Anda di halaman 1dari 26

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM

Makalah

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu Irdan Nurdiansyah, M.E.

Oleh:

Dini Rosada Agustia (1209230054)

Fadila Nurjanah (1209230061)

Felinta Triyanti (1209230072)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-qur’an dan sunnah sehingga dengan tuntunannya makalah dengan judul
“Distribusi Pendapatan dalam Islam” dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu Irdan Nurdiansyah, M.E selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta
Pemikiran Ekonomi Islam atas arahan dan bimbingannya. Makalah ini telah dibuat
dengan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan makalah serta arahan dari dosen
pengampu. Namun, disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diperlukan untuk
perbaikan makalah ini selanjutnya. Akhir kata, makalah ini semoga memberi manfaat
untuk pembaca dan khususnya penulis.

Bandung, 1 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM ............................................................................. 1


KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................................................. iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 3
E. Teknik Penelitian .................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan ..................................................... 4
1. Pengertian Distribusi Pendapatan ................................................................ 4
2. Prinsip – Prinsip Distribusi Pendapatan ....................................................... 7
B. Sektor – Sektor Distribusi Pendapatan Islam ........................................................ 8
C. Kebijakan-Kebijakan Dalam Mendukung Pemerataan Distribusi Kekayaan ... 10
D. Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam ........................................................ 12
E. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam ................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................ 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 18
A. Simpulan ............................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

ii
ABSTRAK

Distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan pengiriman, sedangkan


pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan sebagainya 1 . Dapat
disimpulkan bahwa distribusi pendapatan adalah suatu usaha penyaluran dan
pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang
kepada setiap anggota masyarakat. distribusi pendapatan merupakan proses
peredaran atau penyaluran harta dari yang empunya kepada pihak yang berhak
menerimanya baik melalui proses distribusi secara komersial maupun melalui proses
yang menekankan pada aspek keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk meningkatkan
kesejahteraannya, human falah. Menurut pandangan Islam, pinsip utama dalam
konsep distribusi ialah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan
merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja.

Kata kunci: Distribusi, Pendapatan, Distribusi Pendapatan Islam

1
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Distribusi pendapatan merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi


atau rendahnya kesejahteraan maupun kemakmuran suatu negara. Distribusi
pendapatan yang merata kepada masyarakat akan menciptakan perubahan
dan perbaikan suatu negara seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi,
pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan sebagainya.
Sebaliknya, jika distribusi pendapatan tidak merata maka perubahan suatu
negara akan menunjukan adanya ketimpangan distribusi pendapatan.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara memang sangat
penting khususnya di Negaranegara berkembang salah satunya adalah
Indonesia.

Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya


ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan
produktivitas yang dimiliki oleh setiap individu dimana satu
individu/kelompok mempunyai produktivitas yang lebihtinggi
dibandingkan individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi
pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di
beberapa negara di dunia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yangmerupakan awal dari munculnya
masalah kemiskinan. Membiarkan kedua masalahtersebut berlarut-larut
akan semakin memperparah keadaan, dan tidak jarangmenimbulkan
konsekuensi negatif terhadap kondisi sosisal dan politik.

Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan


menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi
yang tidak pro poor hanyaakan menciptakan kemakmuran bagi golongan

1
tertentu saja, sehingga ini menjadi isusangat penting dalam menyikapi
angka kemiskinan hingga saat ini.

Melihat pentingnya ditribusi pendapatan yang merata maka dari itu


pemahaman masyarakat dalam hal ini sangat diperlukan, oleh karena itu
penulis akan memaparkan materi dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan


masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dan Prinsip Distribusi pendapatan ?


2. Apa sajakah sektor – sektor distribusi pendapatan dalam islam ?
3. Bagaimana Kebijakan – kebijakan distribusi pendapatan dalam
islam ?
4. Apa tujuan distribusi pendapatan islam ?
5. Bagaimana distribusi pendapatan dalam pandangan islam ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan


dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan pengertian dan Prinsip Distribusi pendapatan.


2. Memaparkan penjelasan tentang sektor – sektor distribusi
pendapatan dalam islam.
3. Memaparkan penjelasan tentang kebijakan – kebijakan distribusi
pendapatan dalam islam.
4. Memaparkan penjelasan tentang tujuan distribusi pendapatan
islam.
5. Memaparkan penjelasan tentang distribusi pendapatan dalam
pandangan islam.

2
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman


dan wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya
mengenai distribusi pendapatan dalam islam dan dapat memberikan
kontribusi bagi lembaga pendidikan mengenai distribusi pendapatan dalam
islam.

E. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan untuk penelitian ini yaitu studi pustaka dengan
mengambil beberapa dari sumber data berupa buku-buku, artikel, jurnal,
maupun laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah
yang diangkat untuk diteliti.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan

1. Pengertian Distribusi Pendapatan

Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan
pengiriman, sedangkan pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan
sebagainya 2 . Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan
adalah suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa
dengan berupa harta atau uang kepada setiap anggota masyarakat. Muhammad Anas
Zarqa, dalam makalahnya mengatakan bahwa distribusi memiliki 4 makna utama,
yaitu : Pertukaran (exchange), sumbangan sukarela (voluntary contribution), dan
Kepemilikan sosial (social authority). “Distribusi pendapatan dapat diartikan sebagai
sumbangan sukarela menurut prinsip-prinsip kebutuhan dan kewajiban-kewajiban
moral tanpa menggunakan kekuatan kekuasaan atau kepemilikan.”3
Jadi distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta
dari yang empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses
distribusi secara komersial maupun melalui proses yang menekankan pada aspek
keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu
muslim maupun untuk meningkatkan kesejahteraannya, human falah. Pengertian ini
berangkat dari prinsip bahwa kebutuhan dasar setiap individu harus terpenuhi dan
pada kekayaan seseorang itu terdapat hak orang miskin, “Dan pada harta-harta

2
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.
3
Iqbal, Munawar, Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy, International
Institue of Islamic Economics, Islamabad, Pakistan, 1988.

4
mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian (tidak meminta)”. (Q.s. al-Dzariyat [51]: 19).

a. Menurut konsep ekonomi umum


Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal
dan laba, yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
tenaga kerja, modal dan pengusaha-pengusaha. Dalam proses distribusi
penentuan harga yang dipandang dari si penerima pendapatan bukanlah dari
sudut si pembayar biaya-biaya, distribusi juga berarti sinonim untuk
pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai functional
distribution.4
Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang
dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi
pendapatan secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil materi
lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.
Dalam pengertian pembukuan pendapatan diartikan sebagai pendapatan
sebuah perusahaan atau individu.
Distribusi pendapatan dalam masa sekarang ini merupakan suatu
permasalahan yang sangat penting dan rumit dilihat dari keadilannya dan
pemecahannya yang tepat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh
masyarakat. Tidak diragukan lagi bahwa pendapatan sangat penting dan perlu,
tapi yang lebih penting lagi adalah cara distribusi.

b. Menurut konsep ekonomi Islam


Distribusi pendapatan merupakan suatu proses pembagian (sebagian hasil
penjualan produk) kepada faktor-faktor produksi yang ikut menentukan

4
Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985,
hlm. 247.

5
5
pendapatan. Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut
pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar
sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat
melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu
saja. Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi
dalam akvitas ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini
dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan utama dari kebijakan fiskal
dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,
seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang
bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga
dapat melaksanakan swadaya melalui pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini
pemerintah tidak terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan
ZIS yang diterima. Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi
distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara individu
dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan,
sedekah, wakaf dan zakat.6
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS. Al-
Hasyr (59) : 7
‫لرسُ ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى‬ َّ ‫ع ٰلى َرسُ ْو ِل ٖه ِم ْن ا َ ْه ِل ْالقُ ٰرى فَ ِلله ِه َو ِل‬ َ ُ‫ّٰللا‬ ‫َما ٓ اَفَ ۤا َء ه‬
‫ي ََل َيكُ ْونَ د ُْولَةً ۢ َبيْنَ ْاَلَ ْغنِ َي ۤا ِء‬ َّ ‫َو ْال َي ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال‬
ْ ‫س ِب ْي ِۙ ِل َك‬
َ ‫ع ْنهُ فَا ْنت َ ُه ْو ۚا َواتَّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ْۗا َِّن ه‬
‫ّٰللا‬ َ ‫س ْو ُل فَ ُخذ ُ ْوهُ َو َما نَهٰ ىكُ ْم‬ َّ ‫ِم ْنكُ ْۗ ْم َو َما ٓ ٰا ٰتىكُ ُم‬
ُ ‫الر‬
ِ ‫ش ِد ْيد ُ ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ

Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka

5
Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam islam. http://
shayaeconomy.blogspot.com.
6
Taqyuddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif Islam, Risalah Gusti,
Surabaya, 1996.

6
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya

2. Prinsip – Prinsip Distribusi Pendapatan

Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam


mewujudkan pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta
kekayaan dalam ekonomi Islam tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan
yang diperoleh dari produksi. Maka dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar,
yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip keadilan atau pemerataan
- Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi
harus menyebar kepada seluruh masyarakat.
- Macam-macam faktor produksi yang bersumber dari kekayaan nasional
harus dibagi secara adil. Islam menginginkan persamaan kesempatan
dalam meraih harta kekayaan, terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan
dan warna kulit. Islam menjamin akan tersebarnya harta kekayaan di
masyarakat dengan adanya distribusi yang adil.
b. Prinsip persaudaraan atau kasih sayang
- Menggambarkan adanya solidaritas individu dan sosial dalam
masyarakat Islam, bentuk nyata ini tercermin pada pola hubungan sesama
muslim. Rasa persaudaraan sejati yang tidak akan terpecah-belah oleh
kekuatan-kekuatan duniawi inilah yang mempersatukan individu ke dalam
masyarakat.

7
- Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya,
yaitu adanya saling bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh
seorang muslim maupun masyarakat Islam yang akan memperkokoh
solidaritas seluruh anggota masyarakat dalam aspek kehidupan yang
termasuk juga aspek ekonomi.
c. Prinsip jaminan social
- Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip
semata, melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang
sempurna seperti zakat, sedekah dan lain-lain.
- Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA
harus dinikmati oleh semuah makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian
terhadap fakir miskin terutama oleh orang yang punya uang. Ketiga,
kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar pada kalangan orang
kaya saja. Keempat, perintah untuk berbuat baik kepada orang lain.
Kelima, orang Islam yang tidak punya kekayaan harus mampu dan mau
menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan sosial. Keenam, larangan
berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’). Ketujuh, jaminan sosial itu
harus diberikan kepada mereka yang telah disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak atas jaminan sosial itu.
-
B. Sektor – Sektor Distribusi Pendapatan Islam

Rozalinda (2017:136) Sektor-sektor distribusi pendapatan terbagi pada tiga


bentuk, yaitu:
1. Distribusi pendapatan sektor rumah tangga : Distribusi pendapatan dalam
konteks rumah tangga tidak terlepas dari shadaqah. Shadaqah dalam konteks
terminology al-quran dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu : shadaqah
wajibah dan shadaqah nafilah.

8
2. Distribusi pendapatan sektor Negara : Prinsip-prinsip ekonomi yang
dibangun di atas nilai moral islam mencanangkan kepentingan distribusi
pendapatan secara adil. Negara wajib bekerja utnuk meningkatkan
kesejahteraan materi bagi lingkungan sosial maupun individu dengan
memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya yang tersedia. Dalam
pengelolaan sumber daya, Negara harus mampu mendistribusikan sumber
daya yang ada dengan baik. Artinya, kesempatan tidak hanya diberikan
kepada sekelompok tertentu saja. Kebijakan distribusi menganut kesamaan
dalam kesempatan kerja, pemerataan kesejahteraan dan pemanfaatan lahan
yang menjadi hak publik, pembelaan kepentingan ekonomi untuk kelompok
miskin, menjaga keseimbangan sosial dan investasi yang adil dan merata.
Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam kesempatan kerja,
pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor publik, pembelaan kepentingan
ekonomi untuk kelompok miskin. Ajaran Islam memberikan otoritas kepada
pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk
kepentingan negara dan publik (hak hima ) distribusi tanah (hak Iqta’) kepada
sektor swasta, penarikan pajak, subsidi. Semua keistimewaan tersebut harus
diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak
mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk
terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki otoritas
untuk menghilangkan hambatan tersebut karena ketidakmampuan atau
kurang sadarnya masyarakat. Seperti halnya masalah penimbunan yang
marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoli pengusaha besar pada
komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur distribusi dengan
menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang
dapat menghambat mekanisme pasar.
3. Distribusi pendapatan sektor industry : Distribusi pendapatan sektor industri
terdiri dari mudharabah, musyarakah, upah maupun sewa. Mudharabah

9
merupakan bentuk kerja sama antara pihak pemodal (shahibul maal) dengan
pengusaha (mudharib) dengan sistem bagi hasil. Musyarakah merupakan
kerja sama beberapa pemodal dalam mengelola suatu usaha dengan sistem
bagi hasil. Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah
satu mekanisme yang bisa dijalankan oleh Manusia untuk mengatasi
problem-problem ekonomi yang terdiri dari produksi, konsumsi dan
distribusi. Dalam kacamata ekonomi pasar Islam, mekanisme pasar menekan
seminimal mungkin peranan pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya
pemerintah masuk sebagai pelaku pasar (intervensi) hanyalah jika pasar tidak
dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang menghalangi
kompetisi yang fair terjadi atau distribusi yang tidak normal seperti biaya
transaksi, kepastian hukum serta masalah dalam distribusi. kepentingan
negara (pemerintah) dalam mendistribusikan pendapatan di pasar adalah
bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan (barang dan jasa)
seluruh bangsanya. Tidak hanya beredar pada kalangan tertentu (orang kaya)
tetapi keadilan bagi seluruh rakyat.
C. Kebijakan-Kebijakan Dalam Mendukung Pemerataan Distribusi Kekayaan

Kebijakan-kebijakan Islam dalam mewujudkan keadilan dalam distribusi


pendapatan dan kekayaan adalah sebagai berikut:
1. Penghapusan Riba
Kata riba dalam bahasa Inggris diartikan dengan usury, yang berarti suku
bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik. Sedangkan
dalam bahasa Arab berarti tambahan atau kelebihan meskipun sedikit, atas
jumlah pokok yang yang dipinjamkan. Pengertian riba secara teknis menurut
para fuqaha adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil baik dalam utang piutang maupun jual beli. Secara luas penghapusan riba
dapat dimaknai sebagai penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang
menimbulkan kezaliman atau ketidakadilan. Pelarangan riba (prohibition of

10
riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik dalam Alquran maupun Hadis
akan memperkuat lebih lanjut dampak reformasi moral. Dalam perspektif
ekonomi, pengharaman riba setidaknya disebabkan empat faKtor 7 , yaitu:
pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan. Kedua, sistem
ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan
antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh para
peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa (para
konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya
dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang
mereka peroleh. Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari
rakyat golongan menengah ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang
seimbang dari dana yang mereka simpan di bank. Ketiga, sistem ekonomi
ribawi akan menghambat investasi karena semakin tinggi tingkat bunga maka
semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di sektor riil.
Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank karena
keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku bunga.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi
yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk).
Naiknya tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi
sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat.
2. Zakat
Zakat merupakan sedekah wajib yang berfungsi sebagai salah satu sistem
distribusi pendapatan dan kekayaan yang menekankan aspek keadilan. Dengan
zakat akan menjaga keseimbangan dan harmonisasi sosial antara orang kaya
(muzakki) dan orang miskin (mustahik) seperti dijelaskan di atas. Selain itu
dengan zakat, kebutuhan dasar tiap individu dalam Islam dijamin
3. Pelarangan Gharar

7
(Sadeq; 1989, 27-28)

11
Gharar dari segi bahasa dapat diartikan risiko atau ketidakpastian
(uncertainty). 8Padanan kata gharar, khada’ yang berarti penipuan. Di samping
itu gharar disamakan juga dengan kata khatara dengan makna sesuatu yang
berbahaya. Sementara menurut Ibnu Taimiyah, gharar adalah sesuatu dengan
karakter tidak diketahui sehingga menurutnya menjual hal ini adalah seperti
perjudian. Ibnu Qayyim berpendapat gharar adalah sesuatu yang
berkemungkinan ada atau tiada
4. Pelarangan yang Haram
Prinsip dasar dalam Islam bahwa yang dilakukan harus halalan thayyiban
(Q.s. al-Baqarah [2]: 168), yakni benar secara hukum Islam dan baik dari
perspektif nilai dan moralitas Islam, kebalikannya adalah haram. Haram dalam
hal ini terkait dengan zat prosesnya. Dalam zat Islam melarang mengkonsumsi,
memproduksi, mendisttribusikan dan seluruh mata rantainya terhadap beberapa
komoditas dan aktivitas yang dilarang (diharamkan) (Q.s. al-Maidah [5]: 3).
Dalam hal proses Islam melarang (mengharamkan) setiap bentuk transaksi
karena tiga hal (Pusat Pengkajian Ekonomi Islam UII, 72-73) yaitu: pertama,
perbuatan atau transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan
(Q.s. an-Nisa [4]: 29), seperti pencurian, riba, perjudian dan lain-lain. Kedua,
transaksi yang melanggar prinsip saling ridha, seperti tadlis. Ketiga, perbuatan
yang merusak harkat martabat manusia atau alam semesta, seperti prostitusi,
minum khamar dan lain-lain.
D. Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam

Mustafa husin al-siba'I (1996:19) Ekonomi islam datang dengan sistem distribusi
yang merealisasikan beragam tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan, dan
mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Tujuan
distribusi dalam ekonomi islam dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan,
sosial dan ekonomi. Berikut ini hal yang terpenting kedalam tujuan tersebut adalah :
8
(Indriyanto; 1980, 105).

12
- Tujuan dakwah : Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada islam
dan menyatukan hati kepadanya.
- Tujuan pendidikan : Di antara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah
seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS At-taubah : 103 "Ambilah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta itu yang
berlebih-lebihan kepada harta benda) dan mensucikan (Maksudnya: zakat itu
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan
harta benda mereka) mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan allah maha mendengar
lagi maha mengetahui.
- Tujuan sosial : Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan
menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Menguatkan
ikatan cinta dan kasih sayang diantara individu dan kelompok di dalam
masyarakat.
- Tujuan ekonomi: Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur
dengan terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk
melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi. Andil dalam
merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana tingkat kesejahteraan
ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi.

E. Distribusi Pendapatan dalam Pandangan Islam

Apabila kita memperhatikan dengan cermat, sangat jelas kita temukan banyak
sekali kekurangan yang ada pada sistem distribusi pendapatan kapitalis dan sosialis
dalam mengatasi masalah ketimpangan kekayaan masyarakat. Hal ini tidaklah aneh,
karena begitulah sistem yang diciptakan oleh manusia.
Islam, bukanlah hanya sekedar agama yang mengatur masalah ritual semacam
wudu, salat, haji, atau yang semacamnya yang berkaitan dengan muamalah, lebih dari

13
itu, Islam adalah sebuah agama yang mengatur seluruh urusan kehidupan manusia
untuk kebaikan manusia itu sendiri.
1. Asas Diribusi Pendapatan dalam Islam
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan.
a. Asas Kebebasan
Asas kebebasan dalam Islam adalah percaya pada Allah dan pada
manusia. Allah adalah Tuhan sekalian alam, Pengatur dan Pemilik segala
urusan. Hanya ditangan-Nyalah penciptaan, kematian, dan pengaturan rezeki.
Islam menerapkan kebebasan karena ia menganjurkan kepada umatnya untuk
percaya kepada Allah dan mengakui eksistensi manusia di muka bumi ini.
Agar manusia tetap eksis dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah
di bumi ini, maka ia diberikan kebebasan untuk memiliki harta, berlomba
mendapatkannya, dan membelanjakannya.
b. Asas Keadilan
Kebebasan mutlak, sebagaimana dianut oleh paham kapitalis, bukanlah
ajaran Islam. Karena kebebasan yang diajarkan Islam adalah kebebasan yang
terikat dengan keadilan. 9

2. Langkah-Langkah dalam Distribusi Pendapatan


Secara praktik, dalam melakukan distribusi pendapatan, Islam mengambil
beberapa langkah nyata. Yaitu langkah hukum dan langkah moral.
a. Langkah hukum
Beberapa hal yang termasuk langkah hukum dalam distribusi pendapatan
dalam Islam adalah penerapan hukum waris, kewajiban zakat, larangan

9
Al-Qordhowy, Yusuf, op.cit., hlm. 20.

14
terhadap riba, larangan terhadap penyembunyian harta, larangan boros dalam
membelanjakan, dan larangan berdagang dengan cara yang tidak sehat. 10
Dengan adanya sistem pembagian harta warisan, maka kekayaan akan
dapat berpindah kepemilikan sehingga bisa mencegah kemiskinan. Dengan
diwajibkannya zakat, orang fakir dan miskin akan mendapat bantuan dalam
memenuhi kebetuhan sehari-harinya sehingga dapat hidup dengan layak.
Dalam berbagai bentuk pelarangan, diharapkan seorang yang memiliki harta
lebih dapat menguasai hawa nafsunya untuk tidak memperkaya diri dengan
cara yang curang sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa
ada jurang pembatas di antara manusia.
Selain beberapa langkah di atas, terdapat sejumlah anjuran pada syariat
Islam yang berkaitan dengan usaha-usaha penyaluran kekayaan, di antaranya
adalah:
1) Kharaj, atau pajak tanah yang diwajibkan pada pemilik tanah hasil
rampasan perang.
2) Jizyah, atau iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi.
3) `Usyr, atau pajak yang dipungut dari tanah cocok tanam.
4) Kaffarat, atau tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.
5) `Udhiyah, atau penyembelihan hewan kurban di Idul Adha. 11
Keseluruhan harta tersebut dikumpulkan di baitul mal yang dikelola
negara dan kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.

b. Langkah moral
Tanggung jawab moral, untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal
sangatlah dianjurkan dalam Islam. Hal ini diaplikasikan dalam distribusi

10
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm. 98-
123.
11
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2001, hlm. 71.

15
pendapatan dengan adanya anjuran sedekah12, Selain itu, ada beberapa macam
anjuran selain sedekah yang termuat dalam al-Qur`an, di antaranya adalah:
1) Qardh hasan, atau bentuk pemberian pinjaman bebas bunga pada
orang-orang yang membutuhkan.
2) Nudzur, atau perbuatan untuk menafkahkan kekayaan dalam jumlah
tertentu demi mendapat rida Allah jika tujuan yang diinginkan
tercapai.
3) Waqf, atau pemberian secara suka rela untuk maslahat masyarakat
umum. 13
3. Sewa, Upah, dan Bunga dalam Distribusi Pendapatan Islam
Ketiga hal primer ini sangatlah berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan
melalui distribusi pendapatan. Islam juga mengatur ketiga hal tersebut.
a. Sewa
Meskipun tidak ada dalil yang menyebutkan tentang pembayaran sewa,
dapatlah dirumuskan bahwa pembayaran sewa tidak termasuk sesuatu yang
dilarang dalam Islam, meskipun secara kasar ada persamaan antara
pembayaran sewa dan bunga. Hal ini dikarenakan pembayaran sewa adalah
dari tanah, sedangkan bunga adalah modal.
b. Upah
Buruh yang bekerja untuk seorang majikan atau sebuah pekerjaan, telah
dijamin kesejahteraanya dalam Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya,”Berikan kepada seorang
pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah). Hakikatnya,
dalam masyarakat Islam, upah yang harus dibayarkan bukanlah sebuah
keistimewaan, akan tetapi sebuah hak asasi yang dijamin oleh negara.
c. Bunga

12
Rahman, Afzalur, op.cit., hlm. 126.
13
Ahmad, Mustaq, op.cit., hlm. 80-81.

16
Larangan mengambil bunga dalam Islam adalah jelas, meskipun ada
beberapa kalangan yang berbeda pendapat. Di antara mereka berpendapat
bahwa bunga dan riba adalah dua hal yang berbeda. Namun, ijma` ulama
menegaskan bahwa setiap bunga atau tambahan atas modal yang dipinjamkan
adalah riba.14

14
Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam: Teori dan Praktis, A.S. Noordeen, Malaysia, 1985,
hlm. 198-206.

17
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran


harta dari yang empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik
melalui proses distribusi secara komersial maupun melalui proses yang
menekankan pada aspek keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk meningkatkan
kesejahteraannya, human falah. Dalam distribusi, ada beberapa prinsip
dasar, yaitu prinsip keadilan atau pemerataan, prinsip persaudaraan atau
kasih sayang, dan prinsip jaminan sosial.
Rozalinda (2017:136) Sektor-sektor distribusi pendapatan terbagi pada
tiga bentuk, yaitu:
1. Distribusi pendapatan sektor rumah tangga : Distribusi pendapatan
dalam konteks rumah tangga tidak terlepas dari shadaqah.
2. Distribusi pendapatan sektor Negara : Negara wajib bekerja utnuk
meningkatkan kesejahteraan materi bagi lingkungan sosial maupun
individu dengan memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya
yang tersedia dengan baik dan adil.
3. Distribusi pendapatan sektor industry : Distribusi pendapatan sektor
industri terdiri dari mudharabah, musyarakah, upah maupun sewa.
Kebijakan-kebijakan Islam dalam mewujudkan keadilan dalam
distribusi pendapatan dan kekayaan adalah sebagai berikut:
1. Penghapusan Riba
Penghapusan riba dapat dimaknai sebagai penghapusan segala
bentuk praktik ekonomi yang menimbulkan kezaliman atau
ketidakadilan. Pengharaman riba setidaknya disebabkan empat

18
faktor 15 , yaitu: pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan
ketidakadilan. Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab
utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dengan
peminjam. Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat
investasi. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya
produksi.
2. Zakat
Zakat merupakan sedekah wajib yang berfungsi sebagai salah satu
sistem distribusi pendapatan dan kekayaan yang menekankan aspek
keadilan. Zakat akan menjaga keseimbangan dan harmonisasi sosial
antara orang kaya dan orang miskin dan kebutuhan dasar tiap individu
dalam Islam dijamin
3. Pelarangan Gharar
Gharar dari segi bahasa dapat diartikan risiko atau ketidakpastian
(uncertainty). 16
Padanan kata gharar, khada’ yang berarti penipuan.
Sementara menurut Ibnu Taimiyah, gharar adalah sesuatu dengan
karakter tidak diketahui sehingga menurutnya menjual hal ini adalah
seperti perjudian.
4. Pelarangan yang Haram
Prinsip dasar dalam Islam bahwa yang dilakukan harus halalan
thayyiban (Q.s. al-Baqarah [2]: 168), yakni benar secara hukum Islam
dan baik dari perspektif nilai dan moralitas Islam, kebalikannya adalah
haram. Haram dalam hal ini terkait dengan zat prosesnya. Islam
mengharamkan setiap bentuk transaksi karena tiga hal (Pusat
Pengkajian Ekonomi Islam UII, 72-73) yaitu: pertama, perbuatan atau
transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan (Q.s. an-
Nisa [4]: 29), Kedua, transaksi yang melanggar prinsip saling ridha.

15
(Sadeq; 1989, 27-28)
16
(Indriyanto; 1980, 105).

19
Ketiga, perbuatan yang merusak harkat martabat manusia atau alam
semesta, seperti
Tujuan distribusi dalam ekonomi islam dikelompokkan kepada tujuan
dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi yakni: Tujuan dakwah, dakwah
kepada islam dan menyatukan hati kepadanya. Tujuan pendidikan, seperti
yang disebutkan dalam firman Allah QS At-taubah : 103. Tujuan social,
memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan menghidupkan
prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Tujuan ekonomi,
memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhi
kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk
melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi.
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan. Sedangkan secara praktiknya, dalam melakukan distribusi
pendapatan, Islam mengambil beberapa langkah nyata yaitu langkah hukum
dan langkah moral. Selain itu, terdapat tiga hal primer yang sangatlah
berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan melalui distribusi pendapatan.
Islam juga mengatur ketiga hal tersebut, yakni sewa, upah dan bunga.

B. Saran

Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah yang telah
dipaparkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mannan, Muhammad Abdul. 1985. Ekonomi Islam: Teori dan Praktis.


Malaysia: A.S. Noordeen.
Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam
islam. http:// shayaeconomy.blogspot.com.

Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner. 1985.Pengantar Ilmu Ekonomi.


Jakarta: PT. Bina Aksara.

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. Yogyakarta: Dana


Bhakti Wakaf.

Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,( Yogyakarta, Dana Bakti
Wakaf, 1997)

Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra,
2008)

Mustafa Edwin Nasution, et al.,eds., Pengenalan Ekonomi Islam, (Jakarta,


Kencana, 2006)

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perespektif Islam.(Yogyakarta:


BPFE,2004.

Heri sudarsono, Konsep Ekonomi islam : suatu pengantar, (Yogyakarta,


Ekonisia 2004

21

Anda mungkin juga menyukai