Anda di halaman 1dari 54

CRITICAL BOOK REVIEW

PANCASILA

Dosen pengampu:

Pulung Sumantri

Disusun Oleh:

Nama : Enia Maranatha Limbong

Nim : 5203550022

Kelas : S1 Teknik Sipil B 2020

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN PRODI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan berkatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan critical book review mata kuliah Pancasila ini
Critical book review ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan critical book review ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
critical book review ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki critical book review ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak kekurangan
dalam critical book review ini.Semoga critical book review sederhana ini dapat dipahami bagi siapa
pun pembacanya. Sekiranya critical book review ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang yang membacanya.

Medan , 20 October 2021

Penulis

2|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 4

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .......................................................................................... 4

B. Tujuan Penulisan CBR ...................................................................................................... 4

C. Manfaat CBR ..................................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 4

IDENTITAS BUKU DAN RINGKASAN BUKU .................................................................... 5

IDENTITAS BUKU ............................................................................................................... 5

RINGKASAN BUKU I .......................................................................................................... 6

RINGKASAN BUKU II ...................................................................................................... 23

BAB III .................................................................................................................................... 51

PEMBAHASAN BUKU UTAMA ................................................................................... 51

PEMBAHASAN BUKU PEMBANDING ....................................................................... 52

BAB IV .................................................................................................................................... 53

KESIMPULAN………………………………………………………………………53

SARAN………………………………………………………………………………53

Daftar Isi

3|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Critical Book Review sangat lah penting, karena bukan hanya sekedar laporan atau
tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interprestasi & analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau artikel
tersebut dan apa yang menarik dari artikel tersebut, bagaimana isi buku tersebut yang bisa
mempengaruhi cara berpikir & dan menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian
tersebut dan lebih kritis menanggapinya. Dengan kata lain dengan Critical Book Review aka
menguji pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang, berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

B. Tujuan Penulisan CBR

Alasan dibuatnya CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan penyelesaian tugas,
khususnya mata kuliah Bahasa Indonesia , serta untuk menambah wawasan yang luas akan
pengetahuan khususnya di bagian materi pendiidikan Pancasila, seperti bagaimana Pancasila
dalam arus sejarah. Dan bagaimana Pancasila menjadi dasar negara republic Indonesia

C. Manfaat CBR

1. Dapat menambah wawasan yang luas, khususnya tentang materi Pendidikan


pancasila

2. Penulis dapat lebih berpikir kritis lebih dari yang ia tahu.

3. Pembaca dapat mengetahui bahwa ada kekurangan dan kelebihan dari buku yang di
kritisi oleh penulis.

BAB II

4|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


IDENTITAS BUKU DAN RINGKASAN BUKU

IDENTITAS BUKU

Buku 1 (buku utama)


1. Judul : PENDIDIKAN PANCASILA
2. Edisi : -
3. Pengarang : Drs. Halking,M.si.,
4. Penerbit : UNIMED
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN : -
Buku 2 (pembanding)
Judul Buku : Pendidikan Pancasila yang Integrasi Pendidikan Anti Korupsi

No. ISBN : 978-623-95791-8-0

Pengarang : Arianus Harefa, S.H., M.H. dan Sodialman Daliwu, S.H

Penerbit : Lutfi Gilang

Tahun Terbit : 2020

Edisi : Pertama

Tebal Buku : viii +277 halaman

Bahasa Teks : Bahasa Indonesia

5|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


RINGKASAN BUKU I

BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Diawali dengan latar belakang pendidikan Pancasila; kebijakan nasional pembangunan


bangsa dan karakter; landasan hukum pendidikan Pancasila;kerangka konseptual
pendidikan Pancasila; visi dan misi; tujuan pendidikan Pancasila; desain mata kuliah;
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Pada bagian pengantar ini, mahasiswa diajak
untuk memahami konsep, hakikat, dan perjalanan pendidikan Pancasila di Indonesia.
Bahasan materi ini penting untuk diketahui karena berlakunya pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi mengalami pasang surut. Selain itu, kebijakan penyelenggaraaan
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi tidak serta merta diimplementasikan, baik di
perguruan tinggi negeri maupun di perguruan tinggi swasta. Keadaan tersebut terjadi
karena dasar hukum yang mengatur berlakunya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi
selalu mengalami perubahan dan persepsi pengembang kurikulum di masing-masing
perguruan tinggi berganti-ganti. Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi
wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan Pancasila, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa Negara berkehendak agar
pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum peguruan tinggi
sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah pendidikan
Pancasila ini dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa
mengenai ideology bangsa Indonesia. Artinya, pendidikan Pancasila diharapkan menjadi
ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalitas
mereka sesuai dengan bidang studi masing-masing. Selain itu, dengan mengacu kepada
ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, system pendidikan tinggi di
Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Implikasinya, sistem pendidikan tinggi (baca:
perguruan tinggi) di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila
secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi: bersyukur atas karunia kemerdekaan
dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia; menunjukkan sikap positif terhadap
pentingnya pendidikan Pancasila; menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan Pancasila

6|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


sebagai komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana; menalar
dan menyusun argumentasi pentingnya pendidikan Pancasila sebagai komponen mata
kuliah wajib umum dalam sistem pendidikan di Indonesia.
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa dan
negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai system pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik
(Sumber: Tim Dikti).

BAB II
BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA
INDONESIA
Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah
Bangsa Indonesia
1. Periode Pengusulan Pancasila
Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa
pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo.
Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar negara menurut
pandangannya masing-masing. Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka
tidak mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar negara dalam sidang
BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno
menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
7|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno
diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta
sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri
atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-
Royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian
hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku
yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku
tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika
Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1
Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan
Soekarno jatuh, muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru
sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan
perumusan Pancasila. Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila
bagi dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno,
dan kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H.
Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan
Moh. Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar
negara. Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti
untuk sementara.

2. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan
Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan yang maha esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

8|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini
di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di
sana-sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut
skenario Jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu
penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap
Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6
Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan
Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:
1. pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi
Indonesia (PPKI),
2. panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945.
3. direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan. Esok paginya, 8 Agustus
1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi (Penguasa Militer
Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang
kota itu bernama Ho Chi Minh).
A. Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang
semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka
para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang
penting. Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang
kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

3. Periode Pengesahan Pancasila


Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan
Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke
Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah
dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan
Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang
mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya karena
mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para
pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu sehingga

9|CBR PANCASILA ENIA MARANATHA LIMBONG


Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan,
termasuk Indonesia.
Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok
pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri
Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu
“mengamankan”), tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada
pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk.,
1975: 26). Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh
Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini
digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka
dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang
diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945
karena situasi politik yang berubah
Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:
Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Halhal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 2605
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta

Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Indonesia.
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia
10 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
1. Sumber Historis Pancasila
2. Sumber Sosiologis Pancasila
3. Sumber Politis Pancasila
Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960-an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
pembenar kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada
kalangan yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan
era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-
olah Pancasila ditinggalkan.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-
nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu
contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan
dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan
wakil presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih
kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan
secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan
1. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag
dan Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische
Grondslag) karena mengandung unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya
suatu negara; setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila.

11 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur
sebagai berikut: nilai-nilai
agama, budaya, dan adat istiadat.

2. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4%
responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila
secara benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi,
60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila.
Fenomena tersebut
sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang
ada dalam masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat
terhadap Pancasila (Ali, 2009: 2).

Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila dalam Kajian


Sejarah Bangsa Indonesia
Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (The Founding fathers).
2. Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat
istiadat.
3. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.

B. Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal


berikut:
1. Betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai ideologi bangsa, tetapi
terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.
3. Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber dan
digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang
di bumi Indonesia.
12 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
4. Kemukakan argumen Anda tentang Pancasila sebagai pilihan terbaik bangsa
Indonesia.
Tugas Belajar Lanjut: Proyek Belajar tentang Pentingnya Kajian Pancasila
Melalui Pendekatan Sejarah.
Untuk memahami dinamika proses perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai dasar
negara, Anda dapat mencari informasi dari berbagai sumber tentang:
1. Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak Pancasila
sebagai dasar negara.
2. Alasan banyak pihak yang tetap ingin mempertahan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia.

