OLEH :
1.SURIANI 1921051
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas berkat, Rahmat, Hidayah,
dan Karunianyalah sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan Makalah kami
Yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Piminan Terhadap Kinerja Pegawai” Tidak lupa pula
salam dan shalawat kami curahkan kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah Saw.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah kami terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu,dengan penuh rendah hati kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para
pembaca, agar kedepannya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan para pembaca untuk
meluangkan waktunya demi membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi kami selaku penulis.
SURIANI
PENULIS
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
A. Kesimpulan……................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan
masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu
seri tindakan, memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat
dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia
manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam kegiatan diskusi.
Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rektor, bupati,
gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun, sesungguhnya adalah kehidupan
yang selalu bergumul dengan keputusan. Sering kali ia merasa hampa apabila dalam satu hari
tidak mengmbil suatu keputusan. Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau
mengandung kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik
membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama sekali tidak
membuat keputusan. Bagi pejabat tersebut yang paling penting timbul rasa kepuasan karena
dapat mengmbil keputusan hari itu.
Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting
dalam aspek manajemen. Keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen, merupakan
kunci kepemimpinan, atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988), sebagai suatu karakteristik yang
fundamental, sebagai jantung kegiatan administrasi (Mitchell, 1978), suatu saat kritis bagi
tindakan administrasi (Robins, 1978). Bahkan Higgins (1979) melanjutkan bahwa pengambilan
keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan karena di dalamnya manajer
terlibat.
4
manusia, maka tidaklah mengherankan apabila begitu banyak disiplin yang berusaha
mengabalisis dan membuat sistematika dari seluruh proses keputusan.
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Pentinya pengambilan keputusan dilihat dari segi kekuasaan untuk membuat
keputusan, yaitu mengikuti pola desentralisasi atau pola sentralisasi. Berbeda dengan hal
tersebut, beberapa ahli memberi perhatian pada pengambilan keputusan dari sudut kehadirannya,
yaitu adanya teori pengambilan keputusan administrasi, kita dapat meramalkan tindakan-
tindakan manajemen sehingga kita dapat menyempurnakan efektifitas manajemen.
1. B. Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian pengambilan keputusan.
3. Bagaimana fungsi dan apakah tujuan pengambilan keputusan.
4. Apakah dasar-dasar pengambilan keputusan.
5. Bagaimana proses pengambilan keputusan.
6. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.
1. C. Tujuan
2. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan
3. Mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
4. Mengetahui dasar- dasar pengambilan keputusan
5. Mengetahui proses pengambilan keputusan
6. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Sebelum mulai dengan mengemukakan definisi pengambilan keputusan, maka perlu disampaikan
lebih dulu tentang apa pengertian keputusan itu.
Keputusan adalah hasil pemecahan yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan
jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan
tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula
berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta dapat diperolehnya dan
semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau
ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi
itu merupakan wewenang dari hukum situasi.
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau
problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah
tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
6
Dari pengertian- pengertian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan
merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui
pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif (Hasan, 2002: 9)
Setelah mengetahui definisi dari keputusan maka selanjutnya akan dikemukakan definisi dari
pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau
lebih alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap perhitungan alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat
Pengambilan Keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui satu diantara alternatif- alternatif yang
memungkinkan.
Selain beberapa pengertian di atas, pengambilan keputusan itu juga berarti proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47).
Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan
bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan beberapa langkah.
Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus
7
mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih
banyak tampak dalam kegiatan diskusi.
Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dipilah yang prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan
harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik (Wahab, 2008: 163). Penyusunan
model keputusan adalah salah satu cara untuk mengembangkan hubungan- hubungan logis yang
mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis, yang mencerminkan hubungan
yang terjadi di antara faktor- faktor yang terlibat. Apapun dan bagaimana pun prosesnya, satu
tahapan yang paling sulit dihadapi pengambilan keputusan adalah dalam segi penerapannya
karena di sini perlu meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan tersebut memang
merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan terikat pada keputusan tersebut.
Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun demikian, bila hal tersebut dapat disadari, proses
keputusan secara bertahap, sistematik, konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah
mengikut sertakan semua pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik.
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi
antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik
secara individual maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara
organisasional. Selain itu pengambilan keputusan juga merupakan sesuatu yang bersifat
futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, di mana efeknya
atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan
organisasinya. Yang diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat
tercapai dengan mudah dan efisien. Namun kerap kali terjadi hambatan- hambatan dalam
8
melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pimpinan
organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut. Kerap
kali pengambilan keputusan itu hanya merupakan satu segi saja, misalnya hanya menyangkut
segi keungan saja dan kalau dipecahkan tidak menimbulkan efek sampingan atau akibat lain.
Tetapi ada kemungkinan dapat saja terjadi masalah yang pemecahannya menghendaki dua hal
kontradiksi terpecahkan sekaligus (Syamsi, 2000: 5).
Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan
hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya
dengan masalah lain.
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu
menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus
memecahkan dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat
kontradiktif.
Oleh George R. Terry, disebutkan dasar- dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku adalah
sebagai berikut.
1. Intuisi
9
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif,
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung
beberapa kebaikan dan kelemahan.
1. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi,
sehingga orang dapat menerima keputusan dengan rela dan lapang dada.
1. Wewenang
10
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan.
Pada pengambilan keputusan yang berdasar pada rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat
obyektif, logis, lebih trasparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala terentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai
berikut.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
11
Proses pengambilan keputusan merupakan tahap- tahap yang harus dilalui atau digunakan untuk
membuat keputusan. Tahap- tahap ini merupakan kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat
dikembangkan lagi menjadi beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/ spesifik
dan lebih operasional
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu sebagai berikut.
1. Penemuan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan jelas sehingga
perbadaan antara masalah satu dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
1. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah jelas itu kemudian
diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai berikut.
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada,
seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti dan kondisi konflik.
Banyak para ahli yang berpendapat mengenai proses pengambilan suatu keputusan, namun pada
intinya proses pengambilan keputusan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah
12
Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan lebih dulu harus dibuat jelas apakah itu
memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang dimaksud dengan masalah
disini adalah persoalan yang harus dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu
dibicarakan (tidak harus dipecahkan)
1. Menganalisis masalah
Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, lebih dahulu harus diperoleh data dan
informasinya. Dengan kata lain, lebih dulu harus didapat datanya. Data tersebut kemudian diolah
menjadi informasi tentang penyebab timbulnya masalah. Disini fungsi unit pengolah data sangat
penting sebab kemungkinan juga akan ada informasi yang masuk yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk dapat membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah, maka lebih dahulu harus
diketahui penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dibuatlah beberapa alternative
pemecahannya. Dalam pembuatan beberapa alternative, maka masing-masing alternatif harus
ditunjukkan kekurangan dan kelebihannya.
1. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus
diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik
sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan
13
keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan
tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting.
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa
hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu
dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan
atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur
dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan
tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu
untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap
dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam
penetapan sasaran tujuan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan
yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya
sama saja dengan proses kebijakan.
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar tepat itu memeng
sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan keputusan
Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat berjalan dengan lancar,
tanpa mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi dalam prakteknya selalu ada saja masalah atau
kendala yang dihadapi sehingga tujuan tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.
Oleh karena itu yang pertama-tama dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah
mengadakan identifikasi masalahnya lebih dahulu. Masalah adalah sesuatu yang perlu
14
dipecahkan, yang kerap kali membutuhkan beberapa alternatif untuk kemudian dipilih satu yang
sekiranya paling tepat untuk masalah tersebut. Apabila dihubungkan dengan kebijakan dalam
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi maka masalah yang dihadapi itu merupakan
nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan yang belum sempat terealisasi namun apabila dapat
diidentifikasikan akan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tindakan pengambil keputusan.
Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat.
Dari masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn
memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui tiga
tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya. Kedua, mengadakan spesifikasi
permasalahan dan ketiga berusaha memehami permasalahan secara keseluruhan.
Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu dilakukan dalam menangani
masalah: (1) mengusahakan keterangan dan penjelasan yang lebih lanjut tentang masalah itu
sendiri; (2) identifikasi sasaran dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan; (3) mengukur tingkat
keberhasilannya; (4) menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan; (5) memperhatikan
sektor lingkungan; (6) meneliti satu per satu alternatif pemecahan masalah sehingga masing-
masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya; (7) merumuskan model mana saja yang
dimungkinkan untuk pemecahan masalah; (8) mengumpulkan data untuk pengukuran dan
pemilihan alternatif yang paling tepat untuk pemecahan masalah; (9) mengadakan perbandingan
antara model yang satu dengan model yang lain; (10) mengetes hasil analisis untuk lebih
meyakinkan; (11) mempertimbangkan juga apakah terdapat juga segi-segi ketidakefisienan yang
terjadi, dan (12) mengadakan ringkasan bilamana perlu menyertakan juga saran-sarannya.
15
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah. Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah
memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar
dan terarah, baik secara individual maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun
secara organisasional. Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari
permasalahannya. Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap
yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan. Dalam menghadapi
masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari masalah yang
dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn memberikan memberikan
pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui tiga tahap. Pertama, mengadakan
konseptualisasi permasalahannya. Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan
dan ketiga berusaha memehami permasalahan secara keseluruhan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17