Anda di halaman 1dari 2

 

Edisi Aktual Selasa, 27 Juli 2004


Berita Lainnya
 Edisi Cetak
 Rubrik
 Suplemen
 
 
LINGKUNGAN Pernyataan Nabiel
Dinilai Lebih Bermuatan
Politis

Kesadaran Pengelolaan Limbah masih Sekilas


Rendah

BOGOR (Media): Tingkat pengetahuan dan kesadaran kalangan industri


mengolah limbah masih rendah. Sebagian besar perusahaan baru
mengolah limbahnya setelah mendapat informasi dan pendekatan, hanya
sedikit sekali yang menawarkan diri langsung ke perusahaan pengolah
limbah.

Presiden Direktur PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) Edward


Corcoran dan Manajer Marketing PT PPLI Machmud Badres mengatakan
hal itu saat bertemu sejumlah wartawan yang diundang untuk
mengunjungi proses pengolahan di PPLI, Desa Nambo, Cileungsi, Bogor,
Sabtu (24/7).

''Sebanyak 98% perusahaan yang mengolah limbahnya di PPLI karena


kami melakukan pendekatan dan penjelasan mengenai pengolahan
limbah. Hanya 2% perusahaan yang meminta PPLI mengolah
limbahnya,'' kata Machmud.

Edward mengklaim PPLI merupakan satu-satunya perusahaan yang


mengolah limbah secara profesional terintegrasi di Indonesia. Saham
perusahaan ini 95% dipegang Modern Asia Environmental Holding
(MAEH) dan 5% Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Sayangnya, kata Edward, banyak perusahaan ketika diminta mengolah


limbahnya, mereka menjawab tidak tertarik untuk bekerja sama dengan
PPLI. Tetapi, jajaran direksi perusahaan memberi jawaban, perusahaan
telah mendapat izin dari lurah, camat, bupati, dan kepolisian.

Menurut Edward, banyak perusahaan di Indonesia masih menganggap


pengolahan limbah industrinya bukan hal penting dan perlu diperhatikan.
Alasan jajaran perusahaan itu, pengolahan limbah itu terlalu mahal dan
memerlukan biaya.

Padahal, baik Edward dan Machmud mengatakan, biaya pengeluaran


untuk pengolahan limbah hanya sekitar 0,5% - 1% dari biaya produksi.
Sedangkan risikonya jelas sangat besar dan merugikan.

Edward menjelaskan, PPLI yang memiliki lahan pengolahan limbah


seluas 50 hektare itu telah mengolah limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan tidak beracun yang melibatkan lebih dari 800
perusahaan. Dengan pengolahan limbah yang dikelola PPLI, maka
perusahaan itu mengurangi risiko bahaya limbah yang mengancam
lingkungan sekitarnya.
Setiap tahunnya PPLI mampu mengolah 200.000 ton limbah B3 dan
320.000 limbah tidak beracun. Namun masih sedikitnya perusahaan yang
mengolah limbahnya, kapasitas PPLI yang telah terpenuhi masih jauh
dari harapan. Sekarang kapasitas PPLI yang telah terpenuhi kurang dari
50%. ''Fasilitas kami belum maksimal penggunaannya,'' jelas Machmud.

PPLI kini mengolah limbah dari industri minyak, gas, tekstil, farmasi,
otomotif, dan kosmetik. Dari industri tekstil limbah yang dihasilkan
berupa lumpur dari instalasi pengolahan air limbah, pengilangan minyak
berupa lumpur minyak, katalis, industri elektro galvani, dan berupa
lumpur larutan elektronik bekas.

Proses pengolahan limbah, kata Machmud, pertama PPLI mengambil dan


menerima sampel limbah dari konsumen. Kedua, menguji limbah dan
mencarikan solusi optimal secara teknis dan lingkungan untuk
menetralkan dan menangani limbah. Ketiga, mengambil limbah dari
konsumen dan membawanya ke pabrik untuk inspeksi dan penanganan
lebih lanjut. Keempat, limbah ditangani dan dinetralisasi. (Drd/V-2)

Cetak Berita   Email Berita

Copyright © 2003 Media Indonesia. All rights reserved.


Partnered with Indonesia Interactive
Comments and suggestions please email miol@mediaindonesia.co.id

Anda mungkin juga menyukai