Anda di halaman 1dari 7

2

A. Pengertian
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya perut (Sjamsuhidayat, 2010).
Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen menonjol dari rongga abdomen (Bhesty & Yudha, 2016).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal
atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ
atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang
didalam keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2010).

B. Anatomi Fisiologi
Dinding perut memiliki struktur muscullo-apooneurosis yang kompleks. Dinding
perut terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit yang terdiri
dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia Scarpa),
kemudian terdapat 3 lapisan otot dinding perut yaitu muscullus obliquus abdominis
externus, muscullus obliquus abdominis externus, muscullus tranversus abdominis,
dan akhirnya lapisan prepertoneum dan peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak
preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot
rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba
(Sjamsuhidajat et al, 2010).

Kulit dan subkutis 6. M. obliquus transversus


7. Fascia transversalis
1. Kulit
8. Jaringan peritoneal
2. Jaringan subkutan
9. Peritoneum parietale
3. Fascia scarpa
Otot ventromedial
Otot dinding perut
10. M. rektus abdominis
4. M. obliquus eksternus
11. Linea alba
5. M. obliquus internus
3

Dinding perut membentuk rongga yang melindungi isi rongga perut.


Integritas lapisan muscullo-apponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan, maupun latrogenik. Fungsi lain
otot dinding perut adalah pada pernapasan, juga pada proses berkemih, dan
buang air besar dengan meninggikan tekanan intra-abdomen (Ganong, 2008;
Sjamsuhidajat, et al., 2010; Omar & Moffat, 2011).
Canalis inguinalis dibatasi craniolaterale oleh annulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan apponeursis
muscullus transversus abdominis. Di media bawah, di atas tuberculum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis externus, bagian
terbuka dari apponeurosis muscullus obliquus externus. Atapnya ialah
apponeurosis muscullus obliquus externus dan di dasarnya terdapat
ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria dan ligamentum
rotundum pada wanita (Sjamsuhidajat, et al., 2010; Omar & Moffat, 2011;
Snell, 2012).

(Alexander, Rothrock & McEwen, 2011)


Gambar Regio Inguinal

C. Etiologi
4

Etiologi Hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah :


a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan dinding otot perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut
e. Kehamilan multi para dan obesitas
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini
tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat
pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus
ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
5

juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Peningkatan isi
abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan terhadap
cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi
awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus
yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan
jaringan menjadi mati sehingga
timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus
yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake
menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan
akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak
dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan
terdapat nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.
(Grace, 2007).

PATWAY

E. Pemeriksaan diagnostik

F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, A, (2000) Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi dua
yaitu konservatif dan operatif antara lain :
6

1. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi


(dengan cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif
dapat segera dilakukandengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan,
lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)
yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi
jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis
strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak
dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi
terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena
tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan hernia.
2. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis,
terutama jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki
gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi
dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal
jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala
memberat dinyatakan aman. Operasi hernia dapat dilakukan secara
laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa penelitian dinyatakan
metode ini memiliki hasil yang lebih baik dari pada operasi anterior
konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan
hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami
7

nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi
terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi
pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani
operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu
operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan
biaya yang lebih mahal. Setiap penderita hernia inguinalis lateralis
selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat
mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:
a) Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada
anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
b) Hernioplasti.
c) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang
kanalis inguinalis.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Perencanaan dan intervensi Keperawatan
5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai