A. Pengertian
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur disekitarnya perut (Sjamsuhidayat, 2010).
Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen menonjol dari rongga abdomen (Bhesty & Yudha, 2016).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal
atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ
atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang
didalam keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2010).
B. Anatomi Fisiologi
Dinding perut memiliki struktur muscullo-apooneurosis yang kompleks. Dinding
perut terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit yang terdiri
dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia Scarpa),
kemudian terdapat 3 lapisan otot dinding perut yaitu muscullus obliquus abdominis
externus, muscullus obliquus abdominis externus, muscullus tranversus abdominis,
dan akhirnya lapisan prepertoneum dan peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak
preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot
rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba
(Sjamsuhidajat et al, 2010).
C. Etiologi
4
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Peningkatan isi
abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan terhadap
cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi
awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus
yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan
jaringan menjadi mati sehingga
timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus
yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake
menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan
akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak
dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan
terdapat nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.
(Grace, 2007).
PATWAY
E. Pemeriksaan diagnostik
F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, A, (2000) Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi dua
yaitu konservatif dan operatif antara lain :
6
nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi
terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi
pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani
operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu
operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan
biaya yang lebih mahal. Setiap penderita hernia inguinalis lateralis
selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat
mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:
a) Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada
anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
b) Hernioplasti.
c) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang
kanalis inguinalis.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Perencanaan dan intervensi Keperawatan
5. Evaluasi