Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggita Utami

NIM : 0403191003

Jurusan/semester : Ilmu Alquran dan Tafsir/ II A

Mata Kuliah : IAD, ISD, IBD

Dosen Pengampu : Hikmawan Syahputra S.I.P., M. A

1. a. Hifdz al-din (menjaga agama) menjadi haq attadayyun (hak beragama), yaitu hak
untuk beribadaha dan menjalankan ajaran-ajaran agama. Hak ini bukan hanya sekedar
menjaga kesucian agama, namun juga membangunsarana ibadah dan menciptakan
pola relasi yang sehat dalam menjalankan agama. Contohnya: bersikap melawan
ketika agama Islam dihina dan dipermalukan.

b. Hifdz al-nafs (menjaga jiwa) menjadi haq al-Hayat (hak hidup). Hak ini diarahkan
untuk mencipta kualitas kehidupan yang lebih baik bagi diri dan masyarakat.
Contohnya: melawan begal untuk menyelamatkan jiwa. Sebagaimana hadist “Siapa
yang terbunuh karena hartanya, maka dia syahid”.

c. Hifdz al-nasl (menjaga keturunan), hal ini bisa kita lakukan dengan pernikahan.
Karena salah satu point penting dalam sebuah pernikahan adalah lahirnya generasi
penerus yang diharapkan dapat berkontribusi lebih baik. Dan hifdz an-nasl menjadi
rusak karena perzinahan. Contohnya: Tidak berpacaran karena pacaran adalah
langkah awal dari terjadinya zina.

d. Hifdz al-amal ( menjaga kekayaan/harta). Pembahasan perkara harta lebih kea rah
interaksi dalam muamalah. Menjaga harta adalah dengan memastikan bahwa harta
yang kita miliki tidak bersumber dari yang haram. Serta memastikan bahwa harta
tersebut di dapatkan dengan jalan yang di ridhoi Allah bukan dengan cara bathil.
Contohnya: Melawan begal selain menyelamatkan jiwa, hal tersebut termasuk
pembelaan dalam rangka menjaga harta dari sumber-sumber yang tidak diridhoi atau
diharamkan dalam Islam.
e. Hifdz al-aql (menjaga akal). Menghargai akal bukan berarti hanya sekedar
menjaga kemampuan akal untuk tidak gila ataupun mabuk. Orientasi penjagaan akal
adalah pemenuhan hak pendidikan bagi setiap individu yang ada dalam masyarakat.
Contohnya: Senantiasa belajar agar kita menjadi orang yang berilmu. Karena
penghargaan Islam terhadap akal terdapat pada orang yang berilmu, yang
mempergunakan akalnya untuk memikirkan ayat-ayat Allah.

2. a. Memberi tempat wajar kepada makhluk lainnya dan juga terhadap sesama manusia
di bumi (Q.S An-Nur 41)
“ Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit
dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing
telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha mengetahui apa
yang mereka kerjakan.”

b. Tidak belebih-lebihan atau bersifat kerakusan ( Q.S Al- A’raf 31)


“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid. Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.”

c Berlaku adil atau memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan Allah (Q.S
Ar-Rahman 7-9)
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya
kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

d Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk memberikan manfaat,


pembaharuan dan keberlangsungan hidup) dan rasa (yang mencermikan kebersihan,
keindahan atau seni), yang memiliki tujuan mengantarkan manusia kepada tauhid,
sebagai prinsip asas Islam. (Q.S Al-Baqarah 164)
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-
tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

e. Bersyukur (Q.S Al- Qashash 73)


“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu
beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya
(pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”

3. Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan:


Di daerah tempat tinggal saya ada pabrik tahu. Limbah yang dihasilkan dari pabrik
tersebut cukup banyak. Langkah nyata yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau
mengurangi limbah tahu yaitu memberikan limbah tahu untuk pakan ternak. Dan
kebetulan tidak jauh dari pabrik tersebut masyarakat banyak yang memelihara lembu,
kambing dan bebek. Kondisi masyarakat yang banyak memelihara ternak maka
limbah yang dihasilkan pun cukup banyak. Limbah kotoran lembu ataupun kambing
bisa kita manfaatkan untuk pupuk tanaman/sayuran. Hal ini sudah sering saya
lakukan. Saya memanfaatkan kotoran lembu yang sudah kering (sudah jadi pupuk)
untuk menyuburkan bunga dan sayuran yang ibu saya tanam. Dengan begitu dapat
sedikit mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi.
4. Sebenarnya konsep kepemilikan dan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup yang
dilakukan oleh BUMN tidak berbeda dengan konsep kepemilikan dalam Islam.
Seperti yang termaktub dalam pasal 33 UUD 1945, konsep kepemilikan negara
sejalan dengan konsep kepemilikan Islam. akan tetapi secara implementasi ada
perbedaan yang signifikan. Islam mengakui kepemilikan individu/swasta akan tetapi
tidak boleh memilikinya. Pemanfaatannya pun hanya diperbolehkan pada batas
tertentu agar tidak menimbulkan kerusakan atas SDA. Berkebalikan dengan konsep
ekonomi negara yang bukan sekedar menguasai, akan tetapi boleh mengeksploitasi
tanpa batas bahkan boleh memperjualbelikan dengan pihak lain dengan mengabaikan
negara pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai