OLEH
42118105
2021
i
BAB I
PENDAHULUAN
berkelanjutan merupakan awal dari bagaimana rencana serta proses yang harus dilalui
setelah melihat berbagai opsi dalam mencapai tujuan baik jangka pendek, jangka
regional, sektoral dan dapat pula bersifat makro atau menyeluruh. Hasil dari rencana
daerah ataupun membangun proyek jalan raya. Maka dari itu diperlukan yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas
Pasal 1 ayat (19) menegaskan, bahwa: “Dana Perimbangan adalah dana yang
1
angka presentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi”.
dilaksanakan, untuk mendorong peran dan partisipasi masyarakat agar terlibat untuk
2
Pasal 1 ayat (3) terkait Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah “. Pasal 1 ayat (21) juga
1. Penyusunan Rencana
2. Penetapan Rencana
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
dapat dilihat pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “ Musrenbang RKPD
Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan Pasal 29
3
ayat (1) menyebutkan: “ Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan,
dasar bahwa dalam hal penentuan program dan kegiatan prioritas perlu dipastikan
bahwa program dan kegiatan tersebut berorientasi kepada pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat terutama kelompok miskin atau marjinal seperti yang diamanatkan oleh
pembangunan yang terjadi selama ini, yaitu tidak terlepas dari proses penganggaran
kerangka pendanaan untuk penyusunan RPJM dan pagu indikatif untuk penyusunan
RKPD. Yang dimaksud dengan pagu indikatif adalah jumlah dana yang tersedia untuk
menjadi ruang publik untuk menampung aspirasi dan keluhan masyarakat terkait
dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
Implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dikatakan
4
berhasil, apabila hasil dari Musrenbang itu sendiri dapat diimplementasikan dengan
baik pula.
Kecamatan akan menjadi masukan dalam Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi
Berdasarkan informasi awal yang telah diperoleh penulis melalui wawancara serta
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
dalam pelaksanaannya, masih terdapat beberapa kendala atau masalah yaitu, masih
setiap tahunnya, dengan harapan usulan-usulan berupa program atau kegiatan tersebut
dapat diterima dan segera direalisasikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
5
Tabel 1.1
6
.
23
. Bantuan Benis Ikan dan Pakan Ikan Desa Welu
24
. Bantuan Alat Traktor Dusun Barang dan Nundang, Desa Barang
25
. Peningkatan Jalan Persawahan Wonta, Desa Barang
26
. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Dusun Cumpe, Desa Golo
27
. Pembangunan Bendungan Dusun Lujang, Desa Welu
28
. Peningkatan Jalan Dusun Pinggang, Desa Pinggang
29
. Pembangunan Jaringan Irigasi Dusun Lenggor, Desa Pinggang
30
. Rumah Tidak Layak Huni Dusun Rii, Weli, Teber, Desa Beamese
31
. Peningkatan Jalan Dusun Ladur, Desa Ladur
32
. Rehabilitasi Rumah Dinas Kepala Sekolah SDI Beanoning, Desa Golo Ncuang
33
. Rehabilitasi Lahan Kritis Dusun Nontol,Poka,Terep Desa Golo Ncuang
34
. Rumah Tidak Layak Huni Desa Kentol
35
. Pengadaan Saran Kesehatan Pustu Riung, Desa Riung
36
. Rehabilitasi/Rekonstruksi Jalan dan Jembatan Dusun Wetok, Desa Langkas
37
. Rehab, Pemeliharaan Jaringan Irigasi Usaha Tani Dusun Wotok, Desa Riung
38
. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan Usaha Tani Dusun Kois dan Wotok, Desa Riung
39
. Pembangunan WC, Jamban PAUD Dusun Poa, Lempis, Wetok, Desa Langkas
40
. Normalisasi Sungai RT004 dan RT006, Kelurahan Pagal
Sumber : Rekapitulasi Program Hasil Musrenbang Kecamatan Cibal Yang Belum
Direalisasikan
7
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa masih terdapat 40 program yang merupakan
informasi yang awal yang peneliti dapatkan, bahwan program-program tersebut sudah
dilaksanakan setiap tahunnya. Hal tersebut menimbulkan adanya rasa kekecewaan dari
para peserta (masyarakat) yang telah memberikan aspirasi mereka dalam Musrenbang
Kecamatan Cibal, dan hingga saat ini sikap dari pelaksana kebijakan belum
nyatakan.
(Musrenbang) di Kecamatan Cibal masih belum terlalu memadai. Hal tersebut dapat
diamati peneliti dari beberapa peserta Musrenbang yang tidak mendapatkan tempat
duduk atau kursi serta ruangan yang sempit, sehingga mereka harus mengikuti
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG), DI
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
8
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Kabupaten Manggarai ?
Kabupaten Manggarai.
Manfaat Teoritis :
Manfaat Praktis :
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan bahan
9
2. Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
(Musrenbang).
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
10
2.1.1 Konsep Implementasi
Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik, yang
biasanya dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas.
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktivitas dalam rangka
tentang implementasi kebijakan, sebagai salah satu tahapan dari proses kebijakan.
Menurut Jones (1996: 31) implementasi dipandang sebagai suatu proses interaksi
antara penentuan tujuan dengan tindakan yang akan dilakukan, untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati bersama. Dengan demikian implementasi menjadi jaringan yang
mampu untuk menguatkan hubungan yang menjadi mata rantai dan memungkinkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Maka dari itu, komunikasi antara unsur-unsur
Jones (1996 : 31) mengemukakan bahwa implementasi terdiri dari tiga aktivitas utama,
yaitu :
2. Interpretasi, yaitu sebuah aktifitas yang menafsirkan aturan main program agar
menjadi rencana dan arahan yang tepat, dapat diterima serta dilaksanakan.
Dari pandangan Jones diatas, terdapat beberapa aktivitas yang sangat penting dalam
11
dan aplikasi. Ketiga unsur ini merupakan item-item yang saling berkaitan, dan apabila
ketiga unsur ini dilaksanakan dan saling bersinergi, maka suatu program yang
kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta, baik secara
dalam kebijakan.
dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktifitas atau kegiatan sehingga
pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
kebijakan itu sendiri. Sedangkan Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983:
Widodo (Sutojo, 2015: 4), impelementasi merupakan suatu proses yang melibatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.
Teori George C. Edward III (dalam Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan bahwa
12
1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar
2. Sumber daya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan
kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
menimbulkan red-tape, yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan tidak kompleks
13
bertalian atau berhubungan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan
ditarik kesimpulan bahwa implementasi merupakan tahap atau wujud utama yang
sangat menentukan dalam proses kebijakan, yang melibatkan segala sumber daya
yang ada didalamnya meliputi manusia, dana serta kemampuan operasional. Tanpa
dilaksanakan.
Kebijakan publik adalah alat untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan
keberadaan kebijakan publik sangatlah penting dan krusial. Penting karena sangat
menentukan tercapainya sebuah tujuan, meskipun masih ada sejumlah tahapan lainnya
yang harus dipenuhi sebelum sampai pada tujuan yang dikehendaki. Krusial karena
sebuah kebijakan diatas kertas telah dibuat melalui proses yang baik dan isinya
menghasilkan yang sesuai dan selaras dengan apa yang diinginkan oleh pembuatnya.
tugas dan fungsinya dalam hubungannya denga masyarakat. Pada dasarnya, kebijakan
Besar Bahasa Indonesia, kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan serta
cara bertindak. Kebijakan publik merupakan konsep asas sebagai pedoman dan dasar
14
rencana di dalam pelaksanaan suatu kegiatan berdasarkan pada suatu prinsip, yang
menghasilkan suatu keputusan mengenai alternatif mana yang baik untuk dilakukan.
Selain itu kebijakan publik juga berkaitan erat dengan aktivitas pemerintah dalam
memecahkan masalah yang terjadi ditengah masyarakat, baik secara langsung maupun
keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran startegis atau bersifat garis
besar, yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat
publik, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka
yang menerima mandat dari publik atau orang banyak yang pada umumnya melalui
Menurut Robert Eyestone (1971: 18), secara luas kebijakan publik merupakan
pengertian yang sangat luas dan kurang pasti, karena apa yang dimaksud kebijakan
publik dapat mencakup banyak hal. Definisi lain tetang kebijakan publik dikemukakan
oleh Thomas R. Dye dalam ( Irfan Islamy, 2001: 18), bahwa kebijakan publik
merupakan segala sesuatu yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
pemerintah memilih melakukan untuk sesuatu haruslah mempunyai tujuan yang jelas,
itu, sesuatu yang telah dipilih oleh pemerintah ataupun tidak dipilih untuk dikerjakan
tetaplah disebut sebagai hasil kebijakan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan sesuatu
yang tidak dilaksanakan pemerintah mempunyai dampak atau pengaruh yang sama
15
George C. Edward III mempuyai pendapat yang sedikit mirip dengan Thomas R.
Dye tentang kebijakan publik, yaitu kebijakan publik adalah “ apa yang dinyatakan
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah, kebijakan publik
pula bahwa kebijakan publik juga dapat ditetapkan secara jelas dalam peraturan
2001: 19). Maka dari itu dalam terminologi ini, kebijakan publik yang dilakukan oleh
yang termasuk dalam peraturan daerah. Dalam mengatasi persoalan riil yang
akhirnya akan melahirkan sebuah kebijakan publik. Kebijakan publik dalam prosesnya
kebijakan yaitu :
a. Penyusunan agenda (agenda setting), merupakan sebuah fase dan proses yang
sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik
perlu diperhitungkan.
16
b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yang dimana masalah yang sudah
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara
tingkat bawah.
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu
kegiatan fungsional yang berarti evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada
tahap akhir saja melainkan dilakukan pada seluruh proses kebijakan. Dengan
17
masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
kebijakan.
serangkaian kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan atau suatu hal yang
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh
seseorang atau sekelompok orang atau pemerintah dalam suatu lingkup tertentu,
Dari beberapa konsep kebijakan publik yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa Kebijakan publik merupakan konsep asas sebagai pedoman dan dasar rencana
keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran startegis atau
Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, telah lahir dua model
pendekatan yaitu Top-Down dan Bottom-Up. Menurut Sabatier (1986: 21-48), terdapat
18
dua model yang berpacu dalam tahap implementasi kebijakan yakni model Top-Down
dan Bottom-Up. Kedua model ini terdapat disetiap proses pembuatan kebijakan. Model
elite, model proses dan model inkremental dianggap sebagai gambaran pembuatan
dilihat pada model kelompok dan model kelembagaan. Model pendekatan Top-Down
analisis yang dipakai, sehingga akan mudah dipahami kalau model Top-Down lebih
kurang mendapat tempat dan memandang politik dan administrasi sebagai dua aktifitas
yang terpisah. Maka dalam pendekatan ini, aspek politik justru memperoleh banyak
perhatian.
mengenai proses interaksi antar aktor yang terlibat dalam tahap implementasi
kebijakan, di dalam satu atau lebih wilayah lokal dan mempertanyakan tujuan-
pemerintah.
19
2. Memfokuskan pada persoalan-persoalan yang muncul dalam implementasi
kebijakan.
Van Meter dan Varn Horn (1975), merumuskan implementasi kebijakan yang
bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari keputusan politik, pelaksana
dan kinerja kebijakan publik. Model ini juga menjelaskan, bahwa kinerja kebijakan
Van Meter dan van Horn dalam Sulaeman (1998) mengemukakan, untuk
sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, serta kinerja
2. Sumber Daya
Van Meter dan Van Horn dalam Widodo (1974) menegaskan bahwa, sumber
Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk
terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar pelaksanaan
(implementasi) suatu kebijakan. Kurang atau terbatasnya dana atau insentif lain
20
dalam implementasi kebijakan, adalah merupakan sumbangan besar terhadap
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi
oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal tersebut
kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks
lain, diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu,
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Widodo (1974), agar kebijakan publik
bisa dilaksanakan dengan efektif yaitu apa yang menjadi standar tujuan harus
atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan. Maka dari itu, standar dan tujuan
menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and
pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan apa
21
Arah disposisi para pelaksana terhadap standar tujuan kebijakan sangatlah
jadi jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari standar dan
Hal terakhir yang harus diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan
publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi
sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Maka dari itu,
kondusif.
Edward III (1980) melihat implementasi kebijakan sebagai sebagai suatu proses
yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan
22
mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna
1. Komunikasi
2. Sumber daya
Sumber daya memiliki peran penting dalam implementasi kebijakan. Edward III
implementasi kebijakan tersebut tidak akan berjalan efektif:”. Sumber daya ini
b. Anggaran (budgetary).
3. Disposisi
atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan
23
misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan
implementor untuk tetap berada dalam asas program yang telah digariskan,
4. Struktur birokrasi
kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme
dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme; dalam
(SOP). Standar Operation Procedure (SOP) ini menjadi pedoman bagi semua
Aspek kedua adalah struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi,
meliputi:
tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama di suatu institusi.
24
Adapun konsep utama dalam pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan obyek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek dari
1. Upaya itu harus terarah (targeted), hal ini yang biasa disebut pemihakan. Ia
mempunyai beberapa tujuan yakni, agar bantuan tersebut efektif karena sesuai
2.1.4 Konsep Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan
(Musrenbang)
yang dikoordinasikan oleh Bappeda kota dan dilaksanakan oleh Camat. Pelaksanaan
partisipasi dari banyak pihak dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. Pasal 1 ayat
25
rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang
dan daerah “. Pasal 1 ayat (21) juga menyatakan bahwa : “ Musyawarah Perencanaan
Daerah ”. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
dapat dilihat pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “ Musrenbang RKPD
Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan Pasal 29
26
tujuan dari Musrenbang Kecamatan adalah sebagai berikut, (Peraturan Bupati Sopeng
Desa/Kelurahan.
dan semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan Musrenbang dan hendaknya hal
27
sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi
seimbang.
pembangunan.
Kecamatan).
28
Perangkat Daerah dan Musrenbang Kabupaten, yang akan didanai melalui
2. Rekrutmen tim pemandu Musrenbang oleh Bappeda yang berasal dari tim
aparat Kecamatan sendiri, atau dapat pula dari masyarakat yang dinilai
kompeten. Tim pemandu beranggotakan 2-3 orang sesuai dengan fungsi yang
Bappeda.
29
a. Memilah dan mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan yang
kelompok masyarakat.
Kecamatan.
30
2. Pembukaan acara dipandu oleh pembawa acara meliputi :
Doa bersama.
secara resmi.
Kecamatan.
masing-masing fungsi/OPD.
31
11. Pemaparan prioritas pembangunan Kecamatan dari tiap-tiap kelompok
Kecamatan.
12. Penetapan daftar nama delegasi Kecamatan 3-5 orang (masyarakat), untuk
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk
berjalan dengan efektif, sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri; 2). Sumber daya
karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat
kebijakan tersebut dapat dijalankan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda
dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi juga menjadi tidak efektif; 4).
32
Struktur birokrasi (Bereucratic Struture), dimana pihak yang bertugas
Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur birokrasi yang terlalu panjang akan
birokrasi yang rumit dan tidak kompleks yang menjadikan aktifitas organisasi tidak
fleksibel.
Jones (1996 : 31) mengemukakan bahwa implementasi terdiri dari tiga aktivitas
utama, meliputi :
agar menjadi rencana dan arahan yang tepat, dapat diterima serta dilaksanakan.
Sedangkan Van Meter dan Varn Horn (1975), merumuskan implementasi kebijakan
yang dikenal dengan A Model of the Policy Implementation. Model ini menjelaskan,
bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan,
yaitu :
Van Meter dan van Horn dalam Sulaeman (1998) mengemukakan, untuk
sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, serta kinerja
33
kebijakan yang pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian
2. Sumber Daya
Sumber daya ini terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi
oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal tersebut
kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks
diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan
dan luas wilayah juga menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen
pelaksana kebijakan.
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif maka yang menjadi
standar tujuan harus dipahami oleh para individu (implementors), yang menjadi
penanggung jawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan. Oleh karena
34
Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana
kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan
seragam (consistency and uniformity) dari berbagai sumber informasi, agar para
pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan apa
jadi jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari standar dan
35
keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang
bersangkutan.
Desa/Kelurahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Implementasi Kebijakan
(Edward III 1980: 1)
Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
Struktur Birokrasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pengetahuan yang bersifat ilmiah, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Penelitian haruslah dilakukan dengan cermat dan teliti, agar hasil yang diperoleh
dalam kegiatan penelitian dapat dilakukan dengan saksama dalam menentukan jenis
data, sumber data, informan, teknik pengambilan data dan teknik analisis data. Jenis
38
penelitian ini menggunakan penelitian deksritif kualitatif, yaitu penelitian yang tidak
penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dari orang-orang atau perilaku yang
memecahkan masalah dengan cara menentukan dan menafsirkan data yang ada. Jenis
penelitian ini menampilkan hasil data apa adanya, tanpa proses manipulasi sedikitpun.
Maka dari itu, pelaksanaan jenis penelitian ini tidak terbatas pada pengumpulan data
dan penyusunannya saja, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data tersebut.
sehingga pada akhirnya akan mencapai suatu hasil yang sesuai dengan tujuan dan
sasaran dari kebijakan itu sendiri. Menurut peneliti, agar implementasi kebijakan
39
dengan serta dapat mencapa tujuan dan sasaran, maka haruslah memenuhi hal penting
kecamatan.
3.2.2 Indikator-Indikator
Beberapa indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Komunikasi
Musrenbang Kecamatan.
Musrenbang Kecamatan.
2. Sumber Daya
Musrenbang Kecamatan.
Kecamatan.
40
c. Para pelaksana memahami tugas dan tanggung jawab yang diberikan
Kecamatan.
3. Disposisi
4. Struktur Birokasi
Kecamatan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data dalam bentuk kualitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar bukan berupa angka-
angka, yang berisikan gambaran umum objek penelitian. Informan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Camat : 1 orang
41
3. Bendahara : 1 orang
6. Tokoh Masyarakat
Jumlah : 9 orang
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui
wawancara. Informan merupakan orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pengumpulan data yang menunjang
data primer dalam bentuk dokumen. Data dan dokumen ini tentunya bersumber
dari dokumen resmi dan tertulis dari instansi terkait penelitian ini.
Untuk memperoleh data yang lengkap, maka penulis menggunakan beberapa teknik
1. Wawancara (Interview)
42
narasumber/informan (interviewee) melalui komunikasi secara langsung dengan
2. Observasi (Pengamatan)
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, dokumentasi juga merupakan salah satu
data dengan mencatat data-data yang sudah ada dan tersimpan berupa surat,
Teknik pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah,
dengan menggunakan teknik editing. Teknik ini dilakukan dengan mengedit hasil
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif atau
kualitatif murni. Teknik ini digunakan untuk menjelaskan dan menganalisa hasil
wawancara yang dikumpulkan dari sumber data. Untuk dapat menjawab tujuan
menggunakan konsep dari Edward III. Oleh karena itu, temuan-temuan penelitian
diinterpretasi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Abidin, Said, Zainal. 2002/2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Panca Siwa.
44
Islamy, M. Irfan. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Pemerintah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Narbuko, Cholid. Abu. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Parson, Wayne. 2011. Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Kencana.
Sukardi, Ph.D. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Peraturan Perundang-Undangan
45
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008. Tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
Sumber Lain
PEDOMAN WAWANCARA
I. PENJELASAN UMUM
pihak manapun.
46
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jabatan :
Alamat :
A. Komunikasi
Musrenbang Kecamatan ?
Kecamatan ?
B. Sumber Daya
1. Apakah para pelaksana dan peserta sudah memahami tujuan dan sasaran
Musrenbang Kecamatan ?
47
3. Apakah para pelaksana sudah memahami tugas dan tanggung jawab yang
C. Disposisi
ada ?
masyarakat ?
hingga tahap pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
D. Struktur Birokrasi
Musrenbang Kecamatan?
Musrenbang Kecamatan?
48
49
50