam melindungi
hidupnya dan yang berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif
dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja.
5. PENUTUP

Setelah melakukan Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat Bengkel,


maka diperoleh kesimpuan yaitu bengkel pertanian merupakan tempat untuk
membuat, memelihara, memperbaiki, memodifikasi alat dan mesin, serta tempat
untuk menyimpan alat dan mesin pertanian ketika tidak digunakan. Berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi layout tools, cutting tools, boring tools, driving tools,
holding tools, turning tools, digging tools, dan other tools. Inventarisasi alat-alat
bengkel merupakan pendataan alat-alat dan mesin pertanian dengan tujuan
memonitoring dan mengevaluasi alat-alat dan mesin pertanian yang ada untuk
mengetahui jenis, jumlah dan keterangan baik atau buruknya kondisi alat dan
mesin pertanian. Peralatan keselamatan kerja adalah alat yang digunakan untuk
mengurangi atau bahkan meminimalisir dampak dari kecelakaan kerja yang
kemungkinan terjadi dalam bengkel.
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, FA. 2015. Manajemen Perbengkelan dan K3. Universitas Lampung:


Bandar Lampung.

Depo. 2018. Penggolongan Perkakas Bengkel Berdasarkan Fungsi Kerjanya.


Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Hidayat, N. dan Wahyuni, I. 2016. Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Bengkel di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas
Teknik UNY. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Pernama, T. 2016. Kajian Praktek Kerja Bengkel. Universitas Pendidikan


Indonesia: Bandung.

Sulistiadji, K. 2013. Teknologi Mekanisasi Pengolahan UPJA (Manajemen


Bengkel). Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian: Banten.

Useng, D. 2012. Perbengkelan Pertanian. Universitas Hasanuddin: Makassar.


LAMPIRAN

1-1. Dokumentasi Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat


Bengkel Pertanian

Gambar 1-1. Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat Bengkel


Pertanian.
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bengkel pertanian sudah menjadi suatu bagian yang sangat penting untuk
pengembangan pertanian. Perkembangan pertanian saat ini tidak bisa terlepas dari
peranan dan penggunaan alat dan mesin pertanian. Dalam pengaplikasiannya
diperlukan alat-alat yang tidak lain menggunakan system control atau
instrumentasi. Dalam hal ini mesin-mesin atau alat pertanian juga memerlukan
pengukuran dalam penerapannya. Selain itu, tuntutan perkembangan dan
kemajuan teknologi telah menciptakan banyak alat-alat yang mampu
mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Alat-alat bantu ini
menggunakan sistem instrumentasi yang banyak digunakan untuk melakukan
pengukuran dan kontrol terhadap peralatan yang digunakan dalam bengkel.
Instrumentasi pada umumnya digunakan untuk mengukur dan mengendalikan
suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi sebagai alat
pengukur merupakan bagian pengendali dan bisa berupa pengukur dari semua
jenis besaran fisis, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya
yaitu alat ukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan,
aliran, level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torsi, sifat listrik (arus listrik,
tegangan listrik, tahanan listrik), viskositas, densitas dan lain sebagainya. Di era
teknologi sekarang ini sudah banyak alat-alat yang mampu mempermudah dan
mempercepat pekerjaan manusia. jangka sorong, tachometer, vibration meter, lux
meter dan sound level meter yang dimana masing-masing alat tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Alat-alat bantu ini menggunakan sistem
instrumentasi yang banyak digunakan untuk melakukan pengukuran dan kontrol
terhadap peralatan yang digunakan dalam bengkel.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum Instrumentasi
Bengkel Pertanian untuk mengetahui jenis–jenis peralatan instrumentasi serta
fungsi masing-masing peralatan tersebut dan mampu untuk menggunakannya.
Dan dimaksudkan agar tujuan penggunaannya dapat tercapai, terlebih lagi untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dan tepat.

