Anda di halaman 1dari 12

A.

PENJELAJAHAN SAMUDRA OLEH BANGSA EROPA


Sejak abat ke-5,bansa eropa sudah mengenal rempah-rempah yang berasal dari Indonesia. Pada
awalnya hasil bumi dari Indonesia dan wilayah lainnya di asia sampaike eropa melalui system perdagangan
berantai.oleh para pedagang india,Persia,dan arab, rempah-rempah Indonesia di bawa menuju teluk Persia
dan laut merah. Selanjutnya, rempah-rempah tersebut diangkut melalui darai oleh para pedagang Persia dan
arab ke pelabuhan-pelabuhan di pantai laut tengah bagian timur, seperti iskandariah, tirus, sudan, dan
konstantinopel. Hubungan perdagangan antara eropa dan asia barat melalui laut tengah tersebut mengalami
kemunduran setelah terjadinya perang salib (1096-1291). Sesudah perang salib selesai muncullah
kekuasaan baru di asia barat, yaitu kekuasaan kerajaan turki usmani.
                Kemunduran perdagangan di laut tengah dan terputusnya hubungan dagang antara asia dan eropa
menimbulkan kesulitan bagi bangsa eropa untuk mendapatkan rempah-rempah sehingga rempah-rempah
dari Indonesia menjadi barang langka dan harganya sangat mahal. Selanjutnya, kelangkaan rempah-rempah
tersebut medorong bansa eropa yang berusaha menemukan jalur pelayaran langsung ke asia untuk mencari
rempah-rempah melalui penjelajahan samudra. Factor lain yang mendorong penjelajahan samudra,antara
lain sebagai berikut.
1.       Bansa eropa berkeinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dengan harga lebih murah
2.       Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seperti penemuan kompas yang dapat
mempelancar kegiatan penjelajahan samudra.
3.       Adanya keinginan untuk menyebarkan agama Kristen keluar benua eropa
4.       Adanya keinginan untuk membuktikan pendapat bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti yang
dikemukakan oleh conpernicus (1473-1543).
5.       Semangat mencari daerah baru juga didorong oleh semangat 3G. yang dimaksudkan dengan 3G adalah,
gold (ekonomi), gospel (agama), dan glory (kemuliaan).
B.Munculnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
1.Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
            Bangsa Portugis berhasil mencapai India pada tahun 1498 dan pada tahun 1511 Portugis berhasil
menguasai malaka.Pada tahun 1512 Alfonso de Albuquerque mengirimkan beberapa buah kapal ke
Maluku.Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik kedatangan Portugis dengan tujuan agar Portugis
dapat membeli rempah-rempah dan membantu masyarakat Maluku menghadapi musuh-musuhnya.Saat
kedatangan bangsa Portugis,Kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus.Pada tahun
1522,Portugis mengabulkan permintaan Sultan Ternate dengan mendirikan Benteng Saint John di
Ternate.Pendirian Benteng tersebut harus dibayar mahal oleh Ternate karena Portugis menuntut imbalan
berupa hak monopoli perdagangan.Kebijakan tersebut merugikan rakyat Ternate  sehingga memicu
terjadinya permusuhan antara rakyat Ternate dan Portugis.Selain mengadakan monopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku,bangsa Portugis juga aktif menyebarkan agama Katolik yang dilakukan oleh
Fransiscus Xaverius.
2.Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia
            Bangsa Spanyol yang tergabung dalam kapal Ekspedisi Magelhaens-Del Cano tiba pertama kali di
Tidore pada tahun 1521 untuk menyelesaikan sengketa di Maluku tersebut Portugis dan Spanyol
menempuh jalur perundingan yang dilaksanakan di Saragosa(Spanyol) pada tahun 1529.Perundingan dua
bangsa tersebut menghasilkan kesepakatan yang disebut Perjanjian Saragosa.Isi Perjanjian Saragosa,antara
lain :
a.         Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan di Filipina.
b.         Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.
3.Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia
            Pada bulan April 1595 Belanda memulai pelayarannya menuju Nusantara dengan memakai empat
buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Hautman dan De Keyzer dengan menempuh rute Belanda-
Pantai Barat Afrika-Tanjung Harapan-Samudra Hindia-Selat Sunda-Banten.Pada bulan Juni 1596 Belanda
berhasil mendarat  di Banten.Selanjutnya,armada Belanda yang belum mendapat barang dagangan harus
mundur dari Banten menuju ke Kepulauan Maluku.Padat tanggal 2 Oktober 1596 Belanda kembali lagi ke
Banten untuk mengadakan Perjanjian persahabatan.Sejak tanggal 28 Oktober 1596 terjadi ketegangan
antara Belanda dan Portugis yang saling berebut pengaruh terhadap Sultan Banten.Pada tanggal konflik
tersebut,Portugis berhasil mengusir Belanda dari Banten.Pada tanggal 28 November 1598,rombongan kapal
dari Negeri Belanda di bawah pimpinan van Neck dan van Waerwyck dengan delapan buah kapal tiba di
Banten.Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis memburuk sehingga kedatangan Belanda diterima
dengan baik oleh Sultan Banten.

C. Perluasan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia


1. Sejarah kelahiran VOC di Indonesia
 
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda )
atau VOC yang didirikan pada tanggal 20Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang memiliki monopoli
untuk aktivitasperdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakanperserikatan
dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan pertamayang mengeluarkan pembagian
saham.Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang iniistimewa karena
didukung oleh negara dan diberi fasilitas -fasilitas sendiri yang istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan
boleh bernegosiasi dengan negara -negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.Di masa itu, terjadi
persaingan sengit di antara negara -negara Eropa, yaitu Portugis,Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda,
untuk memperebutkan hegemoniperdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh
Staaten Generaal 
diBelanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selainitu, VOC juga
mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masihberbentuk Republik- untuk membuat
perjanjian kenegaraan dan menyatakan perangterhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu
perkumpulandagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.Perusahaan ini mendirikan
markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa. Poskolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di
Hindia Timur yang kemudianmenjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku),
yangtermasuk Kepulauan Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metodeyang
digunakan untuk mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasilokal, dan juga pemerasan
danpembunuhan massal

Kebijakan-kebijakan VOC
Salah satu kebijakan VOC adalah sifatnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi yangada di sekitarnya.pada tahun
1700 -an, VOC berusaha mnguasai daerah pedalaman yangbanyak mengahasilkan barang dagangang. Imperialisme
pedalaman ini sasarannyakerajaan Banten Dan kerajaan Mataram. Alasannya daerah ini banyak menghasilkanbarang-
barang komoditas seperti beras, gula merah, kacang -kacangan dan lada. Oleh ituVOC menerapkan system-sistem
kebijaksanaan.
Kebijakan- kebijakan VOC yang diterapkan di Indonesia.

1. Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untukmelaksanakan monopoli perdangan


VOC memiliki pos perdagangan dari pantai barat Afrika di sekitar Ghana, TanjungHarapan (Kapstad), Galle di Sri
Lanka, Surat dan Nagapatnam di India, Ayuthaya diThailand, Kepulauan Nusantara hingga Pulau Formosa (Taiwan),
dan PulauDeshima di dekat Nagasaki, Jepang.Setelah Batavia didirikan, VOC mengatur perdagangan antara Pulau
Jawa,Nusantara, dan Tiongkok. Kepala Penerangan Kantor Dagang Taiwan di JakartaTommy Lee menjelaskan,
Pemerintah VOC menjadikan Kota Pelabuhan Tainan diTaiwan sebagai gerbang ekspor-impor dari Tiongkok menuju
Kepulauan NusantaraSejarawan dari Arsip Nasional Republik Indonesia, Mona Lohanda, dalam bukuSejarah Para
Pembesar Mengatur Batavia menulis, pelayaran terbentang dari Amoydi Provinsi Fujian dengan Batavia sejak 1620
hingga awal abad ke -19. ProvinsiFujian atau Hokkian adalah kampung halaman Souw Beng Kong. Ketika
itudibutuhkan waktu berlayar 28 hingga 30 hari untuk menempuh pelayaran Jawa -Tiongkok. Pelabuhan transit yang
ditetapkan VOC mulai mengukuhkan monopoliperdagangan.Semula VOC membangun pusat kekuatan di Taoyuan
(Anping) lalu pindah keTainan di sebelah selatan Formosa di utara Kota Kaohsiung. Berulang kali terjadibentrokan
antara VOC dan para panglima Dinasti Ming yang menentang monopolidagang. Monopoli dagang di bawah dukungan
senjata dan tekanan politik itumengingatkan kita akan globalisasi dan perdagangan bebas ala World TradeOrganization
yang sangat merugikan negara berkembang seperti dialami Indonesiasaat ini.

2. Melaksakan politik devide et impera ( memcah dan menguasai ) dalamrangka untuk menguasai kerajaan-
kerajaan di Indonesia
Yang benar-benar dikuasai Belanda sejak jaman VOC 350 tahun lalu itu adalahJakarta atau Batavia sebutannya waktu
itu. Selain itu beberapa daerah di Ambon. Ditempat lain yaitu kerajaan kecil itu adalah negara merdeka. Secara wilayah,
negeriBatavia itu tentu saja kecil sekali, bahkan lebih kecil lagi dari DKI Jakarta, tapipengaruhnya kuat sekali.
Kerajaan2 besar di Nusan tara waktu itu misalnya Mataramyang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa
Barat seperti Cirebon 
dan Banten. VOC di Batavia itu sebenarnya cuma kongsi dagang, tapi punya tentaradan pemerintahan sendiri.
Tujuannya tentu saja mencari keuntungansebesarbesarnya, jadi bisa dibayangkan kongsi dagang yang bermotif
ekonomi danpunya tentara sendiri. Tentara ini walaupun anggotanya kebanyakan pribumi tapipimpinan, organisasi dan
senjatanya standar eropa, tentu saja relatif kuat dibandingpasukan2 kerajaan tradisional Indonesia.Tapi sekuat2nya
VOC tentu ga akan mampu melawan kekuatan yang misalnya 10xlebih besar. Tidak semua kerajaan2 itu menganggap
VOC sebagai ancaman, malahada yang menganggap mereka sebagai dewa penolong. Ini fakta lho. Miriplah s
epertisaat ini, ga semua orang atau pemimpin Indonesia menganggap Amerika itu sebagaiimperialis, malah ada yang
menganggap Amerika itu sebagai pelindungnya.Nah situasi pada abad 16-17 itu adalah Nusantara dalam keadaan
terpecah2 dansaling bermusuhan. Misalnya di Sulsel, kerajaan Makasar bermusuhan denganBone. Mereka berperang,
Bone kalah. Rakyatnya terancam jadi budak kerajaanMakasar. Nah menurut situasi jaman itu, Raja Bone mengambil
keputusan yangsangat benar dilihat dari sisi kepentingan rakyat Bo ne, yaitu minta bantuan VOC dariBatavia. Bantuan
datang dan Makasar dikalahkan.alam sejarah kita, selalu disebut Sultan Makasar sebagai pahlawan Nasional danRaja
Bone sebagai pengkhianat. Kalau kita melihat secara lebih menyeluruh, hal itutidak benar sepenuhnya. Situasinya tidak
hitam putih. Sultan Makasar duluberperang bukan untuk Indonesia yang belum ada, tapi untuk kepentingan
kerajaandan rakyatnya sendiri. Begitu juga kerajaan Bone. Jadi tidak ada pahlawan dan tidakada pengkhianat dalam hal
ini. Perang2 lain situasinya mirip2 seperti kasus diatas.

3. Untuk mempererat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur Jenderal4. Melaksakan


sepenuhnya Hak Oktroi yang diberikan pemerintah belanda. Hak otorori (hak-hak istemewa) sebagai
berikut :
a. Dianggap sebagai wakil Pemerintah Belanda di Asia
b. Berhak melakukan monopoli perdagangan
c. Berhak mencetak dan mengedarkan uang sendiri
d. berhak mengadakan perjanjian
e. Berhak memaklumkan perang dengan negara lain
f. Berhak menjalankan kekuasaan kehakiman
g. Berhak melakukan pemungutan pajak
h. Berhak memiliki angkatan perang sendiri
i. Berhak mengadakan Pemerintahan sendiri

2. Kebijakan Perdagangan VOC


            Dalam berbagai kebijakannya , VOC selalu berusaha untuk mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya. Kebijakan kongsi dagang Belanda di Hindia Timur dilakukan dengan mengadakan eksploitasi
agrarisdi seluruh Indonesia , antara lain :

a.       VOC menentukan luas areal penanaman rempah-rempah


b.      VOC menentukan jumlah tanaman rempah-rempah
c.       VOC melarang rakyat Maluku menjual rempah-rempahnya kepada bangsa Eropa lainnya
d.      VOC mengadakan ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman yang melebihi produksi
e.       Penyerahan upeti wajib setiap tahunnya
f.       Rakyat diwajibkan menanam tanaman tertentu dan menjualnya kembali dengan harga tertentu terhadap
VOCsaat panen.
Untuk meningkatkan kekuasaanya di Indonesia , diangkatlah jabatan Gubernur jendral VOC Pieter
Both ,gubernur jendral VOCpertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.

3. Kebijakan Politik
                Untuk semakin memperbesar kekuasaannya di Indonesia , VOC melakukan cara-cara Politik
devide at impera atau politik adu domba dan tipu muslihat. Sebagai contoh , kerajaan Mataram di Jaw yang
dikenal sebagai kerajaan yang besar dan kuat pun akhirnya berhasil dikendalikan VOC.
4. Runtuhnya VOC dan terbentuknya pemerintah Hindia
Belanda
                Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga
dibubarkan. Penyebab kemunduran VOC antara lain ,sebagai berikut :
a.       Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
b.      Banyak pengeluaran VOC untuk biaya perperangan , seperti perang dengan Hasanuddin dari Gowa
c.       Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
d.      Pembayaran deviden (keuntungan)  bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC
mengalami penurunan
e.      Bertambahnya saingan dagang Asia
f.        Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal yang
menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan diatas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta
gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang , gudang, benteng, kapal , serta daerah
kekuasaan daera di Indonesia . setelah VOC dibubarkan , Indonesia langsung dikendalikan oleh pemerintah
Belanda . sejak saat itu, secara politis wilayah Indonesia dikuasai oleh Pemerintah Belanda.
D. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOLONIAL DI INDONESIA PADA
ABAD KE – 19
1. Sistem Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda dibawah Gubernur Jenderal Daendels
Sejak belanda dikuasai prancis, kaisar napoleon bonaparte mengangkat adiknya yang bernama louis
napoleon menjadi penguasa dibelanda. Louis napoleon merasa khawatir pulau jawa sebagai jajahan belanda
direbut oleh inggris.Louis napoleon segera mengirimkan seorang ahli militer yang bernama herman williem
daendels kepulau jawa sebagai gubernur jendral. Kedatanganya ke indonesia sebagia gubernur jendral
untuk mempertahankan pulau jawa agar tidak jatuh ketangan inggris.
Kebijakan daendels dalam usaha mempertahankan pulau jawa dari serangan inggris antara lain :

1. membuat jalan raya dari anyer sampai panarukan


2. mendirikan benteng benteng pertahanan
3. membangun pangkalan angkatan laut di merak dan ujung kulon
4. mendirikan pabrik senjata di semarang dan surabaya
selain dalam bidang pertahanan dan kemiliteran. Daendels juga berusaha memperbaiki keadaan pulau jawa
dengan cara antara lain :

1. membagi pulau jawa menjadi 9 prefektur (daerah)


2. mengangkat para bupati diseluruh pulau jawa sebagai pemerintahan belanda
3. mendirikan badan badan pengadilan yang sesuai dengan adat istiadat indonesia
Usaha untuk memajukan dan mempertahankan pulau jawa dari serangan inggris membutuhkan dana yang
cukup besar. Daendels kemudian berusaha memperoleh biaya yang diperlukan dengan cara :
1. menerapkan aturan menyerahkan sebagian hasil bumi sebagai pajak
2. mengadakan kerja paksa (rodi) bagi penduduk indoneisa
3. menjual tanah kepada pengusaha belanda dan tionghoa
4. memperluas areal tanaman kopi

Pada tahun 1811 daendels ditarik kembali ke negri belanda dan digantikan gubernur jenderal yanses.
Ternyata yanses tidak mampu menghadapi serangan dari inggris dan akhirnya menyerah kepada inggris di
tuntang (salatiga). Penyerahan kekuasaan dari belanda ke inggris di tanda tangani dengan perjanjian tuntang
(1811)
Kebijakan Pemerintahan Kolonial Inggris
Pemerintahan inggris dipimpin oleh gubernur jenderal thomas stamford raffles (1811-1816). Prinsip
kebijaksanaan kolonial raffles di hindia belanda berpatokan pada 3 asas antara lain :

1. segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan sehingga rakyat diberi kebebasan
2. peranan bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan mereka dijadikan bagian integral dari
pemerintahan kolonial
3. para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa yang memiliki kewajiban untuk
membayar sewa tanah.

Kebijakan ekonomi pemerintahan raffles bertujuan untuk antara lain :


1.mengurangi beban kehidupan rakyat
2.memberikan kebebasan dan kepastian hukum kepada para petani atas tnah yang dimiliki
3.pemerintah memiliki pemasukan yang tetap dari sewa tanah.
Ternyata sistem sewa tanah yang dicetuskan oleh raffles mengalami kegagalan antara lain :
1.pemerintahan kolonial yang mengalami kesulitan menentukan jumlah pajak bagi setiap pemilik tanah
2.pajak tanah harus dibayar dengan uang, sedangkan masyarakat pedesaan di indonesia merupakan
masyarakat tertutup yang belum mengenal peredaran uang.
3. kepemilikan tanah masih bersifat tradisional

Pelaksanaan sistem tanam paksa di indonesia (1830-1870)


Penjajahan inggris di indonesia berakhir saat kekuasaan kaisar napoleon bonaparte di prancis jatuh pada
tahun 1814.
Tahun 1830 pemerintahan hindia belanda mengalami kesulitan keuangan dan pemerintahan negri belanda
sendiri tidak dapat membantu karena sedang mengalami kesulitan keuangan. Sebab kesulitan keuangan
hindia belanda antara lain karena :

1. pemerintah hindia belanda banyak mengeluarkan biaya untuk perang di ponegoro (1825-1830)
2. pemerintah di negri belanda banyak mengeluarkan biaya perang menghadapi pemberontakan rakyat
belgia.

Lalu, setibanya di indonesia pada tahu 1830 van den bosch menyusun program kerja ditanah jajahan antara
lain sebagai berikut :

1. sistem sewa tanah harus dihapuskan kareana pelaksanaannya sangat sulit sehingga tidak
memberikan keuntungan
2. sistem tanaman bebas diganti dengan tanaman wajib yang sudah ditentukan oleh pemerintahan
hindia belanda
3. pajak tanah harus dibayar rakyat dengan menyerahkan sebagian hasil tanaman kepada pemerintahan
hindia belanda
4. kerja wajib dihidupkan kembali untuk menunjang kelancaran sistem penanaman wajib dan
kepentingan belanda lainya.
Tujuan diberlakukanya sistem tanam paksa untuk memperoleh pendapatan sebanyak banyaknya dari
indonesia dalam relatif waktu yang singkat guna menutup kekosongan kas negara dan membayar utang
negara.
Ketentuan ketentuan pokok sistem tanam paksa
Diatur dakam staatblad (lembaran negara) tahun 1834 no 22. yang berisi antara lain :

1. Sesuai persetujuan bersama, petani akan menyediakan sebagian dari tanahnya untuk
ditanami tanaman tanaman dagang yang bisa diekspor pada pemerintah hindia
belanda.
2. Bagian dari tanah pertanian yang disediakan oleh penduduk tidak boleh lebih dari 1/5
bagian dari tanah yang dikelola oleh penduduk desa.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagang, tidak boleh melebihi
pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4.  Bagian tanah yang diserahkan untuk tanaman dagang tidak dikenai pajak tanah.
5. Tanaman dagang yang dihasilkan wajib diserahkan pada pemerintah Hindia Belanda
sebagai pajak yang telah ditentukan sesuai perjanjian sebelumnya. Bila hasil
penjualan tanaman itu melebihi nilai pajak yang ditentukan, maka pemerintah Hindia
Belanda berkewajiban untuk mengembalikan selisih positifnya pada petani. 
6. . Kegagalan panen tanaman dagang, kerugiaanya ditanggung oleh pemerintah Hindia
Belanda. Kecuali kegagalan itu karena keteledoran atau kemalasan petani.
7. Penduduk desa akan mengerjakan tanah tanahnya dibawah pengawasan kepala
kepala mereka. Pegawai Belanda hanya mengawasi penyerahan hasil bumi pada
pemerintah.

Pelaksanaan sistem tanam paksa


akibatnya timbulah penyelewengan-penyelewengan, antara lain sebagai berikut.
1) Tanah yang disediakan melebihi 1/5, yakni 1/3 bahkan 1/2, malah ada seluruhnya, karena seluruh desa
dianggap subur untuk tanaman wajib.
2) Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
3) Tenaga kerja yang semestinya dibayar oleh pemerinah tidak dibayar.
4) Waktu yang dibutuhkan tenyata melebihi waktu penanaman padi.
5) Perkerjaan di perkebunan atau di pabrik, ternyata lebih berat daripada di sawah
6) Kelebihan hasil yang seharusnya dikembalikan kepada petani, ternyata
tidak dikembalikan.
Dampak tanam paksa
1) Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
a) Sawah ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga
penghasilan menurun drastis.
b) Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, membayar
pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko apabila gagal panen.
c) Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan.
d) Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
e) Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka kematian meningkat
drastis. Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843),
Demak (1849), dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan jumlah penduduk menurun drastis. Di
samping itu, juga terjadi penyakit busung lapar (hongorudim) di mana-mana.
2) Bagi Belanda.
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia, sebaliknya bagi bangsa
Belanda ialah sebagai berikut:
a) Keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
b) Hutang-hutang Belanda terlunasi.
c) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
d) Kas Negeri Belanda yang semula kosong dapat terpenuhi.
e) Amsterdam berhasil dibangun menjadi kota pusat perdagangan dunia.
f) Perdagangan berkembang pesat.
Sistem usaha swata (1870-1900)
Sejak dihapuskannya Sistem Tanam Paksa secara resmi mulai tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda
memasuki zaman Liberal. Paham liberal, khususnya di bidang ekonomi, mempunyai asas pokok, antara lain
sebagai berikut.......
a. Pemerintah tidak boleh ikut campur dalam kegiatan ekonomi rakyat.
b. Kegiatan ekonomi sehari-hari harus ditangani oleh pihak swasta dengan corak dan gayanya sendiri-
sendiri.
c. Paham liberal menuntut agar beberapa faktor yang dapat menghambat kehidupan ekonomi masyarakat
harus dihapuskan, misalnya Sistem Tanam Paksa, kerja rodi, dan pajak yang berlebihan.
d. Tugas negara (pemerintah) adalah memelihara ketertiban umum dan menegakkan hukum agar kehidupan
ekonomi berjalan lancar.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian rakyat yang terus-menerus akan memiliki efek buruk bagi
perekonomian dan kemakmuran rakyat. Sejalan dengan perkembangan paham liberal dikeluarkan Undang-
Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870 dengan tujuan sebagai berikut.
a. Perlindungan terhadap hak milik petani pribumi atas tanahnya dari penguasaan orang-orang asing.
b. Pemberian peluang kepada para pengusaha asing untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia.
Dalam Undang-Undang Agraria disebutkan bahwa tanah yang boleh disewa digolongkan menjadi dua
macam, yaitu :

a. Tanah Milik Negara


Tanah milik negara adalah tanah-tanah yang dikuasai oleh negara atau tanah-tanah yang secara tidak
langsung tidak menjadi milik penduduk pribumi karena berada di luar wilayah desa. Tanah milik negara ini
dapat disewa oleh para pengusaha asing paling lama dalam jangka waktu 75 tahun.
b. Tanah Milik Penduduk
Tanah milik penduduk adalah tanah-tanah yang dimiliki oleh perseorangan yang diperoleh secara turun-
temurun serta memiliki kepastian hukum T meliputi tanah ladang, sawah dan yang sejenis yang dimiliki
langsung oleh penduduk desa. Tanah ini dapat disewa 5-30 tahun lamanya. Hak milik atas tanah bagi
penduduk sudah diukur dengan pasti sehingga pemerintah dapat menetapkan pajak tanah secara adil

Politik etis
Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam
paksa..

Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam
program Trias Van deventer yang meliputi:

1.    Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
2.    Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
3.    Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer
yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik
etis ini.

Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk
perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan
Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.

Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan
perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat
berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun
rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah

E. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Kolonialisme dan


Imperialisme
1. perlawanan terhadap kekuasaan Portugis
A. Perlawanan Kesultanan Ternate
Perlawanan ternate dipimpin oleh Sultan Hairun dari ternate. Sultan hairun ditipu oleh portugis dan
dihukum mati pada tahun 1570.
B. Perlawanan kesultanan demak
                Dominasi portugis di malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang
islam. Oleh karena itu, sultan demak R. patah mengirim pasukannya di bawah pari unus untuk menyerang
portugis di malaka. Pati unus melancarkan serangannya pada tahun 1512 dan 1513. Serangan ini belum
berhasil. Kemudian pada tahun 1527, tentara demak kembali melancarkan serangan terhadap portugis yang
mulai menananmkan pengaruhnya di sunda kelapa. Di bawah kepemimpinan fatahillah, tentara demak
berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa. Nama sunda kelapa kemudian di ubah menjadi jayakarta.
C. Perlawanan  kesultanan aceh
                Untuk mengusir portugis dari malaka, aceh menyerang kedudukan portugis di malaka. Pada masa
pemerintahan sultan iskandar muda 1607-1639, armada kekuatan aceh telah disiapkan untuk menyerang
kedudukan portugis di malaka. Saat itu aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800
prajurit. Pada tahun 1629, aceh mencoba menaklukkan portugis. Penyerangan yang dilakukan aceh ini
belum berhasil mendapat kemenangan. Namun aceh masih tetap meneruskan perjuangan melawan portugis.
2. Perlawanan terhadap VOC
A. Perlawanan kesultanan mataram
                Pada tanggal 8 november 1618, gubernur jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan van
der marct menyerang jepara. Peristiwa tsb memperuncing perselisihan antara mataram dengan belanda.
Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan mataram yang dipimpin tumenggung baurekso tiba
di Batavia tanggal 22 agustus 1628. Pasukan ini kemudian disusul pasukan tumenggung sura agul agul,
yang dibantu dua bersaudara yakni kiai dipati mandurojo dan kiai upa santa. Upaya serangan tahap pertama
gagal. Mataram segera mempersiapkan serangan kedua dipimpin kyai adipati juminah, kiai a. puger dan k.a
purbaya. Serangan dimulai tanggal 1 agustus 1629 dan berakhir 1 oktober 1629. Serangan kedua inipun
gagal.
B. Perlawanan kesultanan gowa
                Perjanjian Bongaya yang isinya sebagai berikut.
1.       Gowa harus mengakui hak monopoli
2.       Semua orang barat kecuali belanda harus menginggalkan wilayah kekuasaan gowa
3.       Gowa harus membayar biaya perang
4.    Di makasar dibangun benteng benteng VOC
3.Perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekuasaan belanda
A.  Perlawanan di Maluku

          1. Perlawanan Rakyat Maluku tahun 1817

Tidakan sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial
Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di
Indonesia tahun 1811-1816.
Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini menyebabkan
timbulnya perlawanan rakyat Maluku.
a. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan
membuat garam.
b. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
e. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
d. Jumlah pendeta dikurangi sehingga kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
e. Secara khusus yang menyebabkan kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap
tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.
Tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy
(Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil merebut benteng
Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus
Tiahahu dan puterinya Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan
lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk
berusaha merebut benteng Zeeeland.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan
Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan
Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari
Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap.Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember
1817 di Ambon.Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut.Christina Martha
Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan
sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
2. Perang Padri tahun 1821-1837
Istilah Padri berasal dari kata Padre yang berarti Ulama. Pada mulanya perang Padri merupakan Perang
Saudara antara para Ulama berhadapan denegan Kaum Adat. Setelah Belanda ikut campur yang semula
membantu kaum adat berubahlah perang itu menjadi perang Kolonial.
a. Pertentangan antara Kaum Padri dan Kaum Adat itu dapat dikemukankan sebab-sebabnya sebagai
berikut :
b. Jalannya Perang Padri
I. Tahun 1821-1825
Pada bulan April tahun 1821 terjadi pertempuran antara kaum Padri melawan Belanda dan kaum
Adat di Sulit Air dekat danau Singkarak.
Belanda mengirimkan tertaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf dan berhasil
menduduki Batusangkar dekat Pagaruyung lalu mendirikan benteng yang bernama Fort Van der
Capellen.
Pada tahun 1824 dan 1825 terjadi perjanjian perdamaian antara Belanda dengan kaum Padri di
Padang yang pada pokoknya tidak akan saling menyerang.
II. Tahun 1825-1830
Pada periode ini Belanda juga sedang menghadapi perang Diponegoro sehingga perjanjian
perdamaian di atas sangat menguntungkan Belanda. Untuk menghadapi Kaum Padri, Belanda
membangun benteng disebut Fort de Kock ( nama panglima Belanda) di Bukittinggi.
III. Tahun 1831-1837
Belanda bertekad mengakhiri perang Padri setelah dapat memadamkan Perang Diponegoro.
Tindakan yang dilakukan Belanda adalah mendatangkan pasukan dipimpin oleh Letnan Kolonel
Elout kemudian Mayor Michaels dengan tugas pokok menundukkan Kaum Padri yang berpusat di
Ketiangan dekat Tiku. Selain itu Belanda juga mengirim Sentot Ali Basa Prawirodirdjo (bekas
panglima Diponegoro) serta sejumlah pasukan dari pulau Jawa walaupun kemudian berpihak kepada
kaum Padri.
Sejak tahun 1831 kaum Adat bersatu dengan kaum Padri untuk menghadapi Belanda.
Pada tanggal 25 Oktober 1833 Belanda menawarkan siasat perdamaian dengan mengeluarkan Plakat
Panjang yang isinya sebagai berikut:
1. Belanda ingin menghentikan perang
2. Tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Minangkabau
3. Tidak akan menarik cukai dan iuran-iuran.
4. Masalah kopi, lada dan garam akan ditertibkan.
Imam Bonjol tetap waspada dengan siasat Belanda itu. Setelah tahun 1834 terjadi lagi serangan
sasaran utama serangan Belanda adalah benteng Bonjol yang dapat direbutnya pada tanggal 16
Agustus 1837. Belanda mengajak Imam Bonjol berunding namun kemudian ditangkap. Ia dibawa ke
Batavia lalu dipindahkan ke Miinahasa sampai wafatnya tahun 1864 dalam usia 92 tahun.
Perlawanan dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai yang dapat dikalahkan Belanda tahun 1838.

3. Perang Diponegoro 1825-1830


Secara umum sebab-sebab perlawanan Diponegoro dan para pengikutnya adalah sebagai berikut:
1. Secara umum sebab-sebab perlawanan Diponegoro dan para pengikutnya adalah sebagai berikut:
2. Adat kebiasaan keraton tidak dihiraukan para pembesar Belanda duduk sejajar dengan Sultan.
3. Masuknya pengaruh budaya Barat meresahkan para ulama serta golongan bangsawan. Misalnya pesta
dansa sampai larut malam, minum-minuman keras.
4. Para bangsawan merasa dirugikan karena pada tahun 1823 Belanda menghentikan sistem hak sewa
tanah para bangsawan oleh pengusaha swasta. Akibatnya para bangsawan harus mengembalikan uang
sewa yang telah diterimanya.
5. Banyaknya macam pajak yang membebani rakyat misalnya pajak tanah, pajak rumah, pajak ternak.
4. Perang Bali tahun 1846-1849
Pada abad 19 sesuai dengan cita-citanya mewujudkan Pax Netherlandica (perdamaian di bawah Belanda),
Pemerintah Hindia Belanda berusaha membulatkan seluruh jajahannya atas Indonesia termasuk Bali. Upaya
Belanda itu dilakukan antara lain melalui perjanjian tahun 1841 dengan kerajaan Klungkang, Badung dan
Buleleng. Salah satu isinya bebunyi: Raja-raja Bali mengakui bahwa kerajaankerajaan di Bali berada di
bawah pengaruh Belanda. Perjanjian ini merupakan bukti keinginan Belanda untuk menguasai Bali.

Masalah utama adalah adanya hak tawan karang yang dimiliki raja-raja Bali.Hak ini dilimpahkan kepada
kepala desa untuk menawan perahu dan isinya yang terdampar di perairan wilayah kerajaan tersebut.
Antara Belanda dengan pihak kerajaan Buleleng yaitu Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem besarta
Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian pada tahun 1843 isinya pihak kerajaan akan membantu
Belanda jika kapalnya terdampar di wilayah Buleleng namun perjanjian itu tidak dapat berjalan dengan
semestinya.

Pada tahun 1844 terjadi perampasan terhadap kapal-kapal Belanda di pantai Prancah (Bali Barat) dan
Sangsit (Buleleng bagian Timur).Belanda menuntut agar kerajaan Buleleng melepaskan hak tawan
karangnya sesuai perjanjian tahun 1843 itu namun ditolak.Kejadian tersebut dijadikan alasan oleh Belanda
untuk menyerang Buleleng.

Pantai Buleleng diblokade dan istana raja ditembaki dengan meriam dari pantai.Satu persatu daerah
diduduki dan istana dikepung oleh Belanda.Raja Buleleng berpura-pura menyerah kemudian perlawanan
dilanjutkan oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik.
Perang Buleleng disebut juga pertempuran Jagaraga karena pusat pertahanannya adalah benteng di desa
Jagaraga. Perang ini disebut pula Perang Puputan mengapa?
Karena perang dijiwai oleh semangat puputan yaitu perang habis-habisan. Bagi masyarakat Bali, puputan
dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
- Nyawa seorang ksatri berada diujung senjata kematian di medan pertempuran merupakan kehormatan.
- Dalam mempertahankan kehormatan bangsa dan negara maupun keluarga tidak dikenal istilah menyerah
kepada musuh.
- Menurut ajaran Hindu, orang yang mati dalam peperangan, rohnya akan masuk surga.
Benteng Jagaraga berada di atas bukit, berbentuk “Supit Urang” yang dikelilingi dengan parit dan ranjau
untuk menghambat gerak musuh.Selain laskar Buleleng maka raja-raja Karangasam, Mengwi, Gianyar dan
Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga jumlah seluruhnya mencapai 15000 orang. Semangat para
prajurit ditopang oleh isteri Jelantik bernama Jero Jempiring yang menggerakkan dan memimpin kaum
wanita untuk menyediakan makanan bagi para prajurit yang bertugas digaris depan.

Pada tanggal 7 Maret 1848 kapal perang Belanda yang didatangkan dari Batavia dengan 2265 serdadu
mendarat di Sangsit. Parukan Belanda dipimpin oleh Mayor Jendral Van der Wijck menyerang Sangsit lalu
menyerbu benteng Jagaraga.Serangan Belanda dapat digagalkan.

Pada tanggal 1849 Belanda mendatangkan pasukan yang lebih banyak berjumlah 15000 orang lebih terdiri
dari pasukan infanteri, kavaleri, artileri dan Zeni dipimpin oleh Jendral Mayor A.V Michiels dan Van
Swieten. Benteng Jagaraga dihujani meriam dengan gencar. Tak ada seorangpun laskar Buleleng yang
mundur, mereka semuanya gugur pada tangal 19 April 1849 termasuk isteri Patih Jelantik yang bernama
Jero Jempiring. Dengan jatuhnya benteng Jagaraga maka Belanda dapat menguasai Bali utara. Selain
puputan Buleleng, perlawanan rakyat Bali juga terjadi melalui puputan Badung, Klungkung dan daerah lain
walaupun akhirnya pada tahun 1909 seluruh Bali jatuh ke tangan Belanda.

5. Perang Aceh tahun 1873-1904


Sampai abad 19 Aceh merupakan daerah yang berdaulat dan dihormati oleh dua imperialis di Indonesia dan
sekitarnya yaitu Inggris dan Belanda.Berdasarkan Traktat/perjanjian London 1824 maka Aceh dijadikan
daerah penyangga (Bufferstate) antara kekuasaan Inggris di Malaka dengan Bengkulu yang diserahkan
Inggris kepada Belanda.
Keadaan tersebut tidak dapat bertahan lama karena adanya kepentingan Belanda yang berniat menduduki
Aceh sehingga timbullah perlawanan rakyat Aceh.
a. Sebab-sebab Perang Aceh:
- Belanda merasa berhak atas daerah Sumatra Timur yang diperoleh dari Sultan Siak sebagai upah
membantu Sultan dalam perang saudara melalui Traktat Siak tahun 1858, sementara Aceh
berpendapat daerah terebut merupakan wilayahnya.
- Sejak Terusan Suez dibuka tahun 1869 perairan Aceh menjadi sangat penting sebagai jalur pelayaran
dari Eropa ke Asia.
- Keluarnya Traktat Sumatra tahun 1871 yang menyatakan bahwa Inggris tidak akan menghalangi
usaha Belanda untuk meluaskan daerah kekusaannya sampai di Aceh dalam rangka Pax
Netherlandica

Sifat perlawanan Aceh ada dua macam yaitu politik dan keagamaan. Perlawanan politik bertujuan untuk
mempertahankan kedaulatan Aceh. Perlawanan politik dipimpin oleh para bangsawan yang bergelar
Teuku..
b. Jalan perang
- Pada bulan April tahun 1873 pasukan Belanda dipimpin oleh Mayor Jendral JHR Kohler menyerang
Aceh namun gagal bahkan Jendral Kohler tewas dalam pertempuran memperebutkan masjid Raya.
- Pada bulan Desember 1873 pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Jendral Van Swieten dapat
menduduki istana serta memproklamirkan bahwa kejaraan Aceh sudah takluk. Nama Banda Aceh
kemudian diganti kota raja. Apakah Aceh benar-benar sudah takluk kepada Belanda? Ternyata tidak
demikian. Raja Aceh yaitu Sultan Mahmudsyah wafat karena sakit. Putranya yang bernama
Muhammad Dawotsyah menjalankan pemerintahan di Pagar Aye. Rakyat Aceh tetap melanjutkan
perlawanan dipimpin oleh Panglima Polim.
- Fase berikutnya sejak tahun 1884 Belanda mempertahankan kekuasaan hanya di daerah yang
didudukinya saja. Disitu dibentuk pemerintahan sipil. Sistem ini disebut Konsentrasi Stelsel.

Pada tahun 1893 Teuku Umar melakukan siasat menyerah kepada Belanda dan memperoleh
kepercayaan memimpin 250 orang pasukan bersenjata lengkap lalu diberi gelar Teuku Umar Johan
Pahlawan. Apakah tindakan Teuku Umar merupakan penghianaatan bagi bangsanya ? Ternyata siasat
itu hanya untuk mendapatkan senjata yang cukup guna menghadapi Belanda berikutnya.
- Belanda cukup sulit menghadapi perlawanan rakyat Aceh. Bagaimana tindakan Belanda selanjutnya?
Guna mengetahui sistem sosial serta rahasia keuletan rakyat Aceh maka dikirimlah Dr. Snouck
Hurgronye seorang ahli dalam agama islam untuk menyelidiki hal itu.Hasil penyelidikannya
dibukukan dengan judul “De Atjehers” menurut Hurgronye ada dua cara untuk menundukkan Aceh
yaitu melakukan pendekatan kepada para bangsawan dan mengangkat putra-putra mereka menjadi
pamong praja pada pemerintah Belanda. Kaum ulama harus dihadapi dengan kekuatan senjata
sampai menyerah.
- Sejak 1896. Belanda bertekad menyelesaikan perang dengan mengirim pasukan marsose (polisi
militer) dengan panglimanya Letnan Kolonel Van Geuts. Dalam pertempuran di Meulaboh pada
tanggal 11 Pebruari 1899 Teuku Umar gugur. Perlawanan masih berlanjut sampai akhirnya bulan
Januari 1903 Sultan Dawutsyah menyerah, September 1903 Panglima Polim juga menyerah.
Mengapa Sultan Aceh menyerah kepada Belanda? Ternyata hal itu karena kelicikan Belanda yaitu
mengultimatum Sultan untuk menyerah setelah menangkap isteri dan anak-anaknya. Belanda masih
melanjutkan pembersihan terhadap daerah yang terakhir bergolak yaitu Gayo Alas (Aceh Tenggara)
dipimpin oleh Letkon Van Daalen tahun 1904, rakyat yang gugur 2922 orang. Perlawanan Cut Nyak
Dien masih berlanjut selama 5 tahun. Ia memimpin pasukan keluar masuk hutan rimba dengan tekad
rela mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsanya serta mengusir Belanda. Perlawanan Cut
Nyak Dien berakhir tahun 1905. Ia ditangkap dan dibuang ke Cianjur lalu Sumedang hingga wafat 6
Nopembeer 1908, sedangkan Cut Meutia gugur tahun 1910.

Anda mungkin juga menyukai