Anda di halaman 1dari 3

Hidup konsumtif

Di zaman kemajuan teknologi ini, hampir semua hal menjadi mudah bagi manusia. Kita
bisa berkomunikasi tanpa harus bertemu, kita bisa melihat wajah keluarga kita di
kampung halaman cukup menggunakan video call, kita ingin membaca berita atau
menontonnya cukup dengan membuka web dan media sosial, bahkan kini untuk
berbelanja pun bisa melalui gawai atau handphone kita. Sungguh era kemajuan yang
luar biasa!

Berbicara mengenai belanja online, tidak asing lagi bagi kita bahwa teknologi ini sangat
memudahkan kita dalam bertransaksi. Para ulama dalam jenis jual beli online
berpendapat sah, apabila sebelum transaksi kedua belah pihak sudah melihat mabi’
(barang yang diperjualbelikan) atau telah dijelaskan baik sifat maupun jenisnya, serta
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun jual beli lainnya  dengan dasar pengambilan
hukum.

Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri menyebutkan dalam karyanya Syarh Yaqut al-
Nafis:

‫اِئل َوَأ ْم َثا ِل َها مُعْ َت َم َد ُة‬


ِ ‫ت ُك ُّل ه ِذ ِه ْال َو َس‬
ِ ‫س َو ْال َبرْ ِق َيا‬ ِ ُ‫َو ْال ِعب َْرةُ فِي ْال ُعقُو ِد ِل َم َعانِي َها اَل ِلص َُو ِر اَأْل ْل َفاظِ َو َع ِن ْال َبي ِْع َوال ِّش َرا ِء ِب َواسِ َط ِة ال ِّتلِيف‬
ِ ‫ون َوال َّتلَ ْك‬
‫ْال َي ْو ِم َو َعلَ ْي َها ْال َع َم ُل‬

Artinya: “Yang diperhitungkan dalam akad-akad adalah substansinya, bukan bentuk


lafalnya. Dan jual beli via telepon, teleks dan telegram dan semisalnya telah menjadi
alternatif utama dan dipraktikkan.” Bagaimana pun modelnya, jika substansi jual
belinya memenuhi syarat dan rukun, maka sah, termasuk jual beli online melalui
aplikasi-aplikasi yang ada di handphone kita.

Di luar dari konteks hukum jual beli, ada hal yang perlu kita perhatikan sebagai muslim
yang bijaksana. Yaitu, sering sekali kita berbelanja online tanpa memerhatikan urgensi
dan kebutuhan pada barang tersebut, akan tetapi kita berbelanja karena hawa nafsu
saja.

Jika dahulu orang suka berbelanja dengan pergi ke swalayan, mungkin memerlukan
usaha dan suasana hati yang mendukung untuk keluar rumah. Namun sekarang, tanpa
perlu melangkah ke luar rumah, kita sudah bisa mengakses toko-toko dengan berbagai
produknya, bahkan disertai dengan diskon di beberapa hari tertentu dalam satu bulan.
Hal ini tentu menjadikan syahwat berbelanja dan sifat konsumtif lebih besar dan
terfasilitasi. Berapa banyak orang yang berbelanja karena tergiur diskon, namun setelah
berbelanja ia bingung dengan dirinya sendiri, “Untuk apa ya, saya membeli barang ini?”.
Ada rasa penyesalan yang timbul dari dirinya karena hawa nafsunya dalam berbelanja.

Perilaku tersebut adalah akibat dari sifat boros atau konsumtif yang ada dalam diri kita.
Jangan sampai gaya hidup konsumtif menguasai kita. Apa itu gaya hidup konsumtif?
Yaitu berlebihan membeli suatu barang atau jasa dengan mengutamakan keinginan
daripada kebutuhan. Dalam hal ini, Allah swt menegaskan agar kita jangan berlaku
konsumtif atau boros. Dalam surat al-Isra' Ayat 26 dan 27 Allah berfirman:

َ ‫ان ال َّشي‬
‫ْطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا‬ ِ ِ‫ان ال َّشيَاط‬
َ ‫ين ۖ َو َك‬ َ ‫ ِإنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر‬. ‫َواَل ُت َب ِّذرْ َت ْبذِيرً ا‬
َ ‫ين َكا ُنوا ِإ ْخ َو‬

Artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini secara tegas menyamakan sifat orang
yang suka menghambur-hamburkan harta secara boros dengan setan, sebab keduanya
sama-sama memiliki dampak yang negatif. Orang yang boros akan menyia-nyiakan
hartanya dengan hal yang tidak bermanfaat.

Rasulullah saw melarang umatnya untuk berlebihan dalam segala sesuatu. Sifat
berlebih-lebihan akan berdampak negatif pada diri sendiri. Belanja dengan konsumtif
dan boros termasuk kepada berlebih-lebihan, maka hal tersebut tidak baik dan
berdampak negatif. Mengenai perilaku menghambur-hamburkan harta, Rasulullah  saw
bersabda dalam sebuah hadits yang tertulis dalam Shahih Muslim:

َ ْ‫ضى لَ ُك ْم ثَاَل ًثا َو َي ْك َرهُ لَ ُك ْم ثَاَل ًثا َف َير‬


‫ضى لَ ُك ْم َأنْ َتعْ ُبدُوهُ َواَل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئ ا َوَأنْ َتعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعًا َواَل َت َفرَّ قُوا َو َي ْك َر ُه‬ َ ْ‫ِإنَّ هَّللا َ َير‬
ِ ‫اع ِة ْال َم‬
‫ال‬ َ ‫ض‬َ ‫ال َوِإ‬ ِ ‫لَ ُك ْم قِي َل َو َقا َل َو َك ْث َر َة السَُّؤ‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai bagimu tiga perkara dan membenci tiga
perkara; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya dengan sesuatu apa pun, kalian berpegang teguh dengan agama-Nya dan tidak
berpecah belah. Dan Allah membenci kalian dari mengatakan sesuatu yang tidak jelas
sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” Dalam hadits lain, Rasulullah
saw menegaskan:

"‫ َواَل َس َرف‬،‫ َغي َْر َمخِيلَة‬،‫ َو ْال َبسُوا‬،‫ص َّدقُوا‬


َ ‫ َو َت‬،‫ َوا ْش َربُوا‬،‫ُكلُوا‬

Artinya: “Makan, minum, bersedekah dan berpakaianlah kalian, tanpa sombong dan
berlebihan.”

Ini menunjukkan Rasulullah sangat melarang gaya hidup konsumtif, apalagi beliau juga
telah memberikan contoh kepada kita untuk menggunakan barang seperlunya.

Nabi Muhammad memperbaiki pakaian dan sepatunya sendiri, baik di saat sulit
maupun di saat lapang. Kebanyakan kita, jika barang rusak sedikit langsung
dibuang. Gadget lama masih berfungsi dengan baik, tapi kepincut membeli gadget
terbaru. Perilaku menggunakan kembali barang yang ada bukanlah hal baru tetapi
inilah yang dipraktekkan oleh para Nabi di masa lalu.

Nabi Muhammad juga mengajarkan:

“Orang yang tidur sementara tahu tetangganya lapar, bukan salah satu dari
kita.” [HR. Muslim]
Inilah motivasi di balik banyaknya kegiatan amal yang dipelopori oleh organisasi
Muslim yang mengelola dapur umum dan bank makanan di seluruh Inggris. Bank
makanan menyalurkan donasi makanan, serta pakaian hangat agar tetap hangat di
musim dingin.

Sekarang mulai marak di sosial media tentang narasi gaya hidup minimalisme,
karena dinilai lebih simple. Mark Zuckerberg mungkin salah satunya, selalu
memakai baju yang itu saja. Erat kaitannya antara gaya hidup minimalisme &
konsumtif, irisannya ada pada dalam menghindari kemubadziran. Namun tetap
ada Batasan yang jelas antara minimalisme dan menghindari gaya hidup
konsumtif. Menerapkan gaya hidup minimalisme belum tentu tidak konsumtif,
dan tentu sebagai umat islam sebagaimana dicontohkan baginda nabi, kita tau
mana yang harus kita pilih.

Anda mungkin juga menyukai