Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pemikiran Ekonomi Islam
Oleh:
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-qur’an dan sunnah sehingga dengan tuntunannya makalah dengan judul
“Distribusi Pendapatan dalam Islam” dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu Irdan Nurdiansyah, M.E selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta
Pemikiran Ekonomi Islam atas arahan dan bimbingannya. Makalah ini telah dibuat
dengan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan makalah serta arahan dari dosen
pengampu. Namun, disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diperlukan untuk
perbaikan makalah ini selanjutnya. Akhir kata, makalah ini semoga memberi manfaat
untuk pembaca dan khususnya penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
1
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tertentu saja, sehingga ini menjadi isusangat penting dalam menyikapi
angka kemiskinan hingga saat ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
D. Manfaat Penelitian
E. Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan untuk penelitian ini yaitu studi pustaka dengan
mengambil beberapa dari sumber data berupa buku-buku, artikel, jurnal,
maupun laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah
yang diangkat untuk diteliti.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Distribusi Pendapatan
Istilah ini terdiri atas 2 kata, yaitu distribusi dan pendapatan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), distribusi bermakna pembagian, penyaluran, dan
pengiriman, sedangkan pendapatan artinya adalah hasil kerja usaha, pencarian, dan
sebagainya 2 . Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi pendapatan
adalah suatu usaha penyaluran dan pembagian hasil kerja usaha, niaga, ataupun jasa
dengan berupa harta atau uang kepada setiap anggota masyarakat. Muhammad Anas
Zarqa, dalam makalahnya mengatakan bahwa distribusi memiliki 4 makna utama,
yaitu : Pertukaran (exchange), sumbangan sukarela (voluntary contribution), dan
Kepemilikan sosial (social authority). “Distribusi pendapatan dapat diartikan sebagai
sumbangan sukarela menurut prinsip-prinsip kebutuhan dan kewajiban-kewajiban
moral tanpa menggunakan kekuatan kekuasaan atau kepemilikan.”3
Jadi distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta
dari yang empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses
distribusi secara komersial maupun melalui proses yang menekankan pada aspek
keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu
muslim maupun untuk meningkatkan kesejahteraannya, human falah. Pengertian ini
berangkat dari prinsip bahwa kebutuhan dasar setiap individu harus terpenuhi dan
pada kekayaan seseorang itu terdapat hak orang miskin, “Dan pada harta-harta
2
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai
Pustaka,Jakarta.
3
Iqbal, Munawar, Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy, International
Institue of Islamic Economics, Islamabad, Pakistan, 1988.
4
mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian (tidak meminta)”. (Q.s. al-Dzariyat [51]: 19).
4
Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985,
hlm. 247.
5
5
pendapatan. Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut
pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar
sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat
melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu
saja. Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi
dalam akvitas ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini
dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan utama dari kebijakan fiskal
dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,
seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang
bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga
dapat melaksanakan swadaya melalui pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini
pemerintah tidak terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan
ZIS yang diterima. Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi
distribusi itu sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara individu
dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan,
sedekah, wakaf dan zakat.6
Ayat yang berhubungan dengan Distribusi adalah diantarannya : QS. Al-
Hasyr (59) : 7
لرسُ ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى َّ ع ٰلى َرسُ ْو ِل ٖه ِم ْن ا َ ْه ِل ْالقُ ٰرى فَ ِلله ِه َو ِل َ ُّٰللا َما ٓ اَفَ ۤا َء ه
ي ََل َيكُ ْونَ د ُْولَةً ۢ َبيْنَ ْاَلَ ْغنِ َي ۤا ِء َّ َو ْال َي ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال
ْ س ِب ْي ِۙ ِل َك
َ ع ْنهُ فَا ْنت َ ُه ْو ۚا َواتَّقُوا ه
َ ّٰللا ْۗا َِّن ه
ّٰللا َ س ْو ُل فَ ُخذ ُ ْوهُ َو َما نَهٰ ىكُ ْم َّ ِم ْنكُ ْۗ ْم َو َما ٓ ٰا ٰتىكُ ُم
ُ الر
ِ ش ِد ْيد ُ ْال ِعقَا
ب َ
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
5
Saiful hadi, study hadis ekonomi, bagaimanakah konsep distribusi dalam islam. http://
shayaeconomy.blogspot.com.
