3.1 Hakikat Kebudayaan Sebagai Bukti Keunggulan Manusia
3.1 Hakikat Kebudayaan Sebagai Bukti Keunggulan Manusia
a. Wujud pertama, yaitu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan
lain sebagainya. Wujud ini bersifat abstrak, karena berada dalam alam pikiran
manusia (masyarakat).
b. Wujud kedua meliputi kompleks dari aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia. Wujud kedua ini disebut sistem sosial (social system), yang meliputi
seluruh aktivitas manusia dalam berinteraksi.
c. Wujud ketiga, berupa hasil karya manusia yang berwujud benda-benda fisik
atau artefak, baik berupa benda-benda yang berukuran besar.
Setiap unsur kebudayaan memiliki tiga wujudnya, yaitu ide, tingkah laku,
dan wujud fisik. Jika diamati, unsur bahasa, misalnya bahasa Indonesia, ada ide
untuk melakukan komunikasi antarwarga negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dengan berbagai ragam bahasa yang mereka gunakan. Berdasarkan ide itu,
anggota masyarakat yang memiliki perhatian untuk mewujudkan ide tersebut
mengadakan pertemuan dan menentukan sebuah bahasa yang dapat dipahami oleh
semua suku bangsa di negara itu. Selanjutnya, ditentukanlah bahasa Melayu Riau
sebagai Bahasa nasional, yang kita kenal sebagai bahasa Indonesia. Dalam hal ini
bahasa Indonesia yang diwujudkan dengan bahasa tulisan pada sehelai kertas atau
daun, dan pada dinding-dinding, menjadi bukti fisik dari terwujudnya ide atau
gagasan dan keseluruhan aktivitas manusia.
Ada unsur kebudayaan yang cepat berubah ada unsur kebudayaan yang
lambat dan sukar berubah. Unsur kebudayaan yang paling cepat berubah adalah
teknologi, sedangkan unsur kebudayaan yang lambat atau sukar berubah adalah
sistem religi. Namun, perubahan suatu unsur kebudayaan sebaiknya terjadi pada
ketiga wujudnya, karena apabila terdapat ketimpangan perubahan dalam ketiga
wujud kebudayaan tersebut sering terjadi culture lag atau keterlambatan
kebudayaan (Poerwanto, 2008:177-179).
Contoh culture lag adalah pemakaian jam tangan dengan sistem penunjukan
waktu dengan angka oleh masyarakat Indonesia. Produk jam tangan merupakan
suatu bentuk fisik (wujud ketiga) dari suatu ide dalam menentukan waktu dengan
angka. Produk jam ini merupakan produk asing bagi masyarakat Indonesia. Dalam
pembentukan budaya menentukan waktu melalui jam ini merupakan suatu alat
untuk mempermudah manusia agar dapat mengetahui waktu (jam) sekarang, masa
yang telah berlalu dan masa mendatang. Dengan menyepakati jam tertentu,
misalnya pukul 14.00 dua orang atau lebih individu dapat saling berjanji untuk
bertemu. Dengan patokan waktu yang telah disepakati tadi dan dengan adanya
penghitungan waktu dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 24.00, maka penentuan
waktu pukul 14.00 memberi pemahaman bahwa pertemuan itu akan diadakan pada
pukul 02.00 siang hari, bukan pukul 02.00 dini hari.