Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang menjadi kesatuan pikiran. Susunan kalimat biasanya terdiri
dari kata, frasa, dan klausa. Dalam sebuah kalimat, ada kalimat efektif yang bisa dipahami pembaca dan
mendekati pemikiran penulis.
Ketiga kalimat di atas akan menjadi efektif jika diubah seperti di bawah ini.
Misalnya: Arni menonton flim Korea tadi siang. Kalimat ini jelas maknanya. Hubungan antara unsur
yaitu subjek (Arni) dengan predikat (menonton) dan antara predikat dengan objek (flim korea) beserta
keterangan (tadi siang) merupakan kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Kata-kata itu
akan menjadi lain bila diubah susunannya menjadi:
Sebuah kalimat efektif sekurang - kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek dan
predikat harus jelas, jika tidak maka akan terbentuk kalimat yang tidak efektif.
Subjek : unsur kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. Subjek di dalam sebuah kalimat
merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan.
Misalnya dalam kalimat Bahasa Indonesia sulit. Jawaban atas pertanyaan apa yang sulit adalah Bahasa
Indonesia. Jadi, Bahasa Indonesia adalah pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut.
Predikat : unsur kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek itu. Misalnya,
jawaban atas pertanyaan bagaimana bahasa Indonesia adalah sulit. Jadi, sulit adalah predikat yang
menjelaskan mengenai Bahasa Indonesia dalam kalimat tersebut.
Kata penghubung atau konjungsi atau kata sambung merupakan kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat yaitu antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa.
Kata penghubung atau konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur – unsur kalimat.
Konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat berikutnya.
Contoh konjungsi intrakalimat :
Kami datang agak terlambat sehingga tidak mengikuti kuliah Bahasa.
Sehingga merupakan konjungsi intrakalimat yang menghubungkan unsur subjek dan predikat 1 dengan
predikat 2 dan objek.
Contoh konjungsi antarkalimat :
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak mengikuti kuliah Bahasa.
Oleh karena itu merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengna kalimat berikutnya.
3. Gagasan Pokok
Setiap kalimat memiliki inti, ide, atau gagasan pokok. Gagasan pokok biasanya terdapat pada awal
kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan
bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.
Contoh:
1. Simon mengalami kecelakaan ketika mengendarai motor.
2. Simon mengendarai motor ketika mengalami kecelakaan.
Gagasan atau ide pokok pada contoh pertama adalah Simon mengalami kecelakaan dan menjadi induk
kalimat pada kalimat tersebut. Gagasan atau ide pokok pada contoh kalimat kedua adalah Simon
mengendarai motor dan menjadi induk kalimat pada kalimat tersebut.
4. Penggabungan dengan “yang” , “dan”
Dalam karya tulis penulis sering menggabungkan kalimat. Jika dua kalimat digabungkan menjadi satu
dengan konjungsi “dan” , maka akan menghasilkan kalimat majemuk setara. Jika digabungkan dengan
konjungsi “yang”, maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Contoh:
1. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidian kita masih rendah.
2. Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat pertama dan kedua mengandung gagasan pokok yang sama penting. Penggabungan yang
efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel dan, sehingga menjadi:
Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidian kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama
perguruan tinggi.
Contoh:
1. Kongres global warning diadakan di Jakarta.
2. Kongres itu membicarakan beberapa masalah di dunia.
Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel yang,
sehingga menjadi:
Kongres global warning yang diadakan di Jakarta membicarakan beberapa masalah di dunia.
Konjungsi yang menyatakan sebab menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi dikarenakan oleh suatu
sebab tertentu. Hubungan sebab dinyatakan dengan konjungsi karena. Konjungsi yang menyatakan waktu
menurut Keraf (1999: 117) menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Hubungan waktu
dinyatakan dengan konjungsi ketika. Contoh:
1. Karena sakit, Andre tidak datang ke kantor.
2. Ketika sakit , Andre tidak datang ke kantor.
Kalimat di atas keduanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah ia
mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan
penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
1. Karena usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
2. Ketika usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
Konjungsi akibat (konsekutif) menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain.
Konjungsi ini disebut juga konjungsi sebab-akibat, dimana dua hal berkorelasi sebagai sebab atau akibat
bagi salah satu unsurnya. Konjungsi yang menyatakan akibat adalah sehingga.
Konjungsi yang menyatakan tujuan, konjungsi ini semacam adverbia modalitas yang menjelaskan
maksud dan tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Adverbia modalitas yaitu kata tugas yang menjelaskan
cara mana suatu perbuatan terjadi menurut penafsiran subjektif (Keraf, 1999: 113). Contoh konjungsi
yang menyatakan tujuan adalah agar.
Contoh kalimat:
- Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas wilayah.
- Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan tidak memicu ketegangan regional.
Kedua kalimat dapat digabungkan dengan menggunakan konjungsi sehingga dan agar, sehingga menjadi:
1. Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas wilayah sehingga tidak memicu
ketegangan regional.
2. Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas wilayah agar tidak memicu
ketegangan regional.
Penggunaan kata “agar” dan “sehingga” dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang efektif.
Perbedaannya tergantung pada jalan pikiran penulis pada kalimat yang diinginkan. Pada kalimat 1 yang
diinginkan adalah hubungan akibat. Pada kalimat 2 yang diinginkan adalah hubungan tujuan.
KESEJAJARAN
Kesejajaran artinya bentuk dan struktur dalam kalimat efektif harus sama atau sederajat. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan imbuhan serta klausa-klausa dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Kalimat tidak efektif:
Novel itu ditulis oleh Ani dan Gramedia yang menerbitkannya.
Kalimat efektif:
a. Novel itu ditulis oleh Ani dan diterbitkan oleh Gramedia.
b. Ani yang menulis novel itu dan Gramedia yang menerbitkannya.