6
Taqyuddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Presepektif Islam, Risalah Gusti,
Surabaya, 1996.
6
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya
7
- Peradaban manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya,
yaitu adanya saling bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh
seorang muslim maupun masyarakat Islam yang akan memperkokoh
solidaritas seluruh anggota masyarakat dalam aspek kehidupan yang
termasuk juga aspek ekonomi.
c. Prinsip jaminan social
- Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip
semata, melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang
sempurna seperti zakat, sedekah dan lain-lain.
- Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA
harus dinikmati oleh semuah makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian
terhadap fakir miskin terutama oleh orang yang punya uang. Ketiga,
kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar pada kalangan orang
kaya saja. Keempat, perintah untuk berbuat baik kepada orang lain.
Kelima, orang Islam yang tidak punya kekayaan harus mampu dan mau
menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan sosial. Keenam, larangan
berbuat baik karena ingin dipuji orang (riya’). Ketujuh, jaminan sosial itu
harus diberikan kepada mereka yang telah disebutkan dalam al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak atas jaminan sosial itu.
-
B. Sektor – Sektor Distribusi Pendapatan Islam
8
2. Distribusi pendapatan sektor Negara : Prinsip-prinsip ekonomi yang
dibangun di atas nilai moral islam mencanangkan kepentingan distribusi
pendapatan secara adil. Negara wajib bekerja utnuk meningkatkan
kesejahteraan materi bagi lingkungan sosial maupun individu dengan
memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya yang tersedia. Dalam
pengelolaan sumber daya, Negara harus mampu mendistribusikan sumber
daya yang ada dengan baik. Artinya, kesempatan tidak hanya diberikan
kepada sekelompok tertentu saja. Kebijakan distribusi menganut kesamaan
dalam kesempatan kerja, pemerataan kesejahteraan dan pemanfaatan lahan
yang menjadi hak publik, pembelaan kepentingan ekonomi untuk kelompok
miskin, menjaga keseimbangan sosial dan investasi yang adil dan merata.
Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam kesempatan kerja,
pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor publik, pembelaan kepentingan
ekonomi untuk kelompok miskin. Ajaran Islam memberikan otoritas kepada
pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk
kepentingan negara dan publik (hak hima ) distribusi tanah (hak Iqta’) kepada
sektor swasta, penarikan pajak, subsidi. Semua keistimewaan tersebut harus
diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.
Peran pemerintah dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak
mampu menciptakan distribusi secara adil dan ada faktor penghambat untuk
terciptanya mekanisme pasar yang efisien. Pemerintah memiliki otoritas
untuk menghilangkan hambatan tersebut karena ketidakmampuan atau
kurang sadarnya masyarakat. Seperti halnya masalah penimbunan yang
marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoli pengusaha besar pada
komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur distribusi dengan
menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang
dapat menghambat mekanisme pasar.
3. Distribusi pendapatan sektor industry : Distribusi pendapatan sektor industri
terdiri dari mudharabah, musyarakah, upah maupun sewa. Mudharabah
9
merupakan bentuk kerja sama antara pihak pemodal (shahibul maal) dengan
pengusaha (mudharib) dengan sistem bagi hasil. Musyarakah merupakan
kerja sama beberapa pemodal dalam mengelola suatu usaha dengan sistem
bagi hasil. Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah
satu mekanisme yang bisa dijalankan oleh Manusia untuk mengatasi
problem-problem ekonomi yang terdiri dari produksi, konsumsi dan
distribusi. Dalam kacamata ekonomi pasar Islam, mekanisme pasar menekan
seminimal mungkin peranan pemerintah. Pembenaran atas dibolehkannya
pemerintah masuk sebagai pelaku pasar (intervensi) hanyalah jika pasar tidak
dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisi-kondisi yang menghalangi
kompetisi yang fair terjadi atau distribusi yang tidak normal seperti biaya
transaksi, kepastian hukum serta masalah dalam distribusi. kepentingan
negara (pemerintah) dalam mendistribusikan pendapatan di pasar adalah
bagaimana pemerintah dapat ‘menjamin’ pendapatan (barang dan jasa)
seluruh bangsanya. Tidak hanya beredar pada kalangan tertentu (orang kaya)
tetapi keadilan bagi seluruh rakyat.
C. Kebijakan-Kebijakan Dalam Mendukung Pemerataan Distribusi Kekayaan
10
riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik dalam Alquran maupun Hadis
akan memperkuat lebih lanjut dampak reformasi moral. Dalam perspektif
ekonomi, pengharaman riba setidaknya disebabkan empat faKtor 7 , yaitu:
pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan. Kedua, sistem
ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan
antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh para
peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa (para
konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya
dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang
mereka peroleh. Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari
rakyat golongan menengah ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang
seimbang dari dana yang mereka simpan di bank. Ketiga, sistem ekonomi
ribawi akan menghambat investasi karena semakin tinggi tingkat bunga maka
semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di sektor riil.
Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank karena
keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku bunga.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi
yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk).
Naiknya tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi
sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat.
2. Zakat
Zakat merupakan sedekah wajib yang berfungsi sebagai salah satu sistem
distribusi pendapatan dan kekayaan yang menekankan aspek keadilan. Dengan
zakat akan menjaga keseimbangan dan harmonisasi sosial antara orang kaya
(muzakki) dan orang miskin (mustahik) seperti dijelaskan di atas. Selain itu
dengan zakat, kebutuhan dasar tiap individu dalam Islam dijamin
3. Pelarangan Gharar
7
(Sadeq; 1989, 27-28)
11
Gharar dari segi bahasa dapat diartikan risiko atau ketidakpastian
(uncertainty). 8Padanan kata gharar, khada’ yang berarti penipuan. Di samping
itu gharar disamakan juga dengan kata khatara dengan makna sesuatu yang
berbahaya. Sementara menurut Ibnu Taimiyah, gharar adalah sesuatu dengan
karakter tidak diketahui sehingga menurutnya menjual hal ini adalah seperti
perjudian. Ibnu Qayyim berpendapat gharar adalah sesuatu yang
berkemungkinan ada atau tiada
4. Pelarangan yang Haram
Prinsip dasar dalam Islam bahwa yang dilakukan harus halalan thayyiban
(Q.s. al-Baqarah [2]: 168), yakni benar secara hukum Islam dan baik dari
perspektif nilai dan moralitas Islam, kebalikannya adalah haram. Haram dalam
hal ini terkait dengan zat prosesnya. Dalam zat Islam melarang mengkonsumsi,
memproduksi, mendisttribusikan dan seluruh mata rantainya terhadap beberapa
komoditas dan aktivitas yang dilarang (diharamkan) (Q.s. al-Maidah [5]: 3).
Dalam hal proses Islam melarang (mengharamkan) setiap bentuk transaksi
karena tiga hal (Pusat Pengkajian Ekonomi Islam UII, 72-73) yaitu: pertama,
perbuatan atau transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan
(Q.s. an-Nisa [4]: 29), seperti pencurian, riba, perjudian dan lain-lain. Kedua,
transaksi yang melanggar prinsip saling ridha, seperti tadlis. Ketiga, perbuatan
yang merusak harkat martabat manusia atau alam semesta, seperti prostitusi,
minum khamar dan lain-lain.
D. Tujuan Distribusi Pendapatan dalam Islam
Mustafa husin al-siba'I (1996:19) Ekonomi islam datang dengan sistem distribusi
yang merealisasikan beragam tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan, dan
mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Tujuan
distribusi dalam ekonomi islam dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan,
sosial dan ekonomi. Berikut ini hal yang terpenting kedalam tujuan tersebut adalah :
8
(Indriyanto; 1980, 105).
12
- Tujuan dakwah : Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada islam
dan menyatukan hati kepadanya.
- Tujuan pendidikan : Di antara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah
seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS At-taubah : 103 "Ambilah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta itu yang
berlebih-lebihan kepada harta benda) dan mensucikan (Maksudnya: zakat itu
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan
harta benda mereka) mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan allah maha mendengar
lagi maha mengetahui.
- Tujuan sosial : Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan
menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Menguatkan
ikatan cinta dan kasih sayang diantara individu dan kelompok di dalam
masyarakat.
- Tujuan ekonomi: Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur
dengan terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk
melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi. Andil dalam
merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana tingkat kesejahteraan
ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi.
Apabila kita memperhatikan dengan cermat, sangat jelas kita temukan banyak
sekali kekurangan yang ada pada sistem distribusi pendapatan kapitalis dan sosialis
dalam mengatasi masalah ketimpangan kekayaan masyarakat. Hal ini tidaklah aneh,
karena begitulah sistem yang diciptakan oleh manusia.
Islam, bukanlah hanya sekedar agama yang mengatur masalah ritual semacam
wudu, salat, haji, atau yang semacamnya yang berkaitan dengan muamalah, lebih dari
13
itu, Islam adalah sebuah agama yang mengatur seluruh urusan kehidupan manusia
untuk kebaikan manusia itu sendiri.
1. Asas Diribusi Pendapatan dalam Islam
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan.
a. Asas Kebebasan
Asas kebebasan dalam Islam adalah percaya pada Allah dan pada
manusia. Allah adalah Tuhan sekalian alam, Pengatur dan Pemilik segala
urusan. Hanya ditangan-Nyalah penciptaan, kematian, dan pengaturan rezeki.
Islam menerapkan kebebasan karena ia menganjurkan kepada umatnya untuk
percaya kepada Allah dan mengakui eksistensi manusia di muka bumi ini.
Agar manusia tetap eksis dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah
di bumi ini, maka ia diberikan kebebasan untuk memiliki harta, berlomba
mendapatkannya, dan membelanjakannya.
b. Asas Keadilan
Kebebasan mutlak, sebagaimana dianut oleh paham kapitalis, bukanlah
ajaran Islam. Karena kebebasan yang diajarkan Islam adalah kebebasan yang
terikat dengan keadilan. 9
9
Al-Qordhowy, Yusuf, op.cit., hlm. 20.
14
terhadap riba, larangan terhadap penyembunyian harta, larangan boros dalam
membelanjakan, dan larangan berdagang dengan cara yang tidak sehat. 10
Dengan adanya sistem pembagian harta warisan, maka kekayaan akan
dapat berpindah kepemilikan sehingga bisa mencegah kemiskinan. Dengan
diwajibkannya zakat, orang fakir dan miskin akan mendapat bantuan dalam
memenuhi kebetuhan sehari-harinya sehingga dapat hidup dengan layak.
Dalam berbagai bentuk pelarangan, diharapkan seorang yang memiliki harta
lebih dapat menguasai hawa nafsunya untuk tidak memperkaya diri dengan
cara yang curang sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa
ada jurang pembatas di antara manusia.
Selain beberapa langkah di atas, terdapat sejumlah anjuran pada syariat
Islam yang berkaitan dengan usaha-usaha penyaluran kekayaan, di antaranya
adalah:
1) Kharaj, atau pajak tanah yang diwajibkan pada pemilik tanah hasil
rampasan perang.
2) Jizyah, atau iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi.
3) `Usyr, atau pajak yang dipungut dari tanah cocok tanam.
4) Kaffarat, atau tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.
5) `Udhiyah, atau penyembelihan hewan kurban di Idul Adha. 11
Keseluruhan harta tersebut dikumpulkan di baitul mal yang dikelola
negara dan kemudian didistribusikan kepada yang berhak menerimanya.
b. Langkah moral
Tanggung jawab moral, untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal
sangatlah dianjurkan dalam Islam. Hal ini diaplikasikan dalam distribusi
10
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm. 98-
123.
11
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2001, hlm. 71.
15
pendapatan dengan adanya anjuran sedekah12, Selain itu, ada beberapa macam
anjuran selain sedekah yang termuat dalam al-Qur`an, di antaranya adalah:
1) Qardh hasan, atau bentuk pemberian pinjaman bebas bunga pada
orang-orang yang membutuhkan.
2) Nudzur, atau perbuatan untuk menafkahkan kekayaan dalam jumlah
tertentu demi mendapat rida Allah jika tujuan yang diinginkan
tercapai.
3) Waqf, atau pemberian secara suka rela untuk maslahat masyarakat
umum. 13
3. Sewa, Upah, dan Bunga dalam Distribusi Pendapatan Islam
Ketiga hal primer ini sangatlah berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan
melalui distribusi pendapatan. Islam juga mengatur ketiga hal tersebut.
a. Sewa
Meskipun tidak ada dalil yang menyebutkan tentang pembayaran sewa,
dapatlah dirumuskan bahwa pembayaran sewa tidak termasuk sesuatu yang
dilarang dalam Islam, meskipun secara kasar ada persamaan antara
pembayaran sewa dan bunga. Hal ini dikarenakan pembayaran sewa adalah
dari tanah, sedangkan bunga adalah modal.
b. Upah
Buruh yang bekerja untuk seorang majikan atau sebuah pekerjaan, telah
dijamin kesejahteraanya dalam Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya,”Berikan kepada seorang
pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah). Hakikatnya,
dalam masyarakat Islam, upah yang harus dibayarkan bukanlah sebuah
keistimewaan, akan tetapi sebuah hak asasi yang dijamin oleh negara.
c. Bunga
12
Rahman, Afzalur, op.cit., hlm. 126.
13
Ahmad, Mustaq, op.cit., hlm. 80-81.
16
Larangan mengambil bunga dalam Islam adalah jelas, meskipun ada
beberapa kalangan yang berbeda pendapat. Di antara mereka berpendapat
bahwa bunga dan riba adalah dua hal yang berbeda. Namun, ijma` ulama
menegaskan bahwa setiap bunga atau tambahan atas modal yang dipinjamkan
adalah riba.14
14
Mannan, Muhammad Abdul, Ekonomi Islam: Teori dan Praktis, A.S. Noordeen, Malaysia, 1985,
hlm. 198-206.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
18
faktor 15 , yaitu: pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan
ketidakadilan. Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab
utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dengan
peminjam. Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat
investasi. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya
produksi.
2. Zakat
Zakat merupakan sedekah wajib yang berfungsi sebagai salah satu
sistem distribusi pendapatan dan kekayaan yang menekankan aspek
keadilan. Zakat akan menjaga keseimbangan dan harmonisasi sosial
antara orang kaya dan orang miskin dan kebutuhan dasar tiap individu
dalam Islam dijamin
3. Pelarangan Gharar
Gharar dari segi bahasa dapat diartikan risiko atau ketidakpastian
(uncertainty). 16
Padanan kata gharar, khada’ yang berarti penipuan.
Sementara menurut Ibnu Taimiyah, gharar adalah sesuatu dengan
karakter tidak diketahui sehingga menurutnya menjual hal ini adalah
seperti perjudian.
4. Pelarangan yang Haram
Prinsip dasar dalam Islam bahwa yang dilakukan harus halalan
thayyiban (Q.s. al-Baqarah [2]: 168), yakni benar secara hukum Islam
dan baik dari perspektif nilai dan moralitas Islam, kebalikannya adalah
haram. Haram dalam hal ini terkait dengan zat prosesnya. Islam
mengharamkan setiap bentuk transaksi karena tiga hal (Pusat
Pengkajian Ekonomi Islam UII, 72-73) yaitu: pertama, perbuatan atau
transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan (Q.s. an-
Nisa [4]: 29), Kedua, transaksi yang melanggar prinsip saling ridha.
15
(Sadeq; 1989, 27-28)
16
(Indriyanto; 1980, 105).
19
Ketiga, perbuatan yang merusak harkat martabat manusia atau alam
semesta, seperti
Tujuan distribusi dalam ekonomi islam dikelompokkan kepada tujuan
dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi yakni: Tujuan dakwah, dakwah
kepada islam dan menyatukan hati kepadanya. Tujuan pendidikan, seperti
yang disebutkan dalam firman Allah QS At-taubah : 103. Tujuan social,
memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan menghidupkan
prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Tujuan ekonomi,
memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhi
kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk
melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi.
Distribusi dalam Islam tertumpu di atas 2 asas, yaitu asas keadilan dan
kebebasan. Sedangkan secara praktiknya, dalam melakukan distribusi
pendapatan, Islam mengambil beberapa langkah nyata yaitu langkah hukum
dan langkah moral. Selain itu, terdapat tiga hal primer yang sangatlah
berkaitan dengan usaha pemerataan kekayaan melalui distribusi pendapatan.
Islam juga mengatur ketiga hal tersebut, yakni sewa, upah dan bunga.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,( Yogyakarta, Dana Bakti
Wakaf, 1997)
Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra,
2008)
21