I.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum pengenalan dan penggunaan instrumentasi bengkel


pertanian adalah untuk mengetahui macam–macam instrumentasi dalam
perbengkelan, serta mampu mengoperasikan instrument tersebut.
Kegunaan dari praktikum pengenalan dan penggunaan instrumentasi
bengkel pertanian yaitu mampu mengaplikasikan penggunaan instrumentasi dalam
bidang teknik pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Instrumentasi

Instrumentasi adalah kajian tentang berbagai peralatan yang tersusun dalam suatu
sistem kerja dan membentuk suatu sistem kerja dalam sistem tersebut. Sedangkan
sistem instrumentasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah untuk
memberikan suatu nilai numerik yang sesuai dengan variabel yang diukur.
Sebagai contoh, thermometer dapat digunakan untuk memberikan suatu nilai
numerik dari temperature sebuah cairan. Namun hal yang harus dipahami juga
yaitu karena berbagai alasan, nilai numerik ini mungkin tidak mempresentasikan
nilai variabel yang sebenarnya. Jadi, dalam kasus thermometer, sangat mungkin
terdapat sejumlah error pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan akurasi
dalam kalibrasi skala, atau error pembacaan dikarenakan nilai pembacaan yang
jatuh antara dua tanda sekala, atau mungkin juga terjadi error karena pencelupan
thermometer dingin kedalam suatu cairan panas, yang menyebabkan terjadinya
penutunan temperature cairan sehingga temperatur yang sedang diukur pun
berubah. Dengan demikian, suatu sistem pengukuran tersebut akan dipandang
memiliki masukan berupa nilai sebenarnya dari variabel yang sedang diukur dan
keluaran berupa nilai variabel yang terukur (Wardhana, 2013).
II.2. Fungsi Instrumentasi dalam Industri Pertanian

Dalam suatu industri, ada banyak variabel-variabel yang mempengaruhi proses


tersebut, dalam hal ini pengolahan material. Pada dasarnya, instrumentasi
mengendalikan proses pengolahan yang dilakukan dalam industri. Pengendalian
ini merujuk pada variabel-variabel proses agar selalu berada dalam nilai-nilai
yang telah ditetapkan sebelumnya (Wardhana, 2013).
Sistem yang tak kalah pentingnya yaitu sistem instrumen yang disebut safe
guarding system. Sistem ini berfungsi mendeteksi variabel-variabel proses yang
berhubungan dengan peralatan. Apabila variabel-variabel tersebut tak terkendali
dan membahayakan peralatan lainnya atau membahayakan pekerja, maka sistem
akan menghentikan proses daripada terjadi kerusakan pada peralatan dan pekerja
pabrik. Sistem safe guarding sangat penting dalam industri untuk menjaga
terhadap bahaya-bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lainnya (Wardhana,
2013).

II.3. Macam-macam Instrumentasi Bengkel

Istilah instrumentasi berasal dari kata instrument atau peralatan. Sehingga secara
khusus instrumentasi merupakan suatu bidang keahlian yang berkaitan dengan
pengembangan peralatan, khususnya peralatan untuk pengukuran dan
pengendalian. Bidang keahlian instrumentasi yang merupakan bidang
multidisiplin memerlukan pengetahuan yang meliputi aspek dasar lain (khususnya
fisika) dan aplikasinya dalam sebuah perangkat (instrumen). Bidang ini menjadi
signifikan khususnya dalam dunia modern yang banyak mempergunakan
peralatan dalam mendukung aktivitas manusia (Septia, 2012).
Instrumentasi perbengkelan merupakan suatu alat yang telah dirancang
sedemikian rupa dengan tujuan untuk mengukur tingkat perubahan energi yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan perbengkelan, alat-alat tersebut dibuat dengan
perbandingan yang sangat teliti sehingga hasilnya sangat akurat dan hasilnya
dapat dilihat dalam bentuk angka atau digital. Instrumentasi perbengkelan
meliputi alat ukur dimensi (mistar ukur, mistar geser atau jangka sorong, mistar
geser ketinggian mistar geser kedalaman dan mikrometer), tachometer, avometer,
alat pengukur getaran (vibration meter, vibration analyzer, shock pulse meter, dan
osiloskop), dan alat ukur kebisingan (sound level meter) (Salim, 2016).
II.3.1. Tachometer
Tachometer adalah sebuah instrumen atau alat yang mampu untuk mengukur
kecepatan putaran dari poros engkol atau piringan, seperti yang terdapat pada
sebuah motor atau mesin lainnya. Alat ini biasanya menampilkan rotation per
minute (RPM) pada sebuah pengukur skala analog, namun yang versi tampilan
digital juga sudah semakin populer (Nisa dkk., 2014).
Tachometer yang terdapat pada mobil, pesawat terbang dan kendaraan
lainnya biasanya menunjukan tingkat rotasi atau perputaran pada poros engkol
mesin, dan secara tipikal sudah menandakan indikasi jangkauan keselamatan dari
perputaran mesin. Hal ini mampu menolong pengemudi dalam menyeleksi
akselerasi yang pas dan pengaturan rotasi mesin untuk segala macam kondisi
pengendaraan yang ada (Nisa dkk., 2014).
Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan
kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Gerak dapat dikatakan sebagai
perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Dalam konsep
gerak ada beberapa hal yang terkait antara lain kedudukan, waktu, kecepatan dan
percepatan benda tersebut. Jika suatu benda bergerak , maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kecepatan, yaitu seberapa cepat kedudukan benda tersebut
berubah. Definisi kecepatan adalah perubahan kedudukan atau perpindahan yang
ditempuh tiap satuan waktu (Nisa dkk., 2014).
II.3.2. Sound level meter
Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu
mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000
Hz. Dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri,
contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat
kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pengukuran tingkat
kebisingan juga merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang
ditujukan untuk aktivitas tertentu dengan parameter tertentu. Alat ini didesain
memberikan respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat
dalam rangkaian elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih
kecil pada frekuensi rendah dan tinggi (Hishomudin, 2016).
II.3.3. Vibration Meter
Vibration meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur getaran.
Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan
harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector nuntuk memilih
parameter getaran yang akan diukur (Salim, 2016).
Menurut Salim (2016), getaran yang dihasilkan oleh peralatan bengkel dapat
berpengaruh terhadap tubuh, berikut dampak getaran terhadap tubuh berdasarkan
besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:
a. 3-9 Hz akan menimbulkan resonansi pada dada dan perut.
b. 6-10 Hz dengan intensitas 0,6 gram berpengaruh pada tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian oksigen dan volume pendenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan pada sistem peredaran darah.
c. 10 Hz dapat menimbulkan resonansi pada leher, kepala, pinggul, kesatuan
otot dan tulang.
d. 13-15 Hz dapat menimbulkan resonansi pada tenggorokan.
e. <20 Hz dapat menyebabkan tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis
ini otot menjadi lemas, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Pemilihan parameter getaran yang akan diukur menentukan jenis sensor
yang digunakan. Hal ini dikarenakan perbedaan objek yang diukur serta untuk
kemudahan penggunaan. Sensor eddy-current merupakan sensor yang biasa
digunakan untuk parameter perpindahan (displacement), umumnya digunakan
untuk mengukur perpindahan poros terhadap rumah bearing. Sensor swing coil
velocity merupakan sensor yang biasa digunakan untuk parameter kecepatan
(velocity). Sementara parameter percepatan (acceleration) biasanya menggunakan
sensor piezoelectric accelerometer (Hishomudin, 2016).
Sementara parameter percepatan merupakan parameter yang mendefinisikan
besaran perubahan kecepatan per satu satuan waktu. Getaran yang merupakan
sebuah gerakan mempunyai karakteristik sebagaimana gerakan sebuah pegas yang
dipetakan terhadap fungsi waktu (Hishomudin, 2016).
II.3.4. Lux Meter
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
dalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini
terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut
diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Luminasi
menyatakan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada
suatu arah. Luminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan
kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan
cahaya oleh permukaan disebut faktor refleksi atau reflektansi (Nasrudin dan
Dzulkiflih, 2015).
II.3.5. Relative Humidity (RH) Meter 
Relative Humidity meter adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengukur jumlah air dan kelembapan dalam sebuah objek tertentu. Alat ini dapat
mengukur kelembapan, aliran udara, dan tingkat suhu suatu zat. Humidity meter
juga dapat menentukan apakah suatu zat layak untuk digunakan dalam suatu
lingkungan tertentu atau kondisi perindustrian. Alat ini biasanya dilengkapi
dengan layar LCD untuk menampilkan hasil pengukuran (Islam dan Nabilah,
2016).
II.3.6. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser dan schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya
terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung
yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong
dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran
yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang membedakan tingkat
ketelitian jangka sorong (Amani dan Dodi, 2015).
Setiap alat ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan pada periode
tertentu harus dilakukan kalibrasi sesuai standart nasional ataupun internasioanl.
Defenisi pengukuran dalam arti luas adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur (Amani dan Dodi, 2015).
II.3.7. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu peralatan intrumentasi yang
berfungsi mengukur diameter luar suatu benda. Mikrometer sekrup eksternal
merupakan alat ukur panjang yang ketelitian pengukurannya sangat teliti
dibanding dengan jangka sorong karena memiliki ketelitian 0,01 mm (Amani dan
Dodi, 2015).
2.3.8 Mistar Ukur
Menurut Salim (2016), mistar ukur terdiri dari beberapa jenis, dibedakan
berdasarkan kegunaannya masing-masing. Mistar ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda, berikut beberapa jenis mistar ukur:
a. Mistar ukur.
b. Mistar geser atau jangka sorong.
c. Mistar geser ketinggian.
d. Mistar geser kedalaman dan
e. Mikrometer.
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan dan Inventarisasi Alat-Alat Bengkel Pertanian dilakukan