BAB III
BAGAIMANA PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara


1. Menelusuri Konsep Negara
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber (makhluk yang menggunakan
teknologi), Homo Socius (makhluk bermasyarakat), Homo Economicus (makhluk ekonomi),
dan istilah Zoon Politicon atau makhluk politik? Istilah-istilah tersebut merupakan predikat
yang melekat pada eksistensi manusia. Selain itu, predikat-predikat tersebut
mengisyaratkan bahwa interaksi antarmanusia dapat dimotivasi oleh sudut
pandang, kebutuhan, atau kepentingan (interest) masing-masing. Akibatnya,
pergaulan manusia dapat bersamaan (sejalan), berbeda, atau bertentangan satu sama lain,
bahkan meminjam istilah Thomas Hobbes manusia yang satu dapat menjadi serigala bagi yang
lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, agar tercipta
kondisi yang harmonis dan tertib dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan
kesejahteraannya, manusia membutuhkan negara. Apakah negara itu? Menurut Diponolo
(1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata
pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Lebih lanjut,
Diponolo mengemukakan beberapa definisi negara yang dalam hal ini penulis paparkan secara
skematis, sebagaimana Gambar III.1 Sejalan dengan pengertian negara tersebut, Diponolo
menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara yaitu:
13 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
Ketiga unsur tersebut lazim dinyatakan sebagai unsur konstitutif. Selain unsur konstitutif
ada juga unsur lain, yaitu unsur deklaratif, dalam hal ini pengakuan dari negara
lain. Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2
(dua) pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada
mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah.
Pendekatan ini juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat
untuk sebuah negara.
Defenisi Negara Menurut Para ahli
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin
diwujudkan, serta bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan negara tersebut, akan
ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata
lain, dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan
tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan
tujuan suatu negara. Agar pemahaman Anda lebih komprehensif, di bawah ini
dikemukakan contoh pengaruh dasar negara terhadap bentuk negara. Konsekuensi
Pancasila sebagai dasar negara bagi negara Republik Indonesia, antara lain:
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1
UUD Negara Republik Indonesia 1945). Pasal tersebut menjelaskan hubungan Pancasila
tepatnya sila ketiga dengan bentuk negara yang dianut oleh Indonesia, yaitu sebagai
negara kesatuan bukan sebagai negara serikat. Lebih
Aristoteles: Negara (polis) ialah” persekutuan daripada keluarga dan desa
guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya”. Jean Bodin: Negara itu adalah “suatu
persekutuan daripada keluarga-keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin
oleh akal dari suatu kuasa yang berdaulat”. Hugo de Groot/Grotius: Negara merupakan
“suatu persekutuan yang sempurna daripada orang-orang yang merdeka untuk
memperoleh perlindungan hukum”. Bluntschli: mengartikan Negara sebagai “diri rakyat
yang disusun dalam suatu organisasi politik di suatu daerah tertentu”. Hansen Kelsen:
Negara adalah suatu “susunan pergaulan hidup bersama dengan tata paksa”. Harrold
14 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Laski: Negara sebagai suatu organisasi paksaan (coercive instrument). Woodrow
Wilson: Negara merupakan “rakyat yang terorganisasi untuk hukum dalam wilayah
tertentu (a people organized for law within a definite territory)

2. 2. Menelusuri Konsep Tujuan Negara


Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel satu pun
hidupnya memiliki tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian
pula, suatu bangsa mendirikan negara, pasti ada tujuan untuk apa negara
itu didirikan. Anda
3. A. Dante Alleghieri(Filsuf Italia, abad 13-
14M) Manusia hanya dapat menjalankan
kewajiban dengan baik serta mencapai tujuan yang tinggi di dalam keadaan damai. Oleh
karena itu, perdamaian menjadi kepentingan setiap orang. Raja haruslah seorang yang
paling baik kemauannya dan paling besar kemampuannya karena ia harus
dapat mewujudkan keadilan di antara umat manusia.
4. B. Thomas Hobbes (1588-1679)
Perdamaian adalah unsur yang menjadi hakikat tujuan negara. Demi keamanan dan
ketertiban, maka manusia melepaskan dan melebur kemerdekaannya ke dalam
kemerdekaan umum, yaitu negara.
5. C. Theodore Roosevelt (Presiden AmerikaSerikat)
In case of a choise between order and justice I will be on the side of order (apabila
saya harus memilih antara ketertiban dan keadilan, maka saya akan memilih ketertiban).
Teori Kemerdekaan sebagai Tujuan Negara
A.Herbert Spencer (1820-
1903) Negara itu tak lain
adalah alat bagi manusia untuk memperoleh lebih banyak kemerdekaan daripada yang
dimilikinya sebelum adanya negara. Jadi, negara itu adalah alat untuk
menegakkan kemerdekaan.
B.Immanuel Kant (1724 1804)
Kemerdekaan itu menjadi tujuan negara. Terjadinya negara itu adalah untuk
membangun dan menyelenggarakan hukum, sedangkan hukum adalah untuk menjamin
kemerdekaan manusia. Hukum dan kemerdekaan tidak dapat dipisahkan.
C.Hegel (Refleksiabsolut,1770- 1831)
Negara adalah suatu kenyataan yang sempurna, yang merupakan keutuhan daripada
15 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
perwujudan kemerdekaan manusia. Hanya dengan negara dan dalam negara
manusia dapat benar-benar memperoleh kepribadian dan kemerdekaannya.
Teori Keadilan sebagai Tujuan Negara
A. Aristoteles (384-322
SM) Negara
seharusnya menjamin kebaikan hidup para warga negaranya. Kebaikan hidup inilah
tujuan luhur negara. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keadilan yang harus menjadi
dasarnya setiap pemerintahan. Keadilan ini harus dinyatakan dengan undang-undang.
B. Thomas Aquinas (1225-
1274) Kekuasaan dan
hukum negara itu hanya berlaku selama ia mewujudkan keadilan, untuk
kebaikan bersama umat manusia, seperti yang dikehendaki Tuhan.
C. Immanuel Kant (1724-
1804) Terjadinya negara itu
dari kenyataan bahwa manusia demi kepentingan sendiri telah membatasi dirinya dalam
suatu kontrak sosial yang menumbuhkan hukum. Hukum adalah hasil daripada akal
manusia untuk mempertemukan dan menyelenggarakan kepentingan bersama.
Hukum keadilan semesta alam menghendaki agar manusia berbuat terhadap orang lain
seperti yang ia harap orang lain berbuat terhadap dirinya.
Teori Kesejahteraan dan Kebahagiaan sebagai Tujuan Negara
A. Mohammad Hatta (1902-
1980) “Bohonglah segala
politik jika tidak menuju kepada kemakmuran rakyat”.
B. Immanuel Kant (1724-
1804) Tujuan politik ialah
mengatur agar setiap orang dapat puas dengan keadaannya. Hal
ini menyangkut terpenuhinya kebutuhan yang bersifat bendawi dan
terwujudnya kebahagiaan yang bersifat kerohanian.

3. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara


Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan
istilah grundnorm (norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita
negara), philosophische grondslag (dasar filsafat negara). Banyaknya istilah
Dasar Negara dalam kosa kata bahasa asing menunjukkan bahwa dasar negara bersifat
16 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
universal, dalam arti setiap negara memiliki dasar
negara.
Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan
sebagai
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara
juga dapat diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Secara teoretik, istilah dasar negara, mengacu kepada pendapat Hans Kelsen,
disebut a basic norm atau Grundnorm (Kelsen, 1970: 8). Norma dasar ini merupakan
norma tertinggi yang mendasari kesatuan-kesatuan sistem norma dalam masyarakat yang
teratur termasuk di dalamnya negara yang sifatnya tidak berubah (Attamimi dalam
Oesman dan Alfian, 1993: 74).
Dengan demikian, kedudukan dasar negara berbeda dengan kedudukan
peraturan perundang-undangan karena dasar negara merupakan sumber dari
peraturan perundang-undangan. Implikasi dari kedudukan dasar negara ini, maka
dasar negara bersifat permanen sementara peraturan perundang-undangan bersifat
fleksibel dalam arti dapat diubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Hans Nawiasky menjelaskan bahwa dalam suatu negara yang merupakan kesatuan
tatanan hukum, terdapat suatu kaidah tertinggi, yang kedudukannya lebih tinggi daripada
Undang-Undang Dasar. Kaidah tertinggi dalam tatanan kesatuan hukum dalam negara
disebut staatsfundamentalnorm, yang untuk Indonesia berupa Pancasila (Riyanto dalam
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, 2013: 93-
94). Dalam pandangan yang lain, pengembangan teori dasar negara dapat diambil dari
pidato Mr. Soepomo. Dalam penjelasannya, kata “cita negara” merupakan
terjemahan dari kata “Staatsidee” yang terdapat dalam kepustakaan Jerman dan Belanda.
J. Oppenheim (1849-1924), ahli hukum tata negara dan hukum administrasi negara di
Groningen Belanda, mengemukakan dalam pidato pengukuhannya yang kedua (1893)
sebagai guru besar mengemukakan bahwa “staatsidee” dapat dilukiskan sebagai “hakikat
yang paling dalam dari negara” (de staats diapse wezen), sebagai “kekuatan
yang membentuk negara-negara (de staten vermonde kracht) (Attamimi
dalam Soeprapto, Bahar dan Arianto, 1995: 121).
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
17 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

BAB IV
MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA

Ideologi merupakan seperangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ideologi yang
bersumber dari kebudayaan, artinya berbagai komponen budaya yang meliputi: sistem
religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan
peralatan.
Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Mentalitas
dan Pembangunan (2004: 2), memengaruhi dan berperan dalam membentuk ideologi
suatu bangsa. Perlu diketahui bahwa ketika suatu ideologi bertitik tolak dari komponen-
komponen budaya yang berasal dari sifat dasar bangsa itu sendiri, maka pelaku-pelaku
ideologi, yakni warga negara, lebih mudah melaksanakannya. Para pelaku ideologi
merasa sudah akrab, tidak asing lagi dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi yang
diperkenalkan dan diajukan kepada mereka.
Ideologi merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan negara yang bersumber dari nilai
dasar yang berkembang dalam suatu bangsa. Sehubungan dengan itu, Anda dipersilakan
untuk mencari informasi tentang nilai-nilai ideal, instrumental, dan praksis dan
dihubungkan
dengan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi. Diskusikan dengan kelompok Anda dan
laporkan secara tertulis.

Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


18 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu
golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu
program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 517). Dalam pengertian
tersebut, Anda dapat menangkap beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi,
yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik. Sejarah konsep
ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada
penghujung abad kedelapanbelas. Tracy menyebut ideologi sebagai science of ideas,
yaitu suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat Perancis. Namun,
Napoleon mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang
tidak mempunyai arti praktis. Selanjutnya, Anda perlu mengenal beberapa tokoh atau
pemikir Indonesia yang mendefinisikan ideologi sebagai berikut:
a. Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
b. Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya
menjaga jarak dengan dunia kehidupannya”.
c. Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-
simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman
kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu”.
d. Martin Seliger: Ideologi sebagai sistem kepercayaan Ideologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai
yang dirancang untuk melayani dasar dasar permanen yang bersifat relatif bagi
sekelompok orang.
e. Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional Gouldner mengatakan bahwa
ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana politis.
Wacana tersebut melibatkan otoritas atau tradisi atau retorika emosi. Lebih lanjut,
Gouldner mengatakan bahwa ideologi harus dipisahkan dari kesadaran mitis dan religius,
sebab ideologi itu merupakan suatu tindakan yang didukung nilai-nilai logis dan
dibuktikan berdasarkan kepentingan sosial. Gouldner juga mengatakan
bahwa kemunculan ideologi itu tidak hanya dihubungkan dengan revolusi komunikasi,

19 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
tetapi juga dihubungkan dengan revolusi industri yang pada gilirannya melahirkan
kapitalisme (Thompson, 1984: 85-86).

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Ideologi


Negara
1. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pada bagian ini, akan ditelusuri kedudukan Pancasila sebagai ideologi oleh para
penyelenggara negara yang berkuasa sepanjang sejarah negara Indonesia:
a. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila ditegaskan sebagai pemersatu
bangsa. Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato politiknya
dalam kurun waktu 1945--1960. Namun seiring dengan perjalanan waktu, pada kurun
waktu 1960--1965, Soekarno lebih mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme,
Agama, dan Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa Indonesia.

b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto


Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal
bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali dengan
keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilainilai Pancasila. TAP
MPR ini menjadi landasan bagi dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan
masyarakat. Akibat dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi
kesan bahwa tafsir ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir
ideologi) yang berkuasa pada waktu itu.
c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie
Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21 Mei 1998, atas
desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4. Pada masa sekarang ini,
resonansi Pancasila kurang bergema karena pemerintahan Habibie lebih disibukkan
masalah politis, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di samping itu, lembaga yang
bertanggung jawab terhadap sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan
Keppres No. 27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang
Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP-7). Sebenarnya, dalam Keppres tersebut dinyatakan akan

20 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
dibentuk lembaga serupa, tetapi lembaga khusus yang mengkaji, mengembangkan, dan
mengawal Pancasila hingga saat ini belum ada.
d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana tentang
penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan
ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan adalah kebebasan berpendapat
sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila cenderung melemah.
e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati
Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan
disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak
mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah
Dasar sampai perguruan tinggi.
f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)
Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam dua periode dapat dikatakan juga tidak
terlalu memperhatikan pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat
dilihat dari belum adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk
menjaga dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana
diamanatkan oleh Keppres No. 27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai
dengan pertarungan
politik untuk memperebutkan kekuasaan atau meraih suara sebanyakbanyaknya dalam
pemilu. Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-
Undang RI No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata
kuliah Pancasila sebagai mata kuliah wajib

Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai


Ideologi Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Ideologi Negara Dinamika Pancasila
sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
21 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara Pada
bagian ini,Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai
ideologi negara meliputi faktor eksternal dan internal, yaitu:
a. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
b. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
c. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif. Dampak
konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.
b. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis.

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


1. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pada bagian ini, akan di pahami hakikat Pancasila sebagai ideologi negara memiliki tiga
dimensi sebagai berikut:

a. Dimensi realitas;
Mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam dirinya bersumber dari
nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya.
b. Dimensi idealitas;
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
c. Dimensi fleksibilitas;
mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang masyarakat untuk mengembangkan
pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi meliputi hal-hal sebagai berikut:
22 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga negara
harus didasarkan pada preskripsi moral.
b. Ideologi negara sebagai penolakan. artinya terhadap nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan sila-sila Pancasila.

Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara bagi mahasiswa adalah
untuk memperlihatkan peran ideologi sebagai penuntun moral dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga ancaman
berupa penyalahgunaan narkoba, terorisme, dan korupsi dapat dicegah. Di samping itu,
Pancasila sebagai ideologi negara pada hakikatnya mengandung dimensi realitas, idealitas,
dan fleksibilitas yang memuat nilai-nilai dasar, cita-cita, dan keterbukaan sehingga
mahasiswa mampu menerima kedudukan Pancasila secara akademis.

Tugas Belajar Lanjut: Projek Belajar Pancasila sebagai Ideologi Negara


Untuk memahami Pancasila sebagai ideologi negara, Anda dipersilakan untuk mencari
informasi dari berbagai sumber tentang:
1. Berbagai konsep dan pengertian dan karakter tentang ideologi besar dunia, khususnya
tentang ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
2. Pancasila sebagai ideologi, termasuk bersifat tertutup atau terbuka, berikan argumen
Anda.
3. Berbagai kasus yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba dan yang mengancam
eksistensi Pancasila.
4. Berbagai kasus yang terkait dengan terorisme yang mengancam eksitensi ideologi
Pancasila.
5. Berbagai kasus yang terkait dengan korupsi di Indonesia yang mengancam eksistensi
ideologi Pancasila.
6. Berbagai kasus kesadaran pajak warga Negara yang mengancam eksistensi ideologi
Pancasila.
RINGKASAN BUKU II

Mata kuliah pandidikan Pancasila merupakan kelompok mata kuliah pengembangan


kepribadian di perguruan tinggi. Mata kuliah pengembangan kepribadian bertujuan untuk

23 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
membantu mahasiswa atau peserta didik agar mampu memahami konsep, hakikat, dan
perjalanan pendidikan Pancasila di Indonesia. Hal ini penting untuk diketahui karena
berlakunya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi mengalami pasang surut.

Penyelenggaraan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan kebijakan yang


tidak sertamerta untuk diimplentasikan, baik di perguruan tinggi negeri maupun di perguruan
tinggi swasta. Keadaan tersebut terjadi karena dasar hukum yang mengatur berlakunya
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi selalu mengalami perubahan dan persepsi
pengembangan kurikulum di masing-masing perguruan tinggi yang sering berganti-ganti.
Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi yang menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa negara berkehendak agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib
dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri.

Mata kuliah pendidikan Pancasila lebih memfokuskan dalam pembinaan pemahaman


dan penghayatan mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Jadi, dengan mempelajari
pendidikan Pancasila diharapkan dapat menjadi roh dalam pembentukan jati diri mahasiswa
guna pengembangan jiwa profesionalitasnya sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
Untuk mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaan serta kesadaran berbangsa dan
bernegara dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi serta nilai-nilai budaya bangsa,
maka melalui pendidikan pancasila ini menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dengan rasa
tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.

Memahami perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi dewasa ini, membawa


akibat revolusi di bidang transportasi, telekomunikasi, dan informatika telah mengubah
peradaban masyarakat dunia dari era industri dan era informasi. Dengan derasnya arus
informasi tersebut, maka perkembangan perubahan dan kejadian di suatu negara semakin
mempengaruhi dan mendorong berbagai perubahan di dalam masyarakat suatu negara
termasuk perubahan moral bangsa. Tidak terkecuali Negara Indonesia sebagai bangsa yang
terbuka dalam tata pergaulan masyarakat internasional, perubahan yang terjadi di luar negeri
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap perkembangan dalam negeri. Didukung pula
dengan letak geografis Indonesia yang berada pada posisi silang dunia, secara terbuka
merupakan ajang pertemuan nilai-nilai dari berbagai sumber yang mempunyai dampak positif
maupun negatif.

24 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Berdasarkan pemamparan tersebut, maka untuk menghadapi realitas yang mengglobal
tersebut diperlukan warga negara yang mampu mengatisipasi perkembangan dan perubahan
masa depan dengan dibengkali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila yaitu nilainilai agama, nilai-nilai budaya bangsa dan
moral yang akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup warga
negara dalam kehidupan sosial, dengan berdasarkan pada pilar-pilar berbangsa dan bernegara
yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai negara kebangsaan membutuhkan warga negara yang mempunyai kemapuan ilmu
pengatahuan, teknologi dan seni (ipteks) serta memiliki wawasan dan kesadan bernegara, dan
sikap perilaku cinta tanah air. Untuk mencapai harapan tersebut, maka menjadi kewajiban
bersama untuk mendukung suksesnya Pendidikan

BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. Landasan Historis Pendidikan Pancasila


Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman
Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Beratusratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta falsafat hidup bangsa.
Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas sifat dan karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain, yang oleh pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan
yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip (lima sila) yang kemudian diberi
nama Pancasila.

Dalam perjalan sejarahnya, proses perumusan Pancasila diawali dengan terbentuknya


BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) pada tanggal 28 Mei 1945 yang diketuai oleh K.R.T.dr.
Radjiman Widijoningrat yang beranggota 62 orang. Sidang BPUPKI terdiri atas dua
tahap yaitu:

1 . Sidang Pertama tgl 29 Mei-l Juni 1945; dan

25 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
2. Sidang Kedua tgl 10 Juli-16 Juli 1945.

Sidang pertama dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 membicarakan "Dasar Negara
Indonesia Merdeka". Kemudian tampil tiga orang pembicara yaitu Mr.
Muhammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

1. Mr. Muhammad Yamin


Mr. Muhammad Yamin mengemukakan pemikirannya secara lisan (29 Mei 1945)
tentang dasar negara itu berisikan lima asas dasar Negara Indonesia merdeka yaitu: 1) Peri
kebangsaan;

2) Peri kemanusiaan;
3) Peri ketuhanan;
4) Peri kerakyatan; dan
5) Kesejahteraan rakyat.

2. Dr. Soepomo
Dr. Soepomo mengemukakan pendapatnya tentang dasar negera yang didasarkan pada
"cita negara" atau "staatside" bagi Negara Indonesia yang akan merdeka pada tanggal 31 Mei
1945 yang artinya ada tiga aliran pikiran yang dapat dijadikan dasar pengertian negara
(staatside) yaitu:

1) Teori perseorangan; 2) Teori golongan; dan 3)


Teori integralistik.

Ketiga aliran pemikiran yang dikemukakan oleh Dr. Soepomo tersebut dapat
dijabarkan menjadi lima prinsip dasar bernegara yaitu: 1) Persatuan;

2) Kekeluargaan;

3) Keseimbangan Iahir dan batin;

4) Musyawarah; dan

5) Keadilan rakyat.
26 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
3. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya di hadapan


sidang badan penyelidik pada tanggal 1 Juni 1945.
Dalam pidatonya tersebut, Soekarno mengajukan
secara lisan usulan atas lima asas sebagai dasar
Negara Indonesia yang akan dibentuknya, yang
rumusannya sebagai berikut:

1) Pancasila yaitu:

a) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia;

b) Internasionalisme atau perikemanusiaan;

c) Mufakat atau demokrasi;

d) Kesejahteraan sosial; dan

e) Ketuhanan yang berkebudayaan.

BAB III
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

A. Dinamika Pancasila dalam Era Pra-kemerdekaan dan Awal Kemerdekaan Republik


Indonesia

Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa,

27 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. Bahkan fakta historis
menunjukkan, diantaranya yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya
orang percaya kepada Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah,
sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia;

3. Persatuan Indonesia yaitu bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun,
bersatu, dan kekeluargaan;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan


yaitu bahwa unsur- unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat bangsa Indonesia; dan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap sesama.

B. Pancasila pada Era Kemerdekaan

Pancasila dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pascakemerdekaan,


mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945,
Pancasila melewati masa-masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke
dalam era percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer.

Partai-partai politik pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada
cenderung selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara. Pancasila
pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun 1959,
Pancasila melewati masa kelamnya di mana Presiden Soekarno menerapkan sistem
demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden tetap dalam rangka memegang kendali
politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik. Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965
terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia di mana partai komunis berusaha
melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan
wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era awal orde baru
dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu menjadi kaku
dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan Presiden Soeharto

28 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
kemudian menjadi corevalues, yang pada akhirnya kembali menodai nilai-nilai dasar yang
sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada 1998, pemerintahan Presiden
Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi
hingga hari ini.

C. Pancasila pada Era Orde Lama


Kedudukan pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa yang pernah
dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada
akhir dua dasawarsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api Pancasila
sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak
seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan.
Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat,
agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat

Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi
terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno
meletakkan dasar kepemimpinannya yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu
demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai
dengan makna yang terkandung di dalamnya dan bahkan terkenal menyimpang di mana
demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Kehidupan politik dan pemerintah pada masa pemerintahan orde lama, sering
terjadi penyimpangan yang dilakukan presiden dan juga Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya
pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal
ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang
presiden dan lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) terhadap kebijakan-kebijakan. Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik
lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanaan, dan kehidupan
ekonomi makin memburuk. Puncak dari situasi tersebut yaitu munculnya pemberontakan
G30S/ PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan, Ir. Soekarno sebagai presiden
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui surat perintah pada 11 Maret 1966
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya

29 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya
Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa orde baru.

D. Pancasila pada Era Orde Baru


Era orde baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil
dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini.
Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era
pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan. Di
era orde baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan
Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan
kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagungagungkan, Pancasila begitu gencar
ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat, dan rakyat tidak memandang hal tersebut
sebagai sesuatu yang mengganjal.
BAB IV
KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
A.
Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Setiap negara harus
mempunyai landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegaranya. Dasar negara bagi
suatu negara merupakan dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Negara tanpa
dasar berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas,
sehingga memudahkan munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup
bernegara mencakup citacita negara, tujuan negara, dan norma negara.
Kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara merupakan sebuah landasan
yang bisa memberikan kekuatan terhadap berdirinya suatu negara. Kedudukan dan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu sumber kaidah hukum yang mengatur
segala kegiatan ekonomi, sosial, dan politik. Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat bukti
yang menjadi referensi Pancasila merupakan dasar negara. Dalam Pembukaan UUD 1945
alinea keempat menyebutkan bahwa «Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

30 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Indonesia.» Pancasila merupakan suatu dasar konstitusi yang berkedudukan lebih tinggi
daripada UUD 1945. Dengan kenyataan itu, maka dapat diketahui bahwa Pancasila
merupakan jiwa paling luhur, paling agung bagi bangsa dan Negara Indonesia. Sila-sila
dalam Pancasila sangat melekat pada hati rakyat Indonesia, yang dapat dilihat dari
bagaimana tata cara hidup masyarakat yang didasari Pancasila.
Pancasila memiliki banyak sekali peranan, di antaranya sebagai dasar negara,
pandangan hidup, ideologi bangsa, sumber hukum, jiwa dan kepribadian bangsa, cita-cita
dan tujuan nasional, serta perjanjian luhur bangsa Indonesia. Untuk itu, kedudukan dan
fungsi Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu landasan yang mampu
memberikan kekuatan terhadap berdirinya suatu negara dan sebagai suatu pijakan atau
sumber kaidah hukum yang mengatur segala kegiatan politik, sosial, dan ekonomi. Dari
pembacaan tersebut dapat diketahui bahwa Negara Indonesia didasarkan kuat pada sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila. Pancasila adalah perjanjian luhur sebagai hasil rapat
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang menetapkan Pancasila sebagai konstitusi pokok
Negara Republik Indonesia. Apabila Negara Indonesia melanggar sila-sila dalam
Pancasila, itu artinya telah melanggar perjanjian leluhur bangsa Indonesia yang mereka
buat sendiri, melanggar tujuan hidup bangsa sendiri. Pancasila adalah unsur pertama yang
terbentuk saat negara ini terbentuk. Selain daripada itu, Pancasila merupakan pengaruh
besar dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.
Segala hukum dan undang-undang di Negara Indonesia harus mencerminkan nilai
Pancasila. Fungsi pancasila sebagai dasar negara juga merupakan sumber dari segala
hukum. Sebagai contoh, dalam sila pertama disebutkan tentang «Ketuhanan Yang Maha
Esa» yang artinya setiap warga Negara Indonesia harus menyembah Tuhan, memiliki
agama, dan dalam peraturan atau hukum manapun di Indonesia, semuanya melarang
paham yang menentang adanya Tuhan . Nilai-nilai dari Pancasila akan menurun pada
Pembukaan UUD 1945, lalu selanjutnya menurun pada undang-undang, kemudian Tap
MPR, dan selanjutnya lihat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangundangan.
B.
Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara merupakan sebuah
perjanjian leluhur bangsa Indonesia yang disepakati bersama dan harus senantiasa
dihormati dan dijunjung tinggi serta memberi pedoman dan kekuatan bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk berperilaku dengan baik dan benar. Pandangan hidup adalah suatu

