Kebijakan-kebijakan VOC
Salah satu kebijakan VOC adalah sifatnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi yangada di sekitarnya.pada tahun
1700 -an, VOC berusaha mnguasai daerah pedalaman yangbanyak mengahasilkan barang dagangang. Imperialisme
pedalaman ini sasarannyakerajaan Banten Dan kerajaan Mataram. Alasannya daerah ini banyak menghasilkanbarang-
barang komoditas seperti beras, gula merah, kacang -kacangan dan lada. Oleh ituVOC menerapkan system-sistem
kebijaksanaan.
Kebijakan- kebijakan VOC yang diterapkan di Indonesia.
2. Melaksakan politik devide et impera ( memcah dan menguasai ) dalamrangka untuk menguasai kerajaan-
kerajaan di Indonesia
Yang benar-benar dikuasai Belanda sejak jaman VOC 350 tahun lalu itu adalahJakarta atau Batavia sebutannya waktu
itu. Selain itu beberapa daerah di Ambon. Ditempat lain yaitu kerajaan kecil itu adalah negara merdeka. Secara wilayah,
negeriBatavia itu tentu saja kecil sekali, bahkan lebih kecil lagi dari DKI Jakarta, tapipengaruhnya kuat sekali.
Kerajaan2 besar di Nusan tara waktu itu misalnya Mataramyang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa
Barat seperti Cirebon
dan Banten. VOC di Batavia itu sebenarnya cuma kongsi dagang, tapi punya tentaradan pemerintahan sendiri.
Tujuannya tentu saja mencari keuntungansebesarbesarnya, jadi bisa dibayangkan kongsi dagang yang bermotif
ekonomi danpunya tentara sendiri. Tentara ini walaupun anggotanya kebanyakan pribumi tapipimpinan, organisasi dan
senjatanya standar eropa, tentu saja relatif kuat dibandingpasukan2 kerajaan tradisional Indonesia.Tapi sekuat2nya
VOC tentu ga akan mampu melawan kekuatan yang misalnya 10xlebih besar. Tidak semua kerajaan2 itu menganggap
VOC sebagai ancaman, malahada yang menganggap mereka sebagai dewa penolong. Ini fakta lho. Miriplah s
epertisaat ini, ga semua orang atau pemimpin Indonesia menganggap Amerika itu sebagaiimperialis, malah ada yang
menganggap Amerika itu sebagai pelindungnya.Nah situasi pada abad 16-17 itu adalah Nusantara dalam keadaan
terpecah2 dansaling bermusuhan. Misalnya di Sulsel, kerajaan Makasar bermusuhan denganBone. Mereka berperang,
Bone kalah. Rakyatnya terancam jadi budak kerajaanMakasar. Nah menurut situasi jaman itu, Raja Bone mengambil
keputusan yangsangat benar dilihat dari sisi kepentingan rakyat Bo ne, yaitu minta bantuan VOC dariBatavia. Bantuan
datang dan Makasar dikalahkan.alam sejarah kita, selalu disebut Sultan Makasar sebagai pahlawan Nasional danRaja
Bone sebagai pengkhianat. Kalau kita melihat secara lebih menyeluruh, hal itutidak benar sepenuhnya. Situasinya tidak
hitam putih. Sultan Makasar duluberperang bukan untuk Indonesia yang belum ada, tapi untuk kepentingan
kerajaandan rakyatnya sendiri. Begitu juga kerajaan Bone. Jadi tidak ada pahlawan dan tidakada pengkhianat dalam hal
ini. Perang2 lain situasinya mirip2 seperti kasus diatas.
3. Kebijakan Politik
Untuk semakin memperbesar kekuasaannya di Indonesia , VOC melakukan cara-cara Politik
devide at impera atau politik adu domba dan tipu muslihat. Sebagai contoh , kerajaan Mataram di Jaw yang
dikenal sebagai kerajaan yang besar dan kuat pun akhirnya berhasil dikendalikan VOC.
4. Runtuhnya VOC dan terbentuknya pemerintah Hindia
Belanda
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga
dibubarkan. Penyebab kemunduran VOC antara lain ,sebagai berikut :
a. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
b. Banyak pengeluaran VOC untuk biaya perperangan , seperti perang dengan Hasanuddin dari Gowa
c. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
d. Pembayaran deviden (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC
mengalami penurunan
e. Bertambahnya saingan dagang Asia
f. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal yang
menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan diatas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta
gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang , gudang, benteng, kapal , serta daerah
kekuasaan daera di Indonesia . setelah VOC dibubarkan , Indonesia langsung dikendalikan oleh pemerintah
Belanda . sejak saat itu, secara politis wilayah Indonesia dikuasai oleh Pemerintah Belanda.
D. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOLONIAL DI INDONESIA PADA
ABAD KE – 19
1. Sistem Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda dibawah Gubernur Jenderal Daendels
Sejak belanda dikuasai prancis, kaisar napoleon bonaparte mengangkat adiknya yang bernama louis
napoleon menjadi penguasa dibelanda. Louis napoleon merasa khawatir pulau jawa sebagai jajahan belanda
direbut oleh inggris.Louis napoleon segera mengirimkan seorang ahli militer yang bernama herman williem
daendels kepulau jawa sebagai gubernur jendral. Kedatanganya ke indonesia sebagia gubernur jendral
untuk mempertahankan pulau jawa agar tidak jatuh ketangan inggris.
Kebijakan daendels dalam usaha mempertahankan pulau jawa dari serangan inggris antara lain :
Pada tahun 1811 daendels ditarik kembali ke negri belanda dan digantikan gubernur jenderal yanses.
Ternyata yanses tidak mampu menghadapi serangan dari inggris dan akhirnya menyerah kepada inggris di
tuntang (salatiga). Penyerahan kekuasaan dari belanda ke inggris di tanda tangani dengan perjanjian tuntang
(1811)
Kebijakan Pemerintahan Kolonial Inggris
Pemerintahan inggris dipimpin oleh gubernur jenderal thomas stamford raffles (1811-1816). Prinsip
kebijaksanaan kolonial raffles di hindia belanda berpatokan pada 3 asas antara lain :
1. segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan sehingga rakyat diberi kebebasan
2. peranan bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan mereka dijadikan bagian integral dari
pemerintahan kolonial
3. para petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa yang memiliki kewajiban untuk
membayar sewa tanah.
1. pemerintah hindia belanda banyak mengeluarkan biaya untuk perang di ponegoro (1825-1830)
2. pemerintah di negri belanda banyak mengeluarkan biaya perang menghadapi pemberontakan rakyat
belgia.
Lalu, setibanya di indonesia pada tahu 1830 van den bosch menyusun program kerja ditanah jajahan antara
lain sebagai berikut :
1. sistem sewa tanah harus dihapuskan kareana pelaksanaannya sangat sulit sehingga tidak
memberikan keuntungan
2. sistem tanaman bebas diganti dengan tanaman wajib yang sudah ditentukan oleh pemerintahan
hindia belanda
3. pajak tanah harus dibayar rakyat dengan menyerahkan sebagian hasil tanaman kepada pemerintahan
hindia belanda
4. kerja wajib dihidupkan kembali untuk menunjang kelancaran sistem penanaman wajib dan
kepentingan belanda lainya.
Tujuan diberlakukanya sistem tanam paksa untuk memperoleh pendapatan sebanyak banyaknya dari
indonesia dalam relatif waktu yang singkat guna menutup kekosongan kas negara dan membayar utang
negara.
Ketentuan ketentuan pokok sistem tanam paksa
Diatur dakam staatblad (lembaran negara) tahun 1834 no 22. yang berisi antara lain :
1. Sesuai persetujuan bersama, petani akan menyediakan sebagian dari tanahnya untuk
ditanami tanaman tanaman dagang yang bisa diekspor pada pemerintah hindia
belanda.
2. Bagian dari tanah pertanian yang disediakan oleh penduduk tidak boleh lebih dari 1/5
bagian dari tanah yang dikelola oleh penduduk desa.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagang, tidak boleh melebihi
pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Bagian tanah yang diserahkan untuk tanaman dagang tidak dikenai pajak tanah.