pada Kamis, 11 Maret 2021, pukul 16.00 WITA sampai selesai. Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Bengkel Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada Praktikum Instrumentasi Bengkel Pertanian antara lain
adalah siku, jangka sorong, Tachometer digital, mikrometer sekrup dan Waterpass
yang terdapat pada layout tools.
Adapun bahan yang digunakan pada Praktikum Instrumentasi Bengkel
Pertanian yaitu buku, pulpen, potongan pipa dan kamera handphone.

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Jangka Sorong


Adapun prosedur penggunaan jangka sorong adalah sebagai berikut:
1. ambil potongan pipa yang akan di ukur.
2. ukur diameter luar pipa dengan menggunakan rahang bawah.
3. Putar skrup ibu jari hingga rapat atau tidak dapat di putar lagi.
4. Baca niali skala nonius yang berhimpit pada skala nonius rahang atas dan
rahang bawah jangka sorong.
5. Catat hasil pengukuran.
6. Setelah itu ukur dimeter dalam pipa dengan cara gunakan Rahang atas
jangka sorong.
7. Ulangi prosedur ke dua sampai ke empat.
8. Catat hasil pengukuran.
9. Setelah itu ukur kedalan pipa dengan cara Putar skrup ibu jari hingga
mencapai dasar pipa.
10. Ulangi prosedur ke dua sampai ke empat .
11. Catat hasil pengukuran.
3.3.2 Tachometer
Adapun prosedur penggunaan Tachometer adalah sebagai berikut:
1. Pasang label pada bor statif.
2. Nyalakan bor statrif.
3. Setelah itu tekan Tombol MEM (memory button) untuk memulai
pengukuran kecepatan yang kemudian kecepatan pengukuran akan
ditampilkan di display.
4. Catat hasil pengukuran.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 2-1. Spesifikasi alat perbengkelan pertanian.
No Nama dan Gambar Alat Keterangan dan Fungsi
.
1. Tachometer digital 1. Infrared laser shot berfungsi
untuk mengeluarkan cahaya
1 infra merah pada bidang yang
diukur kecepatannya.
4
2. Display berfungsi untuk
3 menampilkan hasil kecepatan
2
pengukuran pada benda yang
diukur.
3. Tombol MEM (memory
button) berfungsi untuk
memulai pengukuran
kecepatan pada suatu benda
yang hasil ukurnya di
tampilkan di display.
4. Tombol TEST (test button)
berfungsi untuk menahan
kecepatan konstan pada suatu
benda.
2. Mikrometer Sekrup 1. Ratchet berfungsi untuk
1 membantu menggerakkan
poros geser dengan
penggerakan lebih perlahan
dibandingkan menggerakkan
thimble.
2. Thimbel berfungsi untuk
memutar poros geser
3. Sleeve berfungsi untuk
pembacaan skala pengukuran,
2 4. Pengunci berfungsi untuk
mengunci pergerakan poros
3
7 geser.