31 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai
yang luhur. Pancasila sebagai pandangan hidup berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman
hidup untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama, lingkungan dan mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat akan berkembang secara dinamis
dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya Oleh
suatu bangsa yang mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap
dalam kehidupan seharihari. Setiap bangsa di dunia pun pasti selalu mempunyai pedoman
sikap hidup yang dijadikan sebagai acuan dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga
dengan bangsa Indoneisa yang mempunyai sikap hidup yang diyakini kebenarannya yang
disebut dengan Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut
berasal dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila
sebagai inti dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dapat disebut sebagai cita-cita moral
bangsa Indonesia sindiri. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman,
pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pancasila juga merupakan sebagai hasil kesepakatan bersama bangsa Indonesia
yang pada waktu itu diwakili oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebagaimana
termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, Pancasila merupakan kesepakatan
bersama seluruh masyarakat Indonesia yang sudah seharusnya dihormati dan dijunjung
tinggi keberadaan oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
C.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai
oleh suatu negara. Ideologi Pancasila didasarkan atas Pancasila dan UUD 1945 untuk
membentuk masyarakat adil dan makmur dalam kehidupan materil dan spritual di dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ideologi berasal dari dua kata yaitu idea berarti citacita dan logos yang berarti ilmu,
pengetahuan, dan paham. Dengan demikian, ideologi dapat diartikan sebagai pengetahuan/
ilmu/paham mengenai cita-cita.
Ideologi sebenarnya merupakan penjelmaan dari filsafat yang juga memiliki
pengertian yang berbeda-beda. Pengertian ideologi adalah suatu ilmu yang berkaitan
dengan cita-cita yang terdiri atas seperangkat gagasangagasan atau pemikiran manusia

32 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
mengenai soal-soal cita politik, doktrin atau ajaran, nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

dalam arti sempit adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak.

Makna ideologi bagi negara yaitu

pembangkit kesadaran akan kemerdekaan, yaitu dengan memberikan orientasi


mengenai dunia dan isinya serta antar kaitannya dan menanamkan motivasi dalam
perjuangan masyarakat untuk bergerak melawan penjajahan, dan selanjutnya dalam sistem
dan penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa kemudian menjadi dasar
falsafah ne gara sekaligus sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Sebagai
suatu ideologi, maka Pancasila merupakan sumber cita-cita, harapan nilai-nilai serta
norma-norma yang dianggap baik. Dengan demikian pancasila pada hakikatnya adalah
demi dan untuk kesejahteraan hidup bangsa Indonesia.
Secara yuridis formal, ideologi Pancasila tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945
alinea IV, pada kalimat «dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa»
pernyataan ini pada hakikatnya memiliki makna dasar filsafat negara yang sekaligus asas
kerohanian negara dan ideologi negara dan bangsa Indonesia. Makna ideologi tersebut di
atas adalah makna positif karena menunjuk kepada keseluruhan pandangan cita-cita, nilai,
dan keyakinan yang ingin diwujudkan dalam kenyataan hidup bernegara yang konkrit.
Ideologi Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali atau dikritalisasikan dari
nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang telah terakomodir dalan tiap-tiap Sila
Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.
nilai spritual yang mempunyai makna memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, untuk berkembang di Indonesia.

33 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
nilai kedaulatan yang berada rakyat yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang
riil dan wajar.

nilai sikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati
hak orang dan sikap gotong royong dalam suasana kekeluargaan, suka memberi
pertolongan kepada orang, suka bekerja keras dan bersama-sama mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
remortatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat
aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyelesaikan dengan pekembangan
zaman, ilmu pengetahuan, dan tekonologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasan secara lebih konkrit, sehingga
memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang
senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat perkembangan Iptek serta zaman.
Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang didasarkan pada Pancasila dan UUD
1954. Ideologi ini dianut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuannya adalah untuk
membentuk masyarakat adil dan makmur dalam kehidupan dan spiritual. Selain Pancasila
sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia, juga merupakan sebagai ideologi terbuka
yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.
Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan pandangan hidup bangsa yang mempunyai
nilai dasar yang bersifat tetap dan nilai instrumental yang dinamis. Jadi, ideologi terbuka
merupakan bentuk ideologi yang menjadi pandangan hidup bangsa yang memiliki nilai
dasar serta nilai instrumental yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal.

dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
yang bersifat universal sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan
serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ideologi tersebut tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945, sehingga dalam pembukaan tersebut memuat nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan
tata tertib hukum tertinggi sebagai sumber hukum positif sehingga dalam negara memiliki

34 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
kedudukan sebagai «staatsfundamentalnorm» atau pokok kaidah negara yang fundamental.
Sebagai ideologi terbuka, nilai dasar inilah bersifat tetap dan terletak pada kelangsungan
hidup negara sehingga mengubah Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar ideologi
Pancasila tersebut sama hal dengan mengubah negara. Adapun nilai dasar tersebut
kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang di dalamnya terkandung
lembaga-lembaga penyelenggaraan negara, hubungan antar lembaga penyelenggaraan
negara beserta tugas dan wewenangnya;
instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan eksplitisasi, penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, misalnya GBHN yang lima tahun senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat, undang-udang,
departemendepartemen sebagai lembaga pelaksanaan dan Iain sebagainya. Pada aspek ini
senantiasa dapat dilakukan perubahan ; dan
praksis yang merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengalaman yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam realisasi praksis ini, maka penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan
sesuai dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi
masyarakat. Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah pandangan hidup bangsa Indonesia
yang mempunyai nilai dasar yang bersifat tetap sepanjang zaman dan nilai instrumental
yang mampu berkembang secara dinamis.
Nilai instrumental dalam Pancasila dapat berubah sesuai dengan pengembangan
dan pengamalannya yaitu penjabaran lebih lanjut dari Pembukaan UUD 1945, sebagai
arahan untuk kehidupan nyata. Perubahanperubahan tersebut tidak boleh menyimpang dari
nilainilai dasarnya. Sifat dinamis dan inovatif nilai-nilai instrumental memungkinkan
Pancasila dapat senantiasa beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman tanpa
meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki
kekuatan yang sangat tergantung pada kualitas dari dimensi yang dikandungnya. Dimensi-
dimensi yang dikandung Pancasila yaitu:

Idealisme; dan

Fleksibilitas .

35 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Ketiga dimensi tersebut, dimiliki oleh Pancasila yang artinya nilai instrumental dan
nilai praksis terbuka untuk dikembangkan sesuai nilai dasar. Sedangkan ideologi tertutup
adalah ideologi yang merasa sudah mempunyai jawaban menyeluruh terhadap segala
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, sehingga yang diperlukan adalah
melaksanakan ideologi itu secara dogmatik. Dilihat dari ciri-cirinya, dapat disimpulkan
bahwa pancasila adalah sebagai ideologi terbuka. Hal itu dapat dilihat secara jelas pada
penjelasan UUD 1945 yang mengatakan «maka telah cukup jika UUD hanya memuat
aturan-aturan pokok atau hanya memuat garis-garis besar sebagai intruksi kepada
pemerintah pusat dan lainlain, penyelenggaraan negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial»
S-H, 3.

Hak-hak Asasi Manusia.


Prinsip ajaran tersebut sebagai saran kepada negara yang merupakan alat atau
sarana individu dalam menjalan kegiatan penyelenggaraan kehidupan negara.
.

BAB V

PANCASILA DAN IJI-ID 1945

Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang tersebut, maka tanggal 1 Maret
1945, pemerintahan militer Jepang mengumumkan bahwa dalam waktu dekat akan
dibentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki dan menyiapkan hal-hal yang
berhubungan dengan kemerdekaan itu.

Anggota Istimewa: 7orang Jepang

Sidang yang pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.

Sidangl BPUPKI

Sidang I BPUPKI yang berlangsung dari tanggal Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
mempunyai tujuan untuk mengumpulkan segala pandangan tentang dasar negara. Menurut
36 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
paham ini, negara adalah hukum yang disusun atas kontrak antara seluruh individu Pamah
negara kelas atau teori «golongan». Negara adalah susunan masyarakat yang
integral, segala golongan, bagian atau anggotanya saling berhubungan erat satu sama
lainnya dan merupakan kesatuan organisasi. Soekarno Nasionalisme Internasionalisme
Mufakat Ketuhanan Yang Maha Esa Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari
kebangsaan dengan peri kemanusiaan Sosio demokrasi yang merupakan sintesa dari
mufakat Ketuhanan.

Berdasarkan usulan tersebut, beliau mengusulkan bahwa «Tri Sila» tersebut juga dapat
diperas menjadi «Eka Sila» yang intinya adalah gotong royong. Beliau mengusulkan
bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia atau «Philosophisce grondslag» juga pandangan dunia yang setingkat dengan
aliran-aliran besar dunia atau sebagai «weltanschaung» dan atas dasar itulah kita didirikan
Negara Indonesia. Dalam sidang pertama ini juga dibentuk suatu panitia kecil yang
beranggotakan 8 orang yang disebut «Panitia 8» yang bertugas menampung saran-
saran, usul-usul, dan konsepsi dari para anggota. Soekarno dan menyepakati bahwa setuju
Indonesia merdeka selekasnya sebagai negara hukum dan mempunyai hukum dasar yang
memuat dasar/filsafat negara dalam mukadimahnya.