5. Tanaman dagang yang dihasilkan wajib diserahkan pada pemerintah Hindia Belanda
sebagai pajak yang telah ditentukan sesuai perjanjian sebelumnya. Bila hasil
penjualan tanaman itu melebihi nilai pajak yang ditentukan, maka pemerintah Hindia
Belanda berkewajiban untuk mengembalikan selisih positifnya pada petani.
6. . Kegagalan panen tanaman dagang, kerugiaanya ditanggung oleh pemerintah Hindia
Belanda. Kecuali kegagalan itu karena keteledoran atau kemalasan petani.
7. Penduduk desa akan mengerjakan tanah tanahnya dibawah pengawasan kepala
kepala mereka. Pegawai Belanda hanya mengawasi penyerahan hasil bumi pada
pemerintah.
Politik etis
Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam
paksa..
Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam
program Trias Van deventer yang meliputi:
1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
2. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
3. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer
yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik
etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk
perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan
Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan
perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat
berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan
selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun
rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah
Tidakan sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial
Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di
Indonesia tahun 1811-1816.
Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini menyebabkan
timbulnya perlawanan rakyat Maluku.
a. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan
membuat garam.
b. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
e. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
d. Jumlah pendeta dikurangi sehingga kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
e. Secara khusus yang menyebabkan kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap
tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.
Tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy
(Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil merebut benteng
Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus
Tiahahu dan puterinya Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said Perintah dan
lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut dan Haruku penduduk
berusaha merebut benteng Zeeeland.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan
Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan
Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari
Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap.Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember
1817 di Ambon.Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut.Christina Martha
Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan
sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
2. Perang Padri tahun 1821-1837
Istilah Padri berasal dari kata Padre yang berarti Ulama. Pada mulanya perang Padri merupakan Perang
Saudara antara para Ulama berhadapan denegan Kaum Adat. Setelah Belanda ikut campur yang semula
membantu kaum adat berubahlah perang itu menjadi perang Kolonial.
a. Pertentangan antara Kaum Padri dan Kaum Adat itu dapat dikemukankan sebab-sebabnya sebagai
berikut :
b. Jalannya Perang Padri
I. Tahun 1821-1825
Pada bulan April tahun 1821 terjadi pertempuran antara kaum Padri melawan Belanda dan kaum
Adat di Sulit Air dekat danau Singkarak.
Belanda mengirimkan tertaranya dari Batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf dan berhasil
menduduki Batusangkar dekat Pagaruyung lalu mendirikan benteng yang bernama Fort Van der
Capellen.
Pada tahun 1824 dan 1825 terjadi perjanjian perdamaian antara Belanda dengan kaum Padri di
Padang yang pada pokoknya tidak akan saling menyerang.
II. Tahun 1825-1830
Pada periode ini Belanda juga sedang menghadapi perang Diponegoro sehingga perjanjian
perdamaian di atas sangat menguntungkan Belanda. Untuk menghadapi Kaum Padri, Belanda
membangun benteng disebut Fort de Kock ( nama panglima Belanda) di Bukittinggi.
III. Tahun 1831-1837
Belanda bertekad mengakhiri perang Padri setelah dapat memadamkan Perang Diponegoro.
Tindakan yang dilakukan Belanda adalah mendatangkan pasukan dipimpin oleh Letnan Kolonel
Elout kemudian Mayor Michaels dengan tugas pokok menundukkan Kaum Padri yang berpusat di
Ketiangan dekat Tiku. Selain itu Belanda juga mengirim Sentot Ali Basa Prawirodirdjo (bekas
panglima Diponegoro) serta sejumlah pasukan dari pulau Jawa walaupun kemudian berpihak kepada
kaum Padri.
Sejak tahun 1831 kaum Adat bersatu dengan kaum Padri untuk menghadapi Belanda.
Pada tanggal 25 Oktober 1833 Belanda menawarkan siasat perdamaian dengan mengeluarkan Plakat
Panjang yang isinya sebagai berikut:
1. Belanda ingin menghentikan perang
2. Tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Minangkabau
3. Tidak akan menarik cukai dan iuran-iuran.
4. Masalah kopi, lada dan garam akan ditertibkan.
Imam Bonjol tetap waspada dengan siasat Belanda itu. Setelah tahun 1834 terjadi lagi serangan
sasaran utama serangan Belanda adalah benteng Bonjol yang dapat direbutnya pada tanggal 16
Agustus 1837. Belanda mengajak Imam Bonjol berunding namun kemudian ditangkap. Ia dibawa ke
Batavia lalu dipindahkan ke Miinahasa sampai wafatnya tahun 1864 dalam usia 92 tahun.
Perlawanan dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai yang dapat dikalahkan Belanda tahun 1838.
Masalah utama adalah adanya hak tawan karang yang dimiliki raja-raja Bali.Hak ini dilimpahkan kepada
kepala desa untuk menawan perahu dan isinya yang terdampar di perairan wilayah kerajaan tersebut.
Antara Belanda dengan pihak kerajaan Buleleng yaitu Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem besarta
Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian pada tahun 1843 isinya pihak kerajaan akan membantu
Belanda jika kapalnya terdampar di wilayah Buleleng namun perjanjian itu tidak dapat berjalan dengan
semestinya.
Pada tahun 1844 terjadi perampasan terhadap kapal-kapal Belanda di pantai Prancah (Bali Barat) dan
Sangsit (Buleleng bagian Timur).Belanda menuntut agar kerajaan Buleleng melepaskan hak tawan
karangnya sesuai perjanjian tahun 1843 itu namun ditolak.Kejadian tersebut dijadikan alasan oleh Belanda
untuk menyerang Buleleng.
Pantai Buleleng diblokade dan istana raja ditembaki dengan meriam dari pantai.Satu persatu daerah
diduduki dan istana dikepung oleh Belanda.Raja Buleleng berpura-pura menyerah kemudian perlawanan
dilanjutkan oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik.
Perang Buleleng disebut juga pertempuran Jagaraga karena pusat pertahanannya adalah benteng di desa
Jagaraga. Perang ini disebut pula Perang Puputan mengapa?
Karena perang dijiwai oleh semangat puputan yaitu perang habis-habisan. Bagi masyarakat Bali, puputan
dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
- Nyawa seorang ksatri berada diujung senjata kematian di medan pertempuran merupakan kehormatan.
- Dalam mempertahankan kehormatan bangsa dan negara maupun keluarga tidak dikenal istilah menyerah
kepada musuh.
- Menurut ajaran Hindu, orang yang mati dalam peperangan, rohnya akan masuk surga.
Benteng Jagaraga berada di atas bukit, berbentuk “Supit Urang” yang dikelilingi dengan parit dan ranjau
untuk menghambat gerak musuh.Selain laskar Buleleng maka raja-raja Karangasam, Mengwi, Gianyar dan
Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga jumlah seluruhnya mencapai 15000 orang. Semangat para
prajurit ditopang oleh isteri Jelantik bernama Jero Jempiring yang menggerakkan dan memimpin kaum
wanita untuk menyediakan makanan bagi para prajurit yang bertugas digaris depan.
Pada tanggal 7 Maret 1848 kapal perang Belanda yang didatangkan dari Batavia dengan 2265 serdadu
mendarat di Sangsit. Parukan Belanda dipimpin oleh Mayor Jendral Van der Wijck menyerang Sangsit lalu
menyerbu benteng Jagaraga.Serangan Belanda dapat digagalkan.
Pada tanggal 1849 Belanda mendatangkan pasukan yang lebih banyak berjumlah 15000 orang lebih terdiri
dari pasukan infanteri, kavaleri, artileri dan Zeni dipimpin oleh Jendral Mayor A.V Michiels dan Van
Swieten. Benteng Jagaraga dihujani meriam dengan gencar. Tak ada seorangpun laskar Buleleng yang
mundur, mereka semuanya gugur pada tangal 19 April 1849 termasuk isteri Patih Jelantik yang bernama
Jero Jempiring. Dengan jatuhnya benteng Jagaraga maka Belanda dapat menguasai Bali utara. Selain
puputan Buleleng, perlawanan rakyat Bali juga terjadi melalui puputan Badung, Klungkung dan daerah lain
walaupun akhirnya pada tahun 1909 seluruh Bali jatuh ke tangan Belanda.