4 5. Poros yang bergerak akibat


6 adanya putaran dari thimble.
5
6. Frame komponen berbentuk c
yang menyatukan poros tetap
dan komponen-komponen
lainya.
7. Avil berfungsi sebagai bagian
tempat di letakanya objek ukur
yang tidak bergerak.
3. Jangka Sorong 1. Pengukur kedalaman berfungsi
untuk mengukur kedalaman
1 suatu benda yang di ukur cara
2
menggunakannya dengan cara
3 memutar sekrup ibu jari.
2. Skala utama berfungsi
4 indikator yang membaca hasil
7 3

pengukuran dalam satuan cm


5
6 maupun inci.
3. Sekrup ibu jari berfungsi untuk
mengatur posisi rahang atas
maupun bawah serta berfungsi
untuk mengatur pengukuran
kedalaman benda yang diukur.
4. Skala nonius rahang bawah
berfungsi untuk menunjukkan
hasil ukur dengan teliti jangka
sorong.
5. Rahang bawah berfungsi untuk
mengukur diameter luar suatu
objek yang di ukur.
6. Rahang atas berfungsi untuk
mengukur diameter dalam
suatu objek yang diukur.
7. Pengunci berfungsi untuk
mengunci batang ukur agar
tidak bergerak saat pengukuran
sehingga mengurangi
kesalahan ukur.

4. Lux Meter 1. Sensor cahaya berfungsi untuk


mengukur intensitas cahaya
3 2. Tombol Range adalah tombol
yang berfungsi untuk

4 mengetahi kisran ukuran


2 3. Tombol on/off digunakan
untuk mematikan atau
1
menyalakan alat
4. Display adalah layar yang
berfungsi untuk menampilkan
hasil pengukuran.

5. Mistar siku 1. Skala berfungsi sebagai


indikator panjang ukur suatu
benda dalam satuan mm, cm
1 dan dm.
2. Gagang mistar berfungsi untuk
menentukan sudut 90° pada
sudut benda.
2
6. Waterpass 1. Nivo berfungsi sebagai
indikator keseimbangan pada

1 benda yang diukur.


2. Batang Waterpass berfungsi
2
untuk memegang Waterpass.

7. RH Meter 1. Sensor berfungsi untuk


1 mendeteksi suhu dan
2 temperatur pada suatu benda

6 2. Display berfungsi untuk


3
menampilkan hasil
pengukuran
4
5 3. Tombol on/off berfungsi untuk
menghidupkan alat atau
mematikan alat
4. Tombol select berfungsi untuk
memulai pengukuran.
5. Tombol hold berfungsi untuk
mengunci hasil pengukuran
6. Tombol max berfungsi untuk
menampilkan hasil
pengukuran secara maksimal.
8. Sound Level meter 1. Windscreen berfungsi untuk
1
meminalisir kesalahan
penyaringan suara akibat
angin.
2. Microphone berfungsi untuk
menangkap suara
3. Display berfungsi untuk
2 menampilkan data hasil ukur

3 4. Fast berfungsi untuk


9
menentukan jenis kebisingan
4
8 terputus-putus.
5 5. Tombol hold berfungsi untuk
7 6
mengunci hasil pengukuran.
6. Tombol max berfungsi untuk
menunjukan pengukuran
secara maksimal.
7. Tombol AC berfungsi untuk
menyambungkan sound level
dengan perangkat lain.
8. Tombol power berfungsi untuk
menghidupkan atau
mematikan alat.
9. Jeck for power adaptor
berfungsi untuk
menyambungkan sound level
meter dengan arus listrik.

Tabel 2-2. Hasil pengukuran objek yang diukur.


No Alat yang Objek yang Hasil Gambar
. Digunakan Diukur Pengukuran
1. Jangka Potongan DDalam =
sorong pipa
2. Jangka Potongan DLuar = 3,1 cm
sorong pipa
3. Jangka Potongan Kedalaman =
sorong pipa 8,7 cm

4. Tachometer Bor statis Kecepatan= 2988


digital

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui, bahwa penggunaan
instrumentasi bengkel pertanian dalam penggunaannya perlu diperhatikan karena
instrumentasi ini merupakan alat-alat pengukuran dan pengendalian suatu sistem
yang dimana hasil dari pengukuran alat tersebut sangat akurat dalam ukuran
tertentu atau tingkat pengukuran ketidakpastiannya cukuplah minim yang
kemudian hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat dalam bentuk angka atau
digital. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Salim (2016), bahwa instrumentasi
perbengkelan merupakan suatu alat yang telah dirancang sedemikian rupa dengan
tujuan untuk mengukur tingkat perubahan energi yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan perbengkelan, alat-alat tersebut dibuat dengan perbandingan yang sangat
teliti sehingga hasilnya sangat akurat dan hasilnya itu dapat dilihat dalam bentuk
angka atau bentuk digital.
Adapun alat yang digunakan dalam pengukuran kegiatan instrumentasi
perbengkelan ini yaitu dengan menggunakan jangka sorong dengan melakukan
pembacaan skala yaitu jangka sorong dimana dari hasil pembacaan skalanya yaitu
diameter dalam sebesar 4,3 cm, diameter luar sebesar 3,1 cm. Penggunaan jangka
sorong ini yaitu secara manual, dengan terlebih dahulu harus melakukan
pembacaan skala utama dan skala nonius untuk menentukan ukuran ketebalan
pulpen. Hal ini sesuai dengan pendapat Amani dan Dodi (2015), bahwa jangka
sorong dilengkapai dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di
dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Peralatan instrumentasi inilah yang membantu dalam melakukan kegiatan
dalam bengkel, baik itu kegiatan perancangan, perawatan, perbaikan, pembuatan
maupun proses kontrol pada suatu alat dan mesin pertanian. Karena dengan
menggunakan intrumentasi tersebut pengguna dapat mengetahui data mengenai
sistem yang bekerja pada alat dan mesin pertanian. Dengan informasi inilah yang
akan diolah lebih lanjut untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wardhana (2013), yang menyatakan bahwa dengan
demikian, suatu sistem pengukuran akan dipandang memiliki masukan berupa
nilai sebenarnya dari variabel yang terukur.

5. PENUTUP
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum yaitu bahwa
instrumentasi bengkel pertanian adalah alat-alat bengkel pertanian yang dimana
alat-alat tersebut sudah dirancang sehingga sesuai dengan tujuan yaitu untuk
mengukur tingkat perubahan energi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
perbengkelan. Adapun alat-alat instrumentasi perbengkelan meliputi jangka
sorong, tachometer, vibration meter, lux meter dan sound level meter yang dimana
masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Amani, N. dan Dodi, SA. 2015. Kalibrasi Jangka Sorong Nonius Berdasarkan
Standar JIS B7507 di Laboratorium Pengukuran Teknik Mesin.
Universitas Riau: Riau.
Hishomudin, M. 2016. Rancang Bangun Alat Ukur Tingkat Bunyi (Sound Level
Meter) dengan Sensor Microphone Berbasis Arduino dan Android.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Islam, HI. dan Nabilah, N. 2016. Sistem Kendali Suhu Dan Pemantauan
Kelembaban Udara Ruangan Berbasis Arduino Uno Dengan
Menggunakan Sensor Dht22 Dan Passive Infrared (Pir). Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Nasrudin, AA. dan Dzulkiflih. 2015. Rancang Bangun Aplikasi Lux Meter
Bh1750 Sebagai Alat Ukur Kekeruhan Air Berbasis Mikrokontroler.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Nisa, C., Nurfitria, WP., Aji, S. dan Endah, R. 2014. Perancangan Instrumentasi
Pengukur Waktu dan Kecepatan Mengunakan Dt-Sense Infrared
Proximity Detector untuk Pembelajaran Gerak Lurus Beraturan.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Salim, I. 2016. Penuntun Praktikum Teknik Perbengkelan. Universitas


Hasanuddin: Makassar.

Septia, A. 2012. Electronics Instrumentation dan Measurement Techniques.


Universitas negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Wardhana, AO. 2013. Perancangan Instrumentasi untuk Perhitungan Standar


Deviasi dan Standar Error Barometer Tabung Bourdon. Universitas
Diponegoro: Semarang.

Lampiran
2-1. Dokumentasi Praktikum Instrumentasi Bengkel Pertanian.
Gambar 2-1. Dokumentasi pengukuran menggunakan Tachometer digital.

Anda mungkin juga menyukai