Perbedaan usul/konseptual yang terjadi antara golongan Islam dan golongan kebangsaan
kemudian dicarikan modus. Hasil rumusan mukadimah yang telah disepakati bersama
dikenal dengan istilah «Jakarta Charter atau Piagam Jakarta» tertanggal 22 juni 1945.

BPUPKI

Tujuan sidang II BPUPKI yang berlangsung dari tanggal 10 juli-17 juli 1945 adalah untuk
mengumpulkan segala pandangan tentang Undang-Undang Dasar . Pada rapat 10 Juli 1945
oleh panitia kecil yang terdiri atas Ir. Panitia ini bertugas untuk mengumpulkan dan
memeriksa usul-usul yang maşuk dan menentukan kebulatan pendapatnya. Soekarno dan
sekaligus melaporan hasil pekerjaan panitia ke hadapan sidang BPUPKI yang dihadiri 38
orang.

Selain itu, juga disampaikan Piagam Jakarta sebagai konsep Pembukaan UUD. Kemudian
pada tanggal 11 Juli 1945, dibentuk lagi panitia Perancang Undang UUD yang diketuai
37 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
oleh İr. Panitia kecil perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Panitia kecil perancang
ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs.

Panitia kecil perancang pembela tanah air yang diketahui oleh Abikusno
Tjokrosujoso. Hasil rumusannya kemudian menjelma dalam Pasal 33 UUD 1945. Panitia
kecil perancang UUD menyarankan rancang UUD RI pada tanggal 13 Juli 1945 dengan isi
terdiri atas 15 bab dan 42 pasal. Untuk memperbaiki redaksi kalimat dan memperluas
bahasa dari rancangan UUD tersebut, telah dibentuk pula panitia penghalus bahasa.

Pada rapat tanggal 14 Juli, rancangan UUD dan rancangan Pembukaan Ul-JD Oleh
Ir. Setelah mengalami pembahasan yang cermat dan mendalam, serta beberapa
perubahan, maka pada tanggal 16 juli 1945 Rancangan UUD RI diterima seluruhnya Oleh
BPUPKI, selanjutnya BPUPKI dibubarkan.

Dalam UUD 1945 pada alinea IV, masingmasing Sila saling meliputi dan menjiwai dan
saling meliputi dan dijiwai. Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem yang bulat dan utuh
yaitu bahwa Sila 1 meliputi, mendasari, dan menjiwai Sila 2, 3, 4, dan 5.

BAB VI
PANCASILA DAN PEMBUKAN UUD 1945
Hanya terjadi pada tingkat nasional saja karena konvensi adalah aturan dasar yang
tidak tertulis. Menyelenggarakan kehidupan negara dan menyelenggarakan
kesejahteraan sosial.

MPR harus dihadiri oleh 2/3 anggota MPR; dan

Diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir. Tap
MPRS Nomor XX/MPRS/1966 menetapkan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah
merupakan pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang memuat cita-cita luhur
bangsa Indonesia dan dasar negara Pancasila tidak dapat diubah oleh siapapun juga
termasuk MPR hasil pemilu, sebab merubah Pembukaan UUD 1945 berarti
pembubaran negara proklamasi 1945.

Amendemen UUD 1945


38 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Amendemen UUD 1945 adalah perubahan atas UUD 1945, dalam hal ini batang
tubuh UUD 1945 tanpa mengubah Pembukaan UUD 1945 oleh lembaga yang
berwenang sesuai dengan ketentuan UUD 1945 itu sendiri. Pembaharuan sendi-sendi
bernegara, seperti dasar bernegara, bentuk negara, dan bentuk
pemerintah. Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diamendemen atau tidak dapat
diubah oleh siapapun, juga termasuk MPR hasil pemilu, karena Pembukaan UUD
1945 merupakan pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang memuat cita-cita
luhur bangsa Indonesia dan dasar negara Pancasila sebagimana ditentukan dalam Tap
MPRS Nomor XX/MPRS/1966.

Alasan Perlunya Amendemen UUD 1945

Alasan Filosofis yaitu materi-materi yang terdapat di dalam IJUD 1945 tercampur
aduk berbagai gagasan yang kadang-kadang saling bertentangan. Hal ini disebakan
karena para pembuat UUD 1945 memiliki latar belakang yang berbeda-
beda, sehingga memunculkan berbagai macam gagasan yang berbeda puau dan
mengakibatkan timbul banyak pertentangan. Misalnya antara paham kedaulatan
rakyat dengan paham integralistik, dan antara negara hukum dengan negara
kekuasaan. Bahkan praktek politik sejak 1959-1998, kelemahan UUD 1945 yang
kurang membatasi kekuasaan eksekutif dan pasalpasalnya yang bisa menimbulkan
multi interpretasi, telah dimanipulasi oleh presiden yang sangat berkuasa yaitu
Soekarno dan Soeharto.

BAB VII
PELAKSANAAN PEMIKIRAN PANCASILA
Berbagai bentuk penyimpangan terhadap pemikiran dan pelaksanaan Pancasila
terjadi karena dilanggarnya prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Pancasila dari
segi intrinsik harus konsisten, koheren, dan koresponden, sedangkan dari segi
ekstrinsik, Pancasila harus mampu menjadi penyalur dan penyaring kepentingan
horisontal maupun vertikal. Pemikiran dan pelaksanaan Pancasila dilakukan untuk
menjelaskan adanya dua jalur formal pemikiran Pancasila yaitu jalur pemikiran
39 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
politik kenegaraan dan jalur pemikiran akademis. Jalur pelaksanaan Pancasila yaitu
dilakukan dengan jalur objektif dan jalur subjektif.

Sejarah perkembangan pemikiran Pancasila menunjukkan adanya kompleksitas


permasalahan dan heteregonitas pandangan. Kompleksitas permasalahan tersebut
meliputi masalah sumber, masalah tafsir, masalah pelaksanaan, masalah apakah
Pancasila iłu subject to change, dan problem evolusi dan kompleksitas di dałam
pemikiran mengenai pemikiran Pancasila. Jalur pemikiran kenegaraan yaitu
penjabaran Pancasila sebagai ideologi bangsa, dasar negara, dan sumber hukum
dijabarkan dałam berbagai ketentuan hukum dan kebijakan politik. Para
penyelenggara negara ini berkewajiban menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke dałam
perangkat perundang-undangan serta berbagai kebijakan dan tindakan.

Tujuan penjabaran Pancasila dałam konteks ini adalah untuk mengambil keputusan
konkret dan praktis. Permasalahan mengenai Pancasila tidak semuanya dapat
dipecahkan melalui jalur politik kenegaraan semata, melainkan memerlukan jalur
lain yang membantu memberikan kritik dan saran bagi pemikiran Pancasila.
Akibatnya kadang berbagai kebijakan justru kontra produktif dan bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila. Pelaksanaan Pancasila dapat diklasifikasikan dalam dua
jalur utama yaitu pelaksanaan objektif dan palaksanaan subjektif, yang keduanya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Pelaksanaan objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi nilai-nilai Pancasila


pada setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif,
maupun yudikatif, dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasinya dalam
bentuk peraturan perundang-undangan negara Indonesia. Pelaksanaan Pancasila
secara subjektif memegang peranan sangat penting, karena sangat menentukan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan Pancasila. Hasil yang akan diperoleh
berupa pengetahuan, kesadaran, ketaatan, kemampuan dan kebiasaan, mentalitas,
watak dan hati nurani yang dijiwai oleh Pancasila. Pelaksanaan Pancasila secara
objektif sebagai dasar negara membawa implikasi wajib hukum yang artinya
ketidaktaatan pada Pancasila dalam artian ini dapat dikenai sanksi yang tegas secara
hukum, sedangkan pelaksanaan Pancasila secara subjektif membawa implikasi wajib
moral.
40 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Untuk dapat menjalankan agenda reformasi tersebut, dibutuhkan acuan nilai dalam
konteks relevansi pendidikan Pancasila sangat perlu untuk dipelajari di setiap
perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Pemikiran Pancasila dari kecenderungan subjektif ke objektif yaitu dengan


menggeser pemikiran dengan menghilangkan egosentrisme pribadi, kelompok atau
partai, dengan menumbuhkan kesadaran pluralisme, baik pluralisme sosial, politik,
budaya, dan agama. Sosialisasi Pancasila juga mendapat kritik tajam di era reformasi,
sehingga keluarlah Tap MPR Nomor XVIII/MPR/1998 untuk mencabut Tap MPR
Nomor II/MPR/1978 tentang P-4 .

BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA
DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Pancasila sebagai dasar negara dan bangsa merupakan nilai-nilai yang
sistematis, fundamental dan menyeluruh. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
Negara Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek
kehidupan, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Konsekuensinya
dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat
merupakan asal mula kekuasaan negara. Nilai-nilai tersebut yang merupakan suatu
nilai dasar bagi kehidupan kene-garaan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat objektif dan juga bersifat
subyektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Artinya jikalau suatu
negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara harus
berketuhanan, berprikemanusiaan, berpartuan, berkerakyatan dan berkeadilan, maka
negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai
Pancasila.

Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia, dan mungkin juga pada bangsa lain, baik dalam adat kebiasaan, dalam
41 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
kebudayaan, dalam kenegaraan, maupun dalam kehidupan
keagamaan. Konsekuensinya andai saja nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama saja dengan pembubaraan negara
proklamasi 1945.

Dalam nilai-nilai Pancasila terkandung tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai


kebenaran, nilai keadilan, nilai kebaikan, nilai kebijaksanaan, nilai etika, nilai
estetis, dan nilai religius yang menifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa
Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa. Selain itu, bahwa nilai-nilai
pancasila adalah dassollen atau cita-cita tentang kebaikan, yang menjadi suatu
kenyataan dassein. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Tap MPR Nomor
XX/MPRS/1966 dan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai Pancasila yang mengandung 4
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Oleh sebab itulah, maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, menjadi sumber utama
dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia meliputi dan menjiwai seluruh sila-sila
berikutnya.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sebab dengan akal budinya manusia memiliki budaya, kemudian dengan nuraninya
manusia memiliki dan menyadari akan nilai-nilai dalam kehidupannya. Dengan
demikian, maka perlakuan terhadap sesama manusia, haruslah sesuai dengan nilai-
nilai kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, harus saling
menghormati, tidak boleh merendahkan, menginjak-injak, memperbudak, dan lain-
lain. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis anthoropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani dan raga, sifat kodrat individu dan
makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sila tersebut terkandung nilai-nilai bahwa negara
42 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab.

Selain itu, juga harus mengandung nilai keadilan yang berarti bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan berasal dari kata adil yang artinya tidak berat sebelah. Keadilan sosial
berarti keadilan yang berlaku dalam musyawarah di segala bidang kehidupan, baik
materiel maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang
menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah Indonesia, maupun rakyat
yang berada di luar negeri. Makna keadilan dalam sila ini mencakup pula pengertian
adil dan makmur, yang meliputi bidang rohani dan jasmani.

Dengan demikian, maka kehidupan adil dan makmur yang ingin diwujudkan adalah
suatu kehidupan bangsa Indonesia yang adil dalam kemakmuran danmakmur dalam
keadilan. Dalam sila yang kelima ini, terkandung nilainilai yang merupakan tujuan
negara, sebagai tujuan hidup bersama, sehingga sila ini mengandung nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan bersama . Keadilan Komulatif yaitu suatu
hubungan keadilan antara warga negara yang satu dengan yang Iainnya secara timbal
balik. Nilai-nilai keadilan tersebut harus merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan, dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara
yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh warganya, serta melindungi seluruh
warganya, wilayahnya, dan mencerdaskan seluruh warganya.

BAB IX
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Pilar Ontologi

Aspek kualitas yaitu bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu . Membantu
pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar
ilmu. Misalnya masalah krisis moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu
43 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu
dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik dan
sosiologi.

Pilar Epistemologi

Pilar epistemologi selalu menyangkut problematika tentang sumber


pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria
kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem, prosedur, strategi.

Pilar Aksiologi

Landasan pengembangan ilmu secara imperatif mengacu ketiga pilar filosofis


keilmuan tersebut yang bersifat integratif dan prerequisite. C. yaitu menggunakan
akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.

Seseorang dapat dikatakan berpikir ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat


berikut

Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif.


Proses perkembangan ini menarik perhatian karena justru bertentangan dengan
inspirasi tempat pengetahuan iłu sendiri yaitu keinginan manusia untuk mengadakan
kesatuan didałam

Karena yakin bahwa kemungkinannya akan fimbul ilmu pengetahuan. Secara


metodis dan sistematis manusia mencari azas-azas sebagai dasar untuk memahami
hubungan antara gejala-gejala yang satu dengan yang Iain sehingga bisa ditentukan
adanya keanekaan di dalam kebhinekaannya. Namun dalam perkembangannya ilmu
pengetahuan berkembang ke arah keserbamajemukan ilmu. Persoalan tersebut bukan
berarti tidak terpecahkan, ada kemungkinan merelativisasi jika ada kerja sama ilmu-
ilmu pengetahuan dan terutama di antara ilmuwannya.

Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan tiap-tiap ilmu pengetahuan, tetapi akan
memudahkan penempatan tiap-tiap ilmu dalam satu peta ilmu pengetahuan manusia.
44 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
Keharusan kerja sama ilmu sesuai dengan sifat sosial manusia dan segala
kegiatannya. Banyak segi akan dipikirkan sebelum mengambil keputusan akhir
apalagi bila keputusan itu menyangkut manusia sendiri.

Teknologi pada Perilaku Manusia

Akibat teknologi pada perilaku manusia, muncul fenomen penerapan kontrol tingkah
laku . Behaviour control merupakan kemampuan untuk mengatur orang
melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh si pengatur . Penemuan
teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan kemampuan perilaku seseorang
diubah dengan operasi dan manipulasi syaraf otak melalui psychosurgery's infuse
kimiawi dan Obat bius tertentu. Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan
oleh Schumacher.

Bagi Schumacher, eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi manusia
justru karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia adalah ciri
eksistensial manusia, ciri kodrat kemanusiaannya. Pemakaian teknologi modern
condong mengasingkan manusia dari eksistensinya sebagai pekerja, sebab di sana
manusia tidak mengalami kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan tangan dan otak
manusia diganti dengan tenaga-tenaga mesin, hilanglah kepuasan dan kreativitas
manusia.

Beberapa Pokok Nilai yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi

Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara
konkrit, unsurunsur mana yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi.
Jika kita ingin memanusiawikan pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia
mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik dan
ekonomi. Bila pengembangan ilmu dan teknologi mau manusiawi, perhatian pada
nilai manusia sebagai pribadi tidak boleh kalah Oleh mesin. Karena pengembangan
ilmu dan teknologi hasilnya selalu bermuara pada kehidupan manusia, maka perlu
mempertimbangan strategi atau cara-cara, taktik yang tepat, baik dan benar agar
45 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
pengembangan ilmu dan teknologi memberi manfaat mensejahterakan dan
memartabatkan manusia.

Dalam mempertimbangkan sebuah strategi secara imperatif kita meletakkan


Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Pengertian dasar nilai menggambarkan Pancasila suatu sumber orientasi
dan arah pengembangan ilmu. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai
upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti atau an
unfinished journey. Dimensi aksiologis, mengandung nilai-nilai imperatif dalam
mengembangkan ilmu yaitu sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yaitu mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus senantiasa berorientasi pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya
Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan ia merupakan kesatuan dari
perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan peradaban manusia.

Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu harus sampai pada


penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya
mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya.

BAB X
PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL
Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah hak yang melekat
pada kemanusiaan, yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya
manusia. Dengan demikian, eksistensi hak asasi manusia dipandang sebagai aksioma

46 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
yang bersifat given, dalam arti kebenarannya seyogianya dapat dirasakan secara
langsung dan tidak memerlukan penjelasan Iebih lanjut. Topik HAM merupakan
salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan dunia. Masalah
HAM secara khusus kadang dikaitkan dengan hubungan bilateral antara negara donor
dan penerima bantuan.

Tataran kebijakan praktis sifatnya sangat partikular karena memperhatikan situasi


dan kondisi yang sifatnya insidental. Pandangan bangsa Indonesia tentang HAM
dapat ditinjau dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, Tap
MPR, dan UU. HAM dalam Pembukaan UUD 1945 masih bersifat sangat
umum, uraian lebih rinci dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, antara lain hak
atas kewarganegaraan Pasal 26 ayat dan , hak kebebasan beragama Pasal 29
ayat , hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan Pasal 27
ayat , hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat , hak
atas pendidikan Pasal 31 ayat dan , Hak atas kesejahteraan sosial Pasal 27 ayat , Pasal
33 ayat . Ada 2 catatan penting berkaitan dengan masaiah HAM dalam ULID 1945.

Pertama, UUD 1945 dibuat sebelum dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, sehingga tidak secara eksplisit
menyebut Hak asasi manusia, namun yang disebut-sebut adalah hak-hak warga
negara. Kedua, mengingat UUD 1945 tidak mengatur ketentuan HAM sebanyak
pengaturan konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan pengaturannya
dalam bentuk undang-undang yang diserahkan kepada DPR dan Presiden. Masalah
HAM juga diatur dalam Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia dalam Piagam HAM terdiri dari
pembukaan dan Batang Tubuh yang terdiri dari 10 bab dan 44 pasal.

BAB XI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
Paradigma diartikan sebagai suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis
yang umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode serta penerapan dalam
ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri. Konsekuensi dalam realisasi pembangunan nasional dalam
47 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
berbagai bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia, maka pembangunan nasional
harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal rasa dan kehendak dan aspek
raga , aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek
Ketuhanannya. Dalam dunia ilmu ekonomi, boleh dikatakan jarang ditemukan pakar
ekonomi yang mendasarkan pemikiranpemikiran pengembangan ekonomi atas dasar
moralitas kemanusian dan ketuhanan. Sehingga Iazimnya pengembangan ekonomi
mengarah pada persaingan bebas dan akhirnya yang kuatlah yang menang.

Atas dasar kenyataan tersebut maka pengembangan ekonomi kerakyatan yakni


ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat
secara luas. Oleh karena itu, ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan yaitu
demi kesejahteraan manusia, ekonomi untuk kesejahteraan manusia sehingga kita
harus menghindarkan dari dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan
pada persaingan bebas, monopoli, dan lainnya yang menimbulkan penderitaan pada
manusia, menimbuhkan penindasan atas manusia satu dengan
lainnya. Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya
mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan
bersama seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan
sekelompok orang kecil bahkan hanya penguasa. Krisis ekonomi yang terjadi di
dunia dan melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga
terjadinya kepailitan yang diderita oleh para pengusaha yang harus ditanggung oleh
rakyat Indonesia.

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang


berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang
mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut

Pangan dan pengembalian kepercayaan yaitu dilakukan dengan program social safety
net yang populer dengan program Jaringan Pengaman Sosial . Sementera untuk
mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus
secara konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili oknum pemerintah masa orde
baru yang melakukan pelanggaran. Transformasi struktur ini meliputi proses
perubahan dari ekonomi terdisional ke ekonomi medern, dari ekonomi lemah ke
48 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
ekonomi yang tangguh, dari ekonomi sub sistem ke ekonomi pasar, dari
ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dałam negari ke orientasi
eksport. Dengan sendirinya interfensi birokrat pemerintah yang ikut dałam proses
ekonomi melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera diakhiri.

Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya


kesejahteraan seluruh bangsa, maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh
sebagai besar rakyat Indonesia, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi di
tanah Republik Indonesia. Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan serta
peningkatan harkat dan martabatnya, manusia perlu mengembangkan Iptek. Sila ini
memberikan dasar bahwa Iptek tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, apayang dibuktikan, dan yang diciptakan. Sila ini memberikan dasar-
dasar moralis bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek, harus secara
beradab, dan harus berdasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat
manusia.

Keempat « Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan» . Sila ini sebagai dasar dalam pengembangan Iptek
dalam menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, dan manusia
dengan Tuhannya, serta antara manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam lingkungannya.

BAB XII
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Pengabdian kepada Masyarakat

Berdasarkan penjelasan Pasal 3 ayat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999


tentang Perguruan Tinggi, bahwa yang dimaksud dengan pengabdian kepada
masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam
49 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat. Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah.
Oleh karena itu, masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya
ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Dengan
demikian, orang tidak ragu apabila menghadapi suatu yang kompleks kejadian itu
sebab alasan-alasan yang dipakai dapat menentukan hukumnya.

Kompleks tersebut bukan alasan-alasan yang subjektif menurut keinginan atau


kehendak sendiri yang tergantung dari keadaan masing-masing, tetapi alasan objektif
menurut ketentuan ilmiah sehingga boleh diuji dan diteliti kebenarannya oleh
siapapun juga. Ketika kampus melalui kegiatan akademik dan pengabdian kepada
masyarakat mampu memberikan sumbangan yang sangat besar dalam pengembangan
dan penegakan supremasi hukum di Indonesia. Civitas akademika seperti juga
masyarakat Iainnya terikat pada hukum yang berlaku. Menentukan dengan cara
bagaimana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.

Kampus sebagai Moral Force Pengembangan HAM

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang yang diberikan oleh Tuhan
dan dijamin oleh negara dan PBB. « Setelah kejadian yang bersejarah ini Majelis
Umum berseru kepada semua negara-negara anggota PBB untuk mengumumkan teks
pernyataan tersebut dan berusaha menyebarkan, dibaca dan diterangkan di sekolah-
sekolah, badan pendidikan yang lain dengan tidak mengadakan perbedaan yang
berdasarkan status politik dari negara-negara atau daerah-daerah kekuasaan».
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angkat 1 UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang menentukan bahwa HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi Oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dengan martabat manusia. Dalam penegakan HAM tersebut,
mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif dan benar-benar
berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena

50 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
kepentingan politik terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan
internasional yang ingin menghancurkan Negara Indonesia.

Kampus perlu terus memberikan pelajaran dan pengkajian akademis mengenai hak-
hak dasar manusia yang dijamin oleh Pancasila dan Piagam HAM PBB.

BAB III

PEMBAHASAN
PEMBAHASAN BUKU UTAMA
Dalam buku utama yang saya review, buku tersebut lebih menekankan pada pendidikan
pancasila bagi mahasiswa. Bab 1 atau pendahuluan membahas tentang pendidikan pancasila ,
sementara di bab 2 dalam buku dibahas pengertian dan arti pentingnya pendidikan pancasila
dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara seperti pengertian dan pentingnya
pancasila dalam kajian sejarah bangsa, sebagai dasar Negara, sebagai ideologi, sebagai etika
dan pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Sementara di bab selanjutnya merupakan
bagian dari pendidikan pancasila dalam mata kuliah. Bagian bab kedua dalam buku ini
menjelaskan pendidikan pancasila yang dibahas secara sederhana bagi kaum pemuda ataupun
mahasiswa yang dibandingkan dengan kehidupan era globalisasi yang sekarang. Selain itu
dalam buku ini bebarap pengertian pancasila di jelaskan oleh beberapa pendapat ahli dan cukup
banyak istilah istilah asing yang dikutip dari suatu karangan para tokoh baik dari buku maupun
pidato contohnya pidato dari Ir. Soekarno yaitu “membangun dunia kembali ( To build the
world a new)
❖ KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
1. Dari aspek tampilan buku;
Dari segi desain cover buku karya Drs. Halking, Msi., dkk. ini terdapat gambar dan
warna yang berhubungan dengan pancasila, judul buku juga ditulis besar dan jelas.
2. Dari segi layout buku ini memiliki struktur serta penempatan huruf yang
lengkap, tata penulisannya juga rapi
3. Dari aspek isi buku, buku ini tergolong buku yang ringkas dan mudah
dimengerti karena terdapat pengertian yang cukup lengkap dan beberapa pendapat
dari para ahli juga.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang sudah bagus dengan
pemilihan tata bahasa yang baku

Menurut saya kelemahan buku ini adalah:

51 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
1. Dari segi isi, buku ini tergolong terlalu ringkas
2. Dari aspek isi buku, dalam buku ini sangat minim bahkan tidak ada gambar
sama sekali yang dapat mempermudah kita dalam belajar.

PEMBAHASAN BUKU PEMBANDING


Isi dari buku pembanding ini kurang lebih secara garis besar isi materi nya sama dengan
buku utama.
❖ KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Adapun kelebihan dari buku pembanding ini adalah:
1. Buku ini sudah memiliki ISBN
2. Isi buku ini jauh lebih Panjang pembahasan nya daripada buku utama
3. Materi nya lengkap mudah dipahami
4. Penjelasan nya runtut dan tersusun jelas sesuai materi bab yang dibahas
5. Materi nya lengkap terutama mengenai seluk beluk Pancasila

Adapun kekurangan dari buku pembanding:

1. Buku ini penjelasannya sangat lebar dan lengkap namun kurang cocok
digunakan untuk bahan ajar
2. Tidak ada gambaar untuk membantu agar lebih mudah di mengerti
3. Terlihat monoton dikarenakan tidak adanya penambahan gambar

52 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang saya dapat dari tugas CBR ini adalah bahwa dari kedua buku yang
saya bandingkan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kedua buku
membahas materi yang tergolong sama, di buku utama dari bab yang di bahas, mampu
menjelaskan peran seorang kaum muda khususnya mahasiswa sebagaimana yang
seharusnya dilakukan dengan berpedoman pada pancasila sebagai dasar Negara, ideologi
Negara, dasar filsafat dan etika meskipun tergolong ringkas. bedanya dibuku pada buku
pembanding lebih kepada masyarakat umum dalam membangun karakter bangsa. Namun
pada dasarnya saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu tentang
pancasila ,khususnya tentang arti pentingnya dalam berbangsa dan bernegara. Dari sini
tergantung dari pribadi kita masingmasing dalam memilih referensi buku yang pas atau
mana yang baik bagaimana cara agar nilai pancasila kita jadikan iu dapat diperoleh, kita
jadikan pedoman dan menjadi dasar pemikiran kita sebagai kaum muda dalam
mempertahankan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.

SARAN
Mengenai materi cbr ini saya merekomendasikan buku pertama karena isi buku tersebut
secara keseluruhan mengarahkan kita (mahasiswa) untuk mempelajari dan mengerti arti
pentingnya pancasila yang di ditujukan proses belajar dalam mata kuliah

53 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G
DAFTAR PUSTAKA
Halking, dkk.2018. Pendidikan Pancasila. Medan: Unimed.

Pendidikan_Pancasila_yang_Terintegrasi_dengan_Pendidikan_Antikorupsi.pdf

54 | C B R P A N C A S I L A E N I A M A R A N A T H A L I M B O N G

Anda mungkin juga menyukai