Sifat perlawanan Aceh ada dua macam yaitu politik dan keagamaan. Perlawanan politik bertujuan untuk
mempertahankan kedaulatan Aceh. Perlawanan politik dipimpin oleh para bangsawan yang bergelar
Teuku..
b. Jalan perang
- Pada bulan April tahun 1873 pasukan Belanda dipimpin oleh Mayor Jendral JHR Kohler menyerang
Aceh namun gagal bahkan Jendral Kohler tewas dalam pertempuran memperebutkan masjid Raya.
- Pada bulan Desember 1873 pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Jendral Van Swieten dapat
menduduki istana serta memproklamirkan bahwa kejaraan Aceh sudah takluk. Nama Banda Aceh
kemudian diganti kota raja. Apakah Aceh benar-benar sudah takluk kepada Belanda? Ternyata tidak
demikian. Raja Aceh yaitu Sultan Mahmudsyah wafat karena sakit. Putranya yang bernama
Muhammad Dawotsyah menjalankan pemerintahan di Pagar Aye. Rakyat Aceh tetap melanjutkan
perlawanan dipimpin oleh Panglima Polim.
- Fase berikutnya sejak tahun 1884 Belanda mempertahankan kekuasaan hanya di daerah yang
didudukinya saja. Disitu dibentuk pemerintahan sipil. Sistem ini disebut Konsentrasi Stelsel.
Pada tahun 1893 Teuku Umar melakukan siasat menyerah kepada Belanda dan memperoleh
kepercayaan memimpin 250 orang pasukan bersenjata lengkap lalu diberi gelar Teuku Umar Johan
Pahlawan. Apakah tindakan Teuku Umar merupakan penghianaatan bagi bangsanya ? Ternyata siasat
itu hanya untuk mendapatkan senjata yang cukup guna menghadapi Belanda berikutnya.
- Belanda cukup sulit menghadapi perlawanan rakyat Aceh. Bagaimana tindakan Belanda selanjutnya?
Guna mengetahui sistem sosial serta rahasia keuletan rakyat Aceh maka dikirimlah Dr. Snouck
Hurgronye seorang ahli dalam agama islam untuk menyelidiki hal itu.Hasil penyelidikannya
dibukukan dengan judul “De Atjehers” menurut Hurgronye ada dua cara untuk menundukkan Aceh
yaitu melakukan pendekatan kepada para bangsawan dan mengangkat putra-putra mereka menjadi
pamong praja pada pemerintah Belanda. Kaum ulama harus dihadapi dengan kekuatan senjata
sampai menyerah.
- Sejak 1896. Belanda bertekad menyelesaikan perang dengan mengirim pasukan marsose (polisi
militer) dengan panglimanya Letnan Kolonel Van Geuts. Dalam pertempuran di Meulaboh pada
tanggal 11 Pebruari 1899 Teuku Umar gugur. Perlawanan masih berlanjut sampai akhirnya bulan
Januari 1903 Sultan Dawutsyah menyerah, September 1903 Panglima Polim juga menyerah.
Mengapa Sultan Aceh menyerah kepada Belanda? Ternyata hal itu karena kelicikan Belanda yaitu
mengultimatum Sultan untuk menyerah setelah menangkap isteri dan anak-anaknya. Belanda masih
melanjutkan pembersihan terhadap daerah yang terakhir bergolak yaitu Gayo Alas (Aceh Tenggara)
dipimpin oleh Letkon Van Daalen tahun 1904, rakyat yang gugur 2922 orang. Perlawanan Cut Nyak
Dien masih berlanjut selama 5 tahun. Ia memimpin pasukan keluar masuk hutan rimba dengan tekad
rela mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsanya serta mengusir Belanda. Perlawanan Cut
Nyak Dien berakhir tahun 1905. Ia ditangkap dan dibuang ke Cianjur lalu Sumedang hingga wafat 6
Nopembeer 1908, sedangkan Cut Meutia gugur tahun